• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini meliputi lima bab termasuk bab pendahuluan dan penutup, antara yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang logis. Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi pokok skripsi yang

direncanakan ini, maka berikut ini peneliti mengemukakan sistematika penulisannya.

Bab I Pendahuluan merupakan pengantar sebelum lebih jauh mengkaji dan membahas apa yang menjadi substansi penelitian ini. Di dalam Bab I ini terdiri atas enam bagian besar yaitu latar belakang permasalahan, rumusan masalah, definisi operasional variabel, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan garis besar isi. Pada latar belakang masalah yang dibahas adalah masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini untuk dicari solusinya. Kemudian masalah tersebut diramu ke dalam rumusan masalah. Rumusan masalah ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan yang akan terjawab setelah pelaksanaan tindakan selesai dilakukan. Definisi operasional yaitu definisi-definisi variabel yang menjadi pusat perhatian pada penelitian ini. Tujuan yaitu suatu hasil yang ingin dicapai oleh peneliti berdasarkan rumusan masalah yang ada. Dan manfaat yaitu suatu hasil yang diharapkan oleh peneliti setelah melakukan penelitian. Adapun yang terakhir yaitu garis besar isi yang merupakan uraian penjelasan setiap bab.

Bab II Tinjauan Pustaka yang membahas tentang kajian teoritis yang erat kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian ini dan menjadi dasar dalam merumuskan dan membahas tentang aspek-aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penelitian ini. Dengan demikian, di dalam bab ini dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan judul, terutama penjelesan-penjelasan yang terkait dengan efektivitas suatu pembelajaran.

Bab III Metode Penelitian yang memuat jenis penelitian yang membahas tentang jenis penelitian yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Populasi penelitian ini adalah kelas X SMA Negeri 2 Majene Kab. Majene. Prosedur penelitian yaitu langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam melakukan penelitian yang memuat tentang tahap persiapan, tahap pelaksanaan tes hasil belajar, respon siswa dan tahap analisis hasil penelitian. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, tes hasil belajar dan angket respon siswa. Teknik pengumpulan data adalah suatu teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Teknik analisis data yaitu suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis data-data yang diperoleh pada saat penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian yaitu data-data yang diperoleh pada saat penelitian dan pembahasan yang memuat penjelasan-penjelasan dari hasil penelitian yang diperoleh.

Bab V Kesimpulan yang membahas tentang rangkuman hasil penelitian berdasarkan dengan rumusan masalah yang ada. Dan saran-saran yang dianggap perlu agar tujuan penelitian dapat tercapai dan dapat bermamfaat sesuai dengan keinginan peneliti.

16 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak telah dilakukan oleh manusia. Namun pengertian yang lengkap atau memenuhi keinginan semua orang, khususnya keinginan pakar-pakar dibidang pendidikan dan psikologi. Sampai saat ini boleh dikatakan belum ada. Ini tidak berarti kita tidak dapat memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar.

Para ahli telah mencoba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masing-masing, baik bentuk rumusan maupun aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar, berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Namun perlu diketahui di samping perbedaan terdapat pula persamaan pengertian dalam definisi-definisi tersebut.

Satu hal yang perlu dikemukakan disini adalah bahwa pengertian belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengertian popular dan pengertian khusus, yang dimaksud pengertian belajar secara popular adalah pengertian belajar secara umum, tidak mengacu pada suatu aliran psikologi tertentu. Sedangkan pengertian

belajar secara khusus adalah pengertian belajar yang sudah diwarnai oleh aliran psikologi tertentu. Dibawah ini akan diuraikan.

a. Pengertian belajar secara popular

1) Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktek.

2) Belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

3) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

4) Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahun, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas.8 Jadi, belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui pengalaman yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini relatif konstan dan berbekas.

b. Pengertian belajar secara khusus

Yang di maksud pengertian belajar secara khusus ialah belajar menurut pandangan tertentu. Pandangan tersebut didasarkan pada aliran psikologis yang dipakai sebagai dasar membuat definisi. Beberapa aliran psikologis yang akan dikemukakan untuk menjelaskan pengertian belajar secara khusus ini adalah aliran behavioristik, kognitif, humanistik, dan gestalt.

1) Belajar menurut psikologi behavioristik

8

Aliran psikologi behavioristik, dalam menyelidiki tingkah laku manusia sangat mengandalkan pada apa yang diperbuat, bukan pada apa yang disadari. Sesuatu yang diperbuat (perbuatan) lebih nyata, sehingga dapat diukur dan disimpulkan. Sebaiknya perubahan yang bersifat abstrak, umpamanya perubahan dalam pengetahuan, kesadaran, tanpa diwujudkan dalam perbuatan, tidak mungkin diselidiki dan disimpulkan.

