• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDUDUK

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 Pakava merupakan kecamatan terluas (872,16 Km²) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah tekecil adalah Kecamatan Banawa Tengah yang hanya memiliki luas 74,64 Km². Sebagai gambaran dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten Donggala

Tahun 2016

N

o. Kecamatan Luas (Km²) Persentas

e

Jumlah Desa/Kel

1 Rio Pakava 872,16 16,53 14

2 Pinembani 402,61 7,63 9

3 Banawa 99,04 1,88 14

4 Banawa Selatan 430,67 8,16 19

5 Banawa Tengah 74,64 1,41 8

6 Labuan 126,01 2,39 7

7 Tanantovea 302,64 5,74 10

8 Sindue 177,19 3,36 13

9 Sindue Tombusabora 211,55 4,01 6

1 0

Sindue Tobata 211,92 4,02 6

1 1

Sirenja 286,94 5,44 13

1 2

Balaesang 314,23 5,96 13

1 3

Balaesang Tanjung 188,85 3,58 8

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 1

4

Damsol 732,76 13,89 13

1 5

Sojol 705,41 13,37 9

1 6

Sojol Utara 139,07 2,64 5

Luas Kabupaten Donggala 5.275,69 100,00 167

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.

Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio kultur, potensi sumber daya dan infrastrukturnya Kabupaten Donggala dapat dipetakan sebagai berikut Pantai Barat, meliputi Kecamatan Labuan, Tanantovea, Sindue, Sindue Tombusabora, Sindue Tobata, Sirenja, Balaesang, Balaesang Tanjung, Damsol, Sojol dan Sojol Utara yang merupakan daerah pantai dengan potensi yang menonjol adalah perikanan, pertambangan, peternakan dan perdagangan.

Wilayah ini memiliki potensi tambang yang cukup besar khususnya galian C dan emas. Banawa, meliputi kecamatan Banawa, Banawa Tengah, Banawa Selatan, Pinembani dan Rio Pakava yang merupakan daerah yang relatif subur.

Khusus Kecamatan Banawa sebagai ibukota Kabupaten Donggala, infrastrukturnya sudah mulai tertata dengan baik sehingga dapat menunjang kegiatan pemerintah dan masyarakat. Potensi pariwisata juga sudah mulai ditata. Bagian terbesar dari struktur ekonomi adalah pertanian, perkebunan dan perikanan.

Kondisi Topografi Kabupaten Donggala cukup beragam, mulai dari dataran yang rendah, dataran yang berbukit hingga pengunungan. Dataran rendah tersebar di sepanjang pesisir Kabupaten Donggala yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar dimana sebagian besar berada di wilayah Pantai Barat. Wilayah perbukitan dan pegunungan sebagian besar berada pada wilayah perbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dengan ketinggian yang bervariasi mulai dari ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut hingga mencapai ketinggian di atas 2.500 meter di atas permukaan laut. Secara lebih terperinci dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2

Kondisi Topografi Berdasarkan Luas Wilayah Kabupaten Donggala

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016

bergelombang 95.075 18,02

4 > 40° Begelombang

sampai berbukit 296.894 56,28

Total 527.569 100,00

Sumber : Kajian Potensi Sumberdaya yang terkait dengan investasi di Kabupaten Donggala, Tahun 2012.

K. Keadaan Iklim

Sebagaimana dengan daerah–daerah lain di Indonesia, Kabupaten Donggala memiliki 2 musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara bulan April–September sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober–Maret.

Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu tahun 2015 bahwa suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada Bulan Oktober dan Desember (29,50C) dan suhu udara terendah terjadi pada bulan Februari (27,10C).

Sementara kelembaban udara yang dicatat pada stasiun yang sama berkisar antara 64-79%. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada Bulan Januari dan Juni yang mencapai 78,8% sedangkan kelembaban udara rata-rata terendah terjadi pada Bulan September yaitu 64,7%.

Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Mutiara Palu Tahun 2015 terjadi pada bulan Juni 112,5 mm², sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 0,00 mm².

Sementara itu kecepatan angin rata-rata berkisar antara 3-6 knots. Pada Tahun 2015 arah angin terbanyak setiap bulannya dari arah Barat Laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3

Rata – rata Parameter Cuaca

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Menurut Bulan

Kabupaten Donggala Tahun 2015

1 Januari 27,2 1012,0 78,8 54,2 55,9 4,1

2 Februari 27,1 1012,4 77,9 55,0 58,0 4,4

3 Maret 27,5 1012,8 77,9 62,0 64,6 4,2

4 April 28,1 1011,4 75,2 72,0 69,6 4,3

5 Mei 28,5 1012,0 74,0 76,6 32,4 4,1

6 Juni 27,7 1011,7 78,8 59,6 112,5 3,4

7 Juli 28,4 1012,2 69,6 92,3 21,2 4,6

8 Agustus 28,6 1012,3 67,2 90,1 4,5 4,8

9 September 29,3 1012,2 64,7 86,7 20,0 5,5

1

0 Oktober 29,5 1012,4 65,0 84,2 11,5 5,2

1

1 November 29,0 1010,1 72,6 75,5 42,5 4,9

1

2 Desember 29,5 1009,4 68,4 72,9 0,0 4,8

Rata-rata Tahun

2015 28,0 1011,7 72,5 73,4 41,1 4,5

2014 27,2

8 1011,07 77,88 63,06 58,76 3,83

2013 27,7

0 1010,20 76,40 57,70 62,33 3,60

2012 27,7

0 1010,30 76,00 62,90 63,38 3,80

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016

2011 27,6

0 1009,90 76,10 54,50 71,98 3,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.

L. Keadaan Penduduk

Masalah utama kependudukan di Indonesia meliputi tiga hal pokok yaitu jumlah penduduk yang besar, persebaran penduduk yang kurang merata serta komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban Tanggungan (RBT). Untuk wilayah Kabupaten Donggala sendiri masalah utama kependudukan yang dihadapi adalah penyebaran penduduk yang tidak merata dan hanya berpusat pada daerah–daerah tertentu saja. Hal ini dapat terlihat di Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah yang merupakan ibukota Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk paling terbesar sebanyak 44.129 jiwa.

3.

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, jumlah penduduk masih sama pada tahun 2015 dengan 2016 karena sesuai dengan data terakhir yang diberikan oleh BPS. Adapun jumlah penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Donggala tahun 2012–2016 dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Donggala

Tahun 2012–2016

No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

2012 2013 2014 2015 *2016

JUMLAH 282.752 282.752 290.915 293.742 293.742

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2012 – 2016.

Kepadatan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2016 menurut kecamatan tidak merata dengan jumlah penduduk sebesar 293.742 jiwa dan luas wilayah 5.275,69 Km2 sehingga diperoleh rata-rata angka kepadatan penduduk sebesar 55,7 jiwa per Km2. Ditinjau dari kepadatan

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 penduduk, Kecamatan Banawa adalah terpadat (337,8 jiwa per Km2) disusul Kecamatan Banawa Tengah (143 jiwa per Km2). Hal ini disebabkan karena Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah merupakan wilayah ibukota Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk terbesar 44.129 jiwa namun tidak dengan luas wilayah yang terbesar (173,68 Km2) dan merupakan pusat kegiatan pemerintahan dan perdagangan.

Sedangkan Kecamatan Pinembani merupakan wilayah kerja di Kabupaten Donggala dengan jumlah penduduk yang terkecil sebesar 6.750 jiwa dengan luas wilayah terbesar ke-5 (402,61 Km2) dengan kepadatan penduduk 16,8 jiwa per Km2 di wilayah Kabupaten Donggala pada tahun 2016. Adapun luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan pada tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5

Luas wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten DonggalaTahun 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.

4. Komposisi penduduk

c. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan Rasio beban tanggungan (Dependency Ratio) yaitu perbandingan antara penduduk umur non produktif (umur 0–14 tahun dan umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur 15–64 tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya.

Angka beban tanggungan untuk Kabupaten Donggala tahun 2016 sebesar 65,1% dengan penduduk sebesar 293.742 jiwa yang terdiri dari 105.124 jiwa penduduk usia belum produktif (anak-anak No. Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 dan remaja; usia 0-14 tahun), 177.955 jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), dan 10.663 jiwa penduduk tidak produktif (lanjut usia; 65+ tahun). Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 65 jiwa terhadap penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan tidak produktif lagi (65+ tahun). Proporsi komposisi penduduk menurut kelompok golongan umur dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1

Proporsi Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Golongan Umur Kabupaten Donggala

Tahun 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.

Berdasarkan gambar 2.1 tersebut, bahwa beban tanggungan ekonomi pada usia produktif tergolong tinggi karena harus menanggung sebesar 36 persen untuk usia belum produktif dan 3 persen untuk usia tidak produktif lagi.

d. Ratio Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan per penduduk perempuan. Berdasarkan hasil proyeksi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Donggala didapatkan rasio jenis kelamin penduduk tahun 2016 sebesar 104,7%, yaitu masing-masing sebesar 150.224 jiwa penduduk laki-laki dan 143.518 jiwa penduduk perempuan. Dengan demikian di Kabupaten Donggala, setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 104 penduduk laki-laki.

Adapun rasio penduduk menurut jenis kelamin dapat disajikan pada tabel 2.6 berikut.

Tabel 2.6

Rasio Penduduk Menurut Jenis Kelamin 36%

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.

M. Keadaan Ekonomi

Tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan memanfaatkan

potensi dan sumber-sumber daya yang tersedia. Sejalan dengan maksud tersebut berbagai upaya telah dilakukan khususnya untuk menciptakan lapangan kerja dan memberikan kesempatan berusaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian maka secara otomatis akan merangsang dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto baik atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan.

Produk Domestik Regional Bruto sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam 1 Tahun. Produk Domestik Regional (PDR) batas dasar harga konstan menunjukkan peningkatan, hal ini berarti bahwa terjadi perbaikan perekonomian Kabupaten Donggala.

Salah satu ukuran yang dapat memberikan gambaran mengenai

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 kondisi suatu daerah adalah melalui angka PDRB, pada tahun 2015 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Donggala mencapai 9.371 Miliar Rupiah dan atas dasar harga konstan sebesar 7.281 Miliar Rupiah dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,12 persen yang berarti keadaan ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai angka pertumbuhan 6,24 persen.

Tabel 2.7

Total PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten Donggala atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010, 2012 - 2015

Rincian

Total PDRB (Miliar Rupiah)

PDRB per Kapita (Juta Rupiah)

2013 2014 2015 2013 2014 2015

Harga Berlaku 7.452 8.405 9.371 25,8 28,89 31,9

Harga Konstan 6.458 6.861 7.281 22,4 23,6 24,8

Sumber : PDRB Menurut Lapangan usaha dalam IPM Kab. Donggala, 2015.

Dari sisi pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan cukup tinggi yakni dari 28,89 juta rupiah tahun 2014 menjadi 31,9 juta rupiah tahun 2015. Meningkatnya pendapatan perkapita diakibatkan karena meningkatkan output seluruh ekonomi, utamanya output sektor pertanian dan sektor penggalian yang merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Donggala.

Output sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan maraknya ekplorasi bahan galian C di Kabupaten Donggala. Secara umum, seluruh kategori ekonomi PDRB mengalami pertumbuhan yang positif.

4. Angka Beban Tanggungan

Rasio Beban tanggungan digunakan untuk mengetahui beban tanggungan ekonomi suatu negara. Tingginya rasio beban tanggungan merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi suatu negara karena sebagian besar pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan yang non produktif.

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 Semakin besar rasio tanggungan berarti semakin besar beban tanggungan bagi kelompok usia produktif. Tinggi rendahnya angka tanggungan dapat dibedakan 3 golongan, yaitu :

d. Angka beban tanggungan rendah apabila< 30 e. Angka beban tanggungan sedang apabila 30 - 40 f. Angka beban tanggungan tinggi apabila > 41

Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur maka Angka Beban Tanggungan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2012 dan 2013 sebesar 65,08 kemudian tahun 2014 kembali meningkat menjadi 65,10 namun menurun lagi menjadi 63,3 pada tahun 2015 dan kembali meningkat menjadi 65,10 pada tahun 2016.

Hal ini berarti bahwa tahun 2016, setiap 100 orang berusia produktif (usia 15-64 tahun) harus menanggung 65 orang yang berusia belum produktif (0-14 tahun) dan usia tidak produktif lagi (usia 65- 75+) dengan termasuk golongan angka beban tanggungan tinggi. Rasio beban tanggungan penduduk Kabupaten Donggala tahun 2012–2016 secara rinci dapat dilihat pada grafik 2.1 berikut.

Grafik 2.1

Rasio Beban Tanggungan Penduduk Kabupaten Donggala

Tahun 2012– 2016

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2012 - 2016.

Salah satu faktor yang menyebabkan beban tanggungan ekonomi tersebut meningkat dari tahun 2015 adalah secara umum kinerja pertumbuhan perekomonian tahun 2016 lebih baik dibandingkan dengan tahun 2015.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi tersebut memberikan harapan bagi penduduk Kabupaten Donggala dalam meningkatkan taraf hidupnya.

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Donggala tahun 2016, PDRB per kapita Kabupaten Donggala mencapai 31,902.000 Juta Rupiah dengan pertumbuhan

65.08

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 sebesar 11,67 persen sedangkan pada tahun 2012-2014 sebesar 10,79 persen ; 11,62 persen ; dan 10 ;42 persen.

N. Keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia. Pendidikan berkontibusi terhadap perubahan perilaku masyarakat serta menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan SDM dan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk meningkatkan peran pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas

pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan rata-rata lama sekolah.

Penduduk Kabupaten Donggala tergolong penduduk muda, berarti pada umumnya masih berada pada usia sekolah (sekitar 40 persen). Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maka dibutuhkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, terutama dalam rangka menyukseskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang pernah sekolah, dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Donggala yang berumur 10 tahun ke atas sebesar 221.118 jiwa sedangkan yang berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf sebesar 213.147 jiwa. Gambaran jumlah penduduk Kabupaten Donggala yang berumur 10 tahun keatas dan yang melek huruf serta pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat dilihat pada grafik 2.2 dan 2.3 berikut.

Grafik 2.2

Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas dan Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf

Kabupaten Donggala Tahun 2015

221,118 213,147

Berumur 10 Th ke atas Berumur 10 Th ke atas yg Melek

Huruf

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2015. (Lampiran Profil Tabel 3).

Pada grafik 2.3, berdasarkan perhitungan BPS Kabupaten Donggala tahun 2015 kepemilikan ijazah tertinggi berada pada tingkat SMP/MTs sebesar 35,7 persen dan terendah pada tingkat S1/DIV sebesar 0,8 persen.

Grafik 2.3

Persentase Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Di Kabupaten Donggala

Tahun 2015

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2016.Lampiran Profil Tabel 3).

O. Perilaku Masyarakat

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan tiga indikator yaitu Persentase

3.9

24.6

35.7

16.2

13.5

2.8

1.0 0.8 1.6

5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0 40.0

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Persentase Posyandu dan Poskesdes.

4. Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga yang mejadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku. Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan berupaya meningkatkan persentase rumah tangga ber – PHBS.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga

atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan dimasyarakat. Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS pada tatanan rumah tangga dinilai berdasarkan indikator yang meliputi 10 indikator PHBS di rumah tangga yaitu :

k. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan l. Memberi bayi ASI Eksklusif

m. Menimbang balita setiap bulan n. Menggunakan air bersih

o. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun p. Menggunakan jamban sehat

q. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu r. Makan buah dan sayur setiap hari

s. Melakukan aktivitas fisik setiap hari t. Tidak merokok di dalam rumah

Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan nilai perilaku dan lingkungan sehat tiap keluarga dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Sehat 1, yaitu apabila keluarga berperilaku positif kurang dari 25 persen dari jumlah seluruh indikator PHBS.

2. Sehat 2, yaitu bila keluarga berperilaku positif 25 persen–49 persen dari jumlah seluruh indikator PHBS.

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 3. Sehat 3, yaitu bila keluarga berperilaku positif 50% - 74% dari

jumlah seluruh indikator PHBS

4. Sehat 4, yaitu bila keluarga berperilaku positif lebih dari 75%.

Manfaat rumah tangga ber-PHBS bagi rumah tangga, yaitu : e) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit f) Anak tumbuh sehat dan cerdas

g) Anggota keluarga giat bekerja

h) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Pada tahun 2016 di Kabupaten Donggala, cakupan Rumah Tangga ber-PHBS adalah sebanyak 12.078 rumah tangga (56,4%) dari 21.399 (28,8 persen) rumah tangga yang dipantau sedangkan target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala tahun 2016 sebesar 67%. Artinya bahwa cakupan rumah tangga ber-PHBS belum memenuhi target. Data persentase rumah tangga ber-PHBS menurut kecamatan dan puskesmas dapat dilihat pada lampiran profil tabel 57.

5. Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dewasa ini.

Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Untuk Meningkatkan kualitas Posyandu telah dilakukan pengelompokan Posyandu ke dalam 4 tingkat perkembangan, yaitu (1) Posyandu Pratama, (2) Posyandu Madya, (3) Posyandu Purnama dan (4) Posyandu Mandiri.

Berdasarkan tabel 69 Profil Kesehatan Kabupaten Donggala, pada tahun 2016 jumlah Posyandu di Donggala adalah sebanyak 437 unit (strata Pratama 22,2 persen; strata Madya 41,9 persen; strata Purnama 34,3 persen dan srata Mandiri 1,6 persen). Target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala tahun 2016 untuk strata Posyandu Purnama dan Mandiri sebesar 100%. Artinya bahwa untuk strata Purnama dan Mandiri di Kabupaten Donggala belum mencapai target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala. Tingkat perkembangan Posyandu dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut.

Tabel 2.8

Distribusi Posyandu Menurut Strata Kabupaten Donggala

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 Tahun 2012 – 2016

Sumber : Seksi Kesehatan Dasar. Program Promkes. Dinkes Kab. Donggala, 2012 – 2016. (Lampiran Profil Tabel 69).

Berdasarkan tabel 2.7, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah posyandu sepanjang tahun 2012 sampai tahun 2015 sedangkan apabila melihat perkembangan posyandu maka strata Purnama dan Mandiri mengalami peningkatan sepanjang 5 tahun terakhir. Jumlah posyandu aktif di Kabupaten Donggala pada tahun 2016 sebanyak 157 unit atau 35,9 persen.

6. Pos Kesehatan Desa

Pos Kesehatan Desa adalah upaya kesehatan bersumber masyarakat yang dibentuk di desa dalam rangka menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes menyelenggarakan kegiatan-kegiatan terutama untuk :

e. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor risikonya serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.

f. Penanggulangan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya.

g. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.

h. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.

N

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 Poskesdes adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dimiliki oleh Desa Siaga yaitu desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

Berdasarkan data program dilaporkan bahwa pada tahun 2016, dari 167 desa/kelurahan yang ada terdapat 101 Poskesdes, 104 Posbindu dan 101 Desa siaga. Secara rinci jumlah UKBM dan Desa siaga menurut kecamatan disajikan secara rinci pada lampiran profil tabel 70 dan 71.

P. Keadaan Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapatkan perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat.

Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit/gangguan kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Berikut ini akan disajikan indikator–indikator yang menggambarkan tentang keadaan lingkungan yaitu rumah sehat, tempat–tempat umum sehat, akses terhadap air bersih dan akses terhadap jamban sehat.

Perkembangan kondisi penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar di Kabupaten Donggala akan diuraikan berikut.

5. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi dan pencahayaan (Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes Nomor Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah). Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan dapat mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak–anak. Anak–anak memerlukan lingkungan

bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya kreativitasnya.

Dengan kata lain, rumah apabila terlampau padat disamping merupakan media yang cocok untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran nafas juga dapat mempengaruhi perkembangan anak.

Kriteria rumah sehat berdasarkan Riskesdas 2010 adalah apabila memenuhi 7 kriteria, yaitu atap berplafon, dinding permanen, jenislantai bukan tanah, tersedia jendela, ventilasi cukup, pencahayaannya alami cukup, dan

Profil Kesehatan Kab. Donggala Tahun 2016 tidak padat huni (≥ 8 m2/orang). Persentase rumah tangga menurut kriteria rumah sehat Per-Puskesmas dapat dilihat pada grafik 2.8.

Pada grafik 2.4 menunjukkan bahwa jumlah rumah sehat sebanyak 38.675 unit dari jumlah seluruh rumah di Kabupaten Donggala tahun 2016 sebanyak 69.939 unit. Rumah sehat tertinggi pada tahun 2016 berada pada wilayah kerja Puskesmas Sabang dengan jumlah 3.740 unit (51,9%) sedangkan rumah sehat terendah adalah Puskesmas Pinembani sebanyak 350 unit ( 23,2 persen).

Grafik 2.4

Persentase Rumah Tangga Menurut Kriteria Rumah Sehat Per-Puskesmas di Kabupaten Donggala

Tahun 2016

Sumber Data : Seksi Kesehatan Lingkungan, Dinkes Kab. Donggala. 2016.

(Lampiran Profil Tabel 58).

6. Tempat – tempat Umum Sehat

Tempat-tempat umum (TTU) adalah tempat yang banyak dikunjungi orang sehingga dikhawatirkan dapat menjadi sumber penyebaran penyakit.

TTU meliputi sarana pendidikan, hotel, rumah sakit, restoran, bioskop, pasar, terminal, tempat wisata, stasiun, kantin sekolah dan lain-lain. TTU memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi

TTU meliputi sarana pendidikan, hotel, rumah sakit, restoran, bioskop, pasar, terminal, tempat wisata, stasiun, kantin sekolah dan lain-lain. TTU memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi

Dokumen terkait