• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran umum Proses Engineering, Mechanical dan Electrical

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 50

5.4 Gambaran umum Proses Engineering, Mechanical dan Electrical

Proses engineering, Mechanical dan Electrical sangat bervariasi tahapan pengerjaannya sesuai perekondisian pelanggan dalam kerusakan, pembangunan, dan pemproduksian. Secara praktisi, di tempat layanan engineering, evaluasi, analisis, inspeksi dan pengujian generator besar yang kami sediakan didukung oleh kemampuan teknologi maju dalam fasilitas kredit gabungan Powertech Lab. Inc dan Volts Industri Inc. di Kanada yang memungkinkan evaluasi cepat desain pabrik dan spesifikasi dan analisis data dari insiden kegagalan.

Staf ahli kami dan fasilitas khusus menawarkan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam untuk memberikan jasa rekondisi yang handal dan kemampuan pengujian yang dapat membantu mencegah kegagalan peralatan, mengurangi perawatan dan meningkatkan operasi sehari-hari untuk utilitas.

Engineering dalam PT. X ini adalah mendesain sistem pengujian PD dioptimalkan berdasarkan kebutuhan klien dan aplikasi, penginstalasi dan commissioning dari sistem debit parsial, melakukan pengujian luahan parsial, dan menginterpretasi dan analisis data pengujian PD dari berbagai sistem pengukuran PD.

Mechanical pada PT. X ini terdiri dari skup pekerjaan Balancing, Blasting, Coating, Machining, Metal Spray, Rebushing dan sebagainya. Mekanikal yang dilakukan pada PT. X ini sangat bervariatif tergantung kerusakan atau permintaan klien yang mempercayakan untuk dilakukannya rekondisi.

Electrical PT. X terdiri dari Generator, Motor, dan Transformer. Masing-masing skup pekerjaan memiliki variasi rekondisi, ataupun fabrikasi yang memenuhi kebutuhan klien.

5.5 Analisis Univariat

5.5.1 Gambaran Kelelahan pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Hasil penelitian mengenai gambaran tingkat kelelahan pada tenaga kerja workshop PT. X tahun 2013 yang dipadukan dengan nilai subjektif dan dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kelelahan Kerja pada Pekerja Workshop PT. X Bekasi Tahun 2013 No. Tingkat Kelelahan Frekuensi Presentase (%) 1 Berat 23 42.6 2 Sedang 18 33.3 3 Ringan 13 24.1

Jumlah 54 100

Data di atas memperlihatkan gambaran tingkat kelelahan pekerja workshop yang berkategori berat, sedang dan ringan. Tingkat pekerja yang mengalami kelelahan kerja berat 28 orang ( 42,6 %), pekerja yang mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak 18 orang (33,3%) dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 13 orang (24,1%). 5.5.2 Gambaran Iklim Kerja Workshop di PT. X Jakarta

Iklim kerja diukur pada 7 titik yang merupakan area dimana pekerja terpapar. Kemudiam hasil pengukuran dibandingkan dengan menghitung beban kerja yang dialami oleh pekerja. Beban kerja diukur dengan melakukan observasi beban kerja rata-rata dengan metode estimasi pengukuran panas metabolik (NIOSH). Kemudian hasilnya dievaluasikan dengan standar nilai ambang batas iklim kerja berdasarkan lamanya kerja. Hasil penelitian ini menggambarkan pekerja yang terpapar iklim kerja dan tidak terpapar iklim kerja.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Beban Kerja pada Pekerja Workshop PT. X Bekasi Tahun 2013

No. Beban Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Berat 10 18,5 %

2 Sedang 33 61,1 %

54 100 %

Data di atas memperlihatkan gambaran beban kerja pekerja workshop yang memiliki tingkat beban kerja berat, sedang dan ringan berdasarkan hasil estimasi panas metabolik yang dikeluarkan. Pekerja yang memiliki tingkat beban kerja pekerja berat adalah sebanyak 10 orang ( 18,5 %), pekerja yang memiliki tingkat beban kerja sedang adalah sebanyak 33 orang ( 61,1 %), dan pekerja yang memiliki tingkat beban kerja ringan adalah sebanyak 11 orang (20,4 %).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Iklim Kerja Pada Pekerja di Workshop PT. X Jakarta Tahun 2013

