• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju

Kecamatan Kalukku terletak di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Kecamatan Kalukku memiliki luas wilayah 470.26 km2, serta berada pada ketinggian 0-500 meter diatas permukaan laut. Berdasarkan batas wilayah, sebelah utara kecamatan kalukku berbatasan dengan Kecamatan Papalang, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bonehau dan Kabupaten Mamasa, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Mamuju, dan di sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Kecamatan Kalukku memiliki jarak tempuh ± 32 km arah utara dari ibu kota Kabupaten yaitu Kecamatan Mamuju.

Secara administrasi pemerintahan, Kecamatan Kalukku terbagi atas 10 Desa dan 3 Kelurahan, yakni : Desa Beru-beru, Belang-belang, Kalukku Barat, Pammulukang, Keang, Uhaimate, Guliling, Pokkang, Sondoang dan Kabuloang, serta Kelurahan Bebanga, Sinyonyoi dan Kalukku. Desa dan Kelurahan tersebut secara garis besar memiliki topografi wilayah berupa daratan, pantai dan perbukitan. Lokasi penelitian yang dipilih yaitu Kelurahan Kalukku, Kelurahan Sinyonyoi, Desa Guliling, Desa Sondoang, serta Desa Pammulukang. Kelurahan dan desa tersebut termasuk desa binaan Program Nestle Cocoa Plan yang aktif melakukan kegiatan penjualan biji kakao ke unit pembelian PT BT Cocoa.

Kecamatan Kalukku memiliki jumlah penduduk ± 53 839 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 27 249 jiwa dan perempuan sebanyak 26 590 jiwa. Pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun sebesar 0.97%. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kelurahan Sinyonyoi yaitu sebesar 76 jiwa/ha. Penduduk yang menghuni Kecamatan Kalukku terdiri dari beberapa etnis, diantaranya ; Etnis Bugis, Etnis Bugis Makassar, Etnis Mandar, Etnis Jawa, Etnis Tator dan lain-lain.

Secara garis besar Kecamatan Kalukku mempunyai iklim tropis yang terbagi menjadi dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan kondisi iklim serta topografi wilayah, Kecamatan Kalukku memiliki potensi wilayah diantaranya pengembangan pertanian tanaman pangan, perkebunan (meliputi kakao, kemiri, kelapa dalam, cengkeh, kopi robusta, jambu mete, panili, lada, kapas, dan sagu), perikanan, peternakan (meliputi; sapi, kerbau, kambing, kuda, babi, serta unggas). Hal ini menyebabkan sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Kalukku yaitu sebagai petani, peternak dan nelayan.

Kelurahan Sinyonyoi Kecamatan Kalukku

Kelurahan Sinyonyoi memiliki luas wilayah 42 km2. Kelurahan Sinyonyoi berada pada ketinggian tempat sekitar 0-250 mdpl. Topografi yang ada di Kelurahan Sinyonyoi berbukit dan berdataran rendah. Karakteristik tanah di Kelurahan ini adalah tanah kemerah-merahan, agak liat, lempung dan bercampur pasir. PH tanah berada pada kisaran 5-7.

Luas lahan perkebunan kakao di kelurahan Sinyonyoi sebesar 542 ha. Lahan tersebut diusahakan oleh 362 orang petani kakao dengan hasil panen per tahunnya rata-rata sebesar 205 ton. Selain kakao, komoditas perkebunan yang diusahakan

35

masyarakat kelurahan Sinyonyoi yaitu kelapa dan kemiri dengan luas lahan masing masing sebesar 185 ha dan 5 ha. Pada sektor tanaman pangan komoditas yang diusahakan yaitu padi sawah dengan luas lahan sebesar 870 ha, padi ladang sebesar 18 ha, jagung sebesar 25 ha, ubi kayu sebesar 8 ha, dan ubi jalar sebesar 12 ha. Masyarakat Kelurahan Sinyonyoi beberapa diantaranya mengusahakan sektor perikanan dan kelautan serta peternakan. Komoditas yang diusahakan yaitu bandeng, udang dan rumput laut, produksi masing masing komoditas tersebut sebesar 179.2 ton, 4.8, dan 96 ton. Pada sektor peternakan komoditas terbesar yang diusahakan yaitu ayam ras dengan jumlah ternak sebanyak 5 316 ekor, ayam buras 4 114 ekor, dan sapi 586 ekor. Petani responden yang berasal dari Kelurahan Sinyonyoi sebanyak 3 orang.

Desa Guliling Kecamatan Kalukku

Desa Guliling terletak di daerah pegunungan yang membentang ke pantai ke arah utara kecamatan Kalukku. Luas wilayah Desa Guliling sekitar 17 km2 dengan ketinggian antara 0-500 mdpl. Jenis tanah desa ini sebagian besar tanah alluvial dan sebagian lain tanah berpasir. Tingkat keasaman (pH) tanah yang ada di desa Guliling berada pada kisaran 6-7. Penduduk Desa Guliling berjumlah 1 441 jiwa, yang terdiri atas 765 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 676 jiwa berjenis kelamin perempuan. Jumlah kepala keluarga yang terdapat pada desa ini sebanyak 424 kepala keluarga. Tingkat pendidikan penduduk Desa Guliling paling banyak adalah tidak memiliki ijasah sebanyak 613 jiwa atau sebesar 42.5% dari jumlah penduduk. Berdasarkan data tersebut peningkatan sumberdaya manusia (SDM) perlu dilakukan secara formal maupun informal untuk meningkatkan wawasan berpikir bagi masyarakat utamanya pada bidang budidaya pertanian.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk desa Guliling sebagai petani. Jumlah petani perkebunan desa Guliling sebanyak 425 orang, petani tanaman pangan sebanyak 50 orang dan petani peternak sebanyak 27 orang. Potensi lahan usahatani yang dimiliki desa Gililing terdiri atas lahan sawah seluas 7 ha, lahan perkebunan seluas 724 ha, perkarangan seluas 524 ha, lahan kering seluas 250 ha, kolam air tawar seluas 5 ha, serta hutan kawasan seluas 3 842 ha. Usahatani kakao di desa Guliling dilakukan oleh 350 orang petani kakao pada lahan perkebunan seluas 700 ha. Produksi kakao Desa Guliling rata-rata per tahunnya mencapai sebesar 650 ton. Petani responden yang berasal dari Desa Guliling terdapat 4 oarang.

Desa Pammulukang Kecamatan Kalukku

Desa Pammulukang berjarak 27 km dari ibu kota kabupaten mamuju. Desa ini memiliki luas wilayah seluas 24.50 km. Desa Pammulukang berbatasan langsung dengan Kelurahan Sinyonyoi di sebelah utara, Desa Uhaimate di sebelah timur, Desa Pangandaran Kabupaten Mamasa di sebelah selatan, dan Kelurahan Bebangan di sebelah barat. Ketinggian Desa Pammmulukang berkisar 0-1900 meter di atas permukaan laut dengan topografi wilayah berupa dataran dan perbukitan. Jenis tanah Desa Pammulukang termasuk tanah Alluvial yang memiliki pH tanah pada kisaran 5.5-7. Suhu udara Desa Pammulakang berkisar

terdiri dari 7-8 bulan basah yakni pada bulan Oktober-April dan bulan kering pada bulan Mei – September.

Jumlah penduduk Desa Pammulukang sebanyak 1 857 jiwa yang terdiri dari 1 000 jiwa laki-laki dan 857 jiwa perempuan. Sebagian besar penduduk Desa Pammulukang bermata pencaharian sebagai petani. Jumlah petani kakao desa Pammulukang sebanyak 215 orang. Luas lahan perkebunan kakao sebesar 539 ha dengan luas panen sebesar 205 ha. Rata-rata produksi kakao mencapai 250 kg/ha dan jumlah produksi per tahunnya sebanyak 30.75 ton. Komoditas perkebunan yang diusahakan penduduk Desa Pammulukang selain kakao yaitu kopi dan kemiri. Luas lahan kopi Desa Pammulukang seluas 8 ha dengan rata-rata produksi 40 kg/ha dan jumlah produksi pertahun sebesar 160 kg. Luas lahan kemiri mencapai 4 ha dengan rata-rata produksi sebanyak 65 kg/ha dan jumlah produksi pertahun sebanyak 195 kg. Petani responden yang terdapat pada Desa Pammulukang sebanyak tiga orang.

