• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Bakrie Telecom

PT Bakrie Telekomunikasi Tbk adalah salah satu anak perusahaan dari PT Bakrie and Brothers Tbk. PT Bakrie Telekomunikasi dengan beberapa merek yang dimiliki, antara lain Esia, Wifone, Wimode, dan Esiatel, menjadi operator telekomunikasi yang tumbuh paling cepat di Indonesia. Saat ini PT Bakrie Telekomunikasi sudah beroperasi di Jakarta, Banten, Barat Pulau Jawa, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Sumatra, Kalimantan dan sekarang terus memperluas wilayah usaha ke seluruh daerah-daerah di Indonesia. PT Bakrie Telekomunikasi percaya bahwa telekomunikasi adalah suatu hak waris keturunan untuk orang Indonesia sehingga merasa terikat untuk menyediakan yang terbaik dan jasa layanan telekomunikasi yang mampu memberi kepuasan pelanggan dan keunggulan. Hal tersebut dilakukan melalui peningkatan kualitas jaringan, perkembangkan distribusi, dan menyediakan produk dan jasa layanan yang terbaik.

51 PT Bakrie Telekomunikasi awalnya didirikan dengan menggunakan nama Ratelindo pada tahun 1993. PT Ratelindo merupakan pelopor wireless di Indonesia. Di awal tahun 1990, PT Ratelindo membuat sambungan telepon jarak jauh dengan perluasan infrastruktur jaringan. Pemerintah Indonesia memberikan lisensi untuk pelayanan komunikasi di sebagian besar wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten dengan bandwitch 10Mhz pada frekuensi 800Mhz. Pada waktu itu, di kota besar banyak pelanggan harus antri terlebih dulu untuk waktu yang lama bahkan sampai bertahun-tahun untuk mendapatkan suatu nomor telepon. PT Ratelindo yang saat itu masih di bawah nama Ratelindo menjadi yang pertama menyediakan layanan telepon dengan wireless. Dahulu, dengan masih menggunakan teknologi Time Division Multiple Access (TDMA), PT Ratelindo mampu membantu beratus ribu rumah tangga dan bisnis kecil dengan menghubungkan kepada masyarakat melalui jaringan telepon (PSTN) dari PT TELKOM. Saat ini, PT Ratelindo menyediakan perbaikan dan limited-mobile jasa wireless untuk mencukupi jumlah pelanggan yang tumbuh. PT Ratelindo juga menyediakan jasa data cepat ke perusahaan dan pelanggan individu. Selain itu PT Ratelindo juga telah membuat suatu persekutuan dengan Nokia, dalam hal memastikan ketersediaan CDMA. Sebagian dari CDMA yang terakhir adalah Nokia handsets yang tersedia eksklusif melalui Esia.

PT Ratelindo terakhir menyediakan koneksi wireless ke PSTN di Indonesia pada tahun 1995. Pada bulan September 2003 nama PT

52 Ratelindo diubah menjadi PT Bakrie Telekomunikasi (Bakrie Telecom). PT Bakrie Telekomunikasi mulai menawarkan jasa mobilitas yang terbatas berbasis CDMA 2000 1x di bawah merek Esia dengan pelanggan di Jakarta, Barat Pulau Jawa dan Banten untuk menggunakan jasa telepon gesit di area terbatas dengan beban biaya yang sama sesuai wireline yang ditawarkan oleh PSTN operator. Bakrie Telekomunikasi masih memakai TDMA Ratelindo selain menjalankan dan mengembangkan jasa mobilitas terbatas yang disebut CDMA-Based.

Pada tahun 2006 PT Bakrie Telekomunikasi menjadi perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta, yang selanjutnya secara resmi diberi lisensi untuk menjadi operator telepon wireless secara nasional. Sekarang, PT Bakrie Telekomunikasi mempunyai 3 merek yaitu Esia, Wifone, dan Wimode dengan menggunakan jasa mobilitas terbatas yaitu CDMA-Based. Saat ini juga sudah tersedia berbagai alat CDMA dengan layar warna, kamera, GPS, dan fitur-fitur lain tersedia di pasar.

