• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta

DKI Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia, yang terdiri dari lima wilayah kota dan satu kabupaten administratif. Kelima kota tersebut adalah Jakarta utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan serta Kabupaten Kepulauan Seribu. Letak Provinsi DKI Jakarta berada diantara 6o12’ Lintang Selatan dan 106o48’ Bujur Timur yang merupakan daerah daratan rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah daratan 661,5 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2. Jakarta beriklim tropis dengan suhu tahunan rata-rata 27oC dan kelembaban 80-90%. Karena terletak dekat dengan garis katulistiwa, arah angin dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim barat bertiup antara November dan April sedangkan angin musim timur bertiup antara Mei dan Oktober. Suhu harian di Jakarta dipengaruhi angin laut dan darat karena lokasinya yang terletak dekat dengan pantai. Curah hujan rata-rata adalah 2.000 mm yang umumnya paling besar terjadi pada bulan Januari dan paling kecil bulan September.

3.2 Kondisi Kependudukan, Ekonomi dan Transportasi

3.2.1 Kependudukan

Jumlah penduduk DKI Jakarta berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional tahun 2006 berjumlah 8.960.000 jiwa, dengan luas wilayah seluas 661,5 km2 berarti kepadatan penduduknya mencapai 13.500 jiwa/km2. Hal tersebut menjadikan provinsi DKI Jakarta sebagai wilayah terpadat penduduknya di Indonesia. Dari jumlah tersebut penduduk laki–laki lebih banyak dari pada perempuan dengan sex ratio lebih dari angka 100 yaitu 100,10. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun adalah jenjang SLTA 35,23 %, SLTP 19,59 %, SD 20,95 % serta Universitas 12,33 %. Tingkat pertumbuhan (kelahiran) penduduk pada tahun 2000-2005 menurun dari 1,21 % menjadi 1,11 % pada periode 2000–2006. Jumlah penduduk yang begitu

28

besar serta pendatang baru yang terus bertambah mengakibatkan penurunan pertumbuhan tersebut tidak terlihat.

Selama ini Pemda DKI Jakarta terus melakukan upaya untuk menyusun tata ruang perkotaan yang tepat dan memikirkan bagaimana memberi ruang hidup, makanan, air bersih, pelayanan kesehatan, obat–obatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan dan prasarana transportasi serta berbagai kebutuhan lainnya kepada penduduk DKI Jakarta. Sementara upaya transmigrasi penduduk juga terus- menerus dilakukan.

3.2.2 Perekonomian

Perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2006 tumbuh sebesar 5,90 %, angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2005 yang mencapai 6,01 %. Sektor–sektor yang menunjukan pertumbuhan tinggi pada periode tahun 2006 adalah sektor pengungkatan dan komunikasi sebesar 14,25 %, sektor bangunan sebesar 7,12 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6,60 %.

Dibidang perekonomian pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang diharapkan akan tetap positif. Sebelum terjadinya krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi provinsi DKI Jakarta mencapai rata–rata 7%-8 % pertahun, kemudian selama puncak krisis tahun 1998 dan 1999, pertumbuhan mengalami kontraksi masing–masing sebesar 17,5% dan -0,29 %. Kinerja ekonomi mulai menunjukan pertumbuhan positif pada tahun 2000 dan 2001 yaitu mencapai masing – masing 3,98 % dan 3,64%. Diharapkan untuk tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 tetap akan tercapai pertumbuhan positif antara 4 % hingga 6 % per tahun. Hal ini pun masih akan tergantung pada seberapa jauh stabilitas politik, penegakan hukum dan ketertiban masyarakat dapat dicapai dan diperlukan untuk mendukung aktivitas ekonomi secara kondusif lima tahun kedepan. Selanjutnya inflasi diharapkan dapat ditekan dibawah dua digit per tahun selama lima tahun kedepan. Seperti telah diketahui, pada tahun 1998 telah terjadi hiper inflasi yang mencapai 74,40 %, walaupun kemudian dapat ditekan menjadi sebesar 1,60% pada tahun 1999. Tahun 2006 laju inflasi harga konsumen mencapai 6,03 % lebih kecil daripada tahun 2005 yang sebesar 16,06 % (BPS, 2007)

29

3.2.3 Sistem Transportasi

Semenjak dihentikannya pengoperasian trem oleh pemerintah DKI Jakarta era 1970an, bus sudah menjadi sarana transportasi umum yang penting disamping sarana transportasi yang lain. Namun, selama 30 tahun lebih, porsi penggunaan bus semakin menurun dibandingkan dengan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor, dimana rasio kendaraan pribadi (92%) dan umum (8%) menjadi semakin lebar perbedaannya), sehingga public transport share nya menurun dari sekitar 70% (tahun 1970-an) menjadi 57% (1985) dan 45% (2000) (Sutomo & Ammari, 2008). Adapun jenis kendaraan yang digunakan di DKI Jakarta adalah sebagai berikut :

- Bajaj, bemo, toyoko (tricycle, pada umumnya memakai mesin 2 Tak)

- Sedan, jeep, taksi dan sejenisnya (termasuk yang berbahan bakar diesel)

- Mikrolet, APK, APB, KWK

- Metromini dan sejenisnya (berbahan bakar diesel)

- Bis besar

- Pick up, box kecil (untuk angkutan barang dalam kota)

- Truk sedang, besar, gandeng, peti kemas

- Sepeda motor (status kepemilikan pribadi dan dinas)

Gambar 6 memperlihatkan preferensi moda transportasi berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Jabodetabek. Preferensi dinilai dari tingkat kenyamanan, keamanan, kecepatan, kesenangan, dan biaya. Misalnya, mobil pribadi memiliki tingkat kenyamanan, keamanan, kesenangan, kecepatan, dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bis. Sedangkan sepeda motor memiliki tingkat kecepatan yang sama dengan mobil pribadi, tetapi memiliki tingkat kenyamanan, kesenangan, dan keamanan yang lebih rendah. Namun, tingkat biaya sepeda motor sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan mobil pribadi. Hasil survei ini semakin memperkuat alasan mengapa penggunaan kendaraan pribadi terus meningkat.

30

Gambar 6. Survei moda transportasi di JABOTABEK tahun 2002

Sumber : JICA, 2004

Kondisi kendaraan umum di Jakarta tahun 2007 sebanyak 22.476 bis kota yang terdiri dari bis besar sebanyak 4.513 buah, bis sedang sejumlah 4.979 dan bis kecil 12.984 buah (BPS, 2008). Sedangkan jumlah kendaraan pribadi yang terdaftar di Polda Metro Jaya adalah 3,28 juta buah yang terdiri dari sepeda motor dan mobil penumpang pribadi .

Gambar 7 Panjang jalan di Provinsi DKI Jakarta

Sumber : BAPPENAS, 2006 0 2000 4000 6000 8000 10000 Tahun P anj an g jal a n ( k m ) 1998 1999 2000 2001 2002 2003

31

Total panjang jalan di DKI Jakarta kurang lebih 10% dari total panjang jalan di Pulau Jawa. Pada saat ini panjang jalan adalah 7.600 km atau sekitar 7% dari luas wilayah kota. Walaupun pemerintah berupaya mengatasi persoalan kemacetan dengan membangun jalan baru, memperlebar jalan, atau membangun jalan tol, ternyata hal ini tidak memecahkan masalah bahkan semakin menambah jumlah kendaraan di jalan raya yang akhirnya semakin menambah kemacetan. Rasio panjang jalan yang rendah (pertumbuhan panjang jalan dan lebar jalan tidak signifikan) seharusnya di atasi dengan penggunaan angkutan umum yang berkapasitas angkut besar. Pola jaringan jalan di DKI Jakarta terdiri dari sistem jaringan jalan lingkar, yaitu lingkar dalam (inner ring road) dan lingkar luar (outer ring road) yang juga merupakan jaringan jalan arteri primer, jaringan radial yang melayani kawasan di dalam inner ring road, dan jaringan jalan berpola grid di wilayah sentra ekonomi.

Tahun 2004 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mendukung sistem transportasi yang baik di ibukota menetapkan rencana pengembangan sistem transportasi berdasarkan skenario tahun 2002 (dasar), tahun 2007, tahun 2010 dan tahun 2020. Hal ini dapat dilihat pada Keputusan Gubernur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta No. 84/2004 tentang Pola Transportasi Makro (PTM). Skenario pada tahun 2007 di antaranya mencakup pengembangan kereta api Jabodetabek, busway dan bus-bus pengumpan serta perpindahan antar moda, transport demand

management (TDM) yang mengarah pada pembatasan lalu lintas dan parkir, dan

angkutan sungai. Sedangkan skenario pada tahun 2010 meliputi mass rapid transit (MRT) dan light rail train (LRT), busway di semua koridor, dan integrasi sistem angkutan cepat massal berbasis jalan dan rel. Pada dasarnya, PTM dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan jasa transportasi yang terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman, dan efisien.

Dokumen terkait