• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Oleh Subjek Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Oleh Subjek Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI OLEH SUBJEK PAJAK PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

O L E H MADELISA

072600042

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR Salam Sejahtera …

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang telah dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

Adapun tugas akhir ini berjudul “ PROSEDUR DAN TATA CARA PENGURUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI OLEH SUBJEK PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA”. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan segala nasehat, bimbingan, masukan, dan bantuannya guna kelancaran penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Pertama-tama penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(3)

3. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP, selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing, memberikan saran dan arahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terima Kasih ya ibu cantik .

4. Untuk Bang Faisal Eriza, S.Sos, MSP, selaku pembimbing proposal seminar yang banyak memberikan masukan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, Msi selaku dosen wali Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unuversitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf/dosen pengajar , serta pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pelayanan selama masa perkuliahan.

7. Bapak Korpen Damanik, selaku Ka. Subbag Umum yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

8. Bapak Subianto, SH, selaku Kasi Penagihan dan merangkap menjadi Kasi Pelayanan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang sangat diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

9. Seluruh pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang banyak membantu penulis.

(4)

11. Buat seluruh keluarga besar Sembiring dan Bangun Mergana maksaih untuk doa n dukungannya , mizz u aLL … ^_^

12. Buat Abang ku ( Boy Sukandi), Kakak ku n Abang Ipar (Masrita n Valentinus) Adik ku (Mungrosuta) n keponakan ku (Gemma Claudia) terima kasih ya atas doa dan bantuannya .

13. Buat Sepupu ku Anggreni Soerbakti makasih ya dik udah bantuin kakak , jangan ngomel-ngomel terus ya .. he .. he .. he

14. Buat Sahabat2 ku yang selam 6 tahun ini selalu ngasi saran trus selalu menemaniku saat senang n susah makasih ya udah mau dengerin curhatan ku .. .

(Maydiana Perangin-angin, Sri Justina Pelawi, Silorida Tarigan, Santa Theresia Brahmana, NeLLae Elfiera Karo-Karo) bujurr ya nak ee …

15. Buat Sahabat2 ku Lenta, Santa Devi, Megawati , Sinar yang selama 3 taon ne kita bareng terus dikampus , thanx ya buat kerjasamanya .. ^_^

16. Buat seluruh penghuni Kost Karona Group (Deny, Dedy, K’Dora, D’Nova, D’Dian, D’LiLy, D’Evan’ D’Irfan) duhh seneng kalii pon aku klw udah ngumpul bareng klend semuaa ketawa trus bawaannya … maaf ya klw dah ngerepotin ..

(5)

18. Buat semua teman-teman angkatan 2007 makasih ya , jangan lupakan diriku ya … ^_^

Laporan Tugas Akhir ini sudah selesai, namun penulis menyadari bahwa banyak kekurangan di dalamnya kerena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Untuk itu diharapkan kritik dan sarannya yang sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai wacana dalam memperluas cakrawala pengetahuan.

Kiranya Bapa Yang Maha Kuasa memberikan Anugrah-Nya kepada kita semua sehingga sukses dalam mencapai cita-cita yang diinginkan. Amiin ..

Medan, Juni 2010

(

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 3 C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri 5 D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri 5

E. Metode Pengumpulan Data 7

F. Sistematika Penulisan Laporan 8

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 10 B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia 14 C. Deskripsi Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 16 BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

I. KETENTUAN HUKUM

A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak 21 B. Dasar Hukum Pendaftran Nomor Pokok Wajib Pajak 23

C. Kewajiban Mendaftarkan Diri 23

D. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak 24

E. Syarat-syarat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak 25 F. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak 27 G. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh 28 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak

Orang Pribadi Oleh Subjek Pajak 30

B. Hak Dan Kewajiban Setelah Memperoleh Nomor Pokok Wajib

Pajak 39

C. Penyebab Subjek Pajak Tidak Mendaftarkan Diri Untuk

Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak 43 D. Upaya Yang Dilakukan KPP Pratama Dalam Meningkatkan

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 47

B. Saran 48

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Negara dalam menjalankan tugas rutin dan pembangunan Nasional memerlukan biaya. Biaya tersebut antara lain, diperoleh dari penerimaan pajak, pengeluaran rutin, seperti belanja pegawai, belanja barang dan pemeliharaan yang biayanya berasal dari penerimaan pajak. Untuk mewujudkan pembangunan, maka pemerintah berusaha meningkatkan pendapatan dari sektor pajak.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (dalam Mardiasmo,2008:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sesuai dengan prinsip Self Assessment yang berlaku di Indonesia, Wajib Pajak harus dapat menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sebagai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Sistem ini mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya pajak terutang di percayakan kepada Wajib Pajak sendiri yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

(9)

dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk di catat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang belum memahami hal tersebut terutama tentang prosedur pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) oleh sebjek pajak sendiri. Apalagi setelah berakhirnya Sunset Policy, semakin banyak pula masyarakat yang ingin tahu tata cara pendaftaran Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP).

(10)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah untuk :

a. Mengetahui prosedur pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) oleh Subjek Pajak .

b. Menganalisis faktor-faktor yang mengakibatkan Subjek Pajak tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

c. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Sedangkan manfaat yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

1. Bagi Mahasiswa

(11)

b. Untuk meningkatkan frekuensi komunikasi antara penulis dengan fiskus pada Kantor Pelayanan Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

c. Guna merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

d. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai prosedur dan tata cara pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sehingga dapat membantu fiskus dalam memberikan penjelasan kepada Subjek Pajak. e. Sebagai sarana latihan berfikir mahasiswa dalam menyusun suatu karya

ilmiah berdasarkan ilmu yang diperoleh selama dalam perkuliahan.

2. Bagi Instansi tempat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan lembaga pendidikan khususnya Universitas Sumatera Utara.

(12)

3. Bagi Universitas Sumatera Utara

a. Membuka interaksi antara dosen dengan instansi yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

b. Meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta memantapkan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis memusatkan perhatian pada: 1. Tata cara dan prosedur pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Faktor-faktor yang mengakibatkan Wajib Pajak tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

3. Upaya- upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah : 1. Tahap Persiapan

(13)

Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara juga Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui buku-buku, majalah, Undang-undang, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jendral Pajak, dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.

3. Observasi Lapangan

Penulis langsung melakukan pengamatan terhadap objek pajak yang hendak melakukan pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan maksud untuk mendapatkan informasi.

4. Metode Laporan

Bentuk penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah metode diskriptif. Metode diskriptif yaitu metode penelitian yang menguraikan kejadian atau peristiwa yang bersifat aktual yang terjadi pada saat penelitian dan menafsirkan, menganalisa data yang diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan.

5. Analisa Data dan Evaluasi

(14)

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data mengenai Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis mengumpulkan data dan informasi dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Dalam metode ini penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap objek pajak yang hendak melakukan pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan maksud mendapatkan informasi.

b. Metode Wawancara

Dalam metode ini penulis akan melakukan tanya jawab langsung dengan fiskus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mengenai Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Oleh Subjek Pajak.

c. Metode Dokumentasi

(15)

F. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

Dalam pembahasan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) ini, sistematika penulisan terdiri dari 5 bab yang masing-masing bab diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Pada bab ini berisikan tentang gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasinya, serta fungsi dan tugas setiap seksi yang ada. Adapun tujuan dari tinjauan umum lokasi penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai permasalahan yang berlangsung pada lokasi penelitian tersebut.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

(16)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis menyajikan data, menganalisis data, dan membahas masalah yang dihadapi dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari dari hasil penelitian. Berdasarkan dari kesimpulan tersebut rekomendasi yang berisi saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Sebelum disebut Kantor Pelayana Pajak (KPP) dulunya bernama Kantor

Inspeksi Pajak (KIP). Hal ini berlangsung sampai tahun 1976, mulai bulan Juni Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak.

Tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri dua kantor yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama 17A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Barat c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Deli e. Kec. Medan Belawan f. Kotamadya Binjai g. Kab. Langkat

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berada di Jl. Diponegoro No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

(18)

c. Kec. Medan Deli Serdang d. Kab. Karo

e. Kotamadya Tebing Tinggi

Pada tanggal 1 April 1989 Kantor Inspeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak, dari dua KIP yaitu KIP Medan Utar a dan KIP Medan Selatan dipecah menjadi tiga KPP yaitu :

a. Kec. Medan Barat b. Kec. Medan Labuhan c. Kec. Medan Denai d. Kec. Medan Belawan

1. KPP Medan Selatan yang berada di Jl. Diponegoro No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Baru b. Kec. Medan Denai c. Kec Medan Polonia d. Kec. Medan Maimun

2. KPP Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

(19)

e. Kab. Karo

f. Kotamadya Tebing Tinggi dan Kab. Deli Serdang menjadi KPP Tebing Tinggi

Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan No.Kep.758.KMK01/1993 tanggal 13 Agustus 1993 Kantor Pelayanan Pajak pada jajaran Kantor Wilayah I Sumatera bagian Utara terhitung tanggal 1 April 1994 menjadi empat KPP yang baru dibentuk yaitu:

1. KPP Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Belawan b. Kec. Medan Marelan c. Kec. Medan Labuhan d. Kec. Medan Deli

2. KPP Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

(20)

h. Kec. Medan Helvetia i. Kec. Medan Tuntungan

3. KPP Medan Timur dengan alamat Jl. Diponegoro No. 30A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kec. Medan Timur b. Kec. Medan Perjuangan c. Kec. Medan Area d. Kec. Medan Denai e. Kec. Medan Tembung f. Kec. Medan Kota g. Kec. Medan Amplas h. Kec. Medan Johor

4. KPP Binjai dengan alamat Jl. Asrama No. 7A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:

a. Kotamadya Binjai b. Kab. Langkat c. Kab. Tanah Karo

d. Enam Kecamatan di Deli Serdang yaitu: - Kec. Medan Sunggal

(21)

- Kec. Kutalinbaru - Kec. Labuhan Deli

Pada tanggal 19 Mei 2008 Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan dengan No.Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari:

1. KPP Pratama Binjai 2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Belawan 4. KPP Pratama Medan Kota 5. KPP Pratama Medan Petisah 6. KPP Pratama Medan Polonia 7. KPP Pratama Medan Timur 8. KPP Pratama Lubuk Pakam

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menggambarkan sistematika penerapan tugas-tugas, fungsi, wewenang serta tanggungjawab masing-masing bagian pada suatu organisasi dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

(22)

Agar penyelenggaraan kegiatan kedinasan dapat berjalan dengan lancar hendaknya pegawai ditempatkan pada tempat dan tugas yang tepat sesuai dengan bakat dan pendidikan, pengalaman, dan keahliannya. Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka dapat ditentukan kepada siapa tugas diberikan dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan kepadanya.

Berdasarkan keputusan Presiden RI No.23 Tahun 1997 tentang perubahan keputusan Presiden No.15 Tahun 1984 mengenai susunan suatu organisasi Departemen, maka Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari susunan sebagai berikut :

1. Sekretariat Direktorat Jenderal

2. Direktorat Perencanaan dan Potensi Perpajakan 3. Direktorat Peraturan Perpajakan

4. Direktorat Hubungan Perpajakan Internasional 5. Direktorat Pajak Penghasilan (PPh)

6. Direktorat Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak Langsung lainnya 7. Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

8. Direktorat Pemeriksa Pajak 9. Pusat Penyuluhan Perpajakan

10. Pusat Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 11. Pusat Pelatihan dan Pendidikan Perpajakan

Sedangkan KPP Pratama adalah sebagai berikut : 1. Sub. Bagian Umum

(23)

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) 6. Seksi Pemeriksaan

7. Kelompok Fungsional 8. Seksi Pelayanan 9. Unit Fiskal Luar Negeri

KPP Pratama Medan Polonia memakai struktur organisasi garis Staff yang dipakai oleh Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera bagian Utara, dimana semua pegawainya merupakan Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan Republik Indonesia.

C. Deskripsi Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 1. Sub. Bagian Umum

Sub. Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut:

Sub. Bagian Umum mempunyai fungsi:

- Pengurusan tata usaha dan kepegawaian - Pengurusan Keuangan

(24)

Sub. Bagian Umum terdiri dari:

- Koordinator Pelaksanaan Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian dan laporan.

- Koordinator Pelaksanaan Keuangan

Mempunyai tugas melakukan urusan keuangan. - Koordinator Pelaksana Rumah Tangga

- Mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan.

2. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha wajib pajak, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Untuk menyelenggarakan tugas tersebut:

Seksi Ekstensifikasi mempunyai fungsi: - Pendaftaran Wajib Pajak (WP)

- Penatausahaan penerimaan dan pengecekan SPT - Pengurusan kearsipan berkas WP

- Menangani masalah-masalah PBB Seksi Ekstensifikasi terdiri dari:

(25)

Mempunyai tugas membantu urusan penerimaan SPT, surat WP lainnya, serta melakukan penatausahaan pendaftaran WP dan pemindahan serta pencabutan identitas WP.

- Koordinator Pelaksana SPT

Mempunyai tugas membantu urusan penelitian SPT Tahunan PPh dan penyelesaian permohonan penundaan penyampaian SPT Tahunan PPh. - Koordinator Pelaksana Ketetapan dan Arsip WP.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing dan penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Penagihan

(26)

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Memiliki tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan WP (PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan pajak lainnya), bimbingan/himbauan kepada WP dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil WP, analisis kinerja WP, rekonsiliasi data WP dalam rangka melakukan intensifikasi dan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat empat Waskon yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial) tertentu.

6. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan dan perpajakan lainnya.

7. Kelompok Fungsional

(27)

8. Seksi Pelayanan

Memiliki tugas dalam halpnetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan SPT dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Unit Fiskal Luar Negeri

Unit Fiskal Luar Negeri bertugas member pelayanan fiscal luar negeri kepada warga negara yang hendak berpergian ke luar negeri. Unit ini berada di Bandara Internasional Polonia Medan, dan bertugas setiap hari.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia stuktur organisasinya terdiri dari :

- Kepala Kantor = 1 orang

- Kepala Seksi = 6 orang

- Supervisor = 2 orang

- Account Representatif = 16 orang

- Pemeriksa Pajak = 6 orang

- Pelaksana

JUMLAH = 85 orang

(28)

BAB III

GANBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

I. KETENTUAN UMUM

A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah sekumpulan orang atau badan yang menurut Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiaban perpajakan termasuk pemungutan pajak dan pemotongan pajak tertentu (Pasal 1 ayat (1) UU KUP). Yang wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah wajib pajak yang mempunyai penghasilan. Jadi, orang atau badan yang bertempat tinggal di Indonesia, yang menerima atau memperoleh penghasilan bagi perorangan yang jumlah setahun melampaui batas pajak, yaitu yang mempunyai penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) walaupun kepadanya belum atau tidak dikenakan pajak atau belum atau tidak diberikan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Semua Wajib Pajak berdasarkan system self-assesment wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

(29)

pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) juga dipergunakan utuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan, untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen-dokumen perpajakan karena diharuskan untuk mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tetentu yang mewajibkan untuk mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam dokumen-dokumen yang diajukan, seperti dokumen impor, dokumen ekspor dan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan.

Keunggulan lain dari mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah bebas fiskal mulai Januari 2009 warga Negara yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) harus membayar fiskal luar negeri sebesar Rp. 2.500.000 setiap kali berangkat ke luar negeri baik lewat bandar udara (naik 150% dari sebelumnya), untuk jalur laut tarifnya menjadi Rp. 1.000.000 (naik 100%) sementara untuk jalur darat belum ada ketetapan.

(30)

Internasional, warga Negara Indonesia yang mempunyai dokumen resmi penduduk Negara lain, jemaah haji, tenaga kerja Indonesia dengan kartu tenaga kerja luar negeri.

B. Dasar Hukum Pendaftran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 menyebutkan bahwa “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tampat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan atau pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

C. Kewajiban Mendaftarkan Diri

(31)

diri adalah setiap Wajib Pajak yang penghasilannya menlebihi PTKP per tahun adalah sebagai berikut :

a. Rp. 15.840.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi. b. Rp. 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak kawin.

c. Rp. 15.840.00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1). d. Rp. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah atau keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banya 3 orang untuk setiap keluarga.

Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah kerena hidup terpisah berdasarkan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

D. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Menurut Devano (2006:145) fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui identitas wajib pajak.

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.

(32)

d. Untuk mengetahui kewajiaban-kewajiban perpajakan (misalnya dalam surat setoran pajak).

e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam dokumen-dokumen yang diajukan.

f. Untuk keperluan pelaporan surat pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan.

E. Syarat-syarat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendaftarkan diri mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah sebagai berikut:

Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi WNI, atau Paspor, KITAS/KIMS, Ijin Kerja Tenaga Asing (IKTA) yang ditambah dengan Surat Pernyataan Tempat Tinggal/Domisili dari instansi berwenang minimal kelurahan bagi orang asing.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi WNI, atau Paspor ditambah Surat Pernyataan Tempat Tinggal/Domisili dari Instansi berwenang minimal kelurahan bagi orang asing.

(33)

Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 dan sebenarnya saat ini sudah tidak lagi dipersyaratkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang berlaku saat ini yaitu PER-44/PJ/2008).

Wajib Pajak Badan:

1. Fotokopi Akta Pendirian dan Perubahan atau Surat Keterangan Penunjukan dari Kantor Pusat bagi Bentuk Usaha Tetap;

2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Penduduk Indonesia, atau Paspor ditambah

Surat Pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang bersangkutan bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif.

3. Surat Pernyataan Tempat Kegiatan Usaha dari Kelurahan.

Terhadap Bendaharawan sebagai pemungut/ pemotong pajak : 1. Fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) Bendaharawan

2. Fotokopi Surat penunjuk sebagai Bendaharawan

Terhadap Joint Operation sebagai pemungut/ pemotong pajak : 1. Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai Joint Operation

2. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota Joint Operation

(34)

Bagi Pemohon berstatus cabang, Orang Pribadi atau wanita kawin tidak pisah harta :

1. Fotokopi Surat Keterangan (SK) terdaftar kantor pusat/ domisili/ suami

Dokumen-dokumen pendaftaran tersebut di atas, dibawa ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat yang wilayah kerjanya membawahi tempat Wajib Pajak yang bersangkutan berdomisili (sesuai dengan alamat KTP atau surat keterangan tempat tinggal bagi orang asing). Apabila telah memenuhi syarat pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak maka, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar (Paling lama 1 (satu) hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-37/PJ/2007 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Percepatan Jangka Waktu Penyelesaian Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak).

Bagian di Kantor Pelayanan Pajak yang melayani pendaftaran NPWP ini adalah Seksi Pelayanan (di loket Tempat Pelayanan Terpadu).

F. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

(35)

Misalnya seseorang yang tinggal Tanjung Sari maka dia mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia karena KPP ini wilayah kerjanya meliputi Kecamatan Medan Selayang.

Menurut Resmi (2008:27) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat atau mempunyai tempat usaha yang berbeda alamat dengan tempat tinggal, selain mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya juga mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.

G. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan di dalam Pasal 39 ayat (1) disebutkan setiap orang yang sengaja :

a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP).

c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).

(36)

benar atau tidak lengkap.

(37)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Prosedur Dan Tata Cara Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Orang Pribadi Oleh Subjek Pajak

1. Tata Cara Pendaftaran Dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-65/PJ/2008 Tanggal 18 Nopember 2008 tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan/Atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak maka petugas pendaftaran Wajib Pajak mempunyai tugas :

1. Wajib Pajak harus mengisi Formulir Permohonan Pendaftran Wajib Pajak dan/atau Formulir Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara lengkap dan jelas. Dalam hal Wajib Pajak membutuhkan bantuan dalam mengisi formulir tersebut dapat menanyakan kepada Petugas Pendaftaran Wajib Pajak.

(38)

Petugas Pendaftaran Wajib Pajak mempunyai tugas :

3. Menerima Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Formulir Permohonan Pengusaha Kena Pajak yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak atau kuasanya yang sah.

4. Memeriksa kelengkapan pengisian Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Formulir Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam hal formulir belum sepenuhnya diisi oleh pemohon, petugas mengembalikan formulir kepada pemohon untuk dilengkapi pengisiannya. 5. Merekam dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) serta

menyerahkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada pemohon setelah ditandatangani petugas Pendaftaran Wajib Pajak.

6. Mengisi kolom-kolom pada Formulir Permohonan Perubahan Data Wajib Pajak Pindah dan/atau Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak yang diberi keterangan “Diisi oleh Petugas”.

7. Melakukan penelitian administrasi untuk mengetahui apakah pemohon telah terdaftar sebagai Wajib Pajak /Pengusaha Kena Pajak pada tata usaha Kantor Pelayanan Pajak atau belum.

8. Apabila berdasarkan hasil penelitian administrasi ternyata :

(39)

b. Pemohon pernah terdaftar sebagai Wajib Pajak, kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang sama dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang pernah diberikan atau

c. Pemohon belum terdaftar sebagai Wajib Pajak , kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, dengan catatan, khusus untuk pemohon berstatus cabang atau orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta/penghasilan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dengan aturan sebagai berikut :

c.1. Sembilan digit pertama Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang diberikan sama dengan sembilan digit pertama Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pusat atau NPWP domisili atau NPWP suami.

c.2. Enam digit terakhir Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang diberikan sesuai dengan kode administrasi Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdafar.

d. Pemohon telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), kepadanya tidak diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) atau

(40)

9. Merekam data permohonan sesuai isian pada Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau Formulir Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan.

10. Merekam kewajiban perpajakan Wajib Pajak pada menu aplikasi pendaftaran Wajib Pajak.

11. Dalam hal pemohon mendaftrarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Petugas Pendaftaran Wajib Pajak:

a. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau SPPKP paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.

b. Meneruskan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak kepada Kepala Seksi Pelayanan/ Tata Usaha Perpajakan untuk ditandatangani.

c. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau SPPKP kepada Wajib Pajak paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap.

12. Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang diberikan pada Formulir pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak.