2. Visi dan Misi

Visi

Visi dari PT Bakrie Telekomunikasi dari awal adalah bahwa suatu hari kebanyakan orang Indonesia akan menggunakan layanan dari perusahaan untuk berbicara, mengirimkan pesan, web, mengirimkan e- mail, menikmati acara televisi digital, mengirimkan video dan foto, belajar atau berdagang. PT Bakrie Telekomunikasi memimpikan suatu

53 saat perusahaan tersebut menjadi suatu bagian integral yang menyangkut hidup di dalam keseharian orang Indonesia.

Misi

PT Bakrie Telekomunikasi berusaha mewujudkan visinya dengan mengikuti suatu strategi pertumbuhan berdasar pada cara yang unik "Disruptive Innovation". Strategi PT Bakrie Telekomunikasi meliputi memberi pelanggan apa yang mereka inginkan, yakni produk yang lebih baik, jasa yang lebih baik pada tingkat harga lebih rendah. PT Bakrie Telekomunikasi percaya bahwa telekomunikasi adalah suatu daya penggerak utama untuk efisiensi dan produktivitas. Pada waktunya, manfaat ini akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi. PT Bakrie Telekomunikasi juga menilai berbagai segi bisnis. Kemunculan bisnis PT Bakrie Telekomunikasi ditandai dengan menawarkan sesuatu yang segar, bermanfaat, menyenangkan, mampu dan sederhana.

Pada saat bekerja dengan pelanggan, PT Bakrie Telekomunikasi akan membuat setiap usaha mampu mengenali apa yang pelanggan inginkan apabila ingin mendapatkan timbal balik yang positif dari pelanggan. PT Bakrie Telekomunikasi akan selalu berusaha menemukan jalan membuat pelanggan lebih mudah untuk bekerjasama dan berdagang.

3. Kartu Seluler Esia

PT Bakrie Telekomunikasi menjadi salah satu pelopor industri telekomunikasi di Indonesia. PT Bakrie Telekomunikasi secara pasti

54 merupakan pemimpin dalam menyediakan jasa wireless ke pelanggan, terutama mereka yang berada di area underserviced. Setelah mengadopsi teknologi spektrum kode efisien Code Division Multiple Access (CDMA), PT Bakrie Telekomunikasi kini diseimbangkan untuk menjadi suatu operator di seluruh negara dengan merek Esia.

Esia adalah merek layanan operator yang dikeluarkan oleh operator telekomunikasi yang berbasis teknologi CDMA 2000 1x dengan layanan limited mobility, maksudnya adalah layanan mobilitas jaringan tanpa kabel yang dibatasi dalam satu kode area. Dengan Esia, pengguna bisa melakukan semua panggilan, mulai panggilan lokal, interlokal maupun internasional. Untuk mendapatkan layanan Esia, calon pengguna hanya perlu membeli kartu perdana Esia ataupun nomor (inject) Esia yang dipasangkan dengan handset tipe CDMA yang memiliki frekuensi 800Mhz. Kartu perdana Esia dijual dipasaran dengan harga Rp. 50.000,- dengan isi talktime senilai Rp. 20.000,- atau sebanding dengan 7,5 jam durasi bicara (ke sesama Esia).

Esia menyediakan dua pilihan layanan. Layanan yang pertama yaitu Esia prabayar dimana pengguna sendiri yang menentukan penggunaannya sesuai kebutuhan, dengan pilihan voucher mulai dari Rp. 10 ribu, Rp. 25 ribu, Rp 50 ribu, dan Rp. 100 ribu. Layanan yang kedua adalah Esia pascabayar dimana pelanggan akan lebih leluasa melakukan panggilan ke operator manapun, dimanapun, tanpa direpotkan oleh urusan pengisian talktime karena pemakaian baru akan ditagihkan di bulan berikutnya. Berkomunikasi dengan menggunakan Esia

55 menyenangkan, karena esia merupakan layanan yang sangat menguntungkan dengan tarif hematnya, yang hanya Rp. 50/menit atau Rp. 1000/jam sehingga pengguna bisa berkomunikasi tanpa rasa cemas akan pengeluaran teleponnya. Selain itu, tersedia pula banyak pilihan fitur seperti call forwarding, call waiting, SMS, internet, dan Esia gogo, serta layanan Value Added Service (VAS) atau fitur-fitur keren seperti download ring back tone, ringtones, screensaver, wallpaper, atau mendengarkan lagu-lagu favorit sekaligus juga bisa mengirimkan music messaging (pesan suara disertai dengan lagu).

Pada September 2003, pertama kalinya diluncurkan, Esia merupakan

operator yang menggunakan teknologi baru CDMA 2000 1x dengan fasilitas layanan Fixed Wireless Access dan Limited Mobility. Esia diluncurkan untuk salah satu solusi berkomunikasi secara hemat karena tarif Esia relatif lebih murah dibandingkan operator lainnya. Pada

September hingga Desember 2004, Esia meluncurkan program inovatif “Gile

Beneer” bekerja sama dengan Nokia. Program ini merupakan program

bundling dengan Nokia 2112, dimana Esia menawarkan begitu banyak keuntungan seperti gratis telepon dan SMS ke sesama pelanggan Esia dan ke telepon PSTN. Tidak lama kemudian, diluncurkan pula program

”Rumpi abiis”, program ini mengulang sukses program “Gile beneer” dimana kali ini pengguna Esia bisa menelepon berjam-jam ke sesama pengguna Esia dan ke PSTN secara gratis.

Pada bulan Januari 2005, program yang sangat inovatif dan baru

56 dimana pengguna Esia yang menerima panggilan dari operator non-Esia akan mendapatkan uang (terima telepon dapat duit). Setiap terima satu menit panggilan, pengguna Esia akan mendapatkan bonus Rp. 50,-. Program ini berlaku untuk pelanggan prabayar dan pascabayar. Untuk panggilan internasional dengan program SLI 1188 dikenakan tarif Rp.

1.188/menit ke 43 negara tujuan menjadi salah satu program yang banyak diminati terutama untuk pengguna Esia yang banyak melakukan panggilan internasional. Bulan Agustus 2006, Esia melakukan peluncuran kampanye Talktime. Talktime yang diperkenalkan oleh Esia memberikan paradigma baru bagi konsumen untuk secara tepat melihat penghitungan pemakaian telepon. Istilah pulsa yang selama ini dipakai tidak menunjukan lamanya waktu bicara, tetapi lebih kepada alat ukur yang digunakan oleh operator telepon. Kampanye talktime sangat sukses, terlebih Esia dengan tarif hematnya menawarkan talktime yang paling lama yaitu Rp. 3000/jam, padahal operator lain menawarkan tarif berpuluh-puluh kali untuk pembicaraan satu jam.

Esia melakukan gebrakan kembali pada Februari 2006 dengan taktime

tarif yang lebih hemat lagi per jamnya, yaitu Rp. 1.000,- sehingga tidak heran jika sekarang makin banyak orang yang mengetahui untungnya menggunakan Esia. Pada bulan Oktober 2006, disamping talktime-nya yang

spektakular. Esia spektakuler meluncurkan serangkaian program Esia Spektakular yang di dalamnya tersedia beragam keuntungan spektakular seperti handphone spektakuler, yaitu beragam pilihan handphone mulai dari Rp.

