• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

Dalam dokumen Analisis Rantai Pasok Jagung di Jawa Barat (Halaman 53-84)

Jumlah Impor ( Juta Ton)

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

Gambar 10. Peta Wilayah Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 50 50’ – 70 50’ lintang selatan dan 1040 48’-1080 48’ bujur timur, dengan batas wilayah

1. Utara : Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta; 2. Timur : Provinsi Jawa Tengah;

3. Selatan: Samudra Indonesia; 4. Barat : Provinsi Banten.

Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah daratan seluas 3,701,061.32 hektar dan garis pantai sepanjang 755,829 Km. Secara administratif sejak tahun 2008, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berjumlah 26 kabupaten/kota terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatandan 5,877 desa/kelurahan.

Menurut data BPS Jawa Barat, daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam (9.5 persen dari total luas wilayah Jawa Barat)

terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1,500 m di atas permukaan laut (dpl); wilayah lereng bukit yang landai (36.48 persen) terletak di bagian tengah dengan ketinggian 10-1,500 m dpl. Tutupan lahan terluas di Jawa Barat berupa kebun campuran (22.89 persen dari luas wilayah Jawa Barat), sawah (20.27 persen), dan perkebunan (17.41 persen). Dari data tersebut maka dapat disimpulkan Jawa Barat memenuhi syarat untuk tumbuh, karena umumnya tanaman jagung (Zea mays L) memiliki daya adaptasi yang baik di derah tropis seperti di Indonesia.

Jumlah penduduk provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 mencapai 46,497,175 jiwa. Proporsi pekerja sendiri menurut lapanganpekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Hal lain dapat pula mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah. Sebagian besar penduduk Jawa Barat yang bekerja pada tahun 2010, memiliki lapangan pekerjaan utama di sektor Pertanian. Persentase penduduk yang bekerja pada sektor pertanian disajikan pada Tabel 7.

Terlihat dalam tabel 7 jumlah tenaga kerja menurut sektor bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 23,40% dari total penduduk di Jawa Barat dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertanian masih menjadi andalan bagi penduduk Jawa Barat. Sektor pertanian masih merupakan sector penting sebagai penggerak roda perekomian. Jagung merupakan salah satu potensi besar yang dapat memberikan kontribusi didalam perekonomian masyarakat Jawa Barat apabila dapat dikembangkan dengan baik.

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja Jawa Barat

Sektor Laki-Laki Presentase Perempuan Presentase Jumlah

Pekerjaan ( Orang) (%) ( Orang) (%) ( Orang)

Pertanian 2.732.047 23,78 1.232.196 22.59 3.964.266 Industri 2.079.571 18,10 1.309.716 24.01 3.389.305 Perdagangan 2.534.128 22,06 1.672.761 30.67 4,206.911 Jasa 1.617.808 14,08 1,039,364 19.05 2.657.186 Lainnya 2.524.053 21,97 200.800 3.68 2.724.874 Jumlah 11.487.607 100 5.454.837 100 16.942.544 Sumber : BPS (2012)

Gambaran Umum Kabupaten Garut

Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada koordinat 6º56'49 - 7 º45'00 Lintang Selatan dan 107º25'8 - 108º7'30 Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Utara: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang 2. Timur: Kabupaten Tasikmalaya

3. Selatan: Samudera Hindia

4. Barat: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah

penyangga dan hinterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung, sekaligus berperan di dalam pengendalian keseimbangan lingkungan.

Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate). Bulan basah di Kabupaten Garut terdiri dari 9 bulan dan bulan kering 3 bulan. Kabupaten Garut sangat baik bila dijadikan sentra pertanian karena iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanman jagung (Zea mays L) antara lain adalah curah hujan > 1200 mm (S1), suhu 20 – > 26 oC dan penyinaran (Warisno, 2007).

Kabupaten Garut merupakan wilayah yang sangat kaya sumberdaya alam. Wilayah seluas 3.065 km2 tersebut dihuni oleh 2.737.526 jiwa

penduduk (BPS, 2012), atau dengan kepadatan penduduk 893 jiwa per km2. Secara administrasi saat ini Kabupaten Garut terbagi menjadi 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 403 desa. Sebagian besar pendapatan masyarakat Garut didapatkan dari pertanian (39%) dan perdagangan Pariwisata (23%). Dari data jumlah tenaga kerja tersebut bisa disimpulkan bahwa pennduduk Garut mengandalkan pendapatan dari bertani, sejauh ini Kabupaten Garut merupakan penghasil nomor satu untuk komoditas jagung. Dinamika rantai pasok jagung di Jawa Barat akan terekam jelas di Kabupaten Garut, sehingga Kabupaten Garut dapat mewakili Jawa Barat untuk daerah penelitian.

Gambar 10. Peta Wilayah Garut

Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja di Garut

Laki-Laki Presentase Perempuan Presentase Jumlah Presentase

(Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

Pertanian 249210.17 37,07 140921 44.87 387438 39,23

Pertambangan 559039.03 0,83 483 0.14 6320 0.64

Industri 61022.8146 9,06 32882 10,49 93427 9.46

Listrik, Gas, Air 26941.64 0,40 31657 0,08 3061 0.31

Konstruksi 57789.8178 8,58 534 0,17 61725 6.25 Perdagangan dan Pariwisata 138614.7378 20,58 83353 26,54 219545 22.23 Perhubungan 55769.1948 8,28 1099 0,35 60047 6.08 Keuangan 35697.673 0,53 1256 0,40 4839 0.49 Jasa 8756.033 13,45 50030 15,93 139647 14.14 Lainnya 8149.8461 1.21 3267 1.04 11456 1.16 Jumlah 673541 100,00 345438 100,00 987607 100,00

Jenis Bidang Pekerjaan

Gambaran Umum Kabupaten Majalengka

Kabupaten Majalengka secara geografis terletak di bagian Timur Propinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 1080 03’ – 1080 19’ Bujur

Timur, Sebelah Timur 1080 12’ – 1080 25’ Bujur Timur, Sebelah Utara antara 60 36’ – 60 58’ Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 60 43’ – 70 03’ Lintang Selatan. Kabupaten Majalengka secara administratif berbatasan dengan wilayah :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu

2. Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya

3. Sebelah Timur :Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan 4. Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang

Luas wilayah Kabupaten Majalengka adalah 1.204,24 Km2, atau hanya

sekitar 2,71 % dari luas Wilayah Provinsi Jawa Barat (yaitu kurang lebih 44.357,00 Km2) yang terdiri dari 26 kecamatan. Luas wilayah tersebut dibagi tiga daerah yaitu wilayah pegunungan 40,03%, wilayah perbukitan 31,27% dan wilayah dataran rendah 28,70 persen. Di Majalengka sendiri wilayahnya sebagian besar merupakan persawahan, penanaman jagung (Zea mays L) umunya dilakukan dilahan kering (tegalan) danlahan basa (sawah). Penanaman jagung di lahan sawah umumnya dilakukan pada musim kemrau setelah panen tanaman padi. Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis tanah (Warisno, 2007).

Dengan luas wilayah tersebut Kabupaten Majalengka dihuni oleh 1.165.795 jiwa terdiri atas 582.229 jiwa laki-laki dan 583.566 jiwa perempuan. Sumber pendapatan masyarakat Majalengka 38% dari sektor pertanian, baik sebagai petani penggarap ataupun pemiliki lahan. Sektor berikutnya adalah sektor perdagangan, banyak warga Majalengka yang berdagang di Cirebon. Sektor pertanian di Majalengka masih menjadi ujung tombak kegiatan perekonomian selain perkebunan Majalengka terkenal sebagai penghasil padi dan jagung. Sekarang ini Majalengka menjadi kabupaten dengan produksi kedua tertinggi untuk komoditas Jagung setelah Kabupaten Garut.

Gambar 12 Peta Wilayah Kabupaten Majalengka

Berdasarkan hasil penelitian pada seluruh responden di wilayah penelitian memperlihatkan petani jagung di Provinsi Jawa Barat berusia antara 15 s.d 64 tahun, hal ini mengindikasikan bahwa petani jagung adalah usia produktif. Usia minimal yang ditemukan adalah 26 tahun, hal ini

mengindikasikan bahwa usia dibawah 26 tahun jarang ditemukan petani atau buruh tani karena usia tersebut mereka beralih profesi tidak menjadi petani, maka tidak heran apabila tenaga kerja pertanian semakin sulit. Tingkat pendidikan sendiri masih rendah tidak tamat SD hingga SD mencapai 80% dari total responden sementara petani yang tamat SMA menjadi PNS dan Guru.

Tabel 9. Jumlah Tenaga Kerja di Majalengka

Mata Pencaharian Jumlah Tenaga Kerja Presentase

(Orang) (%)

Pertanian 211750 38.66

Pertambangan / 4401 0.80

Industri 80096 14.62

Listrik Air dan Gas 899 0.16

Bangunan 29610 5.406 Perdagangan 127898 23.35 Angkutan / Komunikasi 24315 4.43 Jasa 65920 12.03 Lainnya 2790 0.50 Total 547679 100% Sumber : BPS (2011)

Karakteristik Petani Jawa Barat

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman terhadap inovasi teknologi, hal ini mengindikasikan bahwa di wilayah penelitian teknologi masih sulit dipahami dan diterapkan, padahal di wilayah penelitian petani masih di usia produktif yang mampu merespon dengan cepat teknologi dan inovasi.

Pengalaman bertani di wilayah jawa barat sendiri bisa dibilang tinggi karena pengalaman usaha tani berpengaruh juga terhadap respon inovasi dan teknologi, ini terbukti dengan adopsi penggunaan benih hibrida yang mencapai 85% (Dinas Pertanian Jawa Barat, 2010). Faktor umur, pendidikan, dan pengalaman berusaha tani mempunyai peranan penting bagi petani dalam mengembangkan usaha taninya baik dari segi produksi maupun produktivitas. Sebab dalam usia produktif, tingkat pendidikan dan pengalaman yang memadai, petani akan lebih rasional dalam mengambil keputusan untuk memilih jenis komoditas dan skala usahanya. Status usahatani jagung sebagai mata pencaharian sampingan atau utama akan mempengaruhi sikap petani dalam menentukan komoditas usahatani amna yag akan menjadi prioritas untuk dapat memberikan perhtaian alokasi sumberdaya yang besa dan yang kecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas kepemilikan lahan jagung petani di wilayah penelitian masih relatif kecil di mana luas yang paling besar yaitu 1,4 hektar dengan sebaran lahan 0,3 hektar-0,4 hektar. Umumnya lahan dimiliki sendiri namun terdapat beberapa petani menyewakan lahan untuk digarap, namun petani penggarap pun selalu memiliki lahan sendiri selain menyewa lahan kepada orang lain.

Tabel 10. Karakteristik Petani Pada Penelitian

Karakteristik Petani Jumlah Persentase Karakteristik Petani Jumlah Presentase

(Orang) (%) A. Jenis Kelamin a.Pria 48 80 b.Wanita 12 20 B. Usia a.<15 Tahun 0 0 b.15-64 Tahun 54 90 c.>65 Tahun 6 10 C. Lama Pendidikan a.0-6 tahun 48 80 b.7-9 tahun 9 15 c.>9 3 5 D. Pengalaman Bertani a.< 10 tahun 12 2 b.11 s.d 20 tahun 34 55.7 c.21 s.d 30 tahun 8 1.3 d.> 30 tahun 6 1 Karakteristik Usahatani

