• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antar WPS 7 (Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta – Bogor – Ciawi – Sukabumi) dan WPS 8 (Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta – Cirebon –

Analisis Kelayakan Program Jangka Pendek Antar WPS 3.2.3

B. Antar WPS 7 (Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta – Bogor – Ciawi – Sukabumi) dan WPS 8 (Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta – Cirebon –

Semarang)

Sub-kawasan yang berada di antara WPS 7 dan WPS 8 adalah Bandar Udara Baru Kertajati di Majalengka, Kota Depok, Bendungan Sindangheula, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

1. Bandar Udara Baru Kertajati : Majalengka

Bandara seluas 1.800 ha ini akan dilengkapi dengan akses tol

Cileunyi-Sumedang-Dawuan, juga akses kereta. Luas terminalnya mencapai 92.000 m2

yang bisa menampung 5-6 juta penumpang. Bila sudah beroperasi 2018, runway Bendara Kertajati akan mengalahkan panjang runway Bandara Soekarno-Hatta yang berukuran 3.660 m. Saat ini, untuk runway terpanjang di Indonesia dimiliki Bandara Hang Nadim (Batam) yaitu 4.025 m.

Bandara ini ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2017 termasuk segala infrastruktur pendukungnya. Untuk membangun Bandara Kertajati diperlukan dana hingga Rp 5,5 triliun. Progresnya untuk pengerjaan infrastruktur sudah 7,1%, pembangunan terminal penumpang 3,2%, dan bangunan penunjang 0,5%. Untuk pembangunan infrastruktur dikerjakan Adhi Karya dengan nilai kontrak Rp 355 miliar, pembangunan gedung dan terminal penumpang utama oleh KSO Wijaya Karya dan PT PP dengan nilai kontrak Rp 1,395 triliun, sedangkan pembangunan gedung penunjang operasional dilakukan oleh PT Waskita Karya dengan nilai kontrak Rp 416 miliar.

Tantangan yang dihadapi kawasan ini adalah :

a. Aksesibilitas yang masih belum terhubung dengan kawasan sekitarnya; b. Kebutuhan air baku yang belum terpenuhi untuk kawasan bandara dan

kawasan industri Aero City; serta

c. Kebutuhan jaringan sanitasi dan air bersih.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, indikasi program utama yang diusulkan berupa :

a. Pembangunan jaringan jalan tol dan jaringan kereta api menuju bandara;

b. Pembangunan prasarana air baku; serta

c. Pembangunan jaringan sanitasi dan jaringan air bersih bagi kawasan bandara dan kawasan industri.

2. Kota Depok sebagai bagian dari PKN Jabodetabek

Jumlah penduduk Kota Depok sebesar 2.033.508 jiwa pada tahun 2014 dengan capaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Depok pada tahun tahun 2009 sebesar 6,22%. Kontribusi paling dominan terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan LPE berasal dari subsektor perdagangan dan jasa. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2012 pertumbuhan perekonomian Kota Depok mencapai 7,1%. Angka tersebut jauh melebihi pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat sebesar 6,2%. Kawasan ini didukung oleh infrastruktur berupa ruas Jalan Tol Cinere-Jagorawi dan rencana ruas jalan tol Depok-Antasari yang apabila terwujud dapat menghubungkan wilayah Jakarta, Depok dan Bogor. Selain itu terdapat Jalan Tol Cijago (kependekan dari jalan tol Cinere–Jagorawi) yang merupakan jalan tol yang diresmikan tanggal 27 Januari 2012 lalu dengan panjang jalan tol 3,7 km. Nantinya tol Cijago ini akan berujung sampai ke Cinere, Depok dan bus kota dan jarak jauh atau menengah dari Terminal Depok akan melintasi jalan tol Jagorawi tanpa melewati Lenteng Agung dan Pasar Minggu. Ruas yang beroperasi hanya ruas Cisalak – Jagorawi yang diresmikan tahun 2012 lalu. Sedangkan ruas Cinere – Cisalak akan dibangun dalam waktu dekat. Jalan tol ini merupakan bagian dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2. Permasalahan dan tantangan di kawasan ini berupa :

a. Ketersediaan air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih perkotaan yang semakin menurun;

b. -Kebutuhan masyarakat akan rumah yang besar sebagai salah satu wilayah penyangga DKI Jakarta;

c. Timbulan sampah yang sudah sangat besar akibat perkembangan jumlah penduduk dan penduduk pendatang. Tempat Pembuangan Akhir Cipayung Depok, sudah kelebihan kapasitas untuk menampung gunungan sampah;

d. -Konektifitas yang ada saat ini sudah tidak mampu menampung pergerakan orang dan barang di Kota Depok;

e. Terdapat 55 titik rawan banjir karena banyak drainase yang sudah tidak berfungsi; serta

f. Terdapat 13 kawasan rawan longsor di sempadan sungai.

Untuk mengatasi permasalahan dan tantangan tersebut dibuatlah indikasi program utama berupa :

a. Pembuatan bendungan air, perluasan bak penangkap air baku dan pipa transmisi air baku dari Sungai Ciliwung;

b. Pembangunan rumah susun dan RSH bagi MBR; c. Pembangunan TPA baru dan atau pembangunan IPLT;

d. Pembangunan jaringan jalan tol baru (Cijago) dan Depok Outer Ring Road (DORR) yang menghubungkan Jalan Raya Parung dengan Jalan Raya Bogor yang berada di selatan dan Jalan Juanda ke Cinere yang berada di utara;

e. Perbaikan saluran drainase dan normalisasi situ; serta f. Pembangunan turap di pinggir kali.

3. Bendungan Sindangheula

Wilayah bendungan ini meliputi tiga kelurahan/desa, yaitu Desa Sindangheula (37,1 ha), Desa Pancanegara (89,27 ha) Kabupaten Serang dan Kelurahan Sayar (33 ha) Kota Serang dengan luas genangan 154 ha. Fungsi bendungan ini untuk penyediaan air baku untuk pengolahan air bersih serta sarana air irigasi, menyediakan air baku sebanyak 8.000 liter per detik dan mengairi area persawahan seluas 1.200 ha. Bendungan ini juga nantinya akan digunakan untuk mengendalikan banjir yang kerap terjadi di Kota Serang yang diakibatkan luapan Sungai Cibanten. Permasalahan yang dihadapi kawasan ini berupa :

a. Kebutuhan air baku bagi pertanian di Kabupaten Serang dan air baku perkotaan Maja yang sangat besar;

b. Kemacetan kawasan perkotaan akibat banyaknya persimpangan jalan yang sangat padat kendaraan; serta

c. Kualitas perumahan kawasan perkotaan yang cenderung menurun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, indikasi program utama yang diusulkan berupa :

a. Pembangunan prasarana air baku dan irigasi dari Bendungan Sindangheula;

b. Penanganan kemacetan dalam kota; serta

c. Peningkatan kualitas perumahan pada kawasan perkotaan.

4. Kota Tangerang sebagai bagian dari PKN Jabodetabek dan Kawasan Metropolitan Jabodetabek

Tangerang adalah pusat manufaktur dan industri di pulau Jawa dan memiliki lebih dari 1.000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan internasional yang memiliki pabrik di kota ini. Tangerang memiliki cuaca yang cenderung panas dan lembap, dengan sedikit hutan atau bagian geografis lainnya. Kawasan-kawasan tertentu terdiri atas rawa-rawa, termasuk Kawasan-kawasan di sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi kawasan ini berupa:

a. Sekitar 40 dari 112 jembatan rusak parah karena sering terendam banjir. Sebagian besar jembatan yang rusak masuk kategori kelas 1 A, yaitu menghubungkan jalan-jalan utama dengan arus padat;

b. Debit air di Sungai Cisadane berada dalam level kritis. Air Sungai Cisadane merupakan sumber utama bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta industri;

c. Perluasan dan penambahan kapasitas bandara Soekarno Hatta yang berdampak pada kapasitas jalan yang ada tidak dapat menampung kendaraan; serta

d. Kualitas perumahan kawasan perkotaan yang cenderung menurun. Untuk mengatasi permasalahan dan tantangan tersebut, indikasi program utama yang diusulkan berupa :

a. Rehabilitasi jembatan; b. Pengerukan Sungai Cisadane;

c. Memperbanyak akses menuju Bandara Soekarno-Hatta baik dari Tangerang maupun Jakarta dengan cara membangun jalan baru (JORR dan jalan arteri sekunder atau non-tol) dan menambah kapasitas jalan yang sudah ada serta penambahan jaringan kereta api; serta

d. Peningkatan kualitas perumahan pada kawasan perkotaan.

5. Kota Tangerang Selatan sebagai bagian dari PKN Kawasan Jabodetabek dan Kawasan Metropolitan Kabodetabek

Wilayah Kota Tangerang Selatan di antaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Struktur ekonomi Tangerang Selatan didominasi oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi (30,29%) dan perdagangan hotel dan restoran (26,81%). Sektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar adalah jasa-jasa (17,39%) dan bank, persewaan dan jasa perusahaan (15,40%). Permasalahan yang dihadapi kota ini berupa kondisi jaringan jalan di kawasan Pamulang (jalan provinsi) yang rusak serta banjir pada kawasan utama jalan penghubung Kota Depok dengan Tangerang Selatan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut indikasi program utama yang diusulkan berupa perbaikan dan pelebaran jalan utama Jalan Raya Siliwangi, Pamulang, serta perbaikan jaringan irigasi.

C. Antar WPS 8 (Pusat Pertumbuhan Terpadu Jakarta – Cirebon – Semarang)