• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA pembelajaran DENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA pembelajaran DENG"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh

SYAMSUDDIN NIM.20402107142

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

(2)

ii

Mahasiswa Jurusan Tadris Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Majene Kabupaten Majene”, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui dan diajukan ke sidang Munaqasyah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Makassar, Juli 2011

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

iii

menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Dan jika dikemudian hari terbukti ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan ataupun sebagian, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh batal demi hukum

Makassar, Juli 2011 Penulis:

(4)

iv

mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 15 bulan Desember tahun 2011 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Matematika, dengan beberapa perbaikan.

Samata Gowa, Oktober 2012 M,

Zulkaiddah 1433 H

DEWAN PENGUJI

(Sesuai dengan SK Dekan No. 095 Tahun 2011 )

1. Ketua : Dra. Hj. Djuwairiah Ahmad, M.Tesol (…………...…….)

2. Sekretaris : Dra. Kamsinah, M.Pd.I (…………...…….)

3. Munaqisy I : Dr. H. Muh. Amri, M.Ag (…………...…….) 4. Munaqisy II : St. Hasmiah Mustamin, S.Ag, M.Pd. (…………...…….) 5. Pembimbing I : Drs. Ibrahim Nasbi, M.Th.I (…………...…….) 6. Pembimbing II : Drs. Thamrin Tayeb, M.Si (…………...…….)

Disahkan Oleh:

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Dr. H. Salehuddin, M.Ag

(5)

v

segalanya, yang senantiasa memberikan limpahan rahmat, kesehatan, dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Salam dan shalawat atas junjungan nabi besar Muhammad saw yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia dalam setiap aspek kehidupan.

Ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga besar di Tinambung, Desa Lekopa’dis Kabupaten Polewali Mandar terkhusus untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Nurdin, S.Pd dan ibunda Hj. Hasnah, serta adinda saya (Husain, Nahrawi, Muh. Ainun Ridha dan Khusnul Khatimah) atas kasih sayangnya yang tulus, dan do’anya yang selalu mengiringi penulis dalam setiap langkah hidupnya. Dan semoga jasanya dibalas oleh Allah swt. Amien...

Penulis juga menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. H. Abd. Kadir Gassing, M.A., selaku Rektor UIN Alauddin Makasar. 2. Dr. H. Salehuddin Yasin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar.

(6)

vi

5. Para Dosen Prodi Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar, yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang tak ternilai harganya kepada penulis selama kuliah.

6. Drs. Nursyamsu, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Majene dan Hasri, S.Si., selaku guru matematika serta adik-adik siswa kelas X2 atas segala

pengertian dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian.

7. Sahabat-sahabatku, Ramli, Rudiyanto, Sadar, Sirajuddin, Supriadi, Zaharuddin, Syahrul Arifin, Sudirman, dan Ulil Amri, serta teman-teman seperjuanganku angkatan 2007 khususnya yang ada di ”matematika 7-8 community” yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, atas bantuan, canda tawa, dan kebersamaan selama melewati masa perkuliahan.

Akhirnya, harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pengajaran matematika dan semoga bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah di sisi Allah swt dan mendapat pahala yang setimpal.

Makassar, Juli 2011

(7)

vii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Definisi Operasional Variabel ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Garis Besar Isi ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika ... 16

B. Peta Pikiran (Mind Map) ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

D. Prosedur Penelitian ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

(8)

viii

3. Respon Siswa ... 57 4. Hasil Belajar Siswa ... 58 B. Pembahasan ... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

ix

2. Tabel 2 Subjek Populasi Siswa-siswi SMAN 2 Majene Kab. Majene... 43

3. Tabel 3 Kriteria Penilaian ... 51

4. Tabel 4 Hasil Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ... 54

5. Tabel 5 Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran dengan Metode Peta Pikiran ... 56

6. Tabel 6 Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 57

7. Tabel 7 Hasil Belajar Siswa ... 58

(10)

x Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Judul : Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Majene Kabupaten Majene

Penelitian yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Majene Kabupaten Majene ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran. Sedangkan keefektifan pembelajaran ditinjau dari empat aspek, yaitu: aktivitas siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran dan hasil belajar klasikal. Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika paling sedikit tiga dari empat aspek di atas terpenuhi, dengan syarat aspek aktivitas siswa dan hasil belajar klasikal terpenuhi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Majene dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X2 yang terdiri dari 28 siswa yang diambil secara

acak.