Atas dasar pemikiran seperti itu, maka pengertian belajar menurut aliran psikologi behavioristik ialah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi karena adanya hubungan antara stimulus dengan respon menurut prinsip-prinsip yang mekanistik.9 Penganut behavioristik memfokuskan perhatian mereka pada stimulus yang hadir mendahului perilaku yang dipelajari, dan konsekuensi yang diperoleh dari perilaku itu. Konsekuensi berfungsi sebagai “reinforcement”. Oleh karena itu perilaku belajar tidak lebih dari usaha menemukan hubungan yang tepat antara stimulus dan respon yang sudah terjadi, diperlukan reinforcement. Jadi

reinforcement berfungsi sebagai alat memperkuat perilaku. Dengan demikian dalam perilaku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dan aksi stimulusnya, dan diperkuat dengan hadiah (reward) dan penguat (reinforcement).

2) Belajar menurut psikologi kognitif

Aliran psikologi kognitif mengatakan bahwa tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, tetapi faktor yang ada dalam diri manusia juga mempunyai peran yang sangat penting. Faktor-faktor yang bersifat internal itu berupa kapasitas atau potensi yang bersifat untuk mengenal (kognisi) dunia luarnya, dan dengan pengenalan itu manusia baru memberikan respon terhadap stimulus, sesuai dengan tingkat daya kognisinya. Berdasarkan pandangan seperti itu, maka belajar menurut psikologi kognitif adalah memfungsikan unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikir, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar dirinya.

Penampilan seseorang sebagai hasil belajar tidak hanya tergantung pada jenis dan cara pemberian stimulasi (seperti pada psikologi behavioristik), tetapi mengorganisasikan potensi berpikirnya untuk dapat mengolah stimulus, sehingga dapat dipahaminya.10

Jadi belajar menurut aliran ini lebih menekankan pada proses internal dalam berpikir, yaitu proses pengorganisasian dalam berpikir inilah yang menentukan perubahan perilaku (hasil belajar) seseorang, bukan jenis dan jumlah materi pelajaran sebagai suatu stimulasi.

3) Belajar menurut psikologi humanistik

Aliran psikologi humanistik sangat menghargai kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya, persepsi dan kesadaran merupakan dua potensi yang sangat menentukan perilaku seseorang, disamping unsur-unsur lainnya. Oleh karena itu tingkah laku seseorang dalam menghadapi suatu stimulus mempengaruhi tingkat kesadarannya terhadap stimulus itu. Jadi tidak heran kalau dua orang yang dihadapkan pada stimulus yang sama, akan bereaksi dengan cara yang berbeda.11

Dalam belajar pandangan inilah yang berlaku. Setiap orang bebas menentukan apa dan bagaimana cara mempelajari sesuatu. Kalau begitu belajar menurut aliran psikologi humanistik ini adalah suatu kegiatan untuk memahami sesuatu, sesuai dengan persepsi dan kesadarannya terhadap sesuatu yang dipelajarinya.

4) Belajar menurut psikologi gestalt

Aliran psikologi Gestalt memandang tingkah laku manusia sebagai hasil persepsinya terhadap suatu stimulasi, dan melalui persepsi itu manusia mengorganisasikan dan mengatur stimulus, sehingga menjadi suatu pola yang bermakna baginya. Menurut aliran ini suatu totalitas yang integral lebih memiliki identitas dan makna dari pada sekedar kumpulan dari sejumlah bagian-bagian dari stimulus itu menjadi suatu pola (gestalt) maka orang akan memperoleh insting atau pemahaman tentang stimulus itu.12

Jadi pengertian belajar menurut aliran ini adalah kegiatan internal yang mengatur atau menorganisasikan stimulus yang terdiri dari beberapa bagian, sehingga seseorang mempersepsinya sebagai suatu pola atau struktur yang bermakna. Unsur internal dalam mempersepsi dan

11Ibid, h. 38

mengorganisasikan stimulus tersebut antara lain adalah daya kognisi, seperti halnya pandangan psikologi kognitif.

Perlu dicatat bahwa dalam belajar, stimulus yang diterima oleh siswa berupa informasi, tidak boleh dilihat secara tidak jelas. Dengan informasi yang tidak jelas orang tidak akan berhasil mengambil suatu kesimpulan yang tepat. Orang harus mengorganisasikan berbagai stimulus menjadi suatu pola yang bermakna. Stimulasi yang sudah terpola akan lebih mudah dipersepsi, pengorganisasian stimulus, dan insting merupakan kunci belajar dalam psikologi gestalt.