Desa Sondoang Kecamatan Kalukku

Desa Sondoang berjarak 3 km dari kelurahan kalukku yang merupakan ibu kota Kecamatan Kalukku. Desa ini memiliki ketinggian antara 0-500 mdpl dengan topografi wilayah berupa dataran rendah dan perbukitan. Desa Sondoang berbatasan dengan Desa Guliling di sebelah utara, Desa Uhaimate di sebelah timur, Kelurahan Sinyonyoi di sebelah selatan, dan Kelurahan Kalukku di sebelah barat. Tingkat keasaman tanah (pH) Desa Sondoang berada pada kisaran 5.6 – 7.5. Jenis tanah desa ini adalah tanah agak kemerahan, agak liat, lempung dan bercampur pasir. Desa Sondoang memiliki potensi untuk pengembangan pertanian hal ini terlihat dari luas pengusahaan lahan yang terdiri dari lahan perkarangan seluas 17.35 Ha, perkebunan seluas 759 Ha, lahan kering seluas 105 ha, tegalan seluas 130 Ha, serta lahan hutan seluas 205 Ha.

Jumlah penduduk Desa Sondoang 2 329 jiwa, terdiri atas 528 kepala keluarga. Jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1 208 jiwa dan perempuan sebanyak 1 171 jiwa. Berdasarkan data BP3K Desa Sondoang tahun 2014, Penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani perkebunan memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 589 jiwa. Petani responden yang berasal dari Desa Sondoang terdapat 4 orang. Selanjutnya jumlah petani tanaman pangan menempati urutan kedua yaitu sebanyak 370 jiwa, kemudian petani ternak sebanyak 69 jiwa, lainnya pedagang sebanyak 39 jiwa. Komoditas perkebunan yang terbanyak diusahakan adalah kakao. Luas lahan perkebunan kakao Desa Sondoang seluas 530 Ha dengan luas panen seluas 450 Ha. Rata-rata produksi biji kakao Desa Sondoang 300 kg/ha, dalam satu tahun produksi kakao yang dihasilkan Desa Sondoang rata-rata sebanyak 98 ton. Selain kakao, komoditas perkebunan yang diusahakan penduduk Desa Sondoang yaitu kelapa dengan luas lahan seluas 30 ha, kemiri seluas 50 ha, sagu seluas 46 ha dan enau aren seluas 6 ha. Sektor peternakan juga dikembangkan di Desa Sondoang, komoditas yang diusahakan yaitu sapi, kambing, ayam, babi, serta itik atau bebek.

Kelurahan Kalukku Kecamatan Kalukku

Kelurahan Kalukku memiliki luas wilayah mencapai 14.40 km2. Secara geografis Kelurahan Kalukku berada pada ketinggian 0-500 meter diatas

37

permukaan laut. Kelurahan Kalukku, berdasarkan batas wilayahnya, di sebelah utara Kelurahan Kalukku berbatasan dengan Desa Beru-beru, di sebelah selatan Kelurahan Kalukku berbatasan dengan Kelurahan Sinyonyoi, di sebelah barat Kelurahan Kalukku berbatasan dengan Desa Kalukku Barat, dan di sebelah timur Kelurahan Kalukku berbatasan dengan Desa Sondoang.