No. Iklim Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 >NAB 33 61.1

2 ≤ NAB 21 38.9

Jumlah 54 100 %

Data di atas memperlihatkan gambaran distribusi iklim kerja pada pekerja workshop yang terpapar > NAB dan ≤ NAB sesuai tingkat beban kerja yang dihasilkan oleh pekerja. frekuensi pekerja yang mengalami paparan iklim kerja >NAB adalah sebanyak 33 orang (61,1%), dan pekerja yang mengalami iklim kerja ≤NAB adalah sebanyak 21 orang (38,9 %).

5.5.3 Gambaran Umur dan Masa Kerja Pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Data umur dan masa kerja diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh responden. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan umur individu dan masa kerja masing-masing pekerja. Gambaran distribusi umur dan masa kerja responden terdapat pada tabel 5.6.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Umur dan Masa Kerja Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

No. Variabel Mean SD Min-Maks

1 Umur 32,61 tahun 10,044 21 tahun – 61 tahun 2 Masa Kerja 6,78 tahun 3,457 1 tahun – 13 tahun 1. Gambaran Umur

Dari tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 32,61 tahun atau dapat dibulatkan menjadi 33 tahun, umur termuda adalah 21 tahun dan umur pekerja tertua adalah 61 tahun. Standar deviasi dari varibel umur adalah 10,044.

2. Gambaran Masa Kerja

Pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa rata-rata masa kerja responden adalah 6,78 tahun (6 tahun 8 bulan) dengan standar deviasi 3,457. Responden ada yang bekerja minimal adalah 1 tahun dan responden dengan masa kerja terlama yaitu responden yang sudah bekerja sebagai pekerja di workshop selama 13 tahun.

5.5.4 Gambaran Status Gizi, Kebiasaan Merokok dan Kualitas Tidur Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Status Gizi, Kebiasaan Merokok dan Kualitas Tidur Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

No. Variabel N Presentase (%)

1. Status Gizi Kurus 1 1.9% Normal 32 59,3% Gemuk 21 38,9% 2. Kebiasaan Merokok Sedang 15 27,8% Ringan 15 27,8% Tidak Merokok 24 44,4% 3. Kualitas Tidur Sulit tidur 40 74,1% Tidur Baik 14 25,9%

1. Gambaran Status Gizi

Variabel status gizi di dapat dari hasil kuesioner yang di isi oleh responden. Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa responden yang tergolong berstatus gizi kurus yaitu sebanyak 1 orang (1,9%), responden yang tergolong status gizi normal yaitu sebanyak 32 orang (59,3%) dan responden yang tergolong status gizi gemuk yaitu sebanyak 21 orang (38,9%).

2. Gambaran Kebiasaan Merokok

Variabel kebiasaan merokok pekerja dapat dikatakan perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang perhari, dikatakan perokok sedang apabila merokok 10-20 batang perhari dan dikatakan perokok berat apabila merokok lebih dari 20 batang perhari. Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa responden yang tergolong perokok sedang yaitu sebanyak 15 orang (27,8%), responden yang tergolong perokok ringan yaitu sebanyak 15 orang (27,8%), dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 24 orang (44,4%).

3. Gambaran Kualitas Tidur

Variabel kualitas tidur diperoleh dari kuesioner PSQI yang diisi oleh responden. Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kesulitan tidur yaitu sebanyak 40 orang (74,1%) dan responden yang memiliki kualitas tidur yang baik yaitu sebanyak 14 orang (25,9%).

5.6Analisis Bivariat

5.6.1 Hubungan Antara Iklim Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop di PT. X

Tabel 5.7

Tabulasi Silang antara Iklim Kerja dengan Tingkat Kelelahan Pada Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

Variabel Iklim Kerja

Kelelahan

Total

Pvalue Berat Sedang Ringan

N % N % N % N % Iklim Kerja Terpapar (>NAB) 15 45.5 10 30.3 8 24.2 33 100 0.820 Tidak Terpapar (≤NAB) 8 38.1 8 38.1 5 23.5 21 100 Total 23 42.6 18 33.3 13 24.1 54 100

Berdasarkan tabel 5.8 di atas pekerja yang mengalami paparan iklim kerja ada pada kelompok yang mengalami kelelahan kerja berat yaitu sebanyak 15 orang (45.5%), pada kelompok yang mengalami kelelahan kerja sedang yaitu sebanyak 10 orang (30.3%), pada kelompok yang mengalami kelelahan kerja ringan yaitu sebanyak 8 orang (24.2%), sedangkan pekerja yang tidak mengalami paparan iklim kerja namun mengalami kelelahan kerja berat yaitu sebanyak 8 orang (38.1 %), yang mengalami kelelahan kerja ringan yaitu sebanyak 8 orang (38.1%), dan mengalami kelelahan kerja berat yaitu sebanyak 5 orang (23.5 %). Dari hasil

uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,820 artinya pada α 5%

5.6.2 Hubungan antara Umur dan Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Tabel 5.8

Tabulasi Silang antara Umurdan Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

No. Variabel Tingkat

Kelelahan Kerja

N Pvalue

1 Umur Berat 23 0,221

Sedang 18

Ringan 13

2 Masa Kerja Berat 23 0,541

Sedang 18

Ringan 13

1. Hubungan antara Umur dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa hasil uji statistik antara umur dan tingkat kelelahan kerja di dapatkan pvalue sebesar 0,221, artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat kelelahan kerja.

2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa hasil uji statistik antara masa kerja dan tingkat kelelahan kerja di dapatkan pvalue sebesar 0,541, artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan tingkat kelelahan kerja.

5.6.3 Hubungan Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop di PT. X

Tabel 5.9

Tabulasi Silang antara Status Gizi Pekerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

Status Gizi

Kelelahan Total

Pvalue Berat Sedang Ringan

N % N % N % N % Kurus 0 0 0 0 1 100 1 100 0.299 Normal 16 50 9 28.1 7 21.9 32 100 Gemuk 7 33.3 9 42.9 5 23.8 21 100 Total 23 42.6 18 33.3 13 24.1 54 100

Berdasarkan tabel diatas pekerja yang memiliki status gizi kurus dan mengalami kelelahan kerja ringan adalah sebanyak 1 orang (100%), pekerja yang memiliki status gizi normal namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 16 orang (50%), mengalami kerja sedang sebanyak 9 orang (28,1%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 7 orang (21,9%). Pekerja yang memiliki status gizi gemuk namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 7 orang (33.3%), mengalami kerja sedang sebanyak 9 orang (42.9%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 5 orang (23.8%).mengalami kelelahan sebanyak 0 orang (0%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,299 artinya pada α 5% tidak ada

5.6.4 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop di PT. X

Tabel 5.10

Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok Pekerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

Kebiasaan Merokok

Kelelahan Total

Pvalue Berat Sedang Ringan

N % N % N % N % Sedang 6 40 3 20 6 40 15 100 0.359 Ringan 6 40 5 33.3 4 26.7 15 100 Tidak Merokok 11 45.8 10 41.7 3 12.5 24 100 Total 23 42.6 18 33.3 13 24.1 54 100

Berdasarkan tabel diatas pekerja yang memiliki kebiasaan merokok dengan kategori sedang dan mengalami kelelahan kerja berat adalah sebanyak 6 orang (40%), mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak 3 orang (20%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 6 orang (40%). Pekerja yang memiliki kebiasaan merokok dengan kategori ringan namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 6 orang (40%), mengalami kerja sedang sebanyak 5 orang (33.3%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 4 orang (26.7%). Pekerja yang memiliki kebiasaan merokok dengan kategori tidak merokok namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 11 orang (45.8%), mengalami kerja sedang sebanyak 10 orang (41,7%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 3 orang

(12.5%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,359

artinya pada α 5% tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kelelahan kerja.

5.6.5 Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop di PT. X

Tabel 5.11

Tabulasi Silang antara Kualitas Tidur Pekerja dengan Kelelahan Pada Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

Kualitas Tidur

Kelelahan Total

Pvalue Berat Sedang Ringan

N % N % N % N % Sulit Tidur 16 40 12 30 12 30 40 100 0.222 Tidur Baik 7 50 6 42.9 1 7.1 14 100 Total 230 42.6 18 33.3 13 24.1 54 100

Berdasarkan tabel diatas pekerja yang memiliki kesulitan tidur dan mengalami kelelahan kerja berat adalah sebanyak 16 orang (40%), mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak 12 orang (30%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 12 orang (30%). Pekerja yang memiliki tidur yang baik namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 7 orang (50%), mengalami kerja sedang sebanyak 6 orang (42.9%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 1 orang (7.1%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,222 artinya pada α 5% tidak ada

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Penelitian ini menggunakan desain crossectional.

2. Pengukuran kelelahan kerja sebagian dilakukan pada saat pekerja istirahat atau hendak pulang. Karena pengukuran kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh segala hal yang dapat mempengaruhi proses penyegaran tubuh kembali, seperti makan siang, istirahat, cuci muka, dan mengobrol.

3. Beberapa pekerja yang berpotensi mengalami kelelahan sangat sibuk, sehingga sulit untuk dimintai untuk mengikuti reaction timer test sehingga waktunya sangat terbatas.

4. Hasil penelitan pada tiap semua variabelnya yaitu iklim kerja, umur, masa kerja, status gizi, kebiasaan merokok, dan kualitas tidur hasilnya tidak ada yang berhubungan, kemungkinan terdapat bias informasi karena variabel ini sebagian besar bergantung pada kejujuran dan ingatan responden.

6.2Tingkat Kelelahan Kerja

Kelelahan atau fatigue menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semua keadaan berakibat pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Dapat dikatakan pula sebagai melemahnya tenaga dalam aspek fisik, psikologi maupun mental. Kelelahan baik secara fisiologis maupun psikologis pada

dasarnya merupakan suatu mekanisme perlindungan terhadap tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Waktu Reaksi adalah reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi kompleks yang memerlukan koordinasi. Menurut laporan Setyawati L (1996) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli suara. Setelah dilakukan analisis, metoda pengukuran kelelahan kerja yang efektif digunakan dan terdapat hubungan hanya dengan metode Reaction timer.

Secara umum gejala kelelahan kerja dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai yang sangat melelahkan. Hasil penelitian mengenai gambaran kelelahan kerja pada pekerja workshop di PT. X tahun 2013, distribusi kelelahan kerja pada pekerja workshop sebanyak 23 orang mengalami kelelahan kerja pada tingkat berat. Pekerja yang terpapar iklim kerja berdasarkan beban kerja sebanyak 33 orang yang memiliki mengalami kelelahan kerja tingkat sedang, rata-rata masa kerja pekerja adalah 33 tahun dan sebanyak 23 orang yang mengalami kelelahan kerja berat, pekerja yang berstatus gizi normal sebanyak 16 orang yang mengalami kelelahan berat, pekerja yang tidak memiliki kebiasaan rokok namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 11 orang dan pekerja yang memiliki kualitas tidur yang sulit sebanyak 16 orang dan mengalami kelelahan kerja berat.

Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja fisik yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis dan disertai penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan faktor psikis sehingga menyebabkan

timbulnya perasaan lelah (Suma’mur, 2009). Kelelahan juga dapat berakibat menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, penurunan kewaspadaan, konsentrasi dan ketelitian, menurunnya efisiensi dan kegiatan-kegiatan fisik dan mental yang pada akhirnya menyebabkan kecelakan kerja dan terjadi penurunan poduktivitas kerja (Budiono, 2003).

