• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Fisik Wilayah Penelitian Curah Hujan

Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, posisi geografis, dan perputaran/pertemuan arus udara. Curah hujan merupakan salah satu pemicu terjadinya tanah longsor (Kawamoto et al. 2000). Tingginya intensitas curah hujan dapat menambah beban pada lereng sebagai akibat peningkatan kandungan air dalam tanah, yang pada akhirnya memicu terjadinya longsoran (Huan dan Lin 2002). Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bogor termasuk ke dalam iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 500 – 5 000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur dengan curah hujan kurang dari 2 500 mm/tahun. Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20° - 30°C dengan rata-rata tahunan sebesar 25°C. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah dengan rata–rata 1.2 m/detik, adapun evaporasi di daerah terbuka rata– rata sebesar 146.2 mm/bulan. Persebaran curah hujan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 10.

Berdasarkan peta tersebut, curah hujan paling dominan di Kabupaten Bogor yaitu 3 500–4 000 mm/th seluas 89 577 ha atau 29.98%. Luasan wilayah dengan curah hujan ≤3 000 mm/th seluas 56 777 ha atau 17.51%. Hal ini menunjukkan Kabupaten Bogor mempunyai kondisi wilayah dengan curah hujan tinggi sehingga rawan terhadap longsor. Kondisi luasan sebaran curah hujan di Kabupaten Bogor dijelaskan pada Gambar 11.

32

Gambar 10 Sebaran Curah Hujan Kabupaten Bogor

Gambar 11 Luas (ha) dan persentase (%) sebaran curah hujan di Kabupaten Bogor Lereng

Kemiringan lereng dalam penelitian ini dibuat dari Citra SRTM resolusi 90 m. Kelas kemiringan lereng dibedakan menjadi 5 kelas, yaitu kelas kemiringan lereng 0%-8% (datar hingga landai), kelas kemiringan lereng 8%-15% (agak curam), kelas kemiringan lereng 15%-30% (curam), kelas kemiringan lereng 30%-45% (sangat curam), dan kelas kemiringan lereng di atas 45% (terjal). Kondisi kemiringan lereng di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 12.

<2500 mm/th 2500-3000 mm/th 3000-3500 mm/th 3500-4000 mm/th 4000-5000 mm/th >5000 mm/th Curah Hujan 74 376 ha; 24.89% 61 390 ha; 20.54% 89 577 ha; 29.98% 16 718 ha; 5.59% 35 626 ha: 11.92% 21 151 ha; 7.08%

33

Gambar 12 Kemiringan Lereng Kabupaten Bogor

Berdasarkan Gambar 12, dapat diketahui bahwa kemiringan lereng terjal (>45%) banyak ditemukan di kawasan lereng atas Gunung Pangrango dan Gunung Salak, adapun kemiringan lereng landai (0 – 8%) berada pada wilayah sebelah utara Kabupaten Bogor.

Gambar 13 Luas (ha) dan persentase (%) kemiringan lereng di Kabupaten Bogor Berdasarkan Gambar 13, luas wilayah tertinggi berada pada kelas kemiringan landai yaitu 130 944 ha atau 43.82% dan luas wilayah terendah berada pada kelas kemiringan terjal dengan lereng >45% yaitu 9 820 ha atau 3.29%.

0 - 8 % 8 - 15 % 15 - 30 % 30 - 45 % > 45 % 130 944 ha; 43.82% Kemiringan lereng 69 967 ha; 23.41% 53 314 ha; 17.84 ha 34 793 ha; 11.64% 9 820 ha; 3.29%

34

Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap longsor. Unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng. Makin curam lereng makin besar kemungkinan gerakan tanah dari atas ke bawah lereng ( Arifin et al. 2006)

Geologi

Kabupaten Bogor sebagian dibentuk oleh produk batuan tua dari batuan sedimen yang berumur tersier. Bagian selatan wilayah Kabupaten Bogor ditutupi oleh batuan gunungapi muda yang berumur kuarter yang secara fisiografi berada pada daerah perbatasan antara Zona Bogor dan Zona Bandung.

