• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gangguan Obsesif Kompulsif

Dalam dokumen Referat Gangguan Cemas (Halaman 43-47)

2.3.1. Definisi

Gangguan Obsesif-Kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress atau hendaya yang bermakna. Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, idea, impuls yang berulang dan intrunsif. Kompulsif adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadar iseperti menghitung, memeriksa dan menghindari. Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil meredakan ketegangan. Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan kompulsi tidak beralasan sehingga bersifat ego distonik.1,2

2.3.2. Epidemiologi

Prevalensi gangguan obsesi kompulsi sebesar 2 – 2,4 %. Sebagian besar gangguan dialami pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun), tetapi bisa terjadi pada masa kanak. Perbandingan laki-laki : perempuan = 1 : 1.6

Gangguan Cemas 44

2.3.3. Etiopatogenesis

Penyebab gangguan obsesi kompulsi bersifat multifaktorial, yaitu interaksi antara factor biologik, genetik, dan faktor psikososial.2,6

2.3.4. Tanda dan Gejala

Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran tertentu seperti : 1. Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan ke dalam kesadaran

individu

2. Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh 3. Obsesi dan kompulsi yang egoalien

4. Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang abstrak dan irasional

5. Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan kuat untuk melawan

Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi yaitu : 1. Kontaminasi

Pola yang paling sering adalah obsesi tentang kontaminasi, yang diikuti oleh perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari obyek yang dicurigai terkontaminasi.

2. Sikap ragu-ragu yang patologik

Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-ragu yang diikuti dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang situasi berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu rumah).

3. Pikiran yang intrusif

Pola yang jarang adalah pikiran yang intrunsif tidak disertai kompulsi, biasanya pikiran berulang tentang seksual atau tindakan agresif.

Gangguan Cemas 45 Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga bertindak lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam, atau mencukur kumis dan janggut.

Pola yang lain : obsesi bertemakan keagamaan, trichotillomania, dan menggigit-gigit jari.6,7,8

2.3.5. Pedoman Diagnostik

Kriteria diagnosis menurut DSM-IV : A. Salah satu Obsesif atau kompulsif Obsesi didefinisikan sebagai berikut :

1. Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap yang intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang ada selama periode gangguan.

2. Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang nyata.

3. Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain atau tindakan.

4. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari pikirannya sendiri tidak disebabkan faktor luar atau pikiran yang disisipkan).5

Kompulsi didefinisikan oleh (1) dan (2)

1. Perilaku yang berulang (misalnya : cuci tangan, mengecek) atau aktivitasmental (berdoa, menghitung, mengulang kata dengan tanpa suara) yang individu merasa terdorong melakukan dalam respons dari obsesinya, atau sesuatu aturan yang dilakukan secara kaku.

2. Perilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan

distress atau mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktivitas

mental tidak berhubungan dengan cara yang realistic untuk mencegah atau menetralisir.

Gangguan Cemas 46 B. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadari bahwa obsesi

dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan keadaan ini tidak berlaku pada anak.

C. Obsesi dan kompulsi menyebabkan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan waktu lebih dari 1 jam perhari) atau mengganggu kebiasaan normal, fungsi pekerjaan atau akademikatau aktivitas social.

D. Bila ada gangguan lain pada aksis 1, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait dengan gangguan tersebut.

E. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya penyalahgunaan zat, obat) atau kondisi medik umum.

Kondisi khusus jika :

Dengan tilikan buruk : jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi berat dan tidak beralasan5

2.3.6. Diagnosis Banding

- Kondisi medik tertentu - Gangguan Tourette

2.3.7. Penatalaksanaan

Mengingat faktor utama penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah factor biologik, maka pengobatan yang disarakan adalah pemberian farmakoterapi dan terapi perilaku. Banyak pasien gangguan obsesi-kompulsif yang resisten terhadap usaha pengobatan yang diberikan baik dengan obat maupun terapi perilaku. Walaupun dasar gangguan kompulsif adalah biologik, namun gejala obsesif-kompulsifnya mungkin mempunyai makna psikologis penting yang membuat pasien menolak akan pengobatan. Eksplorasi psikodinamik terhadap pengobatan sering memperbaiki kepatuhan berobat.

Beberapa penelitian mendapatkan bahwa kombinasi farmakoterapi dan terapi perilaku lebih efektif menurunkan gejala obsesif-kompulsif.9,10

Gangguan Cemas 47

2.3.8. Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Lebih dari 50% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala awalnya muncul mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang menimbulkan stress, seperti kehamilan, masalah seksual, kematian keluarga. Seringkali pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat. Perjalanan penyakit bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien mengalami perjalanan penyakit yang berfluktuasi sementara sebagian lain menetap atau terus menerus ada.

Kira-kira 20-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna, sementara 40-50% perbaikan sedang, sedangkan sisanya 20-40% gejalanya menetap atau memburuk.

Sepertiga dari gangguan obsesif-kompulsif disertai gangguan depresif dan semua pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki risiko bunuh diri.

Indikasi prognosis buruk adalah : kompulsi yang diikuti, awitan masa kanak, kompulsi yang bizzare, memerlukan perawatan rumah sakit, ada komorbiditas dengan gangguan depresi, adanya kepercayaan yang mengarah ke waham dan adanya gangguan kepribadian (terutama kepribadian skizotipal). Indikasi adanya prognosis yang baik adalah adanya penyesuaian social dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala yang episodik. 2,11,12

2.4. Gangguan Stress Postraumatik (Post Traumatic Stress Disorder) dan

Dalam dokumen Referat Gangguan Cemas (Halaman 43-47)

Dokumen terkait