(41)

2. Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan Sistem E-Reg (Electronic Registration)

Saat ini pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan secara on-line melalui internet yang disebut sebagai e-Registration. Aplikasi e-Registration adalah aplikasi yang dapat memudahkan Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri secara online melalui internet. Dengan adanya aplikasi ini, dapat menghemat waktu dan tenaga karena Wajib Pajak dapat melakukan registrasi kapan saja sesuai keinginan wajib pajak.

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-30/PJ/2009 tanggal 16 Maret 2009 mengenai Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan Sistem E-Reg (Electronic Registration) melalui langkah-langkat berikut ini :

1. Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat

2. Memilih menu sistem e-Registration.

3. Membuat account dengan melakukan login pada sistem e-Registration.

4. Login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password yang telah dibuat.

5. Memilih menu “Permohonan Pendaftaran NPWP dan/atau Pengukuhan PKP”. 6. Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau

(42)

7. Mengisi formulir permohonan pada layar computer dengan lengkap dan benar.

8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan NPWP dan/atau Pengukuhan PKP.

9. Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap dan SKTS melalui aplikasi e-Registration.

10. Menerima SKT, NPWP dan/atau SPPKP dari Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak terdaftar.

Pada prinsipnya seseorang yang telah memenuhi syarat wajib mendaftarkan diri sesuai dengan sistem Self Assesment . Namun demikian, untuk menjamin dipatuhinya ketentuan ini, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan dan pemberitahuan bahwa pengusaha tersebut telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan harus menyelesaikan kewajiban perpajakannya apabila Wajib Pajak tersebut tidak melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan diri secara sukarela. Jika Surat Pemberitahuan (SPT) tidak ditanggapi juga oleh pihak pengusaha maka fiskus yang menetapakn sendiri jumlah pajak yang harus dibayar oleh pengusaha tersebut dan pengusaha tersebut akan dikenakan sanksi menurut peraturan perundang-undang perpajakan yang berlaku.

(43)

perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Nomor Pokok Wajib Pajak yang diberikan petugas terdiri dari 15 digit sebagai berikut :

0 9 . 8 9 4 . 1 6 1 . 0 - 1 2 1 - 0 0 0

Keterangan :

1). 2 digit pertama merupakan identitas Wajib Pajak, yaitu : - 01 samapi dengan 03 : Wajib Pajak Badan

-04 dan 06 : Wajib Pajak Pengusaha -05 : Wajib Pajak Karyawan

- 07,08 dan 09 : Wajib Pajak Orang Pribadi

2). 6 digit kedua merupakan nomor registrasi/ urut yang diberikan Kantor Pusat Direktur Jenderal Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

3). 1 digit ketiga diberikan Untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama sebagai alat pengamanan agar tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan Nomor Pokok Wajib Pajak 4). 3 digit keempat adalah kode Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

5). 3 digit terakhir adalah status wajib pajak (Tunggal, Pusat atau Cabang), yaitu : - 000 : Tunggal atau pusat

(44)

Contoh : NPWP Ibu Bangun : 09.894.161.0-121-000 ,dengan penjelasan sebagai berikut :

-09 artinya Wajib Pajak Badan

- 894.161 artinya nomor registrasi/ nomor urut terdaftar -0 artinya kode cek digit

-121 artinya Kode Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia - 000 artinya status Wajib Pajak adalah Wajib Pajak tunggal

Berikut ini disajikan perbandingan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia lima tahun terakhir dapat dilihat dari table dibawah ini :

Wajib Pajak Terdaftar

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009

(45)

Waj ib Paj ak Terdaft ar 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

2005 2006 2007 2008 2009

Tahun J u m la h P P h O ra n g P ri b a d i

Ket: Sumber Basis Data KPP Pratama Medan Polonia

Dari grafik di atas dapat dilihat jumlah Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia selama 5 tahun terakhir. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2005 – 2006 jumlah Wajib Pajak menurun sebanyak 587 Wajib Pajak, dari tahun 2006-2007 jumlah Wajib Pajak sangat meningkat menjadi 16.283 Wajib Pajak, dari tahun 2007-2008 mulai mengalami penurunan kembali sebanyak 5.352 Wajib Pajak dan pada tahun 2008-2009 kembali mengalami kenaikan jumlah wajib pajak sebanyak 11.365 Wajib Pajak, meningkatnya Wajib Pajak pada tahun 2009 disebabkan karena adanya Sunset Policy yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai upaya yang dilakukan untuk menarik minat Wajib Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

(46)

sendiri maupun dari luar yang disebabkan oleh Wajib Pajak itu sendiri. Seperti, kurangnya informasi yang diberikan oleh petugas pajak, tingkat pengetahuan subjek pajak mengenai hak dan kewajibannya di bidang perpajakan masih kurang. Namun , Kantor Pelayanan Pajak Pratama medan Polonia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberika pelayanan yang terbaik kepada Wajib Pajak agar dapat membantu Wajib Pajak dalam menyelesaikan setiap masalah yang berhubungan dengan perpajakan sesuai dengan Undang- Undang Perpajakan di Indonesia.

B. Hak dan Kewajiban Setelah Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan di bidang perpajakan yaitu antara keseimbangan hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak, maka Undang-undang perpajakan yaitu Undang-Undang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak.

Kewajiban Wajib Pajak adalah : 1. Kewajiban Mendaftarkan Diri

Sesuai dengan sistem self assessment maka Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

(47)

Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan sistem self assessment wajib melakukan sendiri perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak terhutang.

Misalnya :

- Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25) - Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun

- Pemotongan/ Pemungutan PPh (Pajak Penghasilan) dan PPN ( Pajak Pertambahan Nilai)

- Pelaporan SPT (SPT Masa atau SPT Tahunan) 3. Kewajiban Dalam Hal Diperiksa

Untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan terhadap Wajib Pajak yang bertujuan untuk menigkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

4. Kewajiban Memberi Data

(48)

Data dan informasi yang dimaksud adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar Direktorat Jenderal Pajak.

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya.

Hak Wajib Pajak adalah :

1. Hak Atas Kelebihan Pembayaran Pajak

Dalam hal pajak yang terhutang untuk satu tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak atau dengan kata lain pembayaran pajak yang dibayar/ dipotong/ dipungut lebih besar dari yang seharusnya terutang, maka wajib pajak mempunyai hak untuk mendapatkan kembali kelebihan pembayaran pajak tersebut. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

(49)

- Meminta Surat Pemeriksaan

- Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa

- Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan diperiksa

3. Hak Untuk Mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan Kembali

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak, maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terhutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Jika Wajib Pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan keberatan atas surat ketetapan tersebut. Selanjutnya, apabila belum puas dengan keputusan keberatan tersebut maka Wajib Pajak dapat mengajukan banding. Langkah terakhir yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dalam sengketa pajak adalah peninjauan kembali.

4. Hak-Hak Wajib Pajak Lainnya

- Hak Kerahasiaan Bagi Wajib Pajak - Hak Untuk Penundaan Pembayaran - Hak Untuk Pengangsuran Pembayaran

- Hak Untuk Penundaan Pelaporan SPT Tahunan - Hak Untuk Pengangsuran PPh Pasal 25

- Hak Untuk Pengurangan PBB - Hak Untuk Pembebasan Pajak

(50)

- Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung Pemerintah - Hak untuk mendapatkan insentif perpajakan

C. Penyebab Subjek Pajak Tidak Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

Orang Pribadi atau badan yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif akan menjadi Wajib Pajak. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif ini wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkan Subjek Pajak tidak mendaftarkan diri, diantaranya :

a. Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pajak , banyak yang beranggapan bahwa membayar pajak merupakan beban bagi dirinya bukan kewajiban, semua fasilitas-fasilitas yang dibangun merupakan kewajiban pemerintah sendiri. Masyarakat terasa terlibat sebagai orang yang mempunyai utang yang harus menyisihkan uangnya (penghasilannya) untuk pemerintah.

(51)

c. Adanya anggapan bahwa pemohon pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dipungut biaya , padahal tidak dipungut biaya sedikitpun.

D. Upaya Yang Dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Dalam Meningkatkan Jumlah Subjek Pajak Untuk Memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakannya maka setiap Kantor Pelayanan Pajak Pratama merasa perlu membuat langkah-langkah yang tujuannya untuk menyadarkan Subjek Pajak akan pentingnya mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak guna memperoleh Nomor Pokok ajib Pajak (NPWP), yaitu dengan cara :

1. Dengan mengadakan penyuluhan dan himbauan yang dilakukan oleh Account Representatif (AR). Dimana dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama jabatan Account Representatif (Staf Pendukung Pelayanan) berada di bawah pengawasan dan bimbingan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Biasanya dalam mengadakan penyuluhan dan himbauan ini melalui surat atau dapat juga diketahui dari data transaksi Wajib Pajak.

2. Intensifikasi Pajak, yaitu tindakan yang berasal dari wajib pajak itu sendiri untuk

(52)

3. Ekstensifikasi Pajak, yaitu Untuk meningkatkan jumlah wajib pajak, salah satu yang dilakukan direktur jenderal pajak dengan program ekstensifikasi wajib pajak, program ini merupakan kegiatan dalam rangka untuk meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar. Selama bertahun-tahun kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dilakukan melalui penyuluhan secara langsung, seminar dan iklan diberbagai median masa sehingga diharapkan kesadaran wajib pajak untuk mendaftarkan diri makin bertambah dari tahun ketahun. Namun, untuk lebih menigkatkan jumlah wajib pajak terdaftar , mulai tahun 2001 DJP melaksanakan program ekstensifikasi wajib pajak yaitu melalui program canvassing atau penyisiran.

4. Membentuk suatu kerjasama antara pihak Kantor Pelayanan Pajak yaitu fiskus atau petugas pajak dengan lembaga pendidikan yang mempunyai Program Studi Perpajakan guna memperluaskan informasi perpajakan khususnya mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak kepada masyarakat.

5. Membuat program dan kegiatan yang dapat menyadarkan dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

6. Membuat slogan-slogan yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pajak, yang dialokasikan pada tempat-tempat yang strategis ditengah kota seperti pinggiran atau persimpangan.

(53)
(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Prosedur Pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia telah dilaksanakan sebagaimana mestinyan sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-65/PJ/2008 dan No. SE-30/PJ/2009. Adanya beberapa keuntungan yang diperoleh Wajib Pajak setelah memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) disamping kemudahan yang di berikan Kantor Pelayanan Pajak Pratma Medan Polonia, seperti pendaftaran melalui internet dengan menggunakan sistem e-Reg (Electronic Registration). Dengan kemudahan tersebut diharapakan menumbuhkan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Karena Negara maju apabila pajaknya juga maju.

2. Sistem pemungutan pajak menggunakan sistem Self Asessment yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetorkan, dan melaporkan besarnya jumlah pajak terutang.

(55)

4. Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia untuk meningkatkan jumah Subjek Pajak harus terus dilakukan. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak Kantor Pelayanan Pajak yaitu fiskus atau petugas pajak dengan lembaga pendidikan yang mempunyai Program Studi Perpajakan guna menyebarluaskan informasi perpajakan khususnya mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Guna mewujudkan sadar dan peduli pajak, masyarakat harus terus diajak untuk mengetahui, mengakui, menghargai dan mentaati ketentuan perpajakan yang berlaku.

B. SARAN

1. Petugas Pajak hendaknya melakukan Sosialisasi khususnya mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak dalam bentuk pengarahan secara langsung ke masyarakat melalui pendekatan ke masing-masing kecamatan, sampai RT/RW. Sosialisasi ini berupa penyuluhan secara langsung kepada masyarakat di mana telah ada utusan khusus yang bertugas memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait pentingnya pajak untuk kesejahtraan masyarakat. Maka dampaknya akan terlihat pada kerelaan wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak.

(56)

3. Petugas Pajak dapat meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi , agar wajib pajak merasa nyaman untuk berkonsultasi mengenai masalah perpajakannya sehingga Wajib Pajak merasa tertarik untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Devano, Sony. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Kencana, Jakarta. Mardiasmo., 2008, Perpajakan edisi Revisi 2008, Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti., 2008, Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep-161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu

Pendaftaran Dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran Dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan Dan PencabutanPengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Undang-undang No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

_____________ No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

_____________ Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-30/PJ/2009, tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan Sistem E-Reg (Electronic Registration).

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-65/PJ/2008, tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak Dan/Atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi perangkat lunak aplikasi Modul Ajar Interaktif Berbasis Augmented Reality untuk Mata Pelajaran Jaringan Dasar terdiri dari lingkungan

Simpulan hasil dari penelitian ini adalah penerapan metode demonstrasi bersumber pemanfaatan lingkungan sekitar dapat meningkatkan kemampuan membilang pada anak kelompok A TK

Akibat hukum terhadap pengusaha pertambangan setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-VIII/2010 adalah, pengusaha pertambangan dapat memiliki wilayah izin

Pengujian usability diperoleh 80% responden setuju bahwa sistem basis data spasial mudah digunakan, 80% reponden setuju bahwa basis data spasial mampu mengelola

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan

ANALISIS BEBAN KERJA PADA STASIUN SORTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK SAMPLING.. DAN BIOMEKANIKA UNTUK MENENTUKAN JUMLAH OPERATOR

TES has nine activities as follows: (1) Strengthening the manufacture of evacuation planning in the area including the tsunami hazard map or tsunami risk map which more detailed

Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis... satu di antara penggunaan representasi mate- matis dalam matematika terdapat pada ma- teri SPLDV. Pada materi