• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI KELUARGA PASIEN TERHADAP PERILAKU

CARING PERAWAT DI RUANG ICU RUMAH SAKIT

PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

NADIA SAFITRI S 101101064

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Persepsi Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi, Medan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis dalam bentuk tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S. Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Setiawan, S. Kp., MNS., Ph. D selaku dosen pembimbing yang sudah memberikan pengetahuan, bimbingan dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

(4)

6. Salbiah, S. Kp, MKep sebagai dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas ilmu yang telah kalian berikan dengan keberkahan.

8. Teristimewa kepada orang tua saya, H. Kasman Siregar dan Hj. Nurhana Nst yang telah memberikan dukungannya secara moril maupun material.

9. Abang-abang saya tersayang Doli Indra Siregar dan Andi Ade Putra Siregar yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya.

10.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, 12 Juli 2014

(5)

DAFTAR ISI

4.1. Bagi Praktik Keperawatan……….. 4

4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan……… 4

4.3. Bagi Riset Penelitian……… 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka……… …………... 6

1. Konsep Caring……... 6

2. Konsep Teori Caring Kristen Swanson…... 8

2.1. Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson……… 10

3. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan... 16

4. Riset Fenomenologi... 19

Bab 3. Metodologi Penelitian…………... 23

1. Desain Penelitian………... 23

2. Partisipan ………... 23

3. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 24

4. Pertimbangan Etik………... 24

2. Karakteristik Partisipan……….. 30

3. Persepsi Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Di Ruang ICU………... 32

4. Pembahasan……… 40

5. Interpretasi Dan Hasil Pembahasan……… 40

Bab 5. Kesimpulan Dan Saran……… 53

1. Kesimpulan………. 53

2. Saran………... 54

(6)

Lampiran-lampiran... 58

1. Informed Consent (Penjelasan Penelitian)... 58

2. Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan………. 60

3. Instrumen Penelitian (Kuesioner Data Demografi) ...………. 61

4. Panduan Wawancara……….. 62

5. Jadwal Tentatif Penelitian……….. 63

6. Taksasi Dana………..………. 64

7. Surat Izin Penelitian Program S1 Ilmu Keperawatan USU………… 65

8. Surat BalasanPenelitian RSUD Dr. Pirngadi Medan………. 66

(7)

DAFTAR TABEL

(8)

Judul : Persepsi Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Nadia Safitri S

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan USU NIM : 101101064

=============================================================

ABSTRAK

Perilaku caring merupakan wujud kepedulian perawat yang diberikan melalui perhatian dan kasih sayang perawat kepada pasien dengan harapan agar pasien dapat termotivasi dalam proses kesembuhannya. Perilaku caring merupakan sebuah komitmen perawat yang diberikan perawat dan pelayanan kesehatan sehingga perawat dapat memahami dan mencukupi kebutuhan yang diperlukan pasien untuk pulih. Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak tujuh orang partisipan. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang ICU RSUD Dr, Pirngadi Medan. Penelitian ini dimulai dari Januari 2014 sampai Juni 2014, yaitu mulai dari pengambilan data sampai dengan selesai. Analisa data menggunakan metode Giorgi. Tema yang diperoleh peneliti dari ketujuh partisipan adalah empat tema yaitu (1) rasa peduli yang tinggi (sikap yang tulus, dan perawat memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh), (2) penanganan yang cepat tanggap (menangani pasien dengan cepat dan menangani pasien dengan tepat), (3) memberikan dukungan yang tulus kepada keluarga pasien (support moril dan support spiritual), dan (4) berbicara dengan lemah lembut kepada keluarga pasien (berbicara lembut kepada keluarga pasien dan menjelaskan kesehatan pasien dengan bahasa yang sederhana). Dalam pelaksana keperawatan diharapkan perawat dapat berperilaku caring dalam memberikan pelayanan keperawatan. Sehingga semua kebutuhan pasien baik secara fisik maupun emosional terpenuhi dan dapat memotivasi pasien dalam proses pemulihan. Hal ini akan memberikan respon positif dari pasien dan keluarga pasien berupa kepuasan pasien dan keluarga pasien terhadap pelayanan yang diberikan perawat.

(9)

Title : The Perception of Patients’ Relatives towards Caring Treatment in ICU Room of Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan

Researcher : Nadia Safitri S

Department : Faculty of Nursing USU Student’s ID Number : 101101064

============================================================ ABSTRACT

Caring manner is the embodiment of nurses’ concern expressed through attention and affection to patients in the hope that patients feel motivated in their process of healing. Caring manner is a nurses’ commitment provided by nurses and health workers so nurses are able to meet patients’ need in order to recover. Research design used was fenomological that aimed to identify the perception of patients’ relatives regarding caring manner in the ICU room. Data collection technique used was purposive sampling involving seven respondents. This research was conducted in ICU room of RSUD Dr. Pirngadi Medan. This research was commenced in January 2014 up to June 2014, starting from data collection all the way through the completion. Data analysis made use of Giorgi method. Four themes obtained by the researcher from the respondents were (1) great caring (sincerity and nurses holistically meet patients’ needs), responsive handling (handling patients immediately and handling patients properly), (giving heartfelt support to patients’ relatives (moral support and spiritual support), and (4) speaking gently to patients’ relative (speaking gently to patients’ relatives and explaining patients’ health progress by using simple language. In conducting nursing care nurses are expected to show caring manner in providing nursing service. In order that all patients’ needs be it physically or emotionally can be met and nurses motivate patients on the course of their recovery. It will give positive responses from the patients and patients’ relatives in the form of patients’ and their relatives’ satisfaction towards service provided by nurses.

(10)

Judul : Persepsi Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Nadia Safitri S

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan USU NIM : 101101064

=============================================================

ABSTRAK

Perilaku caring merupakan wujud kepedulian perawat yang diberikan melalui perhatian dan kasih sayang perawat kepada pasien dengan harapan agar pasien dapat termotivasi dalam proses kesembuhannya. Perilaku caring merupakan sebuah komitmen perawat yang diberikan perawat dan pelayanan kesehatan sehingga perawat dapat memahami dan mencukupi kebutuhan yang diperlukan pasien untuk pulih. Desain penelitian yang digunakan adalah fenomenologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak tujuh orang partisipan. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang ICU RSUD Dr, Pirngadi Medan. Penelitian ini dimulai dari Januari 2014 sampai Juni 2014, yaitu mulai dari pengambilan data sampai dengan selesai. Analisa data menggunakan metode Giorgi. Tema yang diperoleh peneliti dari ketujuh partisipan adalah empat tema yaitu (1) rasa peduli yang tinggi (sikap yang tulus, dan perawat memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh), (2) penanganan yang cepat tanggap (menangani pasien dengan cepat dan menangani pasien dengan tepat), (3) memberikan dukungan yang tulus kepada keluarga pasien (support moril dan support spiritual), dan (4) berbicara dengan lemah lembut kepada keluarga pasien (berbicara lembut kepada keluarga pasien dan menjelaskan kesehatan pasien dengan bahasa yang sederhana). Dalam pelaksana keperawatan diharapkan perawat dapat berperilaku caring dalam memberikan pelayanan keperawatan. Sehingga semua kebutuhan pasien baik secara fisik maupun emosional terpenuhi dan dapat memotivasi pasien dalam proses pemulihan. Hal ini akan memberikan respon positif dari pasien dan keluarga pasien berupa kepuasan pasien dan keluarga pasien terhadap pelayanan yang diberikan perawat.

(11)

Title : The Perception of Patients’ Relatives towards Caring Treatment in ICU Room of Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan

Researcher : Nadia Safitri S

Department : Faculty of Nursing USU Student’s ID Number : 101101064

============================================================ ABSTRACT

Caring manner is the embodiment of nurses’ concern expressed through attention and affection to patients in the hope that patients feel motivated in their process of healing. Caring manner is a nurses’ commitment provided by nurses and health workers so nurses are able to meet patients’ need in order to recover. Research design used was fenomological that aimed to identify the perception of patients’ relatives regarding caring manner in the ICU room. Data collection technique used was purposive sampling involving seven respondents. This research was conducted in ICU room of RSUD Dr. Pirngadi Medan. This research was commenced in January 2014 up to June 2014, starting from data collection all the way through the completion. Data analysis made use of Giorgi method. Four themes obtained by the researcher from the respondents were (1) great caring (sincerity and nurses holistically meet patients’ needs), responsive handling (handling patients immediately and handling patients properly), (giving heartfelt support to patients’ relatives (moral support and spiritual support), and (4) speaking gently to patients’ relative (speaking gently to patients’ relatives and explaining patients’ health progress by using simple language. In conducting nursing care nurses are expected to show caring manner in providing nursing service. In order that all patients’ needs be it physically or emotionally can be met and nurses motivate patients on the course of their recovery. It will give positive responses from the patients and patients’ relatives in the form of patients’ and their relatives’ satisfaction towards service provided by nurses.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang menggambarkan kesatuan nilai-nilai kemanusian secara menyeluruh. Menurut Watson (1979 dalam Dwidiyanti 2010) tentang Theory Of Human Care, caring merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan dengan tujuan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sehingga membantu proses penyembuhan pasien.

Leininger (1984 dalam Kozier et., al 2010) menyatakan bahwa caring merupakan tindakan asertif, supportif dan fasilitatif yang diberikan seseorang yang memiliki kebutuhan yang nyata atau telah diantisipasi agar memperbaiki dan meningkatkan kondisi individu. Menurut Miller (1995 dalam Kozier et., al 2010) perilaku caring adalah tindakan yang sengaja dilakukan untuk memberikan kenyamanan baik secara fisik maupun emosional serta adanya keterikatan yang tulus terhadap klien.

(13)

tanggung jawab, kecakapan/kemampuan dan tanggung jawab dari klien sebagai penerima perawatan.

Caring adalah bentuk perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien.

Kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang terapeutik (Potter & Perry, 2009). Watson (1985 dalam Kozier et.,al 2010) menyatakan bahwa tindakan caring meliputi komunikasi, tanggapan yang positif dan dukungan oleh perawat.

Menurut Riemen (1986 dalam Wolf et.,al 1998) mendeskripsikan sikap caring perawat terhadap pasien yaitu merespon pada keunikan pasien, perseptif dan supportif pada pasien, kehadiran fisik, memiliki sikap dan perlakuan untuk membuat pasien merasa bernilai sebagai manusia bukan benda, memberikan kenyamanan dan ketenangan, menggunakan suara dan sikap yang lemah lembut, dan menimbulkan perasaan aman pasien.

Menurut Riemen (1986 dalam Wolf et.,al 1998) sikap non caring perawat yaitu perawat hanya melakukan tugasnya, bersikap kasar dan meremehkan pasien, tidak merespon dan menganggap pasien sebagai objek, pasien merasa dipermalukan dan marah. Hal ini didukung oleh penelitian Husein (2006 dalam Abdul, Saleh, Sjattar 2013) didapatkan bahwa 90% pasien mengatakan tidak merasa nyaman berbicara dengan perawat, 84 % dari jumlah tersebut memiliki pengalaman negatif karena perawat tidak memperhatikan kebutuhan pasien, terutama malam hari.

(14)

menyoroti kinerja tenaga-tenaga kesehatan. Adanya keluhan keluarga dan pasien tentang sikap perawat yang dinilai kurang baik seperti judes, tidak ramah, kasar serta tidak berkomunikasi dengan baik kepada pasien. Kecenderungan sikap dan perilaku perawat yang tidak caring terhadap pasien yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.

Menurut Tanjung dan Salbiah (2012) dalam penelitian Harapan Pasien Dalam Kepuasan Perilaku Caring Perawat Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam sebanyak 94,3% pasien yang memiliki harapan terhadap perilaku caring perawat. Hal ini menunjukkan perilaku caring perawat merupakan keinginan pasien ketika perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Hal ini diperkuat dengan penelitian Abdul, Saleh, Sjattar (2013) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Namun masih terdapat 6,2% yang kurang puas dengan perilaku caring perawat dan terdapat 3,1% yang mempunyai persepsi kurang baik tentang perilaku caring perawat (kurang caring) namun merasa puas. Oleh karena itu menunjukkan bahwa pentingnya sikap

caring dan kepedulian perawat dalam melakukan asuhan keperawatan.

(15)

1.2. Perumusan Masalah

Dengan demikian masalah penelitian ini adalah bagaimana persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi keluarga pasien terhadap caring perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan diruang ICU Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian bermanfaat untuk pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, dan riset penelitian selanjutnya.

1.4.1. Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi perawat untuk menerapkan perilaku caring dalam setiap melakukan asuhan keperawatan.

1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

(16)

1.4.3. Bagi Riset Penelitian

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Caring

Caring adalah sentral praktik keperawatan. Caring merupakan suatu cara

pendekatan dinamis yang menjadi tolak ukurnya dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk meningkatkan kepedulian terhadap klien. Caring merupakan cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Menurut Carruth et all (1999 dalam Atmoko 2010) caring didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi serta meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.

Watson (1988 dalam Swanson 1991) mengatakan bahwa caring adalah ideal moral dari keperawatan yang lebih dari sebuah exisestensial philosophy yang dipandang sebagai dasar spiritual. Caring sebagai esensi dari keperawatan yang berarti pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien. Perilaku caring perawat dapat membantu klien untuk berpartisipasi, serta memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.

(18)

Caring menjadi inti moral dan etik keperawatan dalam sebuah tanggung

jawab perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien. Perawat mempunyai respons terhadap apa yang dilakukannya, apakah baik atau tidak baik secara moral.

Caring adalah perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien (Potter

& Perry, 2009). Kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang. Selain itu Mayehoff (dalam Dwiyanti 2010) memandang caring sebagai suatu proses yang tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, rendah hati.

Caring didefinisikan sebagai suatu rasa peduli, hormat dan menghargai orang

lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Menurut Sobel (1989 dalam Dwiyanti 2010) caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia.

(19)

Menurut Leininger (1997 dalam Potter & Perry 2009) caring merupakan kegiatan langsung untuk memberikan dukungan dan fasilitas kepada seseorang dengan mengantisipasi kebutuhan klien untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia tanpa pamrih, dan saling ketergantungan. Menurut Boykin, et al (2003 dalam Priambodo 2013) caring dianggap sebagai sebuah struktur yang mempunyai implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan.

Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali dan mengetahui

masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Selain itu, caring juga membantu perawat mengenali intervensi yang baik dan kemudian menjadi perhatian dan petunjuk dalam melaksanakan caring nantinya.

Menurut Griffin (1983 dalam Priambodo 2013) membagi konsep caring kedalam dua domain utama. Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya. Hal ini meliputi membantu, menolong, dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasien.

2.2. Konsep Teori Caring Kristen Swanson

(20)

hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik. Proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.

Benner (2004 dalam Potter & Perry 2009) mengatakan bahwa hubungan pemberi layanan dapat bersifat terbuka dan tertutup. Peran sebagai perawat dalam pemberi layanan kepada klien bukan hanya sekedar untuk melakukan tugasnya. Ada hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan (asuhan keperawatan) yang terbentuk sejak awal mulai dari saling mengenal sampai timbulnya rasa kepedulian antara perawat dan klien. Empati dan rasa kasihan perawat merupakan bagian alami dari proses setiap pertemuan dengan klien. Akan tetapi hal ini tidak akan terjadi jika tidak ada caring dalam proses tersebut.

Caring merupakan proses bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup (Swanson, 1991).

(21)

2.2.1. Dimensi Caring Menurut Kristen Swanson

Menurut Swanson (1991) ada lima dimensi yang mendasari konsep caring yaitu :

1. Maintaining Belief

Adanya kepercayaan dan keyakinan seseorang dalam melalui proses kehidupan dan masa saat transisi dalam hidupnya untuk menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, menumbuhkan bersikap optimisme, memaknai arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk membantu orang lain dalam batas-batas kehidupannya sehingga dapat menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan.

Subdimensi yang terdapat dalam maintaining belief yaitu: a. Believing In (Percaya / Memegang Kepercayaan)

Perawat mendengarkan keluhan-keluhan pasien dan mempercayai semua yang dirasakan pasien yang mungkin terjadi pada semua orang yang mengalami masa transisi.

b. Offering A Hope-Filled Attitude (Memberikan Harapan)

(22)

c. Maintaining Realistic Optimism (Menawarkan Keyakinan Yang Realistis)

Menunjukkan dan memelihara sikap optimisme perawat dan harapan terhadap masalah yang menimpa klien secara realistis serta mendorong dan meningkatkan sikap optimisme dan harapan yang dimiliki klien.

d. Helping To Find Meaning (Membantu Menemukan Arti)

Membantu klien memaknai hal yang sedang dialami klien sehingga secara perlahan klien dapat memahami dan menerima bahwa setiap orang dapat mengalamimasalah seperti yang dialami klien.

e. Going The Distance (Menjaga Jarak)

Mempererat hubungan dengan klien dengan tetap mempertahankan peran sebagai antara perawat dan klien sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan klien terhadap perawat dan tanggung jawab serta caring secara menyeluruh oleh perawat kepada klien.

2. Knowing

(23)

menggali/mencari informasi klien secara detail, peka terhadap bahasa verbal dan non verbal, memfokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyatukan persepsi antara perawat dan klien.

Subdimensi yang terdapat dalam knowing yaitu: a. Avoiding Assumptions (Menghindari Asumsi)

Menghindari adanya perbedaan asumsi-asumsi dengan menyamakan persepsi antara klien dan perawat.

b. Assessing Thoroughly (Penilaian Menyeluruh)

Melakukan pengkajian secara holistic yaitu berdasarkan aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural.

c. Seeking Clues (Mencari Petunjuk)

Upaya untuk menemukan informasi-informasi yang mendalam dan menyeluruh tentang klien.

(24)

e. Engaging The Self Of Both (Mengikat Diri Atau Keduanya)

Menjalankan fungsi sebagai perawat secara utuh dan saling bekerja sama dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang efektif.

3. Being with

Bukan hanya hadir secara menyeluruh tetapi juga saling berkomunikasi yang bertujuan untuk berbagi apa yang dirasakan klien dan secara emosional memberikan dukungan dan kenyamanan serta memantau klien baik fisik maupun emosional. Subdimensi yang terdapat dalam being with yaitu:

a. Non Burdening (Tidak Membebankan)

Perawat dalam menjalankan tugas bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien untuk melakukan tindakan keperawatan.

b. Convering Availability (Menunjukkan Kesediaan)

Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memberikan fasilitas kepada klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being.

c. Enduring With (Menunjukkan Kemampuan)

(25)

d. Sharing Feelings (Berbagi Perasaan)

Saling berbagi pengalaman hidup yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan klien.

Kunci utama dalam penerapan “Being With” perawat perawat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti.

4. Doing For

Melakukan sesuatu tindakan kepada klien dengan mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.

Subdimensi yang terdapat dalam doing for yaitu: a. Comforting ( Memberikan Kenyamanan)

Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien.

b. Performing Competently (Menunjukkan Ketrampilan)

(26)

c. Preserving Dignity (Menjaga Martabat Klien)

Dalam melaksanakan tugas perawat harus tetap menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.

d. Anticipating ( Mengatisipasi )

Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga.

e. Protecting (melindungi)

Memberikan perlindungan terhadap hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis.

5. Enablings

(27)

Subdimensi yang terdapat dalam enablings yaitu: a.Validating (Memvalidasi)

Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan kepada klien

b. Informing (Memberikan Informasi)

Menjelaskan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.

c. Supporting (Mendukung)

Mendukung klien dalam upaya pencapaian kesejahteraan/well being sesuai kemampuan sebagai perawat.

d. Feedback (Memberikan Umpan Balik)

Memberikan umpan balik atau reward terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan/well being.

e. Helping Patients To Focus Generate Alternatives (Membantu Pasien Untuk Fokus Dan Membuat Alternatif)

(28)

2.3. Perilaku Caring Dalam Praktik Keperawatan

Caring merupakan hasil dari kultur, nilai-nilai, pengalaman dan hubungan

interpersonal. Tindakan caring bermanfaat dalam memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil yang bertujuan untuk meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Selain itu caring juga memperhatikan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat harus selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku caring yang dimiliki perawat (Priambodo, 2010).

Teori caring Swanson (1991 dalam Potter & Perry 2009) menjelaskan tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.

Sikap keperawatan yang berhubungan dengan perilaku caring dalam praktik keperawatan yaitu:

1. Kehadiran (Presence)

(29)

kehadiran secara fisik dengan adanya proses komunikasi antar perawat dan klien. Sedangkan Pederson (1993 dalam Potter & Perry 2009) berpendapat bahwa “ada dengan” dimaknai dengan hubungan interpersonal, peran perawat yang selalu bersedia atau ada di samping klien saat klien membutuhkan. Selalu hadir disaat klien membutuhkan, adanya konta mata, bahasa tubuh, mendengarkan semua keluhan klien, serta adanya dukungan yang diberikan perawat akan membantu klien untuk membentuk suasana baru dan saling terbuka.

2. Sentuhan (Contact)

Sentuhan merupakan suatu bentuk pendekatan yang dapat menenangkan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien dalam memberikan perhatian dan dukungan. Pada saat melaksanakan asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan sentuhan untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada klien, sebagai contoh pada saat pemasangan selang naso gaster atau NGT.

(30)

3. Mendengarkan (Listen)

Mendengarkan merupakan salah satu perilaku caring yang dapat menjadi awal dalam menjalin hubungan interpersonal. Dalam suatu hubungan pelayanan perawat untuk membentuk kepercayaan maka perawat harus dapat mendengarkan keluhan ataupun perasaan klien. Selain itu dengan mendengarkan juga menunjukkan bahwa perawat memiliki ketertarikan dan perhatian penuh kepada klien. Pada saat mendengarkan juga perawat harus dapat memahami apa yang disampaikan klien, mengerti maksud klien dan memberikan respon terhadap apa yang disampaikan klien.

4. Memahami klien

Salah satu proses caring yang dapat dilakukan oleh perawat adalah memahami klien (Swanson, 1991). Menurut Bulfin (2005 dalam Potter & Perry 2009) menyatakan bahwa dengan memahami klien secara menyeluruh akan dapat membantu perawat dalam merespon apa yang menjadi persoalan klien. Memahami klien maka perawat akan terhindar dari asumsi, berfokus pada klien, dan ikut serta dalam hubungan caring dengan klien yang memberikan informasi dan petunjuk untuk dapat berpikir kritis dan memberikan penilaian klinis.

(31)

2.4. Fenomenologi

Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian yang kritis dan menggali fenomena yang ada secara sistematis (Steubert & Carpenter, 2003). Metode ini memahami individu dengan segala kompleksitasnya sebagai makhluk subyektif, melihat manusia sebagai sistem yang berpola dan berkembang. Penelitian fenomenologi berusaha untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu hal atau sejumlah situasi (Dempsey & Dempsey, 2002).

Fenomenologi merupakan suatu ilmu yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena, ataupun kejadian yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Fokus utama fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal ini yang dikaji adalah deskriptif mengenai bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka. Penelitian fenomenologi berusaha mengungkapkan makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari pengalaman individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai suatu fenomena yang dikaji (Saryono & Anggraeni, 2010).

(32)

dan bagaimana pengalaman mereka menafsirkan pengalaman tersebut atau disebut fenomenologi interpretif.

Walaupun terdapat sebuah metode interpretasi fenomenologi, sebuah penelitian deskriptif sering melibatkan empat tahapan yaitu: bracketing, intuiting, analyzing dan describing. (1) bracketing mengacu pada proses mengidentifikasi dan

menahan atau menunda prasangka dan pendapat tentang fenomena yang diteliti. Peneliti berusaha keluar dari berbagai opini peneliti dalam upaya mendapatkan data yang murni. (2) intuiting, terjadi ketika peneliti tetap terbuka untuk memaknai setiap fenomena yang dialami mereka. (3) analisa data, misalnya menyaring percakapan penting, mengkatagorikan dan menbuat arti tentang hal-hal baru dari fenomena. (4) menggambarkan, merupakan tahap menggambarkan ketika peneliti sudah mengerti dan mengartikan fenomena (Polit, Beck, & Hungler, 2001).

Fenomenologi percaya bahwa kehidupan seseorang adalah berharga dan menarik, karena kesadaran seseorang tentang kehidupan tersebut. Dalam sebuah penelitian fenomenologi sumber data utama adalah data percakapan yang mendalam, dengan peneliti dan informan sebagai partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup tanpa memimpin diskusi. selanjutnya dalam percakapan yang mendalam peneliti berusaha memahami kehidupan informan untuk mendapatkan kemudahan untuk memaknai pengalaman hidup mereka (Polit, Beck, & Hungler, 2001).

(33)
(34)

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain fenomenologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan diruang ICU Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan. Pendekatan ini bertujuan untuk mengeksplorasi suatu fenomena tentang persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan. Selain itu fenomenologi tersebut mempunyai keunikan dan perbedaan dari setiap individu sehingga dari pendekatan fenomenologi ini diharapkan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan.

3.2. Partisipan

(35)

Sakit Dr. Pirngadi, Medan.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diruang ICU Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan dengan pertimbangan: (1) bahwa banyaknya masyarakat yang menggunakan layanan kesehatan di Rumah Sakit tersebut dan (2) belum adanya penelitian tentang persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di Rumah Sakit tersebut.

3.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari JanuarI 2014 sampai Juni 2014, yaitu mulai pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan data.

3.4. Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan memperoleh ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Keperawatan

(36)

nama partisipan (anonymity). Nama partisipan akan diganti dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan. Selain itu, identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality), hanya informasi yang diperlukan yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara yang telah divalidasi oleh dosen dengan memeriksa panduan wawancara. Hasil dari uji validitas tersebut adalah panduan wawancara yang yang terdiri empat pertanyaan yang diajukan seputar persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan. Dan untuk melengkapi data tambahan, diperlukan Kuesioner Data Demografi (KDD), yang berisi pernyataan mengenai data umum partisipan pada lembar pengumpulan data/kuesioner (lihat lembar lampiran 3).

3.6. Pengumpulan Data

(37)

pertemuan dan untuk mendapat persetujuan sebagai partisipan penelitian. Sebelum memulai wawancara, peneliti melakukan pendekatan dengan teknik prolonged engagement kepada partisipan dengan pertemuan 1-2 kali yang bertujuan untuk

menumbuhkan hubungan saling percaya dan mendapatkan persetujuan oleh partisipan. Peneliti memperkenalkan diri serta maksud dan tujuan dari penelitian.

Setelah memperoleh persetujuan dari partisipan untuk melakukan wawancara kemudian partisipan menandatangani informed concert dan mengisi kuesioner data demografi. Selanjutnya peneliti memulai melakukan wawancara mendalam atau in-depth interview dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Wawancara akan

dilakukan selama kurang lebih 60 menit selama kurang lebih 1-2 kali pertemuan dan merekam hasil wawancara dengan menggunakan handphone.

Kemudian peneliti melakukan pilot study atau uji coba instrumen penelitian dilakukan pada pengumpulan data partisipan pertama. Maksudnya untuk mengetahui apakah instrument tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dapat dipahami, dan sebagainya.

(38)

3.7. Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam riset fenomenologi meliput i data hasil wawancara dengan subjek studi untuk menemukan tema atau kategori pengalaman yang dipandang dari perspektif subjek (Dempsey & Dempsey, 2002). Proses analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Setiap selesai wawancara peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara dilengkapi dengan catatan lapangan, kemudian transkrip tersebut dibaca berulang kali.

Peneliti menggunakan metode Giorgi dalam menganalisa data. Proses analisa menurut Giorgi (1985 dalam Polit, Beck & Hungler 2001) meliputi: (a) membaca seluruh kumpulan protokol untuk mendapatkan pengertian semua penilaian serta membuat daftar (b) mendiskiriminasikan bagian-bagian dari gambaran partisipan terhadap suatu fenomena yang sedang dipelajari, (c) memaknai sisi psikologis dari masing-masing pengertian, (d) mengumpulkan seluruh perubahan masing-masing pengertian menjadi sebuah pernyataan utuh yang berhubungan dengan partisipan.

3.8. Tingkat Kepercayaan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Lincoln & Guba, 1985). Kredibilitas merupakan kriteria untuk

(39)

partisipan, sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki keterkaitan yang lama sehingga akan semakin akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai. Dengan demikian, informasi yang diperoleh akan lebih lengkap. Peneliti juga melakukan member checking yaitu peneliti melakukan pemeriksaan tema yang peneliti peroleh

kepada partisipan sehingga hasil dari wawancara yang berbentuk transkip yamg ditunjukkan kepada partisipan untuk melihat kebenarannya.

Langkah selanjutnya adalah confirmability yang dilakukan dengan memperlihatkan seluruh transkip dan catatan lapangan, tabel analisa tema kepada pembimbing lalu berdiskusi bersama untuk menentukan tema dari hasil penelitian yang disusun dalam bentuk skema tema.

Dependability digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh

oleh peneliti. Hal ini dilaksanakan dengan cara peneliti melibatkan pembimbing sebagai peneliti lain yang mengaudit cara dan hasil penelitian mulai dari penentuan masalah, pengambilan data penelitian, analisa data dan uji keabsahan data sampai dengan pembuatan kesimpulan.

Transferability dilakukan dengan cara peneliti menulis laporan penelitian

(40)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di Ruang ICU. Ketujuh partisipan yang diteliti merupakan keluarga dari pasien yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi dan memiliki pengalaman berkomunikasi secara langsung kepada perawat di ruang ICU rumah sakit tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara mendalam menggunakan handphone.

4.1.1. Karakteristik Partisipan

Ketujuh partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai dan menandatangani informed concert sebelum dilakukan wawancara sebagai bukti bahwa partisipan

(41)
(42)

4.1.2. Persepsi Keluarga Pasien Terhadap Perilaku Caring Perawat Di Ruang

ICU

Hasil penelitian ini menemukan empat tema terkait persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU yaitu rasa peduli yang tinggi, penanganan cepat tanggap, memberikan dukungan yang tulus, dan berbicara dengan lemah lembut kepada keluarga pasien.

1. Rasa Peduli Yang Tinggi

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa keluarga pasien mengutarakan tentang sikap yang tulus dan perawat memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh

1.1. Sikap Yang Tulus

Seluruh partisipan menyatakan bahwa menurut mereka perilaku caring perawat sangat penting dalam praktek pelayanan keperawatan baik untuk pasien maupun keluarga pasien. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“…Bagaimana sikap dan tingkah laku suster ke pasien itu harus merawat atau memberikan pelayanan dengan tulus dan ikhlas.”

(Partisipan 1)

“…kalau perawat itu harus memperhatikan pasien baik dari pengobatan fisik atau pun apa yang dirasakan sama pasien gak cuma sekedar ngobati aja pasti pasien termotivasi untuk sembuh.”

(Partisipan 2)

“…Menurut saya dek keperdulian itu seperti memperhatikan pasien dengan tulus, merawat pasien sebaik-baiknya, serta jangan melalaikan tugas dan tanggung jawab mereka, dan lagi perawat harus bisa memahami apa yang diperlukan pasien terlebih di ruang icu kan dek namanya aja ruang intensive unit care tentu semuanya perlu diperhatikan dengan baik pasien-pasiennya.”

(Partisipan 3)

(43)

Salah satu dari tujuh partisipan mengatakan bahwa perawat harus memenuhi kebutuhan pasien baik secara fisik maupun mental. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk kesembuhan pasien seperti pernyataan partisipan berikut:

“…memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh serta memperhatikan pasien dan semua kebutuhan pasien untuk

kesembuhannya.” (Partisipan 1)

2. Penanganan Cepat Tanggap

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa semua partisipan mengatakan persepsi mereka menangani pasien dengan cepat dan menangani pasien dengan tepat.

2.1. Menangani Pasien Dengan Cepat

Seluruh partisipan mengatakan bahwa mereka menginginkan pasien ataupun keluarga mereka yang sedang sakit dirawat atau ditangani dengan segera. Hal ini mereka sampaikan melalui pernyataan berikut ini:

“…saya paling suka dari pelayanan nya ya cepat tanggap kalau ada pasien yang baru datang langsung dikasih pengobatan waktu baru masuk ke ruangan ini, dipasang alat-alat yang kata suster nya untuk mantau kondisinya kakak saya.”

(Partisipan 1)

“…Waktu saya pertama datang kesini mamak saya dilayani di tangani dengan cepat kami gak harus menungu-menunggu untuk ditangani sama mereka, mamak saya pun ditolong secepatnya sama suster-suster dan dokter waktu datang kesini,disitu kita masukkan langsung dipegang di tangani. Pelayanannya langsung tidak kita tunggu-tunggu sampai besok-besok langsung hari itu juga.”

(Partisipan 2)

(44)

keruangan ICU, gak masalah ibuk bilang yang penting cemana bagus nya kan gitu yaudah langsung di bawa obat-obat pun terus lah langsung.”

(Partisipan 5)

2.2. Menangani Pasien Dengan Tepat

Menurut seluruh partisipan seorang perawat mampu menentukan perawatan yang tepat untuk pasien. Karena ini dapat menunjukkan tingkat pengetahuan dan sejauh mana pengalaman perawat dalam merawat pasien. Hal ini dapat dilihat dari penyataan berikut:

“…mamak saya ditangani dengan baik sesuai prosedur yang diperlukan sama mamak saya.”

(Partisipan 2)

“…mereka kasih perawatan yang tepat sesuai yang dibutuhkan sama mama saya.”

(Partisipan 3)

“…malahan mau nanti kita nanti jam nya minum obat meleset kan gitu kalo orang itu enggak ibuk tengok bagus minum obatnya tepat.”

(Partisipan 5)

3. Memberikan Dukungan Yang Tulus Kepada Keluarga Pasien

(45)

3.1. Dukungan Moril

Seluruh partisipan mengatakan bahwa perawat-perawat di ruang ICU memberikan dukungan moril atau semangat kepada mereka dalam menghadapi situasi dan kondisi yang mereka alami. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan:

“…mereka juga menyemangati kakak saya buat sembuh, serta mengatakan kepada saya dan keluarga saya untuk tidak usah khawatir dan takut sama kondisi kakak saya karena kakak saya pasti bisa sembuh, selain itu juga mereka mengatakan kakak saya dimasukkan keruangan ini biar dirawat betul- betul biar cepat sembuh”

(Partisipan 1)

“…pokoknya orang itu semangat lah sama anak itu kalau pun membilangkan sama ibuk kalo pun membilangkan pokok nya semangat aja buk si Cinta pasti sehat lah buk pokonya ibuk doa-doakan aja terus macam Cinta itu dikasih orang itu juga semangat kan “Cinta bangun minum obat biar sembuh nak” kata orang itu, orang itu juga bilang ke ibuk pun gitu juga ibuk yang semangat ya buk jangan di depan Cinta itu nangis-nangis sedih-sedih kata orang itu cemana biar Cinta ini sehat bilang orang tu juga nanti kalau kita masuk diam orang itu”

(Partisipan 5)

“…ya mereka sabar-sabarkanlah kita supaya diluarpun kita nunggunya tenang, dibilang juga sama orang itu gak boleh patah semangat terus diingatkan jangan sedih kalau ke ruangan itulah mereka kasih semangat, kadangkan ibu suka nangiskan itu kata perawatnya ga boleh nangis tengok anak saya nanti anak saya juga sedih saya harus sabar gitu kata mereka tapi yang namanya anak pulak yang kayak gitu kondisinya berat rasa saya

(Partisipan 7)

3.2. Dukungan Spiritual

(46)

kepada Tuhan, dapat membantu keluarga pasien untuk lebih tenang dan berpikir positif saat menunggu pasien diluar ruangan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan pasien berikut:

“…kami juga diingatkan dan disuruh banyak-banyak berdoa buat kakak saya supaya kakak saya cepat sembuh ya diingatin gitu dek kalau semua usaha itu harus meminta sama Tuhan supaya hasilnya maksimal., yang saya lihat sih tulus ya terus juga mau ingatin supaya berdoa sama Tuhan selain kita berusaha pengobatan”

(Partisipan 1)

“…jadi cuman itulah banyak banyak lah buk sabar kata orang ini istigfar, kalo kita memang agama islam ya kita sholat gitu-gitu lah kita ingat sama yang kuasa lah kita kan udah berusaha semua kan ada yang mengatur pokoknya seringlah ya apa ag ama kita itulah kita panjatkan sama yang kuasa karena ibuk pun diluar ibuk banyak istigfar ibuk banyak berzikir terus bilangkan ke bapak juga katanya gitu harus sabar banyak banyak berdoa semua itu ujian katanya gitu Allah ngasih penyakit pasti dia ngasih kesembuhan

katanya gitu.”

(Partisipan 6)

“…saya dibilang suruh sabar bertawakal sama Allah ya saya banyak berdoa ajalah dek cuma ya itulah dibilang harus kuat harus sabar gak boleh lupa berdoa sama Allah disuruh nya baca Bismillah 100x Al-Fatihah 100x Ayat Kursi 100x Yasin kalau perlu 100 x juga, kalau perlu nengok di baca Al-Fatihah itukan singkat ke kupingnya pokoknya mereka mengingatkan lah untuk ingat Tuhan terus sabar kalau sholat kita jangan lupa juga didoakan supaya cepat sembuh lah anak kita itu.”

(Partisipan 7)

4. Berbicara dengan lemah lembut Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien

(47)

meliputi berbicara lembut kepada pasien dan keluarga pasien dan menjelaskan informasi kesehatan pasien dengan bahasa yang sederhana.

4.1. Berbicara Lembut Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien

Komunikasi merupakan dasar dari suatu hubungan antara pasien maupun keluarga pasien dengan perawat dalam praktek pelayanan keperawatan. Dan komunikasi ini mempengaruhi kualitas suatu pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari penyataan berikut:

“…Mereka mau menyapa kami kalau kami berkunjung terus saya juga kalau besuk sering nanya-nanya keadaan kakak saya mereka jawabnya sabar, bilang ke sayanya kan dek pelan-pelan dan jelasin bahasanya juga yang bisa saya mengerti kadang kalau bicara sama orang itu suka nengok-nengok kesana kemari tapi kalau mereka itu enggak dek mereka lihat ke kita jadi kayak bener-bener dengarin terus mau bersosialisasi sama kami, kadangkan waktu jam besuk itu kan jam nya istirahat makan siang jadi kadang kalau saya atau keluarga saya nengok kakak saya mereka nanya uda makan atau belum atau waktu jam kunjungan kalau lihat keluarga saya yang jarang menjaga kakak saya di rumah sakit ini mereka mau nanyain keluarga saya.”

(partisipasi 1) “…kalau ngasih obat kalo pun belum bangun dibangunin “cinta minum obat dulu nak yaa” gitu pokoknya cemana ibuk bilang bagus lah nantikan pas ibuk mau nengok nanti dulu buk Cinta kan mau minum obat nantikan mau minum susu nanti nanti pagi bilang buk Cinta mau dimandiin ibuk gak boleh dulu masuk biar diberesin kan gitu nantipun ibuk duduk sini orang itu nanya kok melamun mama cinta yang penting sembuhnya itu cinta gitu aja orang itu kalau pun orang itu dari luar mau masuk ibuk pasti di tegur kan jangan serius apa yang dilamunkan buk sicinta itu sehatnya sembuhnya.”

(Partisipan 5)

(48)

anak saya pun koma terus mereka ngomong ke ibu pun baik mau senyumkan kalau ibu masuk mau juga ajak ibuk ngomong.. gitu lah dek apa yang kita tanya mau orang itu kita jelasin.”

(partisipan 7)

4.2. Menjelaskan Informasi Kesehatan Pasien Dengan Bahasa Yang Sederhana Sebagai perawat bukan hanya bertugas untuk melakukan tindakan keperawatan tetapi juga memberikan masukan ataupun menjelaskan kondisi pasien kepada keluarga pasien. Hal ini dapat dilihat dari penyataan partisipan berikut:

“…Mereka juga mau memberikan masukan kayak gitu dek dia menjelaskan bagaimana itu tindakannya sama menyarankan kami supaya mamak kami itu melakukan tindakan prosedur itu, berarti mereka mau kasih pengobatan yang terbaik buat kami mereka mau menyarankan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan buat mamak saya dan lagi apa yang kurangnya mereka langsung bilang sama kami apa yang diperlukan mamak saya dek jadi kami pun yang jaga langsung bisa Menuhin.”

(Partisipan 2)

“…Apa yang kurangnya mereka langsung bilang sama kami apa yang diperlukan mamak saya dek jadi kami pun yang jaga langsung bisa menuhin terus selama yang saya lihat waktu nengok mamak saya suster-susternya baik sama mamak saya masih mau di ajak mereka mamak saya ngomong padahal mamak saya kondisinya kayak ga sadar gitu ya namanya keluarga pasien terus mamak saya pula yang dirawat jadi saya juga sering nanya-nanya mereka mau jawab baik-baik dek.”

(49)

nengok orang itu yang ngapain anak awak itu kan gitu.”

(50)

4.2. PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan tentang hasil pembahasan hasil penelitian ini dengan literatur yang berhubungan dengan persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di Ruang ICU yang meliputi rasa peduli yang tinggi, penanganan cepat tanggap, memberikan dukungan yang tulus, dan berbicara dengan lemah lembut kepada keluarga pasien.

A. Interpretasi Dan Hasil Diskusi

1. Rasa Peduli Yang Tinggi

Kepedulian merupakan salah satu bentuk dari perilaku caring yang dapat diberikan kepada pasien maupun keluarga pasien dalam praktek pelayanan keperawatan. Salah satu contoh kepedulian perawat yaitu dengan memberikan perhatian. Menurut Singgih dkk (2012 dalam Abdul, Saleh, Sjattar 2013) mengatakan bahwa perawatan yang efektif hanya dapat dilakukan oleh seorang perawat yang memberikan minat terhadap orang lain, tanpa menghiraukan umur, jenis kelamin, latar belakang dan status sosial ekonomi.

Dari hasil penelitian, diperoleh keperdulian perawat terhadap pasien yang diutarakan oleh partisipan meliputi sikap yang tulus dan perawat memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh.

1.1. Sikap Yang Tulus

(51)

memotivasi pasien dalam proses penyembuhan, dan memahami kebutuhan dan kondisi pasien.

Caring merupakan memberikan perhatian kepada pasien dengan sepenuh hati

(Potter & Perry, 2009). Artinya perawat harus memberikan perhatian kepada pasien bukan hanya melihat kondisi fisik atau penyakit pasien saja. Selain itu sebagai perawat juga harus menjalankan peran dan funginya dengan baik termasuk dalam hal melakukan tugas-tugas keperawatan. Caring dapat dimaknai sebagai menjaga hubungan dengan orang lain, terhadap yang satu merasa bertanggung jawab pada suatu pekerjaan yang akan dinilai oleh orang lain (Swanson, 1991). Menurut Nurachmah (2001 dalam Hafsyah 2011), dengan caring perawat memberikan komitmen dan pelayanan sebagai pusat perhatian dan inti dari keperawatan sebagai kemampuan memahami sikap dan kebutuhan serta keinginan pasien.

(52)

1.2. Memenuhi Kebutuhan Pasien Secara Menyeluruh

Salah satu fungsi perawat adalah mampu melihat pasien secara kompleks. Artinya perawat harus dapat memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh termasuk kebutuhan akan proses kesembuhan pasien baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan teori Swanson (1991), dimensi caring yaitu doing for, yang memiliki makna dapat melakukan tindakan kepada pasien dengan mengantisipasi semua kebutuhan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat pasien.

Menurut peneliti, sebagai perawat harus dapat melihat segala kebutuhan pasien dari berbagai aspek biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Sehingga perawat dapat menentukan kebutuhan apa yang sebenarnya diperlukan oleh pasien selain kebutuhan fisik atau pengobatan. Perawat tidak terbatas hanya melakukan asuhan keparawatan berdasarkan kebutuhan fisik pasien saja melainkan dapat memberikan asuhan keperawatan untuk mental dan spiritual pasien juga.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa partisipan mengatakan bahwa mereka menginginkan perawat memperhatikan dan memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh guna membantu proses kesembuhan bagi sipasien. Hal ini didukung oleh teori Swanson (1991) pada subdimensi caring yaitu convering availability, dimana hal ini dimaksudkan bahwa perawat menunjukkkan kesediaannya

(53)

2. Penanganan Yang Cepat Tanggap

Perawat dituntut untuk dapat menangani pasien dengan segera terutama di ruangan yang membutuhkan penanganan khusus atau intensive seperti ruang ICU. Perawat dengan pengalaman yang banyak, kemampuan skill yang baik dan memiliki kecekatan dalam bekerja akan dapat memberikan penanganan yang cepat tanggap kepada pasien. Penanganan yang cepat harus diikuti dengan pengetahuan dan kemampuan untuk dapat mengambil keputusan sehingga perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa seluruh partisipan mengemukakan persepsi mereka tentang bagaimana penanganan pesien yang cepat tanggap meliputi menangani pasien dengan cepat dan menangani pasien dengan tepat.

2.1. Menangani Pasien Dengan Cepat

Perawat merupakan pemberi pelayanan keperawatan kepada semua masyarakat tanpa melihat usia, jenis kelamin dan status sosial ekonomi. Untuk itu perawat harus dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien maupun keluarga pasien. Hamid (2001 dalam Rosmawar 2009) mengatakan bahwa untuk mencapai pelayanan yang berkualitas, perawat membutuhkan keterampilan dan kecekatan serta kesiapsiagaan dari perawat dalam menangani pasien, kondisi ini akan membuat seorang perawat akan lebih mudah mengalami stress.

(54)

mereka dengan cepat pada saat pasien datang ke ruang ICU, dan perawat langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien tanpa harus menunggu lebih lama.

Menurut peneliti, perawat harus meningkat kemampuan sehingga dapat langsung menentukan tindakan yang akan diberikan kepada pasien. Menurut Wilde (2009 dalam Sabriyati, dkk 2012) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit jantung. Pasien ataupun keluarga pasien tentu menginginkan pasien untuk diberi tindakan atau ditangggapi kondisinya dengan segera. Sehingga peluang kesembuhan pasien lebih besar, memberikan rasa tenang bagi pasien dan keluarga pasien dan dapat mengurangi beban biaya perawatan pasien di rumah sakit.

2.2. Menangani Pasien Dengan Tepat

(55)

kemampuan perawat saat menentukan dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien sesuai dengan kondisi penyakit dan kebutuhan pasien.

Menurut peneliti, kemampuan perawat memberikan asuhan keperawatan tepat dapat mencegah terjadinya tindakan negatif seperti kelalaian menjalankan tugas. Seorang perawat wajib memberikan asuhan keperawatan sesuai prosedur atau kebutuhan pasien. Seperti pemberian obat kepada pasien yang harus sesuai dengan resep yang telah diberikan oleh dokter yang menangani dan memperhatikan waktu pemberiannya.

3. Memberikan Dukungan Yang Tulus Kepada Keluarga Pasien

Perilaku caring dapat terlihat pada perawat antara lain, memberi rasa nyaman, perhatian kasih sayang, peduli, pemeliharaan kesehatan, memberi dorongan, empati, minat, cinta, percaya, melindungi, kehadiran, mendukung, memberi sentuhan dan siap membantu serta mengunjungi pasien (Potter & Perry, 2009). Menurut peneliti, perawat bukan hanya mengobati penyakit pasien saja tetapi harus memperhatikan respon emosional pasien maupun keluarga pasien. Dengan demikian perawat akan dapat memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien maupun keluarganya terhadap kondisi yang mereka alami.

(56)

pasien adalah segera setelah pasien berada di ICU (just after the patients admission to the ICU).

3.1. Dukungan Moril

Berdasarkan hasil penelitian, ketujuh partisipan mengatakan bahwa perawat memberikan semangat atau menyemangati pasien dan keluarga pasien dan meminta keluarga pasien untuk tidak patah semangat dalam menghadapi situasi mereka. Hal imi sesuai dengan tiga kebutuhan dasar yang diperlukan oleh keluarga pasien (Three Basic Need Of The Family), dimana salah satu poinnya adalah kebutuhan akan

adanya jaminan tentang adanya dukungan (the need for reassurance/support) (Azizahkh, 2010). Artinya keluarga pasien memerlukan sumber dukungan lain seperti motivasi dan dukungan semangat dari orang lain (perawat) untuk mengurangi beban fisik maupun mental yang mereka rasakan.

(57)

Dengan menerapkan subdimensi caring yaitu sharing feeling yaitu dengan melakukan kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat dapat membentuk suasana keterbukaan dan saling mengerti antara perawat dan pasien maupun keluarga pasien (Swanson, 1991).

3.2. Dukungan Spiritual

Menurut Watson (2004 dalam Juliani 2009), menyatakan caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus serta sentral dari praktik keperawatan yang dilandaskan pada nilai-nilai kebaikan, perhatian, kasih terhadap diri sendiri dan orang lain serta menghormati keyakinan spiritual klien. Artinya perawat tidak dapat mengesampingkan aspek spiritual dalam praktek pelayanan keperawatan dan harus berusaha memenuhi kebutuhan spiritual pasien.

Perawat perlu memahami pasien dan keluarga pasien dari segala aspek, termasuk saat memberikan dukungan ataupun motivasi kepada pasien dan keluarga pasien. Dukungan yang diberikan perawat tidak terbatas pada dukungan moril saja tetapi juga dukungan spiritual yang sesuai dengan keyakinan yang dianut oleh pasien dan keluarganya.

(58)

menumbuhkan sikap optimisme dan pasien mampu mengambil hikmah terhadap apa yang terjadi adalah kehendak YME dan dapat menjadikan pasien dan keluarga lebih dekat kepada sang Pencipta. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang merupakan bagian dari caring dalam praktek keperawatan (Swanson, 1991).

Berdasarkan hasil penelitian, partisipan mengutarakan bagaimana perawat memberikan dukungan spiritual kepada mereka yang dapat disimpulkan bahwa perawat mengingatkan dan meminta keluarga pasien untuk tidak lupa berdoa dan meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk memberikan kesembuhan kepada pasien. Pemenuhan kebutuhan spiritual dilakukan dengan memotivasi pasien untuk melakukan ibadah, membimbing pasien dan keluarganya untuk menerima sakitnya dengan perasaan sabar, menyarankan pasien dan keluarganya untuk berdoa agar lekas sembuh (Praptianingsih, 2007 dalam mulyatina 2012)

4. Berbicara Dengan Lemah Lembut Kepada Pasien Dan Keluarga Pasien

(59)

dan keluarganya maupun dilihat dari keterlibatan pelayanan secara langsung kepada pasien

Seorang perawat ketika memberikan pelayanan kepada pasiennya disamping melalui diagnosa obat yang disarankan oleh dokter, perawat juga melakukan pendekatan-pendekatan yang mendukung proses kesembuhan penyakit pasien secara pribadi dengan melakukan komunikasi secara pribadi baik secara verbal maupun non verbal (Watik, 1998 dalam Sholilah 2011).

Menurut hasil penelitian, diperoleh bahwa partisipan mengatakan persepsi mereka tentang bagaimana perawat berbicara baik dan sopan kepada keluarga pasien yang meliputi berbicara lembut kepada keluarga pasien dan memberikan penjelasan informasi kesehatan pasien dengan bahasa yang sederhana. Namun dalam melakukan penelitian ini masih terdapat beberapa tema yang belum dapat teridentifikasi oleh peneliti.

4.1. Berbicara Lembut Kepada Pasien dan Keluarga Pasien

Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem verbal (kata-kata) dan nonverbal (Nugroho, 2009). Komunikasi sangat penting saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dan saat berbicara kepada keluarga pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien (Hardhiyani, 2013)

(60)

2007, dalam Hermawan 2009). Perawat yang terapeutik berarti dalam melakukan interaksi dengan klien atau pasien, interaksinya tersebut memfasilitasi proses penyembuhan. Sedangkan hubungan terapeutik artinya adalah suatu hubungan interaksi yang mempunyai sifat menyembuhkan, dan tentu saja hal ini berbeda dengan hubungan sosial (Nurjannah, 2005 dalam Hardhiyani 2013).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa partisipan mengatakan perawat berbicara dengan baik dan sopan kepada keluarga pasien baik saat meminta keluarga pasien untuk keluar ruangan maupun saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh keluarga pasien maupun pasien. Menurut peneliti komunikasi teraupetik sangat penting dalam melaksanakan pelayanan keperawatan. Pasien maupun keluarga pasien sangat peka terhadap bagaimana cara perawat berbicara dan hal ini dapat menjadi acuan bagi mereka penerima layanan merasa nyaman ataupun dapat terbuka kepada perawat.

(61)

Pasien sangat membutuhkan banyak dukungan dan bantuan dari diri orang lain yang ada disekitarnya, dukungan informasi sangat diperlukan bagi pasien untuk mendapatkan petunjuk dan informasi yang dibutuhkan (Smet, 1994 dalam Hardhiyani 2013). Menurut teori dari Stuart (Perry & Potter, 2005) komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan yang terapeutik, karena dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi, pertukaran perasaan dan pikiran.

(62)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh peneliti, menurut ketujuh partisipan mengenai persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU terdapat empat tema yaitu: (1) rasa peduli yang tinggi (sikap yang tulus, dan perawat memenuhi kebutuhan pasien secara menyeluruh), (2) penanganan yang cepat tanggap (menangani pasien dengan cepat dan menangani pasien dengan tepat), (3) memberikan dukungan yang tulus kepada keluarga pasien (support moril dan support spiritual), dan (4) berbicara dengan lemah lembut kepada keluarga pasien (berbicara Lembut kepada keluarga pasien dan menjelaskan kesehatan pasien dengan bahasa yang sederhana).

(63)

Hasil penelitian ini menambah wawasan kita dan pandangan tentang persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU sehingga sebagai perawat kita dapat lebih memahami keinginan pasien maupun keluarga pasien dan dapat meningkatkan pemahaman serta mempraktekkan secara langgung perilaku caring kepada pasien saat melayani pasien. Untuk itu diharapkan kita memiliki pemahanan tentang perilaku caring perawat dan manfaatnya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat, peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

5.2.1. Praktek Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan diharapkan melakukan evaluasi secara berkala terhadap respon atau tanggapan pasien dan keluarga pasien terhadap perilaku caring yang diberikan perawat selama memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.

5.2.2. Instansi Pendidikan

(64)

5.2.3. Penelitian Keperawatan

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul., Saleh, A., dan Sjattar, E. L. (2013). Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap rumah Sakit. Dibuka pada

tanggal 19 September 2013. http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/e403ff6b6bf1791519e89042e6af03a2.pdf.

Atmoko, R. Y. (2010). Caring Dalam Konsep Keperawatan. Dibuka pada tanggal 05 Desember 2013. http://dummiesboy.wordpress.com/2010/11/18/caring-dalam-konsep-keperawatan/.

Azizahkh. (2010). Family Focus Center. Dibuka pada tanggal 24 Juni 2014. http://azizahkh.wordpress.com/2010/04/23/family-focus-center/.

Dewi, M.P. (2013). Pengelolaan Pelayanan Keperawatan. Dibuka pada tanggal 24

juni 2014. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37225/4/Chapter%20II.pdf.

Dempsey, P. A., & Dempsey, A. D. (2002). Riset Keperawatan, Edisi 4, Alih Bahasa Papilu Widyastuti. Jakarta: EGC

Dwiyanti, M. (2010). Konsep Caring. Dibuka pada tanggal 13 Oktober 2013. http://staff.undip.ac.id/psikfk/meidiana/2010/06/04/konsep-caring/.

Hafsyah, Laila. (2011). Hubungan Perilaku Caring Yang Dilakukan Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Klien Di Ruang Penyakit Dalam RSUD Pariaman Tahun 2011. Dibuka Pada Tanggal 24 Juni 2014. http://repository.unand.ac.id/17991/1/PENELITIAN.pdf.

Hardhiyani, R. (2013). Hubungan Komunikasi Theraupetic Perawat Dengan Motivasi sembuh Pada Pasien Rawat Inap Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kalisari Batang. Dibuka pada tanggal 24 juni 2014. http://lib.unnes.ac.id/17243/1/1550408044.pdf.

Hermawan, A.H. (2009). Persepsi Pasien Terhadap Pelaksanaan KOmunikasi Teraupetik Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Kepada Pasien Di Unit Gawat Darurat RS.Mardi Rahayu Kudus. dibuka pada tanggal 25 Juni 2014. eprint.undip.ac.id/10473/1/ARTIKEL.pdf.

(66)

Juliani, E. (2009). Hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan pelaksanaan perilaku caring menurut persepsi klien di IRNA lantai jantung Rumah Sakit Husada Jakarta. Dibuka pada tanggal 24 Juni 2014. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124770...Hubungan%20Beban-HA.pdf.

Kozier et al. 2010. Buku Ajar FundaMental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik, Ed 7, Vol 1. Jakarta: EGC

Lachman, V.D. (2012). Applying the Ethics of Care to Your Nursing Practice. Medsurg Nursing Journal volume 21 No 2. Dibuka pada tanggal 05 Desember 2013

httpwww.nursingworld.orgMainMenuCategoriesEthicsStandardsResourcesAp plying-the-Ethics-of-Care-to-Your-Nursing-Practice.pdf.

Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly hills: Sage Publications

Mulyatina. (2012). Pengaruh Kondisi Kerja Terhadap Asuhan Keperawatan Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh. Dibuka pada tanggal 24 juni 2014. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31493/4/Chapter%20I.pdf.

Nugroho, A.W. (2009). Komunikasi Interpersonal Antara Perawat Dan Pasien.

Dibuka pada tanggal 25 Juni 2014. http://eprints.uns.ac.id/7994/1/144301308201009341.pdf.

Pane, T.H. (2012). Gambaran Kebutuhan Keluarga Pasien Yang Menunggu Keluarganya Di Ruang Rawat ICU RSUP Haji Adam Malik Medan. Dibuka

pada tanggal 24 juni 2014.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31771/7/chapter%201.pdf. Polit, D. F., Beck, C. T., & Hungler, B. P. (2001). Essensials of nursing research (5 th

ed). Philadelphia: Lippincott.

Polit, D. F., & Hungler, B. P. (1997). Essensials of nursing research (4 th ed). Philadelphia: Lippincott- Raven Publisher

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi 4. Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,

Gambar

Tabel 4.1.

Referensi

Dokumen terkait

Sahabat-sahabatku Bebol, Mega, Citra yang selalu menemani penulis, dan Steffen yang sudah berkenan menjadi mentor, teman-temanku, dan Anak-anak Psikologi angkatan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan karuniaNya, sehungga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Pengaruh Struktur

Hal ini dapat ditempuh dengan menerapkan model pembelajaran CTL dimana model ini berupaya membawa pemikiran peserta didik untuk lebih memahami makna dari suatu

Lebih dari itu, pendekatan ini menggabungkan pendekatan-pendekatan lain dalam psikoterapis, diantaranya psikoanalisis dengan behavioristik, atau terapi-kognitif

Indonesian scholars who have graduated from an Australian university and has a PhD, Masters by research or with a substantial project component and an interest in developing

Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah sehingga didefinisikan secara operasional agar menjadi petunjuk dalam penelitian ini yaitu : 1) Strategi pe- masaran

Aji Sujatman , 201310225086, Fakultas Teknik Program Studi Teknik Informatika Universitas Bhayangkara Jakarta R aya, judul skripsi “ Sistem Pendukung Keputusan

(1) Pendekatan PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara maternatika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang