• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peran tersebut antara lain sebagai nilai tambah pertumbuhan ekonomi, sebagai andalan mata pencaharian sebagian besar penduduk, penyumbang bagi PDB, kontribusi terhadap ekspor (devisa), bahan baku industri, serta penyedia bahan pangan dan gizi, serta dapat menyerap tenaga kerja. Beberapa kali sektor pertanian juga mampu menjadi penyangga perekonomian nasioanal saat terjadi krisis ekonomi.

Sektor pertanian merupakan penyedia bahan baku penting bagi keperluan industri, khususnya industri pengolahan makanan dan minuman (agroindustri). Peran strategis lain dari sektor pertanian adalah menyangkut ketersediaan pangan di Indonesia. Persoalan pangan menjadi sesuatu yang penting karena menyangkut kebutuhan pokok manusia. Sektor pertanian juga merupakan pilar utama dalam menopang ketahanan pangan negara melalui sumbangannya terhadap kecukupan konsumsi dari sebagian besar rakyat Indonesia khususnya dalam kebutuhan pangan.

Sektor pertanian di Indonesia mempunyai keunggulan komperatif hal itu disebabkan oleh karena:

1. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa sehingga perbedaan musim menjadi jelas dan periodenya relatif lama.

2. Lokasi Indonesia di khatulistiwa maka tanaman cukup memperoleh sinar matahari untuk keperluan fotosintesisnya.

3. Curah hujan umumnya cukup memadai.

4. Adanya politik pemerintah yang sedemikian rupa sehingga mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian.

Indonesia adalah negara agraris, oleh karenanya pembangunan pertanian haruslah lebih difokuskan oleh pemerintah. Sektor pertanian yang memiliki peran strategis sudah selayaknya mendapatkan dukungan dari pemerintah melalui regulasi secara menyeluruh. Hal tersebut diperlukan agar dapat mendayagunakan secara maksimal sektor pertanian untuk pemerataan pendapatan dan dapat meningkatkan daya saing dari produk-produk yang dihasilkan.

Pembangunan Pertanian di Indonesia

Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan kearah yang lebih baik (Soekarwati 2002).

Untuk mencapai hal tersebut maka harus ada langkah-langkah kebijakan yang harus diambil dalam pembangunan pertanian. Langkah langkah kebijakan yang harus diambil tersebut meliputi usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi, yang intinya tercakup dalam pengertian Trimatra Pembangunan Pertanian yaitu kebijakan usaha tani terpadu, komoditi terpadu dan wilayah terpadu, di samping itu juga harus diperhatikan tiga komponen dasar yang harus dibina yaitu petani, komoditi hasil pertanian dan wilayah pembangunan di mana kegiatan pertanian berlangsung. Pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan petani. Pengembangan komoditi hasil pertanian diarahkan berfungsi sebagai sektor yang menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor dan bahan baku bagi industri. Pembinaan terhadap wilayah pertanian bertujuan dapat menunjang pembangunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah (Tricahyono 2003).

Sasaran pembangunan bidang ekonomi dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) adalah terciptanya perekonomian yang mandiri dan andal sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan, berdasarkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dengan peningkatan kemakmuran rakyat yang makin merata, pertumbuhan yang cukup tinggi, dan stabilitas nasional yang mantap, bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh, koperasi yang sehat dan kuat, serta perdagangan yang maju dengan system distribusi yang mantap, didorong oleh kemitraan usaha yang kukuh antara badan usaha koperasi, negara, dan swasta serta pendayagunaan sumber daya alam yang optimal yang kesemuanya didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju, produktif, dan profesional, iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan iptek dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

GBHN 1993 mengamanatkan bahwa dalam PJP II pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi serta sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan industri dan pertanian serta sektor produktif lainnya ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi. Sektor pertanian terus ditingkatkan agar mampu menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, meningkatkan daya beli rakyat, dan mampu melanjutkan proses industrialisasi, serta makin terkait dan terpadu dengan sektor industri dan jasa menuju terbentuknya jaringan kegiatan agroindustri dan agrobisnis yang produktif.

Dalam pembangunan pertanian di Indonesia diperlukan kebijakan strategis yang dapat mengarahkan roda perekonomian pada pembangunan ekonomi yang diharapkan. Menurut Supriatna (2009) dalam Tyastika (2013) menjelaskan strategi untuk merevitalisasi pembangunan pertanian membutuhkan dukungan pembiayaan. Berdasarkan sumber pembiayaan, ada dua jenis pasar kredit mikro di pedesaan yaitu pasar kredit formal dan informal. Pasar kredit formal terbagi atas kredit nonprogram atau komersial (seperti bank-bank penyalur kredit untuk sektor pertanian, koperasi dan pegadaian) dan kredit program (seperti KUT dan KKP). Pasar kredit informal seperti pelepas uang, pedagang input/output produksi dan penggilingan padi.

Permasalahan Pertanian di Indonesia

Meskipun pemerintah menyadari bagaimana peran sektor pertanian, namun saat ini masih banyak kebijakan ekonomi yang belum sepenuhnya mendukung sektor pertanian. Kebijakan terhadap sektor pertanian dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai contoh pengaturan tataniaga beberapa input dasar (pupuk, obat-obatan, dan lain-lain), dengan maksud untuk mempermudah akses petani dalam memperoleh input, namun karena produksinya hanya dilakukan produsen tunggal akibatnya yang terjadi adalah praktek monopoli terhadap supply input. (Fauzi 2008).

Di sisi lain pada pasar produk komoditas pertanian, pembangunan industri hilir produk pertanian selama ini juga tidak banyak melibatkan masyarakat petani, akibatnya petani hanya terfokus pada produk primer dengan nilai tambah yang rendah. Nilai tambah yang kecil dengan tingkat risiko yang tinggi, pada akhirnya hanya memarginalkan petani dalam kelompok warga yang memiliki penghasilan rendah.

Dalam mengembangkan usaha tani ke arah yang lebih efisien sangat erat kaitannya dengan yang namanya modal. Petani membutuhkan modal untuk mengoptimalkan usahataninya mulai dari pembelian benih yang baik, penggunaan pupuk yang sesuai, penggunaan TK yang sesuai, perawatan, pengendalian hama dan penyakit. Ketersediaan input pertanian dalam proses produksi juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kaitannya dengan keperluan menghasilkan output pertanian.

Berbagai kebijakan pemerintah untuk menanggulangi permasalahan permodalan melalui bentuk-bentuk bantuan terus dikembangkan untuk meningkatkan produksi berbagai komoditas pertanian yang diberikan secara masal, salah satu bentuknya adalah kredit pertanian. Kredit pertanian adalah kredit program dengan bunga yang relatif rendah di mana penyalurannya menggunakan persyaratan tertentu. Sebenarnya sumber permodalan bagi petani dalam menjalankan usahanya di samping berasal dari modal sendiri dan kredit program,

juga berasal dari kredit bank komersial, atau lembaga keuangan lainnya seperti BPR, koperasi serta dari sumber pembiayaan informal, antara lain pedagang, pinjaman dari keluarga atau tetangga.

Kehadiran lembaga komersil yang memberikan tingkat bunga yang rendah perlu dikaji kembali agar perannya optimal sebagai penggerak sektor riil, khususnya pertanian. Lembaga komersil atau bank yang hadir di daerah dengan asumsi mengerti betul tentang kondisi daerah setempat, sudah selayaknya memiliki peran yang lebih besar. Tidak hanya sebatas penyalur kredit, namun pembinaan diperlukan untuk mengiringi suksesnya pembangunan pertanian Indonesia (Tyastika 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait