• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA RANTAI PASOK

Dalam dokumen Analisis Rantai Pasok Jagung di Jawa Barat (Halaman 84-89)

Jumlah Impor ( Juta Ton)

7. KINERJA RANTAI PASOK

Kinerja rantai pasok adalah ukuran dari sebuah proses bisnis didalam rantai pasok. Pengukuran kinerja merupakan alat untuk melihat tingkat rantai pasok yang sedang dijalankan, untuk pengukurannya sendiri dapat menggunakan berbagai alat seperti efisiensi pemasaran.

Biaya Pemasaran

Menghitung efisiensi pemasaran diawali dari biaya pemasaran, biaya pemasaran didapatkan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan masing- masing lembaga pemasaran. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan oleh jenis komoditi, lokasi pemasaran, macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan.

Komponen biaya pemasaran antara lain biaya angkut, biaya simpan, biaya proses, biaya sortasi dan grading, biaya informasi harga, dan biaya penanggungan resiko. Biaya pemasaran tersaji dalam Tabel 13

Tabel 13. Biaya Pemasaran

No Biaya Pemasaran Jumlah Biaya Setiap Lembaga

PPD Koperasi PPK PB Rp/Kg 1 Angkut Tenaga Angkut 10-20 10 25 20 Tenaga Timbang 10-15 10 20 15 Transportasi 70 50 70 50 2 Simpan Biaya Gudang/Silo 10 100 10 10 3 Proses Pengeringan 15 100 10 10 Biaya Penyusutan 15 15 15 15

4 Sortasi dan Grading 0-15 - - 15

6 Informasi Harga 10-100 - 100 100

7 Pembiayaan - - - 15

8 Resiko 15 15 50 50

Total 150-275 300 300 300

Sumber : Data Primer (Diolah)

Marjin Pemasaran

Indikator marjin pemasaran dianalisis untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran dalam mengalirkan produk hingga konsumen akhir serta mengetahui perbedaan harga produk yang diterima konsumen akhir dan harga yang diterima produsen. Besarnya total marjin pemasaran diperoleh dari jumlah marjin pemasaran pada setiap anggota rantai pasok. Marjin pemasaran setiap anggota rantai pasok merupakan selisih dari harga jual produk dan harga beli produk. Marjin pemasaran mencerminkan biaya-biaya yang dikeluarkan setiap anggota rantai pasok dan keuntungan yang diperoleh setiap anggota rantai pasok sebagai balas jasa terhadap kontribusi yang diberikan. Besarnya marjin pemasaran berbeda antara setiap lembaga pemasaran karena setiap lembaga pemasaran melakukan kegiatan atau fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda pula. Rekapitulasi marjin pemasaran jagung di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 14.

Total marjin pemasaran terbesar terdapat pada saluran tiga, yaitu sebesar Rp.1100/Kg. Saluran tersebut memiliki rantai atau saluran pemasaran terpanjang dalam mendistribusikan jagung dari petani ke konsumen. Sedangkan saluran dengan total marjin pemasaran terkecil terdapat pada saluran satu yaitu sebesar Rp. 650Kg. Saluran satuhanya melibatkan petani dan koperasi saja sebelum jagung sampai ke konsumen yaitu PAP dan PPT, sehingga saluran satu memiliki saluran yang lebih pendek dan marjin pemasaran yang lebih kecil dibandingkan dengan saluran lainnya.

Biaya pemasaran yang paling tinggi pada saluran pemasaran jagung ditanggung oleh saluran tiga. Hal ini disebabkan kerena dalam proses

distribusinya melibatkan banyak lembaga pemasaran, sehingga saluran yang dihasilkan cukup panjang. Biaya pemasaran terkecil saluran pertama, yaitu sebesar Rp.300/Kg. Rendahnya biaya pemasaran disebabkan karena jarak distribusi yang dekat dan tidak melalui banyak lembaga pemasaran (saluran pemasarannya pendek).