6.3Gambaran dan Hubungan Iklim Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Iklim kerja sangat erat kaitannya dengan suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi (Budiono, 2003). Kombinasi keempat faktor tersebut yang dipadankan dengan produksi panas oleh tubuh sendiri yang disebut tekanan panas (heat stress). Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivias kerja pekerja akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24oC sampai 27oC. (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan obeservasi, dilakukan pengukuran di beberapa titik dimana banyaknya pekerja yang berdiri pada suatu lokasi dengan menggunakan alat indeks WBGT untuk mengetahui suhu iklim kondisi lingkungan pekerja. Hal ini dikarenakan setiap pekerjaan memiliki nilai resiko terjadinya kelelahan akibat iklim kerja yang berbeda. Dari hasil penelitian didapatkan pekerja yang mengalami paparan iklim kerja ada pada kelompok yang mengalami kelelahan kerja berat yaitu sebanyak 15 orang (45.5%), pada kelompok yang mengalami kelelahan kerja sedang yaitu sebanyak 10 orang (30.3%), pada kelompok yang mengalami kelelahan kerja ringan yaitu sebanyak 8 orang (24.2%), sedangkan

pekerja yang tidak mengalami paparan iklim kerja namun mengalami kelelahan kerja berat yaitu sebanyak 8 orang (38.1 %), yang mengalami kelelahan kerja ringan yaitu sebanyak 8 orang (38.1%), dan mengalami kelelahan kerja berat yaitu sebanyak 5 orang (23.5 %). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,820 artinya pada α 5% tidak ada hubungan antara iklim

kerja dengan kelelahan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustagfirin (2011) bahwa menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara iklim kerja dengan kelelehan. Hal ini kemungkinan ketepatan pengukuran WBGT dengan kondisi lingkungan cuaca yang sangat cerah dan rata-rata populasi yang dijadikan sampel merupakan pekerja yang memiliki kategori beban kerja yang baik atau sesuai dengan tingkat pekerjaannya. Sehingga pada saat dilakukan observasi penilaian beban kerja, pekerja memiliki beban kerja yang cukup sesuai lingkungan pekerjaannya. Dikhawatirkan pekerja juga telah mengalami aklimatisasi sesuai dengan suhu di tempat kerjanya.

6.4Gambaran dan Hubungan Umur Dengan Tingkat Kelelahan Kerja

Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Pertambahan umur seseorang berpengaruh terhadap fungsi organ tubuh setelah mencapai puncak kematangan umur dewasa fungsi organ tubuh mengalami penurunan. Penurunan kemampuan melakukan aktifitas dan kemampuan kerja

menjadi menurun. Penurunan tersebut karena penyusutan jaringan tubuh secara bertahap, yang meliputi jaringan otot, sistem saraf, dan organ-organ vital lainnya.

Dari hasil ini bahwa rata-rata umur responden adalah 32,61 tahun atau dapat dibulatkan menjadi 33 tahun, umur termuda adalah 21 tahun dan umur pekerja tertua adalah 61 tahun.

Dari hasil uji statistik bivariat didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,221

artinya pada α 5% tidak ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja . Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardi (2006) bahwa adanya tingkat kemaknaan dengan nilai probabilitas sebesar 0,0016 artinya ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja. Hal ini kemungkinan disebabkan karena rata-rata usia pekerja dibawah 40 tahun. Seseorang yang berumur muda mampu melakukan pekerjaan berat dan sebaliknya jika seseorang bertambah umurnya maka kemampuan melakukan pekerjaan berat akan menurun. Semakin bertambahnya umur, tingkat kelelahan kerja akan semakin cepat terjadi dan dalam melakukan pekerjaannya kurang gesit sehingga akan mempengaruhi kinerjanya (Hardi, 2006). Menurut Hidayat (2003), mendapatkan bukti di negara Jepang menunujukan bahwa pekerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan kerja dibandingkan dengan pekerja relative lebih muda. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil hipotesis bahwa pekerja yang usianya semakin tua mempunyai adaptasi kerja yang baik pada tugas pekerjaannya, dibanding pekerja yang usianya masih muda atau dibawah rata-rata.

Dalam penelitian ini, tingkat kelelahan dapat menyerang di semua umur (tidak tergantung usianya). Jika pekerja muda, belum tentu mereka selalu mengalami tingkat kelelahan kerja berat, sedang, ringan ataupun normal. Tingkat kelelahan tersebut kemungkinan lebih didominasi oleh cuaca yang berubah-ubah, tingkat kesulitan pekerjaan ataupun tekanan psikologis pekerja saat itu. Begitu juga dengan yang berumur tua, walau cenderung semakin memiliki pengalaman dalam bekerja karena usianya, tidak menutup kemungkinan memiliki golongan kelelahan kerja.

6.5Gambaran dan Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana pekerja telah memegang pekerjaan tersebut. Semakin banyak informasi yang kita simpan maka semakin banyak keterampilan yang kita pelajari dan akan semakin banyak hal yang kita kerjakan. Menurut Purnawati (2005), bahwa masa kerja berperan dalam menentukan beban kerja dan tentu dapat mempengaruhi berat, ringannya tingkat kelelahan. Beban kerja yang melebihi kapasitas pekerja yang dialami berkepanjangan selama kehidupan kerja akan berakibat penumpukan kelelahan sehingga berakibat tingginya tingkat kelelahan.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata masa kerja responden adalah 6,78 tahun (6 tahun 8 bulan) dengan standar deviasi 3,457. Responden ada yang bekerja minimal adalah 1 tahun dan responden dengan masa kerja terlama yaitu responden yang sudah bekerja sebagai pekerja di workshop selama 13 tahun.

Hasil uji statistik bivariat diketahui bahwa hasil uji statistik antara masa kerja dan tingkat kelelahan kerja di dapatkan pvalue sebesar 0,541, artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan tingkat kelelahan kerja.. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian Ardhani (2011) menyatakan dari 47 orang tenaga kerja yang mengalami macam tingkat kelelahan mempunyai hubungan antara faktor individu dengan masa kerja (p = 0,048).

Tidak berhubungannya variabel masa kerja dan tingkat kelelahan kerja pada penelitian ini kemungkinan di karenakan adanya bias recall. Pekerja bisa saja kurang tepat dalam mengingat bulan dan tahun mereka pertama kali bekerja di perusahaan ini. Selain itu juga kemungkinan dikarenakan selama masih bekerja yang sesuai dengan kemampuannya, pekerja memiliki proses adaptasi yang baik terhadap pekerjaannya. Kelelahan ini membawa kepada pengurangan fungsi psikologi dan fisiologi yang dapat dihilangkan dengan upaya pemulihan. Menurut Granjean (1988), pada masa kerja dengan periode dekade, kelelahan berasal dari kelebihan usaha selama beberapa dekade dan dapat dipulihkan dengan pensiun, sedangkan untuk masa kerja yang masih dalam periode tahun, kelelahan berasal dari kelebihan usaha selama beberapa tahun yang dapat dipulihkan dengan liburan.

Kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Populasi sampel yang diteliti adalah berjenis kelamin laki-laki, sehingga untuk status gizi dalam kategori kurus memiliki nilai IMT sebesar <17, kategori normal memiliki nilai IMT sebesar 17-23, dan untuk kategori gemuk 23,1-27 (Depkes, 2003).

Penilaian status gizi di dapat dari hasil kuesioner yang di isi oleh responden dalam memberikan informasi berat badan dan tinggi badan. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa responden yang tergolong berstatus gizi kurus yaitu sebanyak 1 orang (1,9%), responden yang tergolong status gizi normal yaitu sebanyak 32 orang (59,3%) dan responden yang tergolong status gizi gemuk yaitu sebanyak 21 orang (38,9%).

Hasil uji statistik, bahwa pekerja yang memiliki status gizi kurus dan mengalami kelelahan kerja ringan adalah sebanyak 1 orang (100%), pekerja yang memiliki status gizi normal namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 16

Dokumen terkait