Semakin tinggi tingkat ekonomi petani maka semakin luas lahan untuk menanam. Dari hasil penelitian menunjukan petani menanam jagung di lahan darat sebanyak 50% dan di lahan sawah 50%. Lahan darat biasanya merupakan lahan tadah hujan dan biasanya merupakan lahan dataran tinggi, petani di daerah ini menanam jagung ditumpang sari dengan cabe rawit atau tomat. Petani yang memiliki lahan sawah dibagi dua kedalam sawah tadah hujan dan sawah irigasi, di lahan ini petani hanya bisa menanam jagung di kuartal terahir karena kuartal awal dan tengah lahan ditanam padi. Dalam satu tahun 70% petani menanam jagung hanya satu kali dan sisanya dua kali. Waktu panen petani yaitu pada awal tahun 30%(Februari-April), 50% di akhir tahun (Oktober-November), dan 20% dua kali di awal tahun dan pertengahan tahun (Juli-Agustus). Karakteristik petani Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 11.

Pada Tabel 11 terdapat keterangan bahwa sebanyak 40% petani memiliki luas tanah hingga 3000 m2, perlu diperhatikan bahwa tidak

seluruhnya tanah bisa dipakai untuk menanam jagung. 50% petani yang menanam jagung memiliki lahan darat, sedangkan 30% lahan yang dimiliki petani adalah lahan sawah tadah hujan, dan hanya 20% petani yang memiliki lahan dengan pengairan dengan irigasi.

Frekuensi tanam petani pertahun bervariasi dari satu kali hingga tiga kali. Petani Jawa Barat 70% nya menanam jagung hanya satu kali pertahun dan 30% nya menanam jagung dua kali pertahun. Frekuensi tanam tergantung ketersediaan air, karena kebanyakan petani mengandalkan hujan

untuk pengairan di lahan maka tidak ada petani yang dapat menanam jagung hingga tiga kali pertahun.

Tabel 11. Karakteristik Usahatani Petani Jawa Barat

Karakteristik Usaha tani Jumlah Petani Persentase

( Orang) (%)

A. Luas Lahan (Meter Persegi)

a.1200-3200 22 36.4 b.3201-5200 24 40 c.5201-7200 10 16.6 d.7201-9200 2 3.4 e.9200-11200 1 1.7 f.>11200 1 1.7 B. Jenis Lahan a.Lahan Darat 30 50 b.Sawah Irigasi 12 20

c.Sawah Tadah Hujan 18 30

C. Frekuensi Tanam Pertahun

a.1 kali 42 70

b.2 kali 18 30

D. Waktu Panen

a.Awal Tahun 30 50

b.Awal dan Tengah Tahun 30 50

E. Harga Jual Jagung

a.Rp.2600/Kg-Rp.2800/Kg 19 31.7

b.Rp.2801/Kg-Rp.3200/Kg 39 65

c.>Rp. 3200/Kg 2 3.3

Waktu panen yang dilakukan petani bervariasi antara awal tahun, pertengahan tahun, dan akhir tahun. Petani di Jawa Barat memanen jagung 50% di awal tahun, 50% di awal tahun dan pertengahan tahun. Tidak ada petani yang memanen jagung di 4 bulan terakhir akhir tahun, ini dikarenakan ada pergiliran tanaman dengan padi yang ditanam antara pertengahan hingga akhir tahun.

Harga jual jagung di tingkat petani pada tahun 2013 berkisar dari Rp. 2600/ Kg s.dRp.3300/ Kg. Biasanya petani yang panen di awal musim panen raya akan mengalami harga rendah sementara petani yang panen di akhir musim panen raya akan mendapatkan harga jagung yang tinggi. Selain karena waktu panen, harga yang diterima oleh petani dipengaruhi oleh jarak kebun dan tempat tinggal petani ke kota, semakin jauh tempat tinggal petani dari kota maka harga yang diterima petani akan semakin rendah. Selain faktor jarak, faktor hutang juga mempengaruhi harga yang diterima oleh petani, beberapa petani yang memiliki hutang dengan nominal yang besar kepada pedagang perantara menerima harga yang rendah,

biasanya harga tersebut diterima oleh petani setelah hutangnya dikurangi oleh pedagang perantara, hitungannya sendiri biasanya tidak begitu jelas.

Budidaya Jagung di Wilayah Jawa Barat

Jagung di Jawa Barat dibudidayakan oleh petani pada awalnya adalah untuk menggantikan kedelai dimana pada saat itu harga kedelai jatuh sehingga pemerintah memberikan alternatif tanaman yang memiliki harga lebih tinggi dari jagung. Jagung di Jawa Barat sendiri adalah jagung tanaman pangan atau palawija bukan hortikultura, varietas yang dipakai adalah jagung gigi kuda.

Sarana Produksi Pertanian

Di wilayah Jawa Barat sarana produksi jagung terbilang masih tradisional, dari mulai pengolahan tanah hingga panen petani belum menggunakan alat pertanian yang modern. Sarana yang dimiliki petani hanya berkisar dari pacul, arit, penyemprot, dan tangan saja. Sementara untuk pasca panen sebagian petani sudah menggunakan mesin pemipil untuk memipil jagung.

Gambar 13. Jagung di Lahan Kering

Untuk benih, petani lebih memilih jagung dengan benih hibrida. Menurut Dinas Tanaman Pangan Jawa Barat, sudah sekitar 80 % petani di Jawa Barat saat ini menggunakan benih hibrida. Benih hibrida sendiri

didapat petani dari bandar, took pertanian, maupun bantuan pemerintah. Ada perbedaan penggunaan benih antara dataran tinggi dan dataran rendah.

Gambar 14 Benih Jagung Hibrida P21

Pupuk yang digunakan oleh petani berkisar antara urea, NPK, TSP, dan Phonska. Penggunaan pupuk oleh petani berkisar antara 2 hingga 3 kali. Harga pembelian relative setiap daerah antara Rp.1800-Rp.2200/Kg untuk urea, TSP Rp. 2600/kg-Rp.2800/kg, Phonska Rp.2500/Kg dan NPK Rp.2500/Kg Ketersediaan pupuk tersebut dibantu oleh bandar yang menyalurkan dengan cara kredit kepada petani atau toko pertanian dengan jaminan kelompok tani yang menaungi para petani tersebut. Pupuk-pupuk tersebut merupakan pupuk yang masih disubsidi oleh pemerintah.

Media tanam petani di Jawa Barat ada dua yaitu lahan darat dan lahan sawah. Lahan darat di Jawa Barat sendiri adalah lahan tadah hujan, sementara untuk lahan sawah menggunakan sawah tadah hujan atau sawah irigasi. Lahan darat kebanyakan digunakan untuk menanam jagung sebanyak 2 kali per tahun, sedangkan untuk lahan sawah digunakan menanam jagung hanya satu kali setahun.

Hama jagung di Jawa Barat sendiri relative sedikit, di dataran tinggi seperti Garut hampir tidak ada hama untuk jagung, sementara di Majalengka dan daerah lahan sawah lainnya hama yang paling banyak adalah belalang. Hama yang menyerang tanaman jagung biasanya berasal dari tanaman lain sisa rotating cropping atau multiple cropping seperti padi atau cabe merah.

Gambar 15 . Urea, Phonska/NPK, dan TSP

Tabel 12. Alat dan Waktu Yang Diperlukan Untuk Budidaya Jagung

Aktivitas Budidaya Alat Waktu

Pengolahan Tanah Cangkul 44 jam/ha

Penanaman Manual/Tanga 60 jam/ha

Pemupukan Manual/Tanga 44 jam/ha

Pembumbuman Manual/Tanga 176 jam/ha

Penyiangan Manual / Arit 160 jam/ha

Sumber: Kementan (2011)

Proses budidaya pada jagung di Jawa Barat masih menggunakan tenaga manusia, proses budidaya terdiri dari pengolahan tanah, penanaman, pembumuman, pemeliharaan, dan pemupukan. Pengolahan tanah untuk menanam jagung diawali dengang membersihkan rumput liar sebelum digemburkan. Penggemburan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah menghabiskan 25 HOK Pria dan 5 HOK wanita per hektar dengan upah variatif berkisar antara Rp. 30.000-Rp.45.000 untuk pria dan Rp. 20.000-Rp. 40.000 untuk wanita per HOK. Di beberapa daerah di Jawa Barat biasanya pengolahan tanah diborongkan dengan biaya Rp. 1000.0000-Rp.1500.000 per hektar. Setelah pengolahan tanam, maka tanah pun siap untuk ditanami benih, proses penanaman benih ini memakan tenaga 12 HOK Pria dan 12 HOK wanita per hektar dengan, biasanya 7 hari

setelah mengolah tanah petani lalu memupuk dengan Phonska dan Urea atau dengan NPK tergantung jenis tanah yang mereka miliki. Alat dan waktu yang diperlukan untuk proses penanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 12.

Gambar 16 Persiapan Panen Jagung

Tahap selanjutnya adalah pembumbunan, dimana pembumbunan ini dilakuakn bersamaan dengan pemupukan yang kedua dan penyiangan. Pembumbuman dan pemupukan dilakukan oleh 12 HOK Pria dan 12 HOK wanita per hektar. Pemupukan, Pembumbunan, dan Penyiangan dilakukan 3-4 Hari dengan 24 HOK pria dan wanita (tergantung tenaga kerja yang ada di setiap kampong) per hari.. Di sebagian wilayah dataran rendah jagung biasanya dipupuk tiga kali sekaligus dilakukan pembumbunan dan penyiangan. Jarak antara waktu pupuk pertama, kedua, dan ketiga biasanya 3 minggu yaitu pada minggu petama, keempat dan minggu ketujuh dari waktu pengolahan tanah.

Panen dan Pasca Panen

Masa panen jagung di Jawa Barat adalah 3 bulan setelah tanam karena petani jagung menggunakan bibit yang panennya lebih dari 100 hari. Cara panen jagung petani di Jawa Barat masih sederhana yaitu menggunakan tangan. Untuk panen sendiri memerlukan 30-40 HOK pria dan wanita tergantung kondisi lahan yang digarap. Tenaga pria biasanya digunakan untuk mengangkut jagung dari kebun kerumah. Sedangkan tenaga wanita biasanya digunakan untuk mengambil jagung dari batang jagung untuk dibersihkan dari bungkusnya.

Setelah panen, jagung di Jawa Barat memerlukan perlakuan pasca panen. Walaupun masih sederhana, namun ini adalah syarat mutlak agar jagung bisa dijual ke bandar. Jagung yang dijual ke bandar haruslah berbentuk pipilan, maka dari itu petani memerlukan besaran biaya yang dikeluarkan untuk proses perlakuan pasca panen ini. Proses setelah panen antara lain memipil dan menjemur yang biayanya berkisar antara Rp.50/kg dan dilakukan selama 3 hari apabila memipil manual dan 2 jam apabila dengan mesin pipil, sementara untuk jemur tradisional memerlukan waktu 4

hari hingga kering memerlukan 4 HOK per hektar degnan panen 4-6 Ton dan apabila menggunakan dryer maka biaya yang diperlukan sekitar Rp. 200/Kg. Sebenarnya, biaya panen dan pasca panen ini harus ditambah oleh biaya pengangkutan dari tempat panen hingga ke rumah, karena petani kebanyakan memakai ojek dan angkot untuk mengangkut hasil panen dari lahan tempat panen jagung hingga ke rumah.

Output dari panen dan pasca panen ini adalah petani mendapatkan jagung pipilan kering berkadar air dibawah 18%. Untuk jagung pipilan kering yang dijemur 2 hari petani akan mendapatkan kadar air berkisar 18%, apabila petani menjemur 3-4 hari petani akan mendapatkan kadar air dibawah 18%. Pabrik pakan sendiri menerima kadar air dibawah 18%, sedangkan pabrik makanan hanya menerima kadar air yang kering jemur matahari bukan memakai dryer.

5.