Setelah penelitian ini dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1). Aktivitas siswa aktif lebih besar daripada aktivitas pasif, maka aktivitas siswa dikatakan efektif. 2). Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menunjukkan bahwa semua rata- rata aspek memiliki kategori baik, maka kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikatakan efektif. 3). Angket respon siswa menunjukkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode peta pikiran untuk tiap aspek yang menjawab senang, menarik dan ya lebih dari 65 %, yang berarti respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode peta pikiran adalah positif, 4). Analisis tes akhir menunjukkan bahwa 23 siswa kelas X2 dikatakan tuntas dalam belajarnya,

sedangkan 5 siswa lainnya tidak tuntas dalam belajarnya. Sedangkan hasil belajar klasikal dikelas X2 dikatakan tuntas dengan persentase 82,14 %. Jadi dilihat dari

(11)

1

Di era milenium ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, sehingga semua orang dituntut untuk selalu memperbaharui informasi yang dimilikinya dengan cara mengolah informasi yang berada di sekelilingnya untuk kemudian dikonstruksi di dalam otaknya sehingga menjadi wawasan yang baru dan luas. Salah satu contohnya adalah dalam proses belajar dimana siswa mendapatkan tambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.

(12)

kegunaannya.1 Saat kita sedang mempelajari materi baru, tugas yang terpenting adalah mempelajari kata-kata dan pengertian-pengertian yang penting serta bahasa-bahasa yang berkaitan dengan bidang tersebut.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hanya sedikit individu yang mampu menangani informasi secara efektif dan menjadi pemenang di tengah persaingan yang ketat saat ini. Kebanyakan individu yang lainnya gagal menangani informasi seoptimal mungkin dan tidak mampu memberikan kontribusi berarti. Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya hambatan pemrosesan informasi terletak pada dua hal utama yaitu: proses pencatatan informasi dan proses penyajian kembali informasi yang didapatnya. Keduanya merupakan proses yang saling berhubungan satu sama lain.

Khusus mengenai pencatatan informasi, seringkali individu tanpa disadari membuat catatan yang tidak efektif. Kebanyakan individu melakukan pencatatan secara linear, baris per baris. Tidak sedikit pula di antara mereka membuat catatan dengan cara menyalin langsung seluruh informasi yang tersaji di buku. Hal ini tentunya berakhir pada kesulitan untuk mengingat dan menggunakan seluruh informasi tersebut dalam belajar atau bekerja. Kebiasaan ini sangat kontra produktif dengan pencapaian hasil pembelajaran optimal. Aktivitas mencatat seperti ini memaksa pikiran untuk bekerja (membuat catatan) secara terpisah dari proses pengingatan dan pembelajaran. Penggunaan pikiran lebih sedikit dibandingkan penggunaan mata dan tangan. Segera setelah melihat informasi

1

(13)

yang tersaji, tanpa sebelumnya melakukan evaluasi kritis, mereka langsung menyalin tanpa menghiraukan apakah catatan yang dibuat nantinya dapat membantu proses pengingatan/pembelajaran. Kenyataannya tidak banyak siswa yang memiliki nilai melebihi batas minimal yang telah ditetapkan. Keadaan ini kemungkinan disebabkan faktor dari dalam dan luar diri siswa.

Salah satu faktor dari luar siswa yang mendukung dalam pencapaian hasil belajar yang efektif adalah kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.2 Penggunaan suatu metode belajar dalam kegiatan pembelajaran tersebut adalah yang menghubungkan antara pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jelaslah bahwa metode pembelajaran mempengaruhi proses belajar. Metode pembelajaran yang kurang baik akan mengakibatkan proses belajar siswa yang tidak baik pula, seperti siswa tidak aktif dalam mengikuti pelajaran dikarenakan pola pengajaran yang monoton akibat terpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut berfikir secara lebih aktif. Siswa cenderung jenuh terhadap kegiatan pembelajaran akan berdampak kurang berminat dalam pembelajaran sehingga perhatian dalam kegiatan pembelajaran juga akan berkurang. Kurangnya perhatian terhadap suatu materi ajar akan menyebabkan siswa kurang memahami konsep dari suatu materi ajar. Padahal

2

(14)

banyak materi ajar yang membutuhkan pemahaman terhadap konsep-konsepnya dan tidak cukup hanya sekedar dihafalkan, salah satunya adalah matematika.

Hakikat matematika berkenaan dengan ide struktur dan hubungannya yang di atur menurut sifat yang logis, jadi matematika berkenaan dengan konsep yang abstrak, suatu kebenaran matematis dan di kembangkan berdasarkan alasan logis. Namun kerja matematis terdiri dari observasi menebak dan merasa, mengetes hipotesis, mencari analogi dan akhirnya merumuskan teorema yang dimulai asumsi-asumsi dan unsur-unsur yang didefinisikan ini benar-benar aktivitas mental.3

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu kumpulan konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan bersistem deduktif dimana dasar komunikasinya dimulai dari unsur-unsur yang tak terdefinisikan. Belajar matematika berarti belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan ide-ide atau konsep yang bersifat abstrak. Hal ini membuat siswa beranggapan bahwa matematika merupakan materi ajar yang sulit. Pada kenyataannya banyak siswa yang kurang berminat terhadap matematika. Akibatnya siswa menjadi lamban dalam menguasai konsep-konsep matematika.

Hal ini terlihat dalam menyelesaikan suatu permasalahan, siswa selalu menyelesaikan permasalahan tersebut runtut sama seperti cara atau langkah-langkah penyelesaian yang diberikan oleh guru. Siswa tidak memahami langkah-langkah atau konsep penyelesaian suatu permasalahan tetapi menghafal langkah-langkah penyelesaiannya, sehingga apabila permasalahan mengalami perubahan namun inti permasalahannya sama, siswa kurang mampu

3

(15)

menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kefektifan dalam proses pembelajaran dan juga akan berdampak pada hasil belajarnya.

Permasalahan di atas juga dijumpai di dalam pembelajaran matematika di SMAN 2 Majene kelas X. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, tingkat pemahaman konsep yang ditunjukkan oleh kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal secara tepat, kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat, kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain dan kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi yang meliputi mendefinisikan konsep, menemukan sifat-sifat dari konsep dan memberikan contoh dan non contoh dari konsep masih rendah.

Selain pemahaman konsep dalam matematika, penanaman konsep yang benar juga sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Jika konsep dasar yang diterima siswa salah, maka akan sukar memperbaiki kembali terutama jika sudah diterapkan dalam penyelesaian suatu permasalahan, sehingga penting sekali untuk membuat siswa memahami suatu konsep. Salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep adalah peta pikiran (mind map).

(16)

melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon.4 Strategi peta pikiran merupakan satu-satunya bentuk pencatatan yang dapat mengakomodir berbagai masalah penyajian kembali (recalling) informasi-informasi yang telah dipelajari. Recalling merupakan kemampuan menyajikan secara tertulis atau lisan berbagai informasi dan hubungannya, dalam format yang sangat personal. Hal ini juga merupakan indikator pemahaman individu atas informasi yang diberikan. Jelaslah kiranya bahwa proses recalling sangat erat hubungannya dengan proses pengingatan (remembering).5

Definisi real dari peta pikiran adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.

Pembuatan peta pikiran tidaklah terlalu rumit. Justru karena kesederhanaannya, peta pikiran menjadi alat bantu favorit guna memproses informasi. Adapun langkah-langkah dalam membuat peta pikiran adalah sebagai berikut:

1. Gambarkan tema utama di tengah-tengah kertas dan beri warna. 2. Gunakan satu kata atau frase yang sederhana sebagai informasi, pada

(17)

memberikan arti yang sama secara lebih baik. Kata-kata yang berlebihan hanya mengotori peta pikiran.

3. Gunakan simbol dan gambar.

4. Gambarkan informasi pendukung lainnya di sekitar tema utama. 5. Kata-kata pendukung dapat dicetak pada garis penghubung.

Garis-garis penghubung harus digambarkan secara jelas guna mempermudah hubungan antar informasi.

