• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang memiliki luas wilayah administrasi terkecil kedua di Republik Indonesia setelah Provinsi DKI Jakarta

yaitu sebesar 3.185,80 km2. Secara astronomis, wilayah DIY terletak pada posisi

7⁰33’- 80⁰12’ Lintang Selatan dan 110⁰00’-110⁰50’ Bujur Timur. Provinsi ini terdiri atas satu kotamadya, empat kabupaten, 78 kecamatan, dan 438 desa/kelurahan. Provinsi ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman di sebelah utara, barat dan timur serta Kabupaten Bantul di sebelah selatan. Bentang alam wilayah provinsi ini merupakan kombinasi antara daerah pesisir pantai, dataran dan perbukitan/pegunungan. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Provinsi ini sebesar 3.747.657 jiwa dengan proporsi laki-laki 1.737.450 jiwa dan perempuan 1.777.420 jiwa, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.176 jiwa/km. Jaringan jalan di Provinsi DI Yogyakarta dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Jalan bebas hambatan: Yogyakarta – Bawean, Yogyakarta – Solo, Yogyakarta – Cilacap

2. Jalan arteri primer: ruas jalan Yogyakarta – Semarang, jalan lingkar Yogyakarta, Yogyakarta – Surakarta, Yogyakarta – Cilacap; dan

3. Jalan kolektor primer: ruas jalan Yogyakarta, Wonosari, Ngeposari, Pacucak, Bedoyo, Duwer, Prambanan – Piyungan, Prambanan – Pakem, Pakem – Tempel, Sedayu – Pandak, Palbapang – Barongan, Sampakan – Singosaren, ruas jalan pantai selatan (PANSELA), jalan Yogyakarta – Kaliurang, jalan Yogyakarta – Parangtritis, Yogyakarta – Nanggulan(Kenteng), Sentolo – Nanggulan – Kalibawang, Dekso – Samigaluh, Dekso – Minggir – Jombor, Bantul – Srandakan – Toyan, Wonosari – Semin – Bulu, Wonosari – Nglipar, Semin – Blimbing,

66.08 66.64 67.21 68.02 68.78 69.49 64 65 66 67 68 69 70 IPM 2010 IPM 2011 IPM 2012 IPM 2013 IPM 2014 IPM 2015

Pandanan – Candirejo, Sambipitu – Nglipar – Semin – Nglipar – Gedangsari, Wonosari – Baron – Tepus – Baran – Duwet, Sentolo – Pengasih – Sermo, Kembang – Tegalsari – Temon, Galur – Congot, Sentolo – Galur, Milir – Dayakan – Wates, Prambanan – Piyungan, Prambanan – Pakem – Tempel – Klangon, Palbapang – Samas, Sampakan – Singosaren, Sedayu – Pandak, Palbapang – Barongan, Srandakan – Kretek, Yogyakarta – Pulowatu, Yogyakarta – Imogiri – Panggang, Panggang – Parangtritis, Playen – Paliyan – Panggang, Pandean – Playen, Gading – Gledak, Sumur – Tunggul – Sumuluh – Bedoyo.

Pengembangan prasarana sumber daya air di Provinsi DI Yogyakarta dilakukan melalui upaya sebagai berikut:

a. Menjaga keseimbangan ekosistem;

b. Mengembangkan dan mengelola sumber daya air secara terpadu berbasis wilayah sungai dan terintegrasi dengan cekungan air tanah;

c. Mengembangkan jaringan prasarana sumber daya air untuk melayani lahan pertanian, kawasan permukiman, prasarana lingkungan perkotaan, industri, dan pengembangan kawasan strategis;

d. Wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam huruf b adalah wilayah Sungai Progo - Opak - Serang; dan

e. Mengurangi daya rusak air secara fisik dan non fisik.

Sementara itu strategi pengembangan prasarana sumber daya air di Provinsi DI Yogyakarta adalah sebagai berikut:

a. Melakukan konservasi sumber daya air secara berkesinambungan terhadap air tanah dan air permukaan;

b. Mengendalikan secara ketat penggunaan lahan di daerah tangkapan air dan di sekitar sumber air;

c. Memperbanyak tampungan air yang berupa waduk, embung, tandon air dan kolam penampung air untuk memenuhi kebutuhan air baku dan konservasi;

d. Mencegah perubahan penggunaan lahan sawah beririgasi;

e. Memantapkan prasarana sumber daya air yang sudah ada agar berfungsi optimal;

f. Menguatkan kelembagaan masyarakat pengelola air mandiri untuk air minum dan untuk pertanian di daerah yang tidak terjangkau Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) maupun Jaringan Irigasi; dan

g. Melibatkan peran masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan prasarana sumber daya air.

Adapun arahan pengembangan prasarana sumber daya air di Provinsi DI Yogyakarta adalah:

a. Waduk Tinalah di Kabupaten Kulon Progo;

b. Embung-embung di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Sleman;

c. Tandon air dan kolam tampungan di semua kabupaten dan kota di daerah; sumber air sungai bawah tanah Bribin, Seropan, Ngobaran, dan Baron di Kabupaten Gunungkidul;

d. Daerah Irigasi Sistem Kalibawang di Kabupaten Kulon Progo, Sistem Mataram Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan jaringan irigasi lainnya di Kabupaten/Kota;

e. Waduk Sermo, bendung Sapon di Kabupaten Kulon Progo, embung Tambakboyo Kabupaten Sleman, bendung Tegal Kabupaten Bantul dan prasarana lainnya;

f. Sumur resapan dan biopori di semua wilayah daerah; dan

g. Air tanah di wilayah cekungan air tanah Yogyakarta-Sleman, Wates dan Wonosari.

Sumber: Pengolahan Data BPS

Gambar 1.12 PDRB Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2010 – 2014

PDRB Provinsi DI Yogyakarta atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha bergerak dengan baik yang ditandai dengan peningkatan nilai PDRB dari tahun 2010 sampai 2014. Rata – rata peningkatan PDRB di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 5,31% setiap tahunnya. Sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi merupakan kontributor terbesar terhadap PDRB Provinsi DI Yogyakarta dengan rata – rata nilai pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 6,78%. Selanjutnya terdapat sektor jasa perusahaan dan jasa lainnya yang turut berkontribusi dengan nilai rata – rata pertumbuhan sebesar 6,13%. Kondisi

0 5000 10000 15000 20000 25000 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

tersebut merupakan gambaran dari daerah DI Yogyakarta yang kaya akan wisata kebudayaan dan alam sehingga sektor transportasi dan perusahaan dapat berkembang di daerah tersebut.

Pada Gambar 1.13 dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 2010 – 2015 IPM Provinsi DI Yogyakarta memiliki rata – rata kenaikan sebesar 0,44 poin per tahun. Faktor yang mempengaruhi di antaranya adalah tingkat pendidikan dan angka harapan hidup yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh Kota Yogyakarta yang dikenal pula sebagai Kota Pendidikan terus berbenah untuk menyediakan fasilitas – fasilitas kesehatan. Selain itu, DI Yogyakarta juga merupakan pusat kebudayaan di Pulau Jawa sehingga menjadi tempat yang ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun domestik. Hal ini membuat pemerintah daerah terus berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya menjadi lebih baik. Kenaikan IPM pada tahun 2014 – 2015 sebesar 0,78 poin menjadikan Provinsi DI Yogyakarta sebagai provinsi dengan kenaikan IPM tertinggi kedua di Pulau Jawa.

Sumber: Pengolahan Data BPS

Gambar 1.13 IPM Provinsi DI Yogyakarta Tahun 2010 – 2015

G

Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur