• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geografi

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6º19‟00‟‟ - 6º28‟00‟‟ Lintang Selatan dan 106º43‟00‟‟ - 106º55‟30‟‟ Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50–140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2. yang mencakup 6 kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Beji, Limo, dan juga meliputi 63 desa, 846 Rukun Warga (RW), dan 4.675 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk di tahun 2008 adalah 1.503.677 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 7.507,50 jiwa/km2. Peta administrasi Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 3.

Kota Depok sebagai pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pancoran Mas. Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 10.264,61 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Beji dengan tingkat kepadatan 10.013,29 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 3.714,75 jiwa/km2.

Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat - Kabupaten Tangerang dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede - Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri - Kabupaten Bogor.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojonggede di Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunungsindur di Kabupaten Bogor.

Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok tumbuh semakin pesat seiring dengan

meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya.

Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2008 mencapai 1.503.677 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 780.092 jiwa dan perempuan 723.585 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota Depok tahun 2008 sebesar 3,43 persen, sedangkan rasio jenis kelamin di Kota Depok adalah 102. Tabel 2 menunjukkan jumlah penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk, dan jumlah kelurahan menurut kecamatan di Kota Depok, dimana Kecamatan Cimanggis memiliki jumlah penduduk paling banyak, yaitu 412.388 jiwa, sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Beji yaitu 143.190 jiwa. Untuk data jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 3, dimana Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat dengan tingkat kepadatan 10.264,61 jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah ada di Kecamatan Sawangan dengan tingkat kepadatan sebesar 3.714,75 jiwa/km2.

Tabel 2 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Depok Tahun 2008

Kecamatan ∑ Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Jumlah Kelurahan Sawangan Pancoran Mas Sukmajaya Cimanggis Beji Limo 169.727 275.103 350.331 412.388 143.190 152.938 45,69 29,83 34,13 53,54 14,30 22,80 3.714,75 9.222,36 10.264,61 7.702,43 10.013,29 6.707,81 14 11 11 13 6 8 Kota Depok 1.503.677 200,29 7.507,50 63

Sumber : Kota Depok Dalam Angka 2008

Tabel 3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Depok Tahun 2004-2008

Keterangan Tahun Kecamatan Total Kota

Depok Sawangan Pancoran

Mas

Sukmajaya Cimanggis Beji Limo Jumlah Penduduk (jiwa) 2004 157.525 262.785 302.311 376.103 129.192 141.545 1.369.461 2005 159.543 247.622 307.753 379.487 136.899 143.218 1.374.522 2006 166.276 254.797 314.147 392.512 143.592 149.156 1.420.480 2007 166.076 269.144 342.447 403.037 139.888 149.410 1.470.002 2008 169.727 275.103 350.331 412.388 143.190 152.938 1.503.677 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 2004 3.447,7 8.809,4 8.857,6 7.024,7 9.034,4 6.208,1 6.837,4 2005 3.491,9 8.301,1 9.017,1 7.087,9 9.573,4 6.281,5 6.862,7 2006 3.639,2 8.541,6 9.204,4 7.331,2 10.041,4 6.541,9 7.092,1 2007 3.634,8 9.022,6 10.033,6 7.527,8 9.782,4 6.553,1 7.339,4 2008 3.714,8 9.222,4 10.264,6 7.702,4 10.013,3 6.707,8 7.507,5

Sumber : Kota Depok Dalam Angka 2008

Iklim dan Jenis Tanah

Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim (muson), yaitu iklim yang terjadi karena pengaruh angin musim sehingga secara umum musim kemarau terjadi antara bulan April-September (arah angin dari Timur Laut) dan musim hujan antara bulan Oktober-Maret (arah angin dari Barat Daya). Temperatur rata-rata 24,3oC, kelembaban udara rata-rata 82%, kecepatan angin rata-rata 3,3 knot, penyinaran matahari rata-rata 49,8%.

Kondisi iklim di Kota Depok relatif sama yang ditandai dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dengan jumlah curah hujan 2684 mm/th, dan jumlah hari hujan 222 hari/tahun.

Secara umum jenis tanah yang terdapat di Kota Depok menurut RTRW Kota Depok (Anonimous, 2000) terdiri dari:

a. Tanah alluvial, tanah endapan yang masih muda, terbentuk dari endapan lempung, debu dan pasir, umumnya tersingkap di jalur-jalur sungai, tingkat kesuburan sedang – tinggi;

b. Tanah latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basaltis, tingkat kesuburannya rendah – cukup, mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi, tekstur halus;

c. Asosiasi latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang perkembangannya dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang, kandungan air tanah cukup banyak, sifat fisik tanah sedang – kurang baik.

Sumber Daya Lahan

Kota Depok mengalami tekanan sejalan dengan perkembangan kota yang sedemikian pesat. Sebagaimana kita ketahui berdasarkan data analisis Revisi RTRW Kota Depok (2000-2010) dalam pemanfaatan ruang kota, kawasan pemukiman pada tahun 2007 mencapai 8.915.09 ha (44,31 persen) dari total pemanfaatan ruang Kota Depok. Pada tahun 2007 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23 persen) dari luas wilayah Depok atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 persen dari data tahun 2004. Sementara luas kawasan terbangun tahun 2007 mencapai 10.013,86 ha (49,77 persen) dari luas wilayah Kota Depok atau meningkat 3,59 persen dari data tahun 2004. Luas kawasan terbangun sampai dengan tahun 2010 mencapai 10.720,59 ha (53,28 persen) atau meningkat 3,63 persen dari data tahun 2005. Sementara luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010 seluas 9.399,41 ha (46,72 persen ) atau menyusut 3,63 persen dari tahun 2005. Pada tahun 2010, dari 53,28 persen total luas kawasan terbangun, hampir 45,49 persen akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa dan perdagangan menutupi 2,96 persen total luas kota, industri 2,08 persen total luas kota, pendidikan tinggi 1,49 persen total luas kota, dan kawasan khusus 1,27 persen total luas kota.

Salah satu potensi yang sedang disusun untuk dapat direalisasikan sebagai penambah jumlah RTH di Depok adalah sepadan Sungai Ciliwung yang

membelah Depok sepanjang 25 km. Kawasan ini diharapkan dapat menjadi

Green Belt Depok guna memenuhi kebutuhan RTH yang makin berkurang dari waktu-kewaktu. Jika dihitung sepadan sungai yang mencapai 120-130 meter dan jika dikalikan dengan panjang sungai 25 km maka didapat kurang lebih sekitar 3.000.000 meter persegi lahan yang dapat digunakan untuk membuat Kota Depok akan semakin hijau dan semakin nyaman.

Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah, ditambah dengan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase dikarenakan semakin meningkatnya jumlah pemukiman, diprediksikan akan menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yang berdampak terhadap penurunan kondisi Kota Depok. Diperkirakan pula pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok di masa mendatang akan menghadapi suatu kondisi, dimana lahan sawah yang semakin menyempit. Pada tahun 2010 diperkirakan lahan sawah akan mengecil bila dibandingkan kondisi sekarang. Penyempitan yang paling parah terjadi pada lahan sawah tadah hujan, disusul sawah irigasi sederhana PU.

Sumber Daya Air

Sumber Daya Air terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara umum sungai-sungai di Kota Depok termasuk ke dalam dua Satuan Wilayah Sungai besar, yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Pembangunan perikanan di Kota Depok juga menghadapi masalah yang sama dengan pertanian tanaman pangan, yaitu penyempitan lahan air kolam. Berdasarkan data tahun 2007, luas areal air kolam adalah 242,21 ha dibandingkan pada tahun 2004 seluas 290,54 ha.

Penggunaan Lahan dan Penataan Ruang Penggunaan Lahan

Jenis penggunan lahan di Kota Depok dapat dibedakan menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Jenis kawasan yang perlu dilindungi terdiri dari Cagar Alam Kampung Baru (Desa Depok), area pinggir sungai dan situ. Pada tahun 2008, penggunaan lahan di Kota Depok terdiri dari lahan untuk bangunan dan pekarangan sebesar 14.783,40 ha (77,22%), kuburan 136,60 ha (0,71%), ladang 1.319,40 ha (6,89%), kolam 225 ha (1,18%), hutan negara 12,69 ha (0,07%), non sawah lainnya 1.704,65 ha (8,90%) dari total luas Kota Depok. Sedangkan untuk pertanian sawah sebesar 963,39 ha (5,03%). Kondisi di atas

menggambarkan Kota Depok masih mencirikan kegiatan yang bercampur antara pertanian dan perkotaan yang dipengaruhi oleh Kota Metropolitan. Masalah yang dihadapi dalam penggunaan lahan ini adalah konversi lahan pertanian (lahan basah) menjadi kegiatan non pertanian yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Penataan Ruang

Penataan Ruang perlu mendapat perhatian mengingat pembangunan Kota Depok dalam lima tahun terakhir mengalami kemajuan yang pesat. Keragaman penggunaan tanah dan aktivitas ekonomi sangat menarik untuk ditelaah dalam struktur ruang. Pengembangan struktur ruang kota selain berdasarkan adanya potensi kecenderungan (trend oriented), mengarah pula pada faktor pembentukan struktur ruang yang optimal (target oriented). Konsep struktur tata ruang Kota Depok dimasa datang dikembangkan melalui pengolahan potensi pengembangan infrastruktur, luasan wilayah dan jenis kegiatan yang akan berkembang sesuai dengan fungsi kota yang dituju.

Berdasarkan kajian Sugeng et al. (2002) dikatakan bahwa Kota Depok dapat ditelaah struktur ruangnya atas dasar penggunaan tanah dan kegiatan penduduk. Hasil kajian menunjukkan bahwa Kota Depok terdiri dari 3 (tiga) kelompok, yaitu wilayah berciri usaha tani, wilayah berciri pelayanan dan wilayah berciri industri atau pemukiman, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Wilayah Usaha Tani terbentang pada bagian barat Ciliwung yang meliputi sebagian dari Kecamatan Sawangan, seperti Kelurahan Duren Mekar, Pengasihan, Bedahan, Pasir Putih, Bojangsari Lama, Bojongsari Baru dan Serua;

2. Wilayah berciri pelayanan memiliki letak yang tidak jauh dari pertokoan, gedung bioskop dan rumah sakit, merupakan daerah terluas, terbentang dari bagian timur, selatan dan barat Kota Depok serta meliputi hampir semua kecamatan;

3. Wilayah berciri industri dan perumahan terbentang di bagian utara. Wilayah yang berciri kegiatan industri memanjang sejalan alur jalan utama, yakni Jalan Raya Bogor meliputi Kelurahan Abadi Jaya, Cisalak dan Mekar Sari.

Sedangkan wilayah perumahan menyebar di Kelurahan Beji Timur, Kukusan, Depok Jaya, Cinere, Gandul, serta Pangkalan Jatibaru.

Berdasarkan pertimbangan pola sebaran kegiatan dan fungsi, secara makro konsep wilayah pengembangan Kota Depok memiliki ciri sebagai berikut :

1. Wilayah Barat : fungsi jasa perdagangan/agribisnis dan pergudangan, wisata, permukiman kepadatan rendah sampai sedang;

2. Wilayah Tengah : fungsi pusat perdagangan dan jasa perkantoran, pergudangan, pendidikan, wisata dan permukiman kepadatan sedang-tinggi. 3. Wilayah Timur : fungsi permukiman kepadatan rendah, sedang dan tinggi,

perdagangan dan jasa pergudangan, perkantoran, wisata dan industri yang ramah lingkungan.

Berdasarkan potensi dan permasalahan yang dihadapi, dikembangkan struktur pelayanan Kota Depok yang diarahkan untuk membentuk satu pusat utama kota/pusat primer dan beberapa sub pusat kota/pusat sekunder, yang diharapkan mampu berkembang secara terintegrasi untuk melayani pelayanannya masing-masing. Hal ini mengingat Depok memiliki 3 akses utama yang mempengaruhi orientasi perkembangannya, yaitu Jalan Margonda Raya, Cimanggis dan Parung. Pengembangan ini dimaksudkan untuk perbaikan dan pembangunan struktur jaringan jalan baru mengikuti potensi pusat-pusat yang ada dan sekaligus mengembangkan pusat baru dengan skala tidak terlalu besar. Pusat dan sub pusat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pusat Utama Kota di Jalan Margonda Raya (Kecamatan Pancoran Mas), saat ini berada dalam keadaan berkembang yang melayani hampir seluruh kota; 2. Sub Pusat Cinere di Cinere (Kecamatan Limo), relatif sudah berkembang

dengan melayani Cinere dan sekitarnya;

3. Sub Pusat Cisalak (Kecamatan Sukmajaya), relatif sedang berkembang namun masih memerlukan penataan kembali yang melayani kegiatan grosir dan eceran;

4. Sub Pusat Citayam (Kecamatan Pancoran Mas) yang berdekatan dengan Stasiun KRL dan dalam taraf sedang berkembang yang memiliki kegiatan grosir terbatas dan eceran.

5. Sub Pusat Sawangan di Rangkapan Jaya Baru dan Sawangan Baru (Kecamatan Sawangan)

6. Sub Pusat Cimanggis di Jatijajar (Kecamatan Cimanggis).

Penetapan fungsi, lokasi pusat dan sub pusat kota adalah sebagai berikut : 1. Pusat Kota sebagai Pusat Utama, area yang diarahkan sebagai pusat primer

merupakan pengembangan dari dari pusat kota yang telah ada saat ini. Pusat kegiatan kota ini menjadi konsentrasi wilayah peruntukan fungsi pelayanan skala kota dan wilayah. Rencana pusat kegiatan kota akan meliputi Kecamatan Beji dan Pancoran Mas, dengan arahan pengembangan kegiatan jasa dan perdagangan skala kota dan wilayah, pusat perkantoran serta penempatan fasilitas umum dengan skala pelayanan kota;

2. Sub pusat, dimaksudkan untuk mendorong terbentuknya pemerataan lingkup pelayanan kegiatan kota sebagai antisipasi perkembangan kota yang didorong fakta adanya kebutuhan pelayanan masyarakat diluar wilayah Kota Depok. Sub pusat ini terdiri dari komponen kegiatan yang telah ada maupun yang didorong perkembangannya sesuai dengan potensi ruangnya dengan skala pelayanan bagian wilayah kota.

Kecamatan Cimanggis, Limo, Sawangan merupakan sebagian Kota Depok yang termasuk Kawasan Bopunjur (Bogor, Puncak, Cianjur) seperti termuat dalam Keputusan Presiden No. 114 tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur, dimana daerah ini akan dipertahankan sebagai kawasan konservasi air dan tanah dengan tujuan untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah yang merupakan fungsi utama kawasan dan menjamin tersedianya air tanah, air permukaan dan penanggulangan banjir bagi Kawasan Bopunjur dan daerah hilirnya. Akan tetapi dilain pihak, sesuai dengan UU No 22 tahun 1999 yang direvisi menjadi UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang memiliki hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini pemerintah daerah memberikan izin untuk membangun wilayah perumahan di wilayah tersebut. Akibatnya akan memperluas daerah tutupan dan mengurangi wilayah resapan air,

dan diperkirakan sekitar 10-20 tahun dari sekarang akan terjadi penurunan daya dukung lahan.

Dalam arahan kawasan khusus Jabodetabek, Kota Depok diarahkan sebagai “Buffer City” selain berfungsi sebagai “Counter Magnet”, namun dalam rumusan

RTRWP Provinsi Jawa Barat hasil revisi 2000-2010 Kota Depok dikembangkan sebagai wilayah terdepan Jawa Barat yang berbatasan dengan Jakarta, dengan fungsi utama untuk industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan. Selain itu Depok saat ini memiliki kawasan dengan karakteristik pengembangan khusus, yang disebut dengan kawasan tertentu. Adapun pengertian kawasan tertentu adalah kawasan yang memiliki karakter pengembangan tertentu dan berfungsi strategis bahkan bersifat nasional. Kawasan tertentu ini tidak diperbolehkan dialih fungsikan untuk kegiatan lain, terkecuali mendapat izin dari pejabat yang berwenang. Selain itu, di sekitar kawasan tertentu terutama kawasan militer tidak diizinkan untuk dibangun kegiatan yang menimbulkan polusi suara. Kawasan tertentu di Kota Depok meliputi kawasan RRI di Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya dan kawasan TVRI di Kecamatan Sukmajaya.

Kota Depok dipengaruhi pula oleh sistem transportasi metropolitan Jabotabek yang berkembang dengan konsep linier dengan poros Bogor-Depok- Jakarta. Dengan arahan ini, konsep pergerakan lebih menekankan hubungan transportasi dengan kota utama Jakarta. Kondisi tersebut kurang menguntungkan bagi Depok yang memiliki wilayah yang melebar pada persilangan poros Utara- Selatan. Untuk itu dibutuhkan strategi dalam mengakomodasikan perkembangan pergerakan internal dan eksternal transportasi Kota Depok.

Proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah untuk masa mendatang harus mengedepankan aspek desentralisasi pembangunan kawasan sehingga pembangunan tidak hanya berpusat pada satu tempat saja. Pengembangan kawasan sangat dibutuhkan guna memacu pertumbuhan ekonomi, di sisi lain juga bisa mengurangi problem sosial seperti kemacetan, masalah kepadatan penduduk, pertanahan dan aspek sosial ekonomi lainnya yang berdampak negatif di masa mendatang. Menciptakan pembangunan yang "market friendly" dan sustainable

(berkelanjutan) adalah target yang harus dicapai sehingga Kota Depok menjadi kota yang tertata baik.

Kondisi Perekonomian

Perekonomian di Kota Depok dibangun di atas aktivitas sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi industri pengolahan (atas dasar harga konstan 2000) mencapai 37,5 persen atau sejajar dengan Rp 3,3 trilyun lebih. Sedangkan kontribusi sektor perdagangan hotel dan restoran mencapai 32,3 persen atau bernilai lebih dari Rp 2,8 trilyun.

Jumlah usaha yang bergerak pada industri pengolahan mencapai 105 industri yang terbagi dalam 6 jenis yaitu (1) industri makanan dan tembakau, (2) pemintalan/industri tekstil, (3) plastik paralon (4) farmasi (5) kosmetik (6) gudang. Jenis industri yang terbanyak adalah makanan dan minuman sebanyak 56 unit usaha yang terkonsentrasi di Kecamatan Cimanggis.

Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan PDRB Kota Depok tahun 2008 sebesar 6,42% atas dasar harga konstan. Kelompok sekunder mengalami peningkatan paling besar yaitu sebesar 6,91%, lalu tersier 6,19%, dan primer 1,94%. Semakin besar persentase sektor maka semakin besar pula kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi di sutau daerah. PDRB Kota Depok atas dasar harga konstan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 PDRB Kota Depok Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2008 (Juta Rp.)

KELOMPOK SEKTOR/SEKTOR 2004 2005 2006 2007 2008

A. PRIMER 159.556,91 167.053,64 159.921,17 164.023,70 167.197,76 1.Pertanian

2.Pertambangan dan Penggalian

159.556,91 0,00 167.053,64 0,00 159.921,17 0,00 164.023,70 0,00 167.197,76 0,00 B. SEKUNDER 2.223.743,77 2.402.322,57 2.556.941,97 2.687.517,39 2.873.339,32 1.Industri Pengolahan 2.Listrik, Gas dan Air Minum 3.Bangunan/konstruksi 1.793.348,32 146.341,60 284.053,85 1.954.749,67 157.837,97 289.734,93 2.094.461,49 162.625,11 299.855,37 2.188.505,81 168.289,13 330.725,45 2.344.941,46 175.447,66 352.950,20 C. TERSIER 2.057.576,15 2180657,89 2349265,92 2571219,30 2730290,56

1.Perdagangan, Hotel dan Restoran

2.Pengangkutan dan Komunikasi 3.Bank & Lemb.Keuangan

Lainnya 4.Jasa-Jasa 1.293.418,42 240.540,53 180.689,28 342.927,92 1.371.884,46 259.654,73 192.688,45 356.430,25 1.500.643,82 265.439,68 198.084,51 385.097,91 1.680.841,66 274.193,85 216.184,33 399.999,46 1.771.811,26 298.180,74 225.750,03 434.548,53 PDRB KOTA DEPOK 4.440.876,83 4.750.034,10 5.066.129,06 5.422.760,39 5.770.827,64 Sumber : Bappeda Kota Depok 2009

Dokumen terkait