Struktur

Peta geologi Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 14.

35 Berdasarkan Gambar 15 terlihat bahwa Kabupaten Bogor sebagian besar terdiri dari batuan vulkanik yaitu berupa batuan gunung api muda seluas 142 339 ha atau 47.63% dari seluruh luas Kabupaten Bogor dan luasan terkecil merupakan batu gamping yaitu 7 319 ha atau 2.45%.

Gambar 15 Luas (ha) dan persentase (%) sebaran geologi di Kabupaten Bogor Tanah

Kabupaten Bogor memiliki tanah yang sebagian besar terbentuk dari pelapukan batuan vulkanik yang biasanya lebih rawan longsor apabila disirami air hujan dengan intensitas cukup tinggi. Jenis tanah di Kabupaten Bogor terdiri dari 17 satuan tanah, adapun satuan tanah terluas yaitu jenis assosiasi latosol merah latosol coklat kemerahan dengan luas 60 983 ha atau ±20.41%, sedangkan satuan tanah terkecil jenis assosiasi andosol regosol dengan luas 2 988 ha atau ±1.00%. Kondisi satuan tanah di wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 16 dan Tabel 13.

Gambar 16 Sebaran Satuan Tanah Kabupaten Bogor

Batu gamping Batuan intrusi Batuan tersier Endpn permukaan Gunung api muda Gunung api tua 142 339 ha; 47.63% Geologi 49 021 ha; 16.40% 71 545 ha; 23.94% 20 195 ha; 6.76% 8 418ha; 2.82% 7 319ha; 2.45%

36

Tabel 13 Sebaran Luasan Satuan Tanah

No Tanah Luas (ha) %

1 Aluvial 9 458 3.17

2 Grumosol 15 853 5.30

3 Andosol 3 342 1.12

4 Regosol 7 473 2.50

5 Assosiasi andosol regosol 2 988 1.00

6 Assosiasi latosol coklat latosol coklat kekuningan 9 599 3.21 7 Assosiasi latosol coklat latosol coklat kemerahan 29 703 9.94 8 Assosiasi latosol merah latosol coklat kemerahan 60 983 20.41 9 Komp latosol merah kekuningan latotsol coklat kemerahan dan litosols 44 894 15.02 10 Assosiasi latosol coklat regosol 15 831 5.30

11 Latosol 12 738 4.26

12 Latosol coklat 25 939 8.68

13 Podsolik kuning 11 845 3.96

14 Podsolik merah 9 672 3.24

15 Podsolik merah kekuningan 21 628 7.24

16 Assosiasi podsolik kuning hidromorf kelabu 4 268 1.43 17 Komp podsolik merah kekuningan podsolik merah kekuningan 12 625 4.22 Penggunaan Lahan Eksisting

Berdasarkan peta penggunaan lahan tahun 2013 dari Bappeda kemudian dan hasil interpretasi dari Google Earth 2015, jenis penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Bogor terdiri dari hutan, kawasan terbangun, kebun, ladang/tegalan, sawah, semak belukar/tanah rusak, dan tubuh air seperti terlihat pada Gambar 17.

37

Gambar 18 Luas (ha) dan Luas persentase (%) jenis penggunaan lahan di Kabupaten Bogor

Berdasarkan Gambar 18, penggunaan lahan eksisting paling dominan di Kabupaten Bogor adalah hutan, yaitu seluas ± 83 296 ha atau sekitar 27.87 % dari luas daerah penelitian. Hal tersebut karena sebagian wilayah Kabupaten Bogor merupakan daerah konservasi air yang berfungsi memberikan perlindungan bagi daerah di sekitarnya seperti Kota Bogor dan DKI Jakarta. Ladang/Tegalan menempati luasan kedua yaitu 83 181 ha atau sekitar 27.83%. Luasan Sawah 59377 ha atau sekitar 19.87%. Luas kawasan terbangun yang meliputi permukiman, perkantoran dan lain-lain yaitu 52 304 ha atau sekitar 17.50%. Wilayah perkebunan mempunyai luas 16 859 ha atau sekitar 5.64%. Daerah tubuh air eksisting mempunyai luas 2 404 ha atau sekitar 0.80% dan terakhir luasan paling kecil diisi oleh semak belukar/tanah rusak yaitu 1 417 ha atau sekitar 0.47%.

Rencana Tata Ruang Wilayah

Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Barat yang terkait terhadap pola ruang Kabupaten Bogor dalam arahan rencana pengembangan kawasan andalan di Jawa Barat, Kabupaten Bogor diklasifikasikan sebagai Kawasan Andalan Bogor Depok Bekasi (Bodebek) dengan kegiatan utama industri, pariwisata, jasa, dan sumberdaya manusia; dan Kawasan Andalan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) dengan kegiatan utama agribisnis dan pariwisata.

Berdasarkan Peta RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, Kabupaten Bogor memiliki 17 peruntukan lahan yang terbagi ke dalam dua tipe kawasan, yaitu :

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Peruntukan lahan yang termasuk di dalam kawasan lindung adalah kawasan hutan konservasi, kawasan hutan lindung, dan kawasan hutan produksi.

Hutan Kawasan terbangun Kebun Ladang/Tegalan Sawah Semak belukar Tubuh air Penggunaan Lahan 83 181 ha; 27.83% 16 859 ha; 5.64% 52 304 ha; 17.50% 83 296 ha; 27.87% 59 377 ha; 19.87% 2 404 ha; 0.80% 1 417 ha; 0.47%

38

Kawasan budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Peruntukan lahan yang termasuk kawasan budidaya, yaitu kawasan perkebunan, kawasan pertanian lahan kering, kawasan tanaman tahunan, kawasan permukiman perkotaan (hunian rendah), kawasan permukiman perkotaan (hunian sedang), kawasan permukiman perdesaan (hunian rendah), dan kawasan permukiman perdesaan (hunian jarang).

Berdasarkan pengertian pada Perda Kabupaten Bogor No. 19/2008 (Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor 2008b) tentang RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005- 2025, Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan permukiman perdesaan di luar kawasan yang berfungsi lindung, adalah kawasan untuk permukiman/hunian kepadatan rendah yang mendukung kegiatan jasa perdagangan dan industri berbasis bahan baku lokal dan berorientasi tenaga kerja. Kawasan permukiman perdesaan yang berada didalam kawasan lidung di luar kawasan hutan diarahkan untuk hunian kepadatan rendah (jarang), bangunan yang tidak memiliki beban berat terhadap tanah, dan memiliki keterkaitan dengan aktivitas masyarakat desa maupun terhadap potensi lingkungannya (pertanian, peternakan, kehutanan, pariwisata/agrowisata). Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan permukiman perkotaan kepadatan sedang diarahkan untuk permukiman/hunian sedang, industri berbasis tenaga kerja non polutan, jasa, dan perdagangan. Kawasan permukiman perkotaan kepadatan rendah merupakan kawasan permukiman perkotaan yang berada dalam kawasan lindung di luar kawasan hutan, yang diarahkan untuk hunian rendah sampai sangat rendah/jarang, merupakan bangunan tunggal, yang berorientasi terhadap lingkungannya (pertanian, peternakan dan perikanan, kehutanan, agrowisata dan pariwisata) melalui rekayasa teknologi dan serta bangunan yang tidak memiliki beban berat terhadap tanah. Kawasan Pertanian Lahan Kering (LK) dapat berupa sawah tadah hujan dan lahan yang tidak berpengairan irigasi.

Sebaran penggunaan lahan sesuai pola ruang RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 disajikan pada Gambar 19.

39

Gambar 19 Pola Ruang Kabupaten Bogor

Dokumen terkait