2. Ciri-ciri Belajar

Sebagai suatu proses pengajaran, kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, sebagai berikut:

a) Sadar akan tujuan

b) Adanya interaksi atau prosedur

c) Adanya pengerjaan materi yang khusus d) Anak didik bersifat aktif

e) Peran guru sebagai pembimbing f) Adanya kedisiplinan

g) Adanya batas waktu dalam belajar h) Adanya evaluasi.13

3. Keaktifan Belajar

Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa “Individu merupakan manusia belajar yang selalu ingin tahu”.14

13

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 46 14

Keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani.15

Keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain:

a. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

b. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.

c. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali.

d. Keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.16

Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

e. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.17

Paul. B. Diedrich mengklasifikasikan aktifitas menjadi:

a. Visual activities, seperti: membaca, melihat gambar, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain.

15

Sriyono, dkk. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), h. 75

16

Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2006), h. 124-134.

17

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, diskusi.

c. Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti: menulis, keterangan, laporan.

e. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi. g. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat-ingat, memecahkan

soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.18

Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika sangat penting, karena dalam Matematika banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Keaktifan belajar dapat dilihat dari :

a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru b. Kerjasamanya dalam kelompok

c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli d. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal e. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok f. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat

g. Memberi gagasan yang cemerlang

h. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang i. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain j. Memanfaatkan potensi anggota kelompok

k. Saling membantu dan menyelesaikan masalah.19 4. Interaksi Belajar Mengajar

Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan

18

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 8-9. 19

http://ardhana12.wordpress.com/2009/01/20/indikator-keaktifan-siswa-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk-2/

penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar peserta didik/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku serta kesadaran diri sebagai pribadi.20

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan peserta didik sebagai subjek pokoknya.

Ciri-ciri interaksi belajar mengajar, yakni memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, ditandai dengan adanya aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya kegiatan penilaian.

Interaksi belajar mengajar yang baik, khususnya dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.21 Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik di mana setiap kegiatan belajar dapat

20

A.M. Sardiman, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 2-3.

21

menimbulkan suatu perubahan yang khas. Penilaian hasil belajar dilakukan sekali setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan (ketuntasan belajar). Tes hasil belajar yang dilakukan pada peserta didik dapat memberikan informasi sampai di mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), setiap mata pelajaran khususnya matematika memiliki standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) untuk setiap aspek penilaian. Aspek penilaian dalam mata pelajaran matematika terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi matematik, dan aspek pemecahan masalah.

6. Hakekat Matematika

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para ahli matematika. Oleh karena itu banyak ahli matematika berusaha memberikan pendapatnya tentang pengertian dari istilah matematika.

Hakikat matematika berkenaan dengan ide struktur dan hubungannya yang di atur menurut sifat yang logis, jadi matematika berkenaan dengan konsep yang abstrak, suatu kebenaran matematis dan di kembangkan

berdasarkan alasan logis. Namun kerja matematis terdiri dari observasi menebak dan merasa, mengetes hipotesis, mencari analogi dan akhirnya merumuskan teorema yang dimulai asumsi-asumsi dan unsur-unsur yang didefinisikan ini benar-benar aktivitas mental.22

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu kumpulan konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan bersistem deduktif dimana dasar komunikasinya dimulai dari unsur-unsur yang tak terdefinisikan. 7. Karakteristik Matematika

Matematika memiliki karakteristik yang berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain. Karakteristik matematika, yaitu:

a. Memilliki objek kajian abstrak, b. Bertumpu pada kesepakatan, c. Berpola pikir deduktif,

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti, e. Memperhatikan semesta pembicaraan, dan f. Konsisten dalam sistemnya.23

Dari keenam karakteristik matematika diantaranya adalah memiliki objek kajian yang abstrak. Dalam hal ini belajar matematika harus dipahami konsepnya, tidak cukup dihafal saja. Sebab, hafal konsep belum tentu dapat menyelesaikan masalah matematika.

8. Belajar Matematika

Belajar matematika adalah belajar tentang konsep – konsep dan struktur -struktur matematik yang terdapat dalam materi – materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antar konsep – konsep dan struktur itu.24

22

Herman Hudojo, op. cit. 23

R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2000),h. 13

24

Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang, 2003

Hasil belajar matematika mempunyai empat aspek yaitu fakta, konsep, prinsip, dan skill.

a. Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

b. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan.

c. Prinsip adalah pola hubungan fungsional antara konsep – konsep. d. Skill adalah keterampilan mental menjalankan prosedur guna

menyelesaikan suatu masalah.25

Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam pembelajaran maka harus ada konsep strategi dalam pembelajaran. Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yaitu:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan.26

Uraian diatas ada masalah pokok yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran agar berhasil sesuai yang diharapkan.

9. Prinsip-prinsip Belajar Matematika

Adapun prinsip-prinsip mengajar matematika adalah sebagai berikut:

25

Amin Suyitno, Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, (Jurusan Matematika FMIPA UNNES, 2004), h. 15-18

26

a. Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman pengetahuan siswa dan kebutuhan untuk belajar sehingga menarik serta mendukung mereka untuk belajar yang baik.

Para siswa belajar matematika melalui pengalaman yang difasilitasi guru. sehingga, siswa memahami matematika, agar mereka mampu menggunakannya untuk memecahkan masalah, dan mereka menjadi percaya diri, matematika dibentuk oleh semua pengajar yang berada di sekolah. Peningkatan pendidikan matematika untuk semua siswa memerlukan pembelajaran matematika yang efektif di semua kelas.

Guru matematika yang baik adalah selalu berusaha dengan kompleks, dan tidak ada hal yang mudah untuk membantu semua siswa belajar atau membantu semua guru menjadi efektif. Meskipun demikian, banyak diketahui mengajar matematika yang efektif, perlu pengetahuan dalam memandu aktivitas dan pertimbangan profesional. Untuk bisa efektif, guru harus mengetahui dan memahami matematika ketika mereka sedang mengajar dan bisa memberi gambaran/ilustrasi pada pengetahuan dengan fleksibel saat mereka tugas mengajar. Mereka perlu memahami dan merasa terikat dengan para siswa mereka, ketika belajar matematika bersikap manusiawi serta memiliki kemahiran dalam memilih dan menggunakan berbagai keterampilan pendidikan dan strategi penilaian. Sebagai tambahan, pembelajaran efektif memerlukan cerminan/keteladanan dan usaha berkesinambungan untuk

mencari peningkatan. Para guru harus mempunyai sumber daya dan peluang besar dan sering untuk meningkatkan serta menyegarkan pengetahuan mereka. b. Pembelajaran efektif memerlukan pengetahuan dan pemahaman matematika,

siswa sebagai pebelajar, dan strategi pendidikan.

Para guru memerlukan beberapa macam pengetahuan matematika yang berbeda, pengetahuan tentang keseluruhan materi; pengetahuan fleksibel tentang sasaran dan tujuan kurikulum serta tentang gagasan yang penting pada setiap tingkatan kelas; pengetahuan tentang tantangan para siswa dalam belajar membutuhkan bimbingan; pengetahuan tentang bagaimana gagasan dapat diwakili untuk mengajar siswa secara efektif; dan pengetahuan tentang bagaimana dapat pemahaman siswa. Pengetahuan banyak membantu para guru dalam pertimbangan ketika membuat kurikulum, merespon terhadap pertanyaan siswa, dan melihat hal yang penting pada konsep yang sedang dikemukakan serta merencanakan sesuatu yang sesuai. Pengetahuan pendidikan, banyak diperoleh melalui praktek mengajar, membantu guru memahami bagaimana siswa belajar matematika, menjadi mahir dengan teknik mengajar yang berbeda dan dapat mengelola/mengatur kelas. Guru perlu memahami gagasan pokok dalam matematika dan bisa menghadirkan matematika sebagai satu hubungan. Keputusan dan tindakan guru di dalam kelas dapat mempengaruhi para siswa ketika belajar matematika.

Pembelajaran matematika efektif memerlukan suatu komitmen serius kepada pengembangan dari pemahaman matematika siswa. Sebab siswa

belajar dengan menghubungkan gagasan baru ke pengetahuan utama, guru harus memahami apa yang siswa telah ketahui. Guru secara efektif mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang mengungkapkan pengetahuan siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa mendisain pengalaman dan pelajaran yang bereaksi terhadap, dan berdasar pada pengetahuan.

Guru mempunyai strategi dan gaya berbeda untuk membantu para siswa belajar matematika pada gagasan tertentu, dan tak seorangpun “cara benar” untuk mengajar. Bagaimanapun, para guru efektif mengenali bahwa keputusan mereka membuat bentuk matematika dapat menciptakan pengaturan kaya untuk belajar. Pemilihan dan penggunaan curricular material, penggunaan teknik dan alat sesuai, mulai bekerja praktik melakukan

Dokumen terkait