• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA

B. Gambaran Perkara Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb

1. Gambaran umum Perkara Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb…54

Perkara dengan Nomor Putusan 632/Pdt.G/2007/PA.Amb adalah salah satu perkara waris yang ditangani oleh Pengadilan Agama Ambarawa. Perkara tersebut adalah gugatan dari M binti M (istri dari S) sebagai penggugat. Dengan tergugat M binti S sebagai tergugat I, SK binti S sebagai tergugat II, dan K bin K sebagai tergugat III. Dengan objek sengketa waris adalah tanah seluas 10.066 M2 dengan sertifikat HM Nomor 927 Tahun 1992 yang dulu tercatat dalam C Desa No. 689 Persil No. 42 b atas nama S. Tanah tersebut sekarang dengan atas nama M binti S (tergugat I) dan SK binti S (tergugat II) yang dijadikan tempat tinggal tergugat I dan usaha selepan padi oleh tergugat III. Sertifikat atas tanah tersebut dikuasai oleh tergugat I. Tanah tersebut dibeli oleh semasa perkawinannya dengan penggugat, dan dinyatakan sebagai harta bersama.

55

S sebagai suami penggugat telah dinyatakan meninggal pada tanggal 25 Juli 1973 karena sakit yang tercatat dalam Duplikat Surat Kematian No. 474.3/69/IX/2007. Dalam perkawinannya mempunyai 2 orang anak perempuan M binti S (tergugat I) dan SK binti S (tergugat II). Dan pengugat serta tergugat I dan II adalah ahliwaris dari S berdasar Surat Keterangan Ahli Waris Nomor: 600/698 tertanggal 13 September 2007 yang dikeluarkan oleh Kantor Kelurahan Tambakboyo.

2. Gambaran Perkara oleh Pihak Tergugat

Dari pihak tergugat I memberikan pengertian bahwa tanah sengketa tersebut adalah hak miliknya karena penggugat telah mensertifikatkan tanah tersebut atas nama tergugat I dan tergugat II semasa masih remaja atas kemauannya sendiri tanpa paksaan dan mengartikan tanah tersebut bukan lagi harta yang berhak untuk diwarisi oleh penggugat. Dalam rekonpensinya juga menyatakan bahwa pernyataan akan pelepasan hak waris yang telah teragendakan di Kantor Kelurahan Tambakboyo tertanggal 29 Agustus 1991 Nomor 594/67/1991 untuk membuat sertifikat HM Nomor 927 Tahun 1992 dinyatakan sah.

Tergugat I dapat membuktikan Sertifikat Hak Milik tersebut dengan foto copy Sertifikat Hak Milik No. 927/tahun 1992 atas nama SK dan M seluas 10.066 M2 bermaterai cukup, tetapi tidak dapat dicocokkan dengan aslinya karena oleh tergugat I sertifikat tanah tersebut dijadikan agunan pinjaman lunak di PT. ASABRI. Dengan diperkuat bukti surat keterangan dari PT. ASABRI (Persero) cab. Semarang tanggal 13 Mei 2008 yang

56

menerangkan bahwa sertifikat HM Nomor 927 Tahun 1992 atas nama SK dan M betul-betul sebagai agunan pinjaman lunak.

Dari pihak tergugat II dan III mengakui bahwa tanah sengketa tersebut merupakan harta warisan dari S (harta bersama perkawinannya dengan penggugat) yang belum dibagi. Dengan dikuatkan oleh bukti saksi dari Badan Pertanaham Nasional Kabupaten Semarang yang bernama PP memberikan keteranganbahwa pada umumnya pembuatan sertifikat harus ada Surat Keterangan Waris, KTP, SPPT, dan Surat Penguasaan dari pihak yang diketahui oleh Kepela Desa. Bahwa setelah dicari dokumen-dokumen di kantor, warkah yang berhubungan dengan pengurusan sertifikat HM Nomor 927 tidak ada, jadi tidak ditemukan Surat Keterangan Ahli Waris, surat pelepasan hak dari penggugat maupun surat-surat lain.

Ketika tidak ada surat pelepasan hak dari penggugat dalam pembuatan sertifikat tersebut, maka tanah tersebut masih merupakan harta bersama yang belum dibagi waris. Tergugat II dan III juga membenarkan bahwa tergugat II adalah ahli waris dari S dan meminta hakim untuk membagi warisan berdasar porsinya masing-masing dengan objek sengketa tanah sertifikat HM Nomor 927 Tahun 1992. Data tersebut juga penulis peroleh dari wawancara dengan tergugat II yang membenarkan uraian seluruh gambaran perkara nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. Dan ibu tersebut menerangkan bahwa setelah perkara tersebut diputuskan, pembagian harta telah dilakukan sambil menunggu selesainya pengurusan sertifikat. wawancara penulis lakukan pada tanggal 17 Juni 2012.

57 3. Gambaran Perkara oleh Pihak Penggugat

Penggugat sebagai istri almarhum merasa berhak atas tanah tersebut karena tanah itu adalah salah satu harta bersama dari perkawinannya dengan almarhum yang sekarang menjadi objek harta waris. Penggugat merasa tanah tersebut belum dibagi waris meskipun telah diganti dengan atas nama SK dan M yang dibenarkan oleh tergugat II dan III. Jadi penggugat berharap tanah tersebut dinyatakan sebagai harta bersama (sebagai harta gono-gini) dan dibagi sesuai bagian masing-masing ahli waris yaitu penggugat, tergugat I, dan tergugat II.

E.Dasar Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor

632/Pdt.G/2007/PA.Amb

Dalam amar putusan Pengadilan Agama Ambarawa menetapkan penggugat sebagai istri dari almarhum berhak memperoleh seperdua harta bersama (1/2 x 10.066m2=5033m2) dan almarhum berhak memperoleh seperdua dari harta bersama (1/2 x 10.066m2=5033m2) yang merupakan harta warisan yang harus dibagikan kepada semua ahli waris yang berhak.

Penggugat sebagai janda mendapat 1/8 bagian atau 6/48 x 5033 m2=629,13 m2. Tergugat I sebagai anak kandung mendapat 21/48 x 5033 m2= 2201,93 m2. Tergugat II sebagai anak kandung mendapat 21/48 x 5033 m2= 2201,93 m2. Dalam hal ini pengadilan menetapkan istri dan dua anak perempuannya sebagai ahli waris berdasarkan surat keterangan ahli waris yang dikeluarkan oleh kelurahan.

58

Dari wawancara yang dilakukan penulis pada tanggal 22 Nopember 2012 kepada Bapak Drs. Syamsuri selaku hakim di Pengadilan Agama Ambarawa memberikan penjelasan bahwa penetapan ahli waris berdasar pada Pasal 174 menyebutkan kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:

a. Menurut hubungan darah:

- golongan laki-laki terdiri dari : ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman dan kakek.

- Golongan perempuan terdiri dari : ibu, anak perempuan, saudara perempuan, dan nenek.

b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari : duda atau janda. Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda.

Dari pasal tersebut maka dapat diketahui bahwa penggugat sebagi istri adalah ahli waris, tergugat I dan II berdasar keterangan para saksi dan surat keterangan ahli waris adalah ahli waris yang tidak terhalang menjadi ahli waris yang merupakan anak perempuan kandung dari pewaris. Pasal 174 KHI

tersebut menegaskan bahwa kedudukan anak laki-laki dan perempuan dapat menghalangi ahli waris yang lebih jauh, jika terdapat saudara dari almarhum, maka saudara tersebut terhalang oleh adanya anak (baik laki-laki atau

perempuan).

Lebih lanjut mengenai dasar pertimbangan hakim terhadap putusan perkara nomor: 632/Pdt.G/2007/PA.Amb adalah sebagai berikut:

59

a. Menimbang, bahwa Tergugat I telah memberikan jawaban yang pada pokoknya;

- Tergugat I keberatan terhadap gugatan Penggugat karena tidak ada lampiran surat kuasa dan meragukan keberadaan kuasa Penggugat - Tergugat menyatakan bahwa gugatan Penggugat kurang pihak

- Tergugat mengakui sebagian dan membantah selebihnya, sedang Tergugat II dan III membenarkan gugatan Penggugat dan tidak keberatan apabila Penggugat diperhitungkan bagiannya, karena Penggugat sebagai ibu kandung para Tergugat.

b. Menimbang, bahwa bukti-bukti surat yang diajukan telah bermaterai cukup dan akan dipertimbangkan dibawah ini

c. Menimbang, bahwa saksi-saksi yang diajukan telah member keterangan dibawah sumpah dan akan dipertimbangkan di bawah ini

d. Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan tentang harta yang disengketakan Majlis terlebih dahulu akan mempertimbangkan keberatan-keberatan Tergugat di luar pokok perkara

e. Menimbang, bahwa tentang surat kuasa sebagaimana keberatan Tergugat I, adalah merupakan syarat yang harus dilampirkan dalam gugatan yang diajukan kepada Majlis Hakim bukan dilampirkan dalam salinan gugatan yang diberikan kepada Tergugat. Surat kuasa maupun copy kartu tanda anggota Peradi dari kuasa penggugat telah diajukan/dilampirkan dalam pengajuan gugatan pengguagat, dan surat tersebut telah diperiksa oleh Majlis ternyata sah, oleh karenanya kuasa tersebut secara sah telah

60

menjadi kuasa hukum penggugat; sehingga karenanya keberatan Tergugat tersebut tidak dapat dipertimbangkan

f. Menimbang, bahwa keberatan tergugat tentang kurangnya pihak dalam gugatan penggugat, berdasarkan jawaban tergugat dan keterangan saksi-saksi, maka telah terbukti pada tahun 1942 penggugat telah menikah dengan K bin AJ dan telah dikaruniai 5 orang anak:

- S, umur 57 tahun - K, umur 55 tahun - J, umur 50 tahun - M.R, umur 47 tahun - P, umur 45 tahun

Dan pada tahun 1962 K telah meninggal dunia karena sakit

g. Menimbang, bahwa sesuai jawaban tergugat yang dikuatkan dengan bukti P1 dan keterangan saksi-saksi, maka telah terbukti bahwa pada tanggal 2 Pebruari 1965 penggugat telah menikah secara sah S bin MK dan telah dikaruniai tiga orang anak, yaitu M dan SK dan satu orang anak laki-laki tetapi telah meninggal dunia ketika umur 13 tahun serta selama perkawinan penggugat dengan S bin MK belum pernah bercerai

h. Menimbang, bahwa sesuai jawaban tergugat yang dikuatkan dengan bukti P2 dan keterangan para saksi, maka telah terbukti S bin MK telah meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1973

i. Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai pertimbangan tersebut diatas, maka Majlis berpendapat bahwa pihak dalam perkara ini telah cukup,

61

bahkan tergugat III sebagai pihak meskipun tergugat III sebagai anak bawaan penggugat, tetapi tergugat III menempati tanah tersebut untuk pengelolaan penggilingan padi, oleh itu keberatan tergugat tersebut tidak berdasarkan atas hukum, maka tidak dapat diterima

j. Menimbang, bahwa dari apa yang diuraikan oleh penggugat maupun para tergugat dapat disimpulkan bahwa harta yang menjadi sengketa adalah sebidang tanah yang dulu tercatat dalam C Desa No. 689 Persil No. 42 b atas nama S, sekarang tanah tersebut telah bersertifikat HM No 927 tahun 1992 atas nama M dan SK yang menurut penggugat harta tersebut belum dibagi waris, sehingga penggugat masih mempunyai hak terhadap harta tersebut, sedang harta selainnya tidak dipermasalahkan

k. Menimbang, bahwa gugatan pokok dalam perkara ini adalah pembagian harta waris karena adanya seseorang yang telah meninggal dunia (S bin MK) suami penggugat dan ayah dari para tergugat, namun dalam perkara ini juga melekat perkara harta bersama/gono gini karena status penggugat sebagi istri dari almarhum S bin MK, oleh karena itu Majlis harus mempertimbangkannya sekaligus

l. Menimbang, bahwa berdasarkan jawaban para tergugat dan bukti P4, P5, P6, dan T.I.1 serta keterangan saksi-saksi (G dan SD), maka telah terungkap bahwa tanah yang menjadi objek sengketa tersebut diperoleh sekitar tahun 1970-1972 yang dibeli dari HM, atau diperoleh dalam masa perkawinan penggugat dengan S bin MK.

62

m. Menimbang, bahwa tergugat I dalam jawabannya telah membantah apabila harta peninggalan almalhum belum dibagi, dengan menyatakan bahwa harta almarhum telah dibagikan kepada para ahli waris termasuk objek sengketa telah diberikan kepada tergugat I dan tergugat II, akan tetapi tergugat I juga tidak dapat menunjukkan bagian masing-masing ahli waris, sedang jawaban tergugat II secara tersirat telah ternyata bahwa objek sengketa dimaksud belum dibagi

n. Menimbang, bahwa oleh karena itu harus dinyatakan bahwa harta yang menjadi objek sengketa yaitu sebidang tanah yang dulu tercatat dalam C Desa No. 689 Persil No. 42 b atas nama S, sekarang tanah tersebut telah bersertifikat HM No 927 tahun 1992 atas nama M dan SK merupahan harta bersama perkawinan penggugat dengan S bin MK

o. Menimbang, bahwa meskipun sertifikat HM No 927 telah diatasnamakan tergugat I dan tergugat II selaku anak kandung penggugat, namun peralihan hak dari S kepada kedua anaknya tersebut tidak berdasarkan atas hak yang benar, di mana dalam sertifikat diterangkan dasar peralihan hak adalah keterangan ahli waris, sedangkan bukti P3 (Surat Keterangan Ahli Waris) disebutkan bahwa ahli waris almarhum S adalah M sebagai istri, M dan SK masing-masing sebagai anak kandung. Apabila dasarnya Surat Keterangan Ahli Waris tentunya penggugat juga termasuk di dalamnya. Selain hal tersebut tergugat I menyatakan bahwa penggugat telah melepaskan hak waris terhadap harta dimaksud, namun menurut keterangan dari Pejabat Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Semarang

63

penerbitan sertifikat tersebut hanya berdasarkan Surat Keterangan Ahli Waris sebagaimana yang tercatat dalam sertifikat dan tidan ada keterangan pelepasan hak, tetapi warkah dari pengurusan sertifikat tersebut tidak ditemukan, dan tidak ada bukti lain yang dapat menguatkan pernyataan tergugat tersebut

p. Menimbang, bahwa oleh karena itu harus dinyatakan bahwa sertifikat tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum, dan status tanah sengketa dimaksud sebagai harta bersama perkawinan penggugat dengan almarhum S bin MK yang belum dibagi

q. Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan pasal 96 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam penggugat M binti M sebagai istri berhak atas seperdua (1/2) dari harta bersama tersebut di atas (12/x10.066m2), dan S bin MK sebagai suami juga berhak atas seperdua (1/2) dari harta bersama tersebut diatas (12/x10.066m2)

r. Menimbang, bahwa oleh karena S bin MK telah meninggal duania, maka bagian almarhum S bin MK tersebut menjadi harta peninggalan almarhum, dan oleh karena tidak terungkap adanya wasiat maupun hutang alamrhum yang belum dilunasi, maka seluruh bagian almarhum S bin MK (1/2 dari objek sengketa atau tanah seluas 5033 m2) menjadi harata warisan almarhum dan menjadi hak para ahli waris almarhum s. Menimbang, bahwa sesuai keterangan para pihak, bukti P3 dan