57 1500,- ke lebih dari 55 negara, kabar spektakuler yang memungkinkan untuk

ber-sms nonstop tanpa batas ke sesama pengguna Esia dengan tarif Rp. 4.000,- untuk nonstop seminggu dan Rp.1000,- untuk nonstop sehari, juga fun spektakuler dengan DV8.88 yang memfasilitasi pengguna untuk bisa

mengirimkan pesan yang disisipkan lagu favorit yang bisa mengekpresikan perasaan. Penawaran yang paling menarik adalah hadiah spektakuler memberikan peluang besar untuk memperoleh hadiah berupa

mobil hanya dengan mengirimkan nomer voucher isi ulang melalui sms 888.

4. Milestones Kartu Seluler Esia

Pada bulan Agustus 1993, PT Bakrie Telekomunikasi dibentuk pertama kali dengan nama PT Ratelindo. Suatu cabang perusahaan publicly-listed dan dikelola Bakrie and brothers Tbk. Pemerintah Indonesia kemudian menghadiahi lisensi perusahaan jasa telekomunikasi di sebagian besar area Jakarta, Jawa Barat dan Banten dengan 10Mhz bandwith di 800Mhz frekuensi spektrum. Pada awalnya, layanan wireless berdasar pada Extended Time Division Multiple Access (ETDMA). Extended Time Division Multiple Access (ETDMA) dimaksudkan untuk melengkapi wireline yang ditetapkan oleh PT Telkom, yang merupakan pijakan operator PSTN pada waktu itu.

Pada bulan September 2003 PT Ratelindo berubah menjadi PT Bakrie Telekomunikasi dengan berubah ke CDMA 2000 1x dan mulai menyediakan layanan mobilitas wireless terbatas dengan merek Esia.

58 Pada September 2004 manajemen PT Bakrie Telekomunikasi diperkuat oleh regu profesional yang mampu membawa ke dunia pemasaran yang lebih luas di barang konsumsi dan industri telekomunikasi. Tim manajemen mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan berbagai aspek yang menyangkut bisnis, mencakup kemampuan jaringan dan jangkauan, distribusi penjualan, manajemen hubungan pelanggan (CRM) dan memasarkan.

Tahun 2005 perusahaan menandatangani kontrak dengan suatu operator telekomunikasi nasional terkemuka di Indonesia. Persekutuan tersebut memungkinkan kedua sisi untuk berkembang di seluruh wilayah pada waktu yang sama untuk mengurangi biaya-biaya jaringan rollout dan time-to-market. Pada bulan September 2005 pemerintah Indonesia menghadiahi perusahaan suatu lisensi yang memungkinkan PT Bakrie Telekomunikasi untuk beroperasi ke seluruh daerah.

Pada tahun 2006 perusahaan menjadi public listed di pasar bursa Jakarta. PT Bakrie Telekomunikasi meluncurkan fixed wireless phone product yang biasa disebut Wifone. Pada bulan September 2006 Bakrie Telekomunikasi menjadi perusahaan pribadi yang pertama menandatangani Pakta Integritas untuk mematuhi Good Corporate Governance (GCG) standard. Sofyan Djalil, Menteri Komunikasi dan Informasi dan koordinator program milik pemerintah "Tiga Pilar Kemitraan" menyaksikan manajemen senior BTEL'S menandatangani pakta. Desember 2006, perusahaan mendapatkan lisensi nasional dari pemerintah. Dengan ini Bakrie Telekomunikasi memiliki kesempatan

59 memperluas jaringan dan layanan Esia dan Wifone ke masyarakat Indonesia. Akhir 2006, Bakrie Telekomunikasi telah mencapai 1,5 juta pelanggan.

Pada bulan April 2007, PT Bakrie Telekomunikasi meluncurkan produksi baru merek Wimode. Produk ini mengarah pada pelanggan BTEL yang memerlukan akses untuk data dan internet. Pada bulan Juli 2007, PT Bakrie Telekomunikasi mendapat penghargaan ”Operator CDMA Terbaik 2007” di Pertunjukan Selular Indonesia bertempat di Jakarta Convention Center dari 25 Juni - 1 Juli 2007. Di bulan Agustus 2007, PT Bakrie Telekomunikasi meluncurkan layanan Esia dan Wifone di Surabaya dan Malang. Setelah peluncuran layanan di Surabaya dan Malang, Bakrie Telekomunikasi meluncurkan layanan Esia dan Wifone di Jawa Tengah, terutama yang tinggal di Solo dan area Semarang. Selanjutnya pada September 2007, Bakrie Telekomunikasi meluncurkan layanan Esia dan Wifone di Medan dan Yogyakarta.

5. Tarif Kartu Seluler Esia

Penetapan tarif esia didasarkan pada keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 35 tahun 2004, yang terdiri dari biaya aktivasi, biaya bulanan, biaya pemakaian dan biaya fasilitas tambahan. Dalam penerapannya, tarif yang dikenakan untuk layanan Esia pascabayar terdiri dari biaya bulanan, biaya pemakaian dan biaya fasilitas tambahan. Sedangkan untuk layanan Esia prabayar, tarif yang dikenakan terdiri dari biaya pemakaian dan biaya fasilitas tambahan. Esia

60 menggunakan istilah Talktime atau lamanya waktu bicara, dan tidak menggunakan istilah pulsa karena pulsa tidak menunjukan lamanya waktu bicara. Dengan tarif Rp. 50,- (ke sesama Esia) percakapanselama satu jam hanya Rp. 1.000,- atau pada saat membeli kartu perdana Esia yang berisikan talktime Rp. 20.000,- percakapan yang bisa dilakukan adalah 7,5 jam.

6. Teknologi Kartu Seluler Esia

Bisnis Esia pada pertumbuhan Goal-Rapid dalam ketetapan layanan murah pada masyarakat esia memilih teknologi CDMA 2000 1x. Pertimbangannya adalah:

a. CDMA 2000 1x teknologi menggunakan suatu teknik tekanan lebih baik, paket data dan pemberian isyarat metode lebih efisien. Teknologi ini merupakan awal ke arah usaha biaya jaringan yang lebih rendah dan penggunaan spektrum lebih efisien, sehingga semua operasional Esia menurun.

b. Teknologi memerlukan lebih sedikit jumlah BTS, yang artinya infrastruktur yang lebih rendah.

c. CDMA melawan GSM memiliki diferensial harga dan secara luas diharapkan saat itu esia memulai operasi di seluruh negara pada tingkatan harga yang dapat diperbandingkan.

Untuk mampu menyediakan generasi produk dan jasa yang berikutnya, Esia secara konstan diskusi dengan penyedia teknologi terkemuka, penjual infrastruktur, penyedia isi dan aplikasi, perusahaan

61 yang berkualitas dan operator internasional untuk membentuk persekutuan strategis. Esia mempunyai pandangan bahwa campuran persekutuan akan membantu Esia menciptakan suatu pembedaan untuk mampu berkompetisi di pasar.

Esia memiliki penjual dan penyalur yaitu :

 Huawei

 Jaringan Nortel

 227 operator komersil di 97 negara

 225 1x jaringan komersil yang telah dibentuk di dunia dan 32 1x jaringan dijadwalkan menyebar.

 350.820.000 CDMA 2000 konsumen diantaranya Asia, lainnya Amerika dan Eropa.

B. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik dan tanggapan responden terhadap item-item pertanyaan dalam kuesioner. Responden yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengguna jasa kartu seluler Esia dari PT Bakrie Telekomunikasi. Penelitian ini menggunakan desain survei yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Peneliti menyebar sebanyak 130 dan kuesioner yang kembali sebanyak 115 sehingga response rate-nya 88,46%, tetapi yang lengkap terisi dan memenuhi syarat untuk analisis data sebanyak 100 responden. Peneliti menyebar kuesioner tersebut di galeri Esia yang berlokasi di Manahan, beberapa gerai

62 penjualan pulsa di Solo, dan di kampus Universitas Sebelas Maret. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui jumlahnya, sehingga sampel diambil dengan metode convenience sampling.

1. Karakteristik Responden

Untuk mendapatkan gambaran mengenai karakter sampel yang akan diteliti dilakukan pengolahan terhadap data mentah dengan menggunakan perhitungan statistik deskriptif. Data deskriptif menggambarkan keadaan responden yang perlu diperhatikan sebagai informasi untuk memahamu hasil-hasil penelitian.

Gambaran umum tentang responden diperoleh dari data diri yang terdapat dalam kuesioner pada bagian identitas responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan lama penggunaan kartu Esia. Gambaran umum responden dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel IV.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Sumber: data primer diolah, 2009

Berdasarkan Tabel IV.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, distribusi responden didominasi kelompok muda, yang

Usia Frekuensi Persentase

<20 tahun 16 16% 20-29 tahun 46 46% 30-39 tahun 23 23% 40-49 tahun 11 11% 50-59 tahun 4 4% Jumlah 100 100%

63 berusia 20-29 tahun sebanyak 46 orang atau sebesar 46%. Sedangkan distribusi responden terkecil adalah yang berusia 50 tahun ke atas sebanyak 4 orang atau sebesar 4%.

Tabel IV.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: data primer diolah, 2009

Tabel IV.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin menunjukkan bahwa distribusi responden didominasi oleh pria sebanyak 57 orang atau 57% dan lainnya sejumlah 43 orang atau 43% berjenis kelamin wanita.

Tabel IV.3 Deskripsi Responden

Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi Persentase

SLTP 2 2% SLTA 55 55% D3 12 12% S1 30 30% S2 1 1% Jumlah 100 100%

Sumber: data primer diolah, 2009

Berdasarkan Tabel IV.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir dapat diketahui bahwa responden terbesar sejumlah 55 orang atau 55% adalah berpendidikan terakhir

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Pria 57 57%

Wanita 43 43%

64 SLTA dan responden terkecil berpendidikan S2 sebanyak 1 orang atau 1%.

Tabel IV.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Pelajar 2 2% Mahasiswa 31 31% PNS 8 8% Karyawan Swasta 31 31% Wiraswasta 28 28% Jumlah 100 100%

Sumber: data primer diolah, 2009

Berdasarkan Tabel IV.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan diketahui bahwa responden terbesar adalah mahasiswa dan karyawan swasta sejumlah 31 orang atau 31%. Sedangkan responden terkecil adalah pelajar sebanyak 2 orang atau 2%.

Tabel IV.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan per bulan Frekuensi Persentase

Kurang dari Rp. 2 juta 68 68%

Rp. 2,0 – 3,9 juta 24 24%

Rp. 4,0 – 5,9 juta 5 5%

Lebih dari Rp. 6 juta 3 3%

Jumlah 100 100%

Sumber: data primer diolah, 2009

Berdasarkan Tabel IV.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan per bulan diketahui bahwa responden terbesar

65 adalah yang pendapatannya kurang dari Rp. 2 juta sejumlah 68 orang atau 68%. Sedangkan responden terkecil adalah yang pendapatannya lebih dari Rp. 6 juta sebanyak 3 orang atau 3%.

Tabel IV.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penggunaan Esia

Lama Menggunakan Frekuensi Persentase

3 – 6 bulan 42 42%

7 – 12 bulan 27 27%

Lebih dari 1 tahun 31 31%

Jumlah 100 100%

Sumber: data primer diolah, 2009

Dari Tabel IV.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penggunaan Esia diketahui bahwa responden terbesar yang menggunakan Esia adalah dengan lama penggunaan dari 3–6 bulan sebanyak 42 orang atau 42%, sedangkan responden terkecil dengan lama penggunaan 7-12 bulan sebanyak 27 orang atau 27%.

2. Tanggapan Responden Terhadap Kuesioner

Untuk variabel corporate image, ada 5 item pertanyaan yang diajukan. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.7 berikut:

66

Tabel IV.7

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Corporate Image

No Pertanyaan Jumlah jawaban responden Jumlah S CS KS TS 1 PT BAKRIE TELECOM sebagai operator Esia besar dan selalu konsisten.