Petani responden yang berada di Kelurahan Kalukku memiliki jumlah 11 orang yang merupakan petani binaan program Nestle Cocoa Plan. Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 5 219 jiwa yang terdiri dari penduduk laki- laki sebanyak 2 563 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2656 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1 091 kk. Berdasarkan data monografi Kecamatan Kalukku sampai akhir Januari 2014, Kekurahan Kalukku memiliki jumlah petani kakao senyak 155 orang dengan luas lahan yang diusahakan seluas 275 ha. Hasil panen biji kakao per tahunya diperkirakan sejumlah 205 ton. Potensi pertanian yang dimiliki Kelurahan Kalukku selain sektor perkebunan adalah pertanian tanaman pangan yaitu padi, jagung dan kedelai. Luas lahan padi Kelurahan Kalukku mencapai 452 ha yang diusahakan oleh 115 petani. Hasil produksi padi rata-rata mencapai 2 034 ton per tahun. Selanjutnya, hasil produksi rata-rata komoditi jagung dan kedelai per tahunnya masing-masing mencapai 42 ton dan 96 ton.

Gambaran Umum Kemitraan PISAgro

PISAgro (Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture) merupakan kemitraan publik swasta yang bertujuan untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam mengatasi ketahanan pangan nasional dengan cara meningkatkan produksi komoditas pertanian strategis secara lestari dan meningkatkan penghidupan petani kecil. PISAgro pertama kali diumumkan pada World Economic Forum (WEF) Asia Timur, yang diselenggarakan di Jakarta pada bulan Juni 2011 oleh Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar. Isu yang diangkat dalam World Economic Forum yaitu menanggapi potensi peningkatan konsumsi pangan dunia, seiring dengan peningkatan populasi dunia. Hal yang sama diperkirakan dialami Indonesia, akan terjadi peningkatan populasi penduduk yang tidak diiringi dengan peningkatan produksi pangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim global, penurunan fungsi lahan, degradasi lahan dan rendahnya produktivitas komoditas pertanian (PISAgro 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut maka PISAgro melakukan tindakan nyata berlandaskan visi baru pertanian World Economic Forum (WEF) (mengatasi ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan, dan kelestarian lingkungan). Tindakan nyata yang dilakukan yaitu membentuk forum yang menyediakan wadah kerjasama diantara para pemangku kepentingan di sektor pertanian Indonesia untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan.

PISAgro memiliki fokus kerja yang terbagi atas 10 kelompok kerja yaitu; kakao, susu, kopi, kelapa sawit, padi, jagung, kedelai, hortikultura dan agrifinance. Setiap kelompok kerja terdiri atas pihak swasta, perbankan, kelembagaan petani dan pemerintah. Sistem kerja yang dibangun PISAgro yaitu PISAgro membagi perusahaan-perusahaan yang tergabung ke dalam kelompok- kelompok kerja yang sesuai dengan fokus komoditas perusahaan. Setiap

kelompok kerja diketuai oleh satu perusahaan yang berperan untuk mengoordinir perusahaan lain dan membentuk sistem pengembangan komoditas dalam sebuah rantai pasok. Hal ini bertujuan agar program yang dilaksanakan tidak hanya bersifat bantuan atau sosial tetapi memiliki aspek ekonomi yaitu sebagai bagian dari rantai pasokan perusahaan. Dengan demikian diharapkan terciptanya pengembangan pertanian berkelanjutan.

Gambaran umum Nestle Cocoa Plan

Kelompok kerja kakao PISAgro merupakan kemitraan publik-swasta yang memiliki fokus pada pengembangan perkebunan kakao berkelanjutan. Pihak- pihak yang tergabung dalam kelompok kerja kakao PISAgro terdiri dari PT Nestle, Swisscontact, PT BT Cocoa, Puslitkoka, Pemerintah Sulawesi Barat dan IDH. Kelompok kerja kakao melakukan serangkaian program pengembangan kakao diketuai oleh PT Nestle dengan mengusung Program Nestle Cocoa Plan. Nestle Cocoa Plan atau kelompok kerja kakao PISAgro memiliki tujuan untuk membantu mengatasi masalah utama yang dihadapi petani kakao dengan perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan.

Nestle beserta kelompok kerja kakao PISAgro berupaya menawarkan solusi jangka panjang dalam mengatasi permasalahan pada komoditas kakao melalui pendekatan rantai pasok. Pada subsistem hulu komoditas kakao, Nestle Cocoa Plan membentuk kebun percontohan (Experiment & Demonstration Farm) bertujuan untuk menyediakan varietas-varietas unggul yang memiliki produktifitas dan kualitas tinggi, serta sebagai wadah pembelajaran bagi petani melakukan teknik budidaya yang sesuai dengan GAP. Program ini dilaksanakan oleh Nestle Agriserv, Swisscontact, dan Puslitkoka. Pada subsistem budidaya, Swisscontact memberikan pembinaan kepada petani mengenai teknik budidaya dan pascapanen yang sesuai dengan GAP dan GHP melalui sekolah lapang, dan pembuatan demplot. Selanjutnya untuk mewujudkan rantai pemasaran yang efisien Nestle Cocoa Plan membentuk pusat pembelian biji kakao yang terjangkau baik oleh petani maupun pasar (industri pengolahan kakao) yang memperhatikan aspek kualitas dengan memberikan insentif harga yang sesuai dengan kualitas yang dihasilkan. Program pengembangan pasar yang efisien ini dilakukan oleh PT BT Cocoa (Bumitangerang Mesindotama) dengan membentuk unit pembelian kakao yang traceable (terlacak dan terpecaya sumber dan kualitas kakao yang dihasilkan). Petani binaan Nestle Cocoa Plan diberikan kebebasan untuk menjual biji kakao ke lembaga pemasaran yang ada di Kecamatan Kalukku. Namun petani disarankan untuk menjual biji kakao ke unit pembelian PT BT Cocoa karena memberikan transparansi harga, dan insentif atas upaya peningkatan kualitas biji kakao yang dihasilkan petani.

Hingga tahun 2013, Nestle Cocoa Plan telah membentuk 69 sekolah lapang dan demplot, memberikan pelatihan kepada 2.277 petani yang tergabung dalam 69 kelompok tani mengenai praktek pertanian terbaik (Good Agricultural Practices/GAP). Nestle Cocoa Plan juga telah memfasilitasi pembangunan 2 pusat pengumpulan biji kakao terlacak (traceable) yaitu unit pembelian kakao Mamuju dan unit pengumpulan kakao Majene. Pada tahun 2020, kelompok kerja

39

berencana bekerja dengan 50.000 petani untuk meningkatkan produktivitas mereka sebanyak 140% dan meningkatkan pendapatan sebesar 133%.

Karakteristik Petani Responden

Usia

Menurut Nuryanti N (2010) usia seringkali memengaruhi tingkat produktivitas dan semangat mengembangkan usaha. Usia muda biasanya tingkat produktivitas dan semangatnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan usia tua. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut fisik petani masih sehat dan kuat serta memiliki dorongan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Karakteristik usia responden penelitian ini disajikan pada Tabel 6. Secara umum, sebaran usia responden terkonsentrasi pada kisaran 20 – 40 tahun. Bila dilihat dari jenis kegiatan pascapanen yang dijalankan, tidak nampak perbedaan struktur usia yang nyata antara petani fermentasi dan petani non fermentasi. Gambaran usia responden ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani di lokasi penelitian masih berada pada kisaran usia produktif. Porsi petani usia muda (20 - 40 tahun) cukup besar menunjukan bahwa minat generasi muda untuk mengembangkan usahatani kakao di lokasi penelitian cukup besar.

Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan usia No. Usia

(Tahun)

Responden Fermentasi Responden Non Fermentasi Berdasarkan Total Responden Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) 1 20 - 40 8 53.33 7 46.67 15 50.00 2 40 - 60 4 26.67 7 46.67 11 36.67 3 diatas 60 3 20.00 1 6.67 4 13.33 Tingkat Pendidikan

Menurut Nurmalina et al. (2012) tingkat pendidikan petani responden akan berpengaruh pada penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Rinaldi J (2013) menyatakan bahwa tingkat pendidikan sangat memengaruhi pola pikir seseorang untuk menentukan langkah lebih lanjut dan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam melaksanakan usaha dan inovasi teknologi tepat guna. Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa seluruh responden baik petani fermentasi dan petani non fermentasi pernah mengikuti pendidikan formal. Tingkat pendidikan formal petani responden terbanyak (30%) hanya pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD). Selanjutnya, berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa masing-masing sebanyak 23.33% petani mencapai tingkatan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas (SMA). Secara umum tidak ada perbedaan rata-rata tingkat pendidikan pada responden petani fermentasi dan petani non fermentasi.

Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan No. Pendidikan Responden Fermentasi Responden Non Fermentasi Berdasarkan Total Responden Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) 1 Tidak Sekolah 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 Tidak Lulus SD 1 6.67 3 20.00 4 13.33 3 SD (6 tahun) 5 33.33 4 26.67 9 30.00 4 Tidak Lulus SMP 0 0.00 1 6.67 1 3.33 5 SMP (9 tahun) 4 26.67 3 20.00 7 23.33 6 Tidak Lulus SMA 0 0.00 0 0.00 0 0.00 7 SMA atau Sederajat 4 26.67 3 20.00 7 23.33 8 Diploma/Sarjana 1 6.67 1 6.67 2 6.67 Pengalaman

Sebagian besar petani responden telah lama berprofesi sebagai petani kakao. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa petani responden memiliki pengalaman berusahatani kakao lebih dari 4 tahun. Responden telah mengusahakan kakao selama 4 sampai 14 tahun sebanyak 18 orang (60%). Pengalaman yang cukup lama tersebut menjadikan petani cukup memahami teknik usahatani kakao. Namun, pengalaman tersebut perlu didukung dengan pendampingan dan penyuluhan dari petugas penyuluh mengenai teknik budidaya dan pascapanen yang baik agar dapat menghasilkan tanaman yang berproduktivitas dan bermutu tinggi.

Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan lamanya pengalaman berusahatani kakao

No. Pengalaman (Tahun)

Responden Fermentasi Responden Non Fermentasi Berdasarkan Total Responden Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) 1 4-14 9 60.00 9 60.00 18 60.00 2 15-25 3 20.00 5 33.33 8 26.67 3 26-36 3 20.00 1 6.67 4 13.33 Luas lahan

Berdasarkan Tabel 9 sebagian besar atau 70% petani responden di lokasi penelitian memiliki luas lahan kakao seluas 0.5 – 1 hektar . Sebanyak 60% petani fermentasi memiliki luas lahan seluas 0.5-1 hektar, sedangkan petani non fermentasi sebanyak 80% memiliki luas lahan seluas 0.5 – 1 hektar. Petani fermentasi yang memiliki luas lahan lebih dari 2 hektar lebih banyak dibandingkan petani non fermentasi. Hal ini menunjukan rata-rata petani fermentasi memiliki luas lahan yang lebih besar dibanding petani non fermentasi. Sebaran luas lahan petani responden dapat diihat pada Tabel 9.

41

Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan luas kebun No. Luas Lahan

(Ha) Responden Fermentasi Responden Non Fermentasi Berdasarkan Total Responden Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) 1 0,5 – 1 9 60.00 12 80.00 21 70.00 2 1 - 1,5 1 6.67 0 0.00 1 3.33 3 1,5 – 2 0 0.00 1 6.67 1 3.33 4 2 - 2,5 3 20.00 1 6.67 4 13.33 5 2,5 – 3 2 13.33 1 6.67 3 10.00

Jumlah tanaman kakao yang menghasilkan

Jumlah tanaman menghasilkan menunjukan produksi biji kakao yang akan diperoleh petani. Tidak semua tanaman kakao dalam suatu areal lahan tertentu dapat berproduksi dengan baik. Hal tersebut dikarenakan terdapat kemungkinan tanaman kakao rusak atau tua. Jumlah tanaman menghasilkan akan berbeda sesuai dengan luas lahan yang diusahakan. Sebagian besar responden atau 60% memiliki jumlah tanaman menghasilkan sebanyak 550 – 1000 pohon. Bila dicermati lebih jauh, petani fermentasi memiliki jumlah tanaman menghasilkan lebih banyak dibanding petani non fermentasi. Hal ini ditunjukan oleh jumlah petani fermentasi yang memiliki tanaman menghasilkan pada kisaran 550-1000 pohon lebih banyak (73.33%) dibanding petani non fermentasi (46.67%). Hal ini berarti petani fermentasi memiliki potensi mendapatkan hasil produksi yang lebih banyak dari pada petani non fermentasi. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanaman menghasilkan dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanaman menghasilkan No. Tanaman Menghasilkan (pohon) Responden Fermentasi Responden Non Fermentasi Berdasarkan Total Responden Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) 1 100 – 500 2 13.33 7 46.67 9 30.00 2 550 – 1000 11 73.33 7 46.67 18 60.00 3 1050 – 1500 0 0.00 0 0.00 0 0.00 4 1550 – 2000 2 13.33 1 6.67 3 10.00

Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga menunjukkan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Selain itu jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang menjadi pertimbangan petani dalam pengambilan keputusan usahatani. Sebagian besar (36.67%), dari keseluruhan responden memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang anggota keluarga (Tabel 11). Bila dilihat dari jenis kegiatan pascapanen yang dilakukan, petani non fermentasi yang memiliki 4 orang anggota keluarga lebih banyak (46.67%) dibanding petani fermentasi (26.67%). Hal ini menunjukan bahwa petani non fermentasi memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih banyak dibandingkan dengan petani fermentasi.

Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga No. Jumlah Anggota

Keluarga (orang) Responden Fermentasi Responden Non Fermentasi Berdasarkan Total Responden Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) Jumlah Petani (%) 1 Satu 1 6.67 0 0.00 1 3.33 2 Dua 5 33.33 1 6.67 6 20.00 3 Tiga 4 26.67 4 26.67 8 26.67 4 Empat 4 26.67 7 46.67 11 36.67 5 Lima 1 6.67 2 13.33 3 10.00 6 Enam 0 0.00 0 0.00 0 0.00 7 Tujuh 0 0.00 0 0.00 0 0.00 8 Delapan 0 0.00 1 6.67 1 3.33

Gambaran Umum Kegiatan Pascapanen Biji Kakao di Kecamatan Kalukku Kegiatan pascapanen yang dilakukan oleh petani binaan Nestle Cocoa Plan meliputi tahap pemanenan, pengupasan buah, sortasi biji basah, fermentasi, pengeringan, sortasi biji kering, dan pengemasan biji kakao. Kegiatan pascapanen dalam usahatani kakao sangat penting karena dapat menentukan kualitas biji kakao yang dihasilkan.

Pemanenan

Buah kakao memiliki periode perkembangan buah dari pembungaan sampai buah masak adalah sekitar 5-6 bulan. Periode munculnya bunga pada tanaman kakao memiliki pola yang berbeda beda. Hal tersebut menyebabkan pemanenan buah kakao dapat dilakukan sepanjang tahun (Wahyudi et al.2009). Kegiatan pemanenan buah kakao terdiri dari kegiatan pemetikan buah, sortasi buah kakao

dan pemeraman buah. Petani binaan Nestle Cocoa Plan dianjarkan untuk

melakukan panen sering. Panen sering adalah kegiatan pemetikan buah kakao yang telah masak secara teratur. Pemetikan buah dilakukan secara rutin seminggu sekali selama musim panen raya dan dua mingguan jika buah panen berkurang. Pemetikan buah tersebut harus memperhatikan kemasakan buah yaitu buah tidak terlalu masak ataupun terlalu muda. Pemetikan buah pun harus dilakukan tanpa merusak bantalan bunga, karena bantalan tersebut yang akan menghasilkan bunga dan buah untuk panen berikutnya. Pemetikan buah secara teratur atau panen sering bertujuan untuk memacu pertumbuhan bunga, memutus siklus hama, serta mencegah serangan hama. Pada aspek kualitas, panen sering bertujuan untuk menghasilkan buah kakao yang memiliki tingkat keseragaman buah yang relatif seragam. Hal tersebut dikarenakan keseragaman kemasakan buah kakao akan

Dokumen terkait