64

meninggal dunia meninggalkan seorang istri (penggugat) dan dua (dua) orang anak perempuan (tergugat I dan tergugat II), mereka ketiganya beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris, oleh karenya harus dinyatakan bahwa mereka:

1) Pengugat M binti M sebagai janda

2) Tergugat I M binti S sebagai anak kandung 3) Tergugat II S.K. binti S sebagai anak kandung Adalah ahli waris dari S bin MK

t. Menimbang, bahwa pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, Majlis harus menetapkan bagian masing-masing ahli waris, sesuai pasal 180 Kompilasi Hukum Islam penggugat M binti M sebagai janda mendapat bagian 1/8 (6/48) dari harta warisan tersebut di atas (6/48 x 5033 m2 = 629,13 m2)

u. Menimbang, bahwa karena anak perempuan almarhum dua orang, maka kedua anak tersebut memperoleh 2/3 bagian (32/48) dari harta warisan almarhum sesuai pasal 176 Kompilasi Hukum Islam

v. Menimbang, bahwa jumlah bagian penggugat, tergugat I dan II: 6/48 + 32/48 = 38/48, sehingga masih tersisa 10/48 bagian. Sisa dari bagian tersebut diraddkan kepada kedua anak tersebut (tergugat I dan II), dengan memperhatikan pendapat Jumhur Fuqoha dalam buku Ilmu Waris (Drs. Fathur Rahman), maka penerimaan tergugat I dan terguggat II sebagai berikut: 32/48+10/48= 42/48, dengan demikian bagian 1 (satu) orang anak perempuan adalah: 42/48:2=21/48x5033 m2=2201,93 m2

65

w. Menimbang, bahwa oleh karena harta tersebut merupakan satu kesatuan, maka diperintahkan kepada ahli waris untuk melakukan pembagian sesuai dengan yang telah ditetapkan tersebut di atas

x. Menimbang, bahwa oleh karena sertifikat objek tersebut atas nama tergugat I dan tergugat II, dan selama ini tergugat I yang menguasai sertifikat sebagaimana bukti T.I.2 dan menempati objek sengketa tersebut, sedang tergugat III juga memanfaatkan objek tersebut, maka sudah selayaknya apabila kepada mereka atau siapa saja yang memperoleh hak dari mereka dihukum untuk menyerahkan kepada masing-masing yang berhak sesuai bagian yang telah ditetapkan di atas dalam keadaan kosong

y. Menimbang, bahwa terhadap permohonan sita penggugat sesuai dengan Putusan Sela Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. tanggal 30 April 2008 permohonan tersebut ditolak oleh Majlis Hakim

z. Menimbang, bahwa terhadap tuntutan penggugat tentang dwangsoom dan Uit Verbaar Bij Voerraad, oleh karena tidak berdasar atas hukum maka tidak dapat diterima

2. Dalam Rekonpensi

a. Menimbang, bahwa penggugat dalam konpensi selanjutnya disebut tergugat dalam rekonpensi dan tergugat I dalam konpensi selannjutnya disebut penggugat dalam rekonpensi

b. Menimbang, bahwa penggugat telah memngajukan gugatan rekonpensi yang pada pokoknya sebagaimana diuraika di atas

66

c. Menimbang, bahwa apa yang dipertimbangkan dalam konpensi harus dianggap telah termuat dan terbaca kembali dalam rekonpensi

d. Menimbang, bahwa oleh karena yang disengkatakan dalam rekonpensi adalah objeknya maupun pihaknya sama dengan apa yang disengketakan dalam konpensi, sehingga telah dipertimbangkan dalam konpensi, maka gugatan rekonpensi tersebut tidak dapat diterima

e. Menimbang, bahwa bukti-bukti selain yang dipertimbangkan tersebut di atas, oleh karena tidak ada relevansinya maka dikesampingkan

f. Menimbang, bahwa oleh karenanya segala tuntutan penggugat selebihnya juga dinyatakan tidak diterima

3. Dalam Konpensi dan Rekonpensi

a. Menimbang, bahwa sesuai pasal 181 ayat 1 HIR, maka kepada para pihak dihukum untuk membayar biaya perkara secara tanggung renteng yang hingga kini sebesar Rp1.166.000,- (satu juta seratus enam puluh enam ribu rupiah)

Mengingat pasal-pasal dari Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berlaku dan dalil Syar’i yang berhubungan dengan perkara ini, mengadili: 1. Dalam konpensi

a. Mengabulkan gugatn penggugat sebagian

b. Menyatakan harta yang berupa sebidang tanah dengan sertifikat HM nomor 927 tahun 1992, atas nama M (tergugat I) dan SK (tergugat II), luas tanah 10.066 m2 yang terletak di Karanganyar RT 02 RW 05

67

Kelurahan Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah utara: rumah Sriyanto, tanak kapling, tanah Dewi - Sebelah timur: jalan setapak

- Sebelah selatan: sawah Kasiyadi dan sawah Yuhri - Sebelah barat: jalan kampong

Adalah sebagian harta bersama perkawinan penggugat M binti M dengan almarhum S bin MK

c. Menetapkan masing-masing penggugat M binti M berhak memperoleh seperdua harta bersama tersebut (1/2x10.066 m2=5033 m2) dan almarhum S bin MK berhak memperoleh seperdua harta bersama tersebut (1/2x10.066 m2=5033 m2)

d. Menyatakan bagian dari almarhum S bin MK yang harus dibagikan kepada semua ahli waris yang berhak

e. Menyatakan

- Penggugat M binti M sebagai janda

- Tergugat I M binti S sebagai anak kandung - Tergugat II SK binti S sebagai anak kandung Adalah sebagai ahli waris almarhum S bin MK f. Menyatakan bagian masing-masing

- Penggugat M binti M sebagai janda mendapat 1/8 bagian atau 6/48x5033 m2=629,13 m2

68

- Tergugat I M bin S sebagai anak kandung mendapat 21/48x5033m2 =2201,93 m 2

- Tergugat II SK bin S sebagai anak kandung mendapat 21/48x5033 m2=2201,93 m2

g. Memerintahkan kepada para pihak untuk melaksanakan pembagian sesuai dengan yang ditetapkan tersebut di atas

h. Menghukum pera tergugat atau siapa saja yang memperoleh hak dari mereka untuk menyerahkan kepada masing-masing yang berhak dalam keadaan kosong

i. Menyatakan menolak dan tidak menerima gugatan pengggugat selain dan selebihnya

2. Dalam rekonpensi

a. Menyatakan gugatan rekonpensi penggugat tidak dapat diterima 3. Dalam konpensi dan rekonpensi

a. Menghukum para pihak untuk membayar biaya perkara secara tanggung renteng yang hingga kini sebesar Rp 1.166.000,- (satu juta seratus enam puluh enam ribu rupiah)

69 BAB IV ANALISIS

F. Analisis terhadap Pembagian Waris dalam Perkara Nomor

632/Pdt.G/2007/PA.Amb. di Pengadilan Agama Ambarawa

Seperti yang telah ditetapkan KHI bahwa anak perempuan dan istri merupakan kelompok ahli waris dari pewaris. Kemudian dalam pasal 176 dan 180 menerangkan jika terdapat dua anak perempuan dan istri, bagian mereka masing-masing adalah 2/3 dan 1/8 dari harta warisan. Terhadap harta tersebut dibagi harta bersama setengah bagian terlebih dahulu. Yaitu setengah dari 10.066 m2 adalah hak istri, dan setengah lagi adalah harta yang diwariskan.

2/3 atau 32/48 dan 1/8 atau 6/48 maka terdapat sisa 10 bagian, maka bagian tersebut dibagikan kepada dua anak perempuannya. 32/48+10/48= 42/48. Sehingga bagian mereka masing-masing adalah 42/48:2=21/48x5033 m2=2201,93 m2. Bagian istri adalah 6/48 x 5033 m2 = 629,13 m2 ditambah dengan harta bersama seluas 5.033m2. Hal tersebut telah sesuai dengan KHI, mengingat tidak ada ahli waris lain yang lebih dekat untuk menerima harta warisan tersebut karena telah terhalang oleh adanya anak.

G.Analisis terhadap Dasar Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor

632/Pdt.G/2007/PA.Amb

1. Pembagian Waris dalam Perkara Nomor 632/Pdt.G/2007/PA.Amb. di Pengadilan Agama Ambarawa Tinajauan KHI

70

Pembagian waris di Pengadilan Agama sangat erat kaitannya dengan pembagian waris secara islam. Menengok perkembangan hukum waris di Indonesia, pembagian waris secara Islam terkodifikasi dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merupakan modifikasi hukum Islam agar sesuai dengan masyarakat Indonesia.

Dalam pembagian waris yang dilakukan Pengadilan Agama Ambarawa telah mengacu pada Kompilasi Hukum Islam, mulai dari penentuan ahli waris, bagian warisan, dan penentuan harta warisan dan pelaksanaan pembagian.

a. Penentuan Ahli Waris

Dalam putusan itu pada poin s disebutkan menimbang, bahwa sesuai keterangan para pihak, bukti P3 dan keterangan saksi-saksi, maka telah terbukti bahwa pada saat S bin MK meninggal dunia meninggalkan seorang istri (penggugat) dan dua (dua) orang anak perempuan (tergugat I dan tergugat II), mereka ketiganya beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris, oleh karenanya harus dinyatakan bahwa mereka:

4) Pengugat M binti M sebagai janda

5) Tergugat I M binti S sebagai anak kandung 6) Tergugat II SK binti S sebagai anak kandung Adalah ahli waris dari S bin MK

Dari pertimbangan tersebut, ketiganya dinyatakan sebagai ahli waris dalam amar putusan yang berbunyi “menyatakan Pengugat M

71

binti M sebagai janda, Tergugat I M binti S sebagai anak kandung, Tergugat II SK binti S sebagai anak kandung Adalah ahli waris dari S bin MK”.

b. Penentuan harta peninggalan

Dalam menentukan harta warisan Majelis Hakim menggunakan pertimbangan-pertimbangan seperti yang diuraikan dalam BAB III yang intinya sebagai berikut:

- poin g menjelaskan bahwa pada tanggal 2 Pebruari 1965 penggugat telah menikah dengan S bin MK dan selama perkawinan antara penggugat dan S bin MK belum pernah bercerai

- poin h menegaskan bahwa S bin M telah meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1973

- poin j menjelaskan bahwa tanah tersebut belum pernah dibagi waris, dan penggugat masih mempunyai hak terhadap harta tersebut.

- Poin k menjelaskan bahwa dalam harta tersebut masih terikat sebagai harta gono-gini.

- Poin l menegaskan bahwa harta tersebut diperoleh dalam masa perkawinannya oleh almarhum

- Poin m menguraikan antara pernyataan Tergugat I dan Tergugat II tidak sama. Tergugat II menyatakan bahwa harta tersebut belum pernah dibagi, itu sama halnya menguatkan pernyataan penggugat.

72

- Poin o menguraikan bahwa tidak ditemukannya surat pelepasan hak dari penggugat, maka status tanah itu adalah harta bersama dalam perkawinannya.

Dari pertimbangan-pertimangan tersebut Majelis Hakim menyatakan harta yang berupa sebidang tanah dengan sertifikat HM Nomor 927 tahun 1992, atas nama M (Tergugat I) dan SK (Tergugat II), dengan luas tanah 10.066 m2 yang terletak di Karanganyar RT 02 RW 05 Kelurahan Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah utara : rumah Sriyanto, tanah kapling, tanah Dewi - Sebelah timur: jalan setapak

- Sebelah selatan: sawah Kasiyadi dan sawah Yuhri - Sebelah barat: jalan kampung

Adalah sebagai harta bersama perkawinan penggugat M binti M dengan almarhum S bin MK.

Dokumen terkait