6. Kata-kata pendukung dinyatakan dalam ‘satuan’ misal satu kata per garis penghubung.

7. Gunakan warna untuk mempermudah proses pengingatan.

8. Bebaskan pikiran. Karena pemikiran seperti “di mana satu informasi harus diletakkan?” akan menghambat pembuatan peta pikiran.

9. Gunakan hubungan saling. Informasi di salah satu bagian dari peta pikiran mungkin saja berhubungan dengan bagian yang lain.6

Adapun keunggulan metode pembelajaran peta pikiran adalah sebagai berikut.

1. Tema utama terdefenisi secara sangat jelas karena dinyatakan di tengah.

2. Level keutamaan informasi terindikasi secara lebih baik. Informasi yang memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dekat dengan tema utama.

3. Hubungan antara tema masing-masing informasi secara mudah dapat segera dikenali.

4. Lebih mudah dipahami dan diingat.

5. Informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak keseluruhan struktur peta pikiran, sehingga mempermudah proses revisi infomasi.

6. masing-masing peta pikiran sangat unik, sehingga mempermudah proses pengingatan.

7. Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci.7

(18)

memungkinkan terciptanya "mental computer printout". Hal ini tidak hanya berguna untuk membantu dalam mempelajari informasi yang diberikan, tetapi juga dapat merefleksikan pemahaman personal yang mendalam atas informasi tersebut. Selain itu peta pikiran juga dapat mengefisienkan penggunaan waktu individu dalam mempelajari suatu informasi. Hal ini utamanya disebabkan karena peta pikiran dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal sehingga individu dapat menguasai suatu hal dalam waktu yang lebih singkat. Apabila hal ini diterapkan dalam pembelajaran matematika, proses belajar mengajar akan lebih efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh Mistin Dwiana pada tahun 2009 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri Tepas 01 Kesamben Blitar Tahun Pelajaran 2009/2010” telah menunjukkan bahwa metode peta pikiran (mind mapping) sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini dibuktikan bahwa dari 16 siswa, pada pembelajaran pra tindakan (belum menggunakan metode peta pikiran) hanya ada 7 siswa (43,75%) yang tuntas. Berikutnya melalui tindakan 1 (siklus 1) meningkat dari 16 siswa yang tuntas ada 14 siswa (87,50%). Tindakan berikutnya pada siklus 2, diperoleh hasil 15 siswa (93,75%) yang tuntas dari 16 siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran.

(19)

pikiran dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Apakah metode pembelajaran peta pikiran efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?” yang

dapat dilihat dari empat aspek yaitu:

1. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?

2. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene? 3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan

metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?

4. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?

C. Definisi Operasional Variabel

(20)

1. Efektivitas adalah sesuatu yang menunjukkan ketercapain sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.

2. Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar yang diukur dengan lembar pengamatan aktivitas siswa.

3. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru dalam melaksanakan setiap tahap pembelajaran dengan metode pembelajaran peta pikiran yang diukur dengan lembar kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan guru tersebut meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

4. Respon siswa adalah tanggapan atau komentar siswa terhadap metode pembelajaran peta pikiran yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam bentuk angket.

5. Metode pembelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.

6. Peta pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan yang didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Peta pikiran dapat mengefisienkan penggunaan waktu dalam mempelajari suatu informasi karena peta pikiran dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal, dalam waktu yang lebih singkat.

(21)

8. Efektivitas pembelajaran adalah seberapa besar pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai berdasarkan aspek-aspek berikut:

a. Aktivitas siswa efektif. Aktivitas siswa dikatakan efektif jika jumlah persentase aktivitas aktif lebih besar daripada aktivitas pasif. Jika tidak demikian, maka aktivitas siswa dikatakan tidak efektif.

b. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran efektif. Aktivitas guru dikatakan efektif apabila kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mencapai kriteria baik.

c. Respon terhadap pembelajaran positif. Respon siswa dikatakan positif apabila presentase respon siswa yang dalam menjawab senang dan ya untuk tiap poin pertanyaaan lebih dari 65%.

d. Hasil belajar klasikal tuntas. Hasil belajar siswa dikatakan efektif apabila telah memenuhi ketuntasan belajar yang telah ditentukan.

Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika paling sedikit tiga dari empat aspek diatas dipenuhi, dengan syarat aspek aktivitas siswa efektif dan hasil belajar klasikal tuntas terpenuhi.

D. Tujuan Penelitian

(22)

1. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa selama pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene. 2. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN Majene Kab. Majene. 4. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran

matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Sebagai upaya peningkatan keefektifan dalam proses pembelajaran matematika.

b. Sebagai titik tolak dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan peta pikiran.

2. Secara Praktis a. Bagi Siswa

 Meningkatkan pemahaman konsep matematika.

(23)

 Mendorong siswa berperan aktif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dalam menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik.

b. Bagi Guru

 Sebagai alat bantu memperjelas konsep-konsep dalam matematika.

 Membantu dalam mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan matematika.

 Menambah variasi dalam penyampaian materi. c. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai metode peta pikiran diformulasikan dalam pembelajaran matematika. d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan metode pembelajaran yang dianggap efektif dan efisien. e. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.

F. Garis Besar Isi

(24)

direncanakan ini, maka berikut ini peneliti mengemukakan sistematika penulisannya.

Bab I Pendahuluan merupakan pengantar sebelum lebih jauh mengkaji dan membahas apa yang menjadi substansi penelitian ini. Di dalam Bab I ini terdiri atas enam bagian besar yaitu latar belakang permasalahan, rumusan masalah, definisi operasional variabel, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan garis besar isi. Pada latar belakang masalah yang dibahas adalah masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini untuk dicari solusinya. Kemudian masalah tersebut diramu ke dalam rumusan masalah. Rumusan masalah ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan yang akan terjawab setelah pelaksanaan tindakan selesai dilakukan. Definisi operasional yaitu definisi-definisi variabel yang menjadi pusat perhatian pada penelitian ini. Tujuan yaitu suatu hasil yang ingin dicapai oleh peneliti berdasarkan rumusan masalah yang ada. Dan manfaat yaitu suatu hasil yang diharapkan oleh peneliti setelah melakukan penelitian. Adapun yang terakhir yaitu garis besar isi yang merupakan uraian penjelasan setiap bab.

(25)

Bab III Metode Penelitian yang memuat jenis penelitian yang membahas tentang jenis penelitian yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Populasi penelitian ini adalah kelas X SMA Negeri 2 Majene Kab. Majene. Prosedur penelitian yaitu langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam melakukan penelitian yang memuat tentang tahap persiapan, tahap pelaksanaan tes hasil belajar, respon siswa dan tahap analisis hasil penelitian. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, tes hasil belajar dan angket respon siswa. Teknik pengumpulan data adalah suatu teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Teknik analisis data yaitu suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis data-data yang diperoleh pada saat penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian yaitu data-data yang diperoleh pada saat penelitian dan pembahasan yang memuat penjelasan-penjelasan dari hasil penelitian yang diperoleh.

(26)

16 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak telah dilakukan oleh manusia. Namun pengertian yang lengkap atau memenuhi keinginan semua orang, khususnya keinginan pakar-pakar dibidang pendidikan dan psikologi. Sampai saat ini boleh dikatakan belum ada. Ini tidak berarti kita tidak dapat memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar.

Para ahli telah mencoba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masing-masing, baik bentuk rumusan maupun aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar, berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Namun perlu diketahui di samping perbedaan terdapat pula persamaan pengertian dalam definisi-definisi tersebut.

(27)

belajar secara khusus adalah pengertian belajar yang sudah diwarnai oleh aliran psikologi tertentu. Dibawah ini akan diuraikan.

a. Pengertian belajar secara popular

1) Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktek.

2) Belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

3) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

4) Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahun, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas.8 Jadi, belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui pengalaman yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini relatif konstan dan berbekas.

b. Pengertian belajar secara khusus

Yang di maksud pengertian belajar secara khusus ialah belajar menurut pandangan tertentu. Pandangan tersebut didasarkan pada aliran psikologis yang dipakai sebagai dasar membuat definisi. Beberapa aliran psikologis yang akan dikemukakan untuk menjelaskan pengertian belajar secara khusus ini adalah aliran behavioristik, kognitif, humanistik, dan gestalt.

1) Belajar menurut psikologi behavioristik