• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah sekumpulan orang atau badan yang menurut Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiaban perpajakan termasuk pemungutan pajak dan pemotongan pajak tertentu (Pasal 1 ayat (1) UU KUP). Yang wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah wajib pajak yang mempunyai penghasilan. Jadi, orang atau badan yang bertempat tinggal di Indonesia, yang menerima atau memperoleh penghasilan bagi perorangan yang jumlah setahun melampaui batas pajak, yaitu yang mempunyai penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) walaupun kepadanya belum atau tidak dikenakan pajak atau belum atau tidak diberikan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Semua Wajib Pajak berdasarkan system self-assesment wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-undang KUP (Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 yang terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP ) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda

pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) juga dipergunakan utuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan, untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen-dokumen perpajakan karena diharuskan untuk mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tetentu yang mewajibkan untuk mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam dokumen-dokumen yang diajukan, seperti dokumen impor, dokumen ekspor dan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan.

Keunggulan lain dari mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah bebas fiskal mulai Januari 2009 warga Negara yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) harus membayar fiskal luar negeri sebesar Rp. 2.500.000 setiap kali berangkat ke luar negeri baik lewat bandar udara (naik 150% dari sebelumnya), untuk jalur laut tarifnya menjadi Rp. 1.000.000 (naik 100%) sementara untuk jalur darat belum ada ketetapan.

Ada beberapa pengecualian kewajiaban membayar fiskal luar negeri bagi wajib pajak orang pribadi yang berpergian ke luar negeri dilakukan secara otomatis untuk wajib pajak orang pribadi tertentu dengan cara menerbitkan Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFL), yaitu wajib pajak yang usianya dibawah 21 tahun, orang Asing yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, pejabat perwakilan diplomatik, pejabat perwakilan Organisasi

Internasional, warga Negara Indonesia yang mempunyai dokumen resmi penduduk Negara lain, jemaah haji, tenaga kerja Indonesia dengan kartu tenaga kerja luar negeri.

B. Dasar Hukum Pendaftran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 menyebutkan bahwa “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tampat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan atau pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

C. Kewajiban Mendaftarkan Diri

Berdasarkan Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang PPh (Pajak Penghasilan No.36 tahun 2008 tentang PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), yang wajib mendaftarkan

diri adalah setiap Wajib Pajak yang penghasilannya menlebihi PTKP per tahun adalah sebagai berikut :

a. Rp. 15.840.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi. b. Rp. 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak kawin.

c. Rp. 15.840.00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1). d. Rp. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah atau keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banya 3 orang untuk setiap keluarga.

Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah kerena hidup terpisah berdasarkan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

D. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Menurut Devano (2006:145) fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui identitas wajib pajak.

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.

c. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan sehingga yang berhubungan dengan dokumen perpajakan harus mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

d. Untuk mengetahui kewajiaban-kewajiban perpajakan (misalnya dalam surat setoran pajak).

e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam dokumen-dokumen yang diajukan.

f. Untuk keperluan pelaporan surat pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan.

E. Syarat-syarat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendaftarkan diri mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah sebagai berikut:

Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi WNI, atau Paspor, KITAS/KIMS, Ijin Kerja Tenaga Asing (IKTA) yang ditambah dengan Surat Pernyataan Tempat Tinggal/Domisili dari instansi berwenang minimal kelurahan bagi orang asing.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi WNI, atau Paspor ditambah Surat Pernyataan Tempat Tinggal/Domisili dari Instansi berwenang minimal kelurahan bagi orang asing.

2. Surat Pernyataan Tempat Kegiatan Usaha atau Usaha Pekerjaan Bebas dari Kelurahan setempat. (Syarat nomor 2 ini diatur dalam Keputusan Direktur

Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 dan sebenarnya saat ini sudah tidak lagi dipersyaratkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang berlaku saat ini yaitu PER-44/PJ/2008).

Wajib Pajak Badan:

1. Fotokopi Akta Pendirian dan Perubahan atau Surat Keterangan Penunjukan dari Kantor Pusat bagi Bentuk Usaha Tetap;

2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah Surat Pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang bersangkutan bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif.

3. Surat Pernyataan Tempat Kegiatan Usaha dari Kelurahan.

Terhadap Bendaharawan sebagai pemungut/ pemotong pajak : 1. Fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) Bendaharawan

2. Fotokopi Surat penunjuk sebagai Bendaharawan

Terhadap Joint Operation sebagai pemungut/ pemotong pajak : 1. Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai Joint Operation

2. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota Joint Operation

3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) salah satu pengurus Joint Operation dan ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang

Bagi Pemohon berstatus cabang, Orang Pribadi atau wanita kawin tidak pisah harta :

1. Fotokopi Surat Keterangan (SK) terdaftar kantor pusat/ domisili/ suami

Dokumen-dokumen pendaftaran tersebut di atas, dibawa ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat yang wilayah kerjanya membawahi tempat Wajib Pajak yang bersangkutan berdomisili (sesuai dengan alamat KTP atau surat keterangan tempat tinggal bagi orang asing). Apabila telah memenuhi syarat pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak maka, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar (Paling lama 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak).

Bagian di Kantor Pelayanan Pajak yang melayani pendaftaran NPWP ini adalah Seksi Pelayanan (di loket Tempat Pelayanan Terpadu).

F. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Misalnya seseorang yang tinggal Tanjung Sari maka dia mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia karena KPP ini wilayah kerjanya meliputi Kecamatan Medan Selayang.

Menurut Resmi (2008:27) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat atau mempunyai tempat usaha yang berbeda alamat dengan tempat tinggal, selain mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya juga mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

G. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan di dalam Pasal 39 ayat (1) disebutkan setiap orang yang sengaja :

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP).

c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

benar atau tidak lengkap.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan palin lama 6 (enam) tahun, dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang dibayar.

BAB IV

Dokumen terkait