RANTAI PASOK JAGUNG DI JAWA BARAT

Sasaran Rantai Pasok

Sasaran rantai pasok merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh anggota dalam suatu rantai pasok (Setiawan, 2009). Sasaran pasar didalam rantai pasok akan menjelaskan tujuan rantai pasok jagung di Jawa Barat. Ada dua sisi sasaran pasar, yaitu sasaran pasar dan sasaran pengembangan. Kondisi rantai pasok didalam sasaran rantai pasok menjadi salah satu unsur penentu mengenai baik atau tidaknya kelangsungan rantai pasok.

Sasaran Pasar

Sasaran pasar jagung di Jawa Barat adalah pabrik ternak antara lain PT Metro Inti Sejahtera, PT. Sierrad Produce, PT. Gold Coin, PT. Japfa Comfeed, dan PT. Cargill Indonesia. Pabrik-pabrik ini selain menerima jagung dari wilayah Jawa Barat tapi juga menerima jagung dari Lampung dan Sumatera. Selain itu, sebagian kecil jagung digunakan untuk memasok peternak ayam petelur (PAP) untuk diolah menjadi pakan ternak. Saat ini terdapat permintaan jagung dari beberapa pabrik makanan, namun permintaan tersebut sulit untuk dipenuhi terkait kadar air dan kuantitas jagung. Salah satu pabrik makanan yang mendapat pasokan dari Jawa Barat antara lain PT. Simba, namun jagung tersebut tidak banyak.

Pabrik pakan ternak (PPT) memiliki syarat minimum untuk suplai jagung seperti kadar air yang diterima antara 14%-16% dengan kuota minimum per 1000 ton. Sedangkan peternak ayam petelur membutuhkan jagung dengan kadar air 14%-18%. Sistem penyortiran ulang di pabrik pakan tetap diberlakukan sekalipun telah dilakukan penyortiran di gudang pedagang besar. Pedagang besarseperti PT.Indra Niaga membagi jagung menjadi tiga grade yaitu kualitas 1, kualitas 2, dan kualitas 3 yang bergantung kepada tingkat kadar air. Kualitas 1 merupakan kualitas paling tinggi dengan kadar air dibawah 14% dan telah dikeringkan minimal 2 kali, kualitas 2 memiliki kualitas kadar 14%-16% dan dikeringkan maksimal

hanya dua kali, serta kualitas 3 merupakan kualitas paling rendah yaitu jagung dengan kadar air diatas 16%. Menurut Qhairunisa (2014) sasaran pasar juga dapat ditinjau dari upaya segmentasi pasar, kualitas yang terintegrasi, dan optimalisasi rantai. Jagung yang dihasilkan petani jagung sedari awal dikhususkan untuk kebutuhan pakan ternak, sehingga jagung yang berasal dari Kabupaten Jawa Barat haruslah memiliki kualitas tinggi dengan kadar protein tinggi agar dapat bersaing dengan jagung impor.

Perlakuan pasca panen jagung yang yang dilakukan oleh petani jagung adalah memipil jagung dari tongkol serta menjemur jagung dengan bantuan matahari agar jagung tidak berjamu, namun permasalahan yang ditemukan dalam optimalisasi untuk mencapai sasaran rantai pasok adalah di tingkat petani jagung memang dikeringkan namun perlakuan pengeringan tersebut tidak ditunjang dengan pengetahuan mengenai kualitas jagung, sehingga petani lebih mementingkan kuantitas jagung yang memiliki kadar air tinggi dan berharga rendah dibandingkan mengeringkan jagung sehingga didapatkan jagung pipilan berkadar air rendah dan harga lebih tinggi, alasan petani tidak mengeringkan jagung hingga kadar air rendah adalah karena petani takut dengan dikeringkan besaran jagung yang dijual menjadi berkurang. Maka diperlukan pengawasan terus menerus didalam mencapai sasaran rantai pasok.

Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan jagung saat ini adalah meningkatkan produksi jagung dan kualitas jagung.Namun untuk menambah tingkat produksi diperlukan pembukaan lahan, saat ini pembukaan lahan baru terkendala konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian, pemerintah

Dalam dokumen Analisis Rantai Pasok Jagung di Jawa Barat (Halaman 53-84)

Dokumen terkait