Tabel 14.MarjinPemasaran Saluran Pemasaran Jagung di Jawa Barat

Saluran Pelaku 1 2 3 Petani Harga Jual 2950 2800 2600 PPD Harga Beli 2800 2600 Harga Jual 3200 2800 Biaya (Rp/Kg) 150 150 Keuntungan 250 50 Marjin 400 200 Koperasi Harga Beli 2950 Harga Jual 3600 Biaya (Rp/Kg) 300 Keuntungan 350 Marjin 650 PPK Harga Beli 2800 Harga Jual 3200 Biaya (Rp/Kg) 300 Keuntungan 100 Marjin 400 PB Harga Beli 3200 3200 Harga Jual 3700 3700 Biaya ( Rp/Kg) 320 320 Marjin 500 500

Total Biaya Pemasaran 300 3200 470

Total Keuntungan 350 430 330

Total Marjin 650 900 1100

Sumber : Data Primer (Diolah)

Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran ketiga, yaitu sebesar Rp530/Kg. Besarnya keuntungan tersebut disebabkan pada saluran ketiga PPK membeli jagung langsung kepada petani dan menjualnya dengan harga tinggi kepada PAP. PAP membeli jagung dengan harga tinggi namun kuantitas terbatas

Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan indikator efisiensi pemasaran selain marjin pemasaran. Indikator ini mengukur seberapa besar bagian yang diterima petani jagung sebagai balas jasa atas kontribusi yang dilakukan terhadap harga jual akhir jagung pada sebuah saluran pemasaran.

Nilai farmer’s share yang semakin besar mencerminkan rantai pasok yang semakin efisien. Akan tetapi, farmer’s share yang tinggi tidak mutlak menunjukkan bahwa pemasaran berjalan dengan efisien. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya manfaat yang ditambahkanpada produk (value added) yang dilakukan lembaga perantara atau pengolahan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Nilai farmer’s share berkebalikan dengan nilai marjin pemasaran. Semakin besar nilai farmer’s share, nilai marjin pemasaran semakin kecil.

Tabel 15.Farmer’s Share Saluran Pemasaran Jagung di Jawa Barat

Harga Jual Petani Harga Jual Farmer Share

Jenis Saluran (Rp/Kg) (Rp/Kg) (%)

Saluran 1 3200 3800 84.2

Saluran 2 2800 3700 75.7

Saluran 3 2600 3800 68.4

Sumber : Data Primer (Diolah)

Pada penelitian ini, dihutung berdasarkan harga jual akhir jagung dan pembagiannya seperti pembagian saluran dalam analisis marjin pemasaran.Farmer’s share yang diterima petani jagung pada saluran pemasaran jagung di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 15.

Saluran pemasaran I mempunyai nilai efisiensi tertinggi diantara 3 saluran yang lainkarena saluran satu memiliki farmer’s share tertinggi. Pada saluran satu petani hanya melalui satu pedagang perantara yaitu PPD untuk menyalurkan produk jagungnya ke PAP dan PPT sehingga biayapemasarannya akan lebih rendah dari saluran lainnya. Selain itu pada saluran satu sistem yang dilakukan oleh petani dan PPD adalah sistem komisi secara terbuka, sehingga bagian yang diterima petani jauh lebih tinggi dibanding bagian yang diterima PPD. Farmer’s share paling rendah adalah saluran tiga karena saluran tersebut merupakan saluran yang paling banyak melibatkan lembaga perantara Pada saluran ini farmer’share yang didapatkan lebih kecil dari saluran lainnya karena petani tidak memiliki akses kepada penjual di daerah lain, jarak antara daerah petani sulit dijangkau, selain itu petani memiliki keterikatan hutang dan memilki hubungan kepercayaan dengan PPD sehingga petani menjual jagung tanpa mempertimbangkan harga yang diberikan.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya merupakan alat untuk menganalisis keuntungan yang didapatkan dari biaya yang dikeluarkan pada suatu kegiatan usaha. Analisis keuntungan dan biaya juga dapat melihat

perbandingan besaran biaya dan keuntungan yang didapatkan pada pasing- masing lembaga pemasaran

Tabel 16. Analisis Biaya dan Keuntungan

Saluran Pelaku 1 2 3 Petani Harga Jual 2950 2800 2600 PPD Harga Beli 2800 2600 Harga Jual 3200 2800 Biaya (Rp/Kg) 150 150 Keuntungan 250 50 B/C Ratio 1.67 1.67 Koperasi Harga Beli 2950 Harga Jual 3600 Biaya (Rp/Kg) 300 Keuntungan 350 B/C Ratio 1.17 PPK Harga Beli 2800 Harga Jual 3200 Biaya (Rp/Kg) 300 Keuntungan 100 B/C Ratio 0.33 PB Harga Beli 3200 3200 Harga Jual 3700 3700 Biaya ( Rp/Kg) 320 320 B/C Ratio 0.57 0.57 Total Biaya 300 3200 470 Total Keuntungan 350 430 330 Rasio B/C 1.17 0.91 0.7

Sumber : Data Primer (Diolah)

. Lembaga yang terlibat pada rantai pasok jagung terdiri dari petani, Pedagang Pengumpul Desa (PPD), Pedagang Pengumpul Kecamatan, dan Pedagang Besar. Harga jual adalah harga yang didapatkan lembaga pemasaran dari pembeli dan harga beli adalah harga yang didapatkan lembaga pemasaran dari penjualan. Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya. Biaya yang dikeluarkan oleh anggota saluran pemasaran pada pengaliran jagung

adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio diantara saluran pemasaran.

Saluran nomor satu memiliki total biaya pemasarana Rp. 300/Kg dengan total keuntungan Rp. 350/Kg. Lembaga pemasaran yang menanggung biaya pemasaran adalah koperasi sebesar Rp. 350/Kg dengan keuntungan Rp. 350/Kg. Saluran pemasaran nomor dua memiliki total biaya Rp. 470/kg dengan total keuntungan Rp. 430/Kg. Biaya pemasaran ditanggung oleh PPD dan PB, dimana PPD mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp. 150/Kg dan keuntungan Rp. 250/Kg dengan B/C rasio 1.67. PB mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp. 320/Kg dengan keuntungan Rp. 180/Kg, B/C rasio yang didapatkan PB adalah 0.56. Saluran pemasaran empat tidak efisien karena ada R/C rasio yang didapatkan lembaga pemasaran bernilai kurang dari satu. Saluran pemasaran nomor tiga memiliki total biaya Rp. 770/kg dengan total keuntungan Rp. 330/Kg. Biaya pemasaran ditanggung oleh PPD, PPK, dan PPB, dimana PPD mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp. 150/Kg dan keuntungan Rp. 50/Kg dengan B/C rasio 0.33, PPK mengeluarkan biaya sebesar Rp. 300/Kg dengan keuntungan keuntungan Rp100/Kg dengan nilai R/C rasio 0.33, PB mengeluarkan biaya Rp. 320/Kg dan keuntungan Rp. 180 dan R/C rasio sebesar 0.56.

Secara keseluruhan saluran pemasaran jagung di Jawa Barat memiliki nilai B/C yang tidak merata. Nilai R/C yang tidak merata pada setiap saluran pemasaran menandakan adanya perbedaan biaya pemasaran yang ditanggung masing-masing anggota rantai pasok serta keuntungan yang berbeda pada setiap ujung saluran pemasaran. Ternyata, dari tiga jenis saluran pemasaran ada dua saluran pemasaran yang memiiliki nilai perbandingan keuntungan dan biaya dibawah satu, hal ini menandakan bahwa ada ketidakefisienan didalam pengeluaran biaya untuk melakukan aktivitas didalam rantai pasok

Dalam dokumen Analisis Rantai Pasok Jagung di Jawa Barat (Halaman 84-89)

Dokumen terkait