39 53 8 0 100

2

PT BAKRIE TELECOM sebagai operator Esia inovatif dan maju.

43 48 9 0 100

3

PT BAKRIE TELECOM sebagai operator Esia memiliki kontribusi sosial kepada masyarakat.

36 40 23 1 100

4

PT BAKRIE TELECOM sebagai operator Esia adalah salah satu operator yang handal dalam sektor CDMA.

41 50 9 0 100

5

PT BAKRIE TELECOM sebagai operator Esia memiliki citra yang baik.

47 43 9 1 100

Sumber: data primer diolah, 2009

Berdasarkan data dari Tabel IV.7 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Corporate Image diketahui bahwa 53 responden menyatakan

cukup setuju untuk item pertanyaan PT BAKRIE TELECOM sebagai

operator Esia besar dan selalu konsisten, 48 responden menyatakan

cukup setuju untuk item pertanyaan PT BAKRIE TELECOM sebagai

operator Esia inovatif dan maju, 40 responden menyatakan cukup setuju

untuk item pertanyaan PT BAKRIE TELECOM sebagai operator Esia memiliki kontribusi sosial kepada masyarakat, dan 50 responden menyatakan cukup setuju untuk item pertanyaan PT BAKRIE

67 TELECOM sebagai operator Esia adalah salah satu operator yang handal dalam sektor CDMA. Sedangkan untuk item pertanyaan PT BAKRIE TELECOM sebagai operator Esia memiliki citra yang baik ada 47 responden yang menyatakan setuju.

Untuk variabel trust, ada 4 item pertanyaan yang diajukan. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.8 berikut:

Tabel IV.8

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Trust

No Pertanyaan

Jumlah jawaban

responden Jumlah S CS KS TS

1 Saya percaya pada Esia. 49 48 3 0 100 2 Saya yakin pelayanan yang

diberikan Esia baik. 42 56 1 1 100 3 Saya percaya pada sistem tarif

yang diberikan dari Esia. 50 41 9 0 100 4

Esia dapat dipercaya sebab dapat memenuhi keinginan pelanggan.

34 49 15 2 100 Sumber: data primer diolah, 2009

Berdasarkan data dari Tabel IV.8 Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Trust diketahui bahwa 49 responden menyatakan setuju untuk percaya pada Esia, 56 responden menyatakan cukup setuju untuk pelayanan yang diberikan Esia baik, 50 responden menyatakan setuju

untuk percaya pada sistem tarif yang diberikan dari Esia, dan 49 responden menyatakan cukup setuju untuk Esia dapat dipercaya sebab dapat memenuhi keinginan pelanggan.

68 Untuk variabel switching cost, ada 7 item pertanyaan yang diajukan. Distribusi tanggapan responden terhadap item pertanyaan tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.9 berikut.

Tabel IV.9

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Switching Cost

No Pertanyaan

Jumlah jawaban

responden Jumlah S CS KS TS

1

Banyak uang yang saya keluarkan untuk membeli kembali.

36 26 27 11 100

2

Saya ragu bahwa pelayanan yang diberikan produk CDMA prabayar lain lebih baik daripada pelayanan yang diberikan oleh

Esia.

20 43 32 5 100

3

Saya tidak yakin bahwa sistem tarif produk CDMA prabayar lain lebih baik dari Esia.

22 39 35 4 100

4

Saya sebaiknya

membandingkan layanan seluruh produk CDMA prabayar yang ada (luas jangkauan, tarif, dsb).

50 31 12 7 100

5 Saya memerlukan banyak

tenaga, waktu, dan usaha. 34 26 30 10 100

6

Saya merasa kesulitan

menggunakan beberapa layanan tambahan (Nada Sambungdll) pada awalnya, sehingga saya harus belajar terlebih dahulu.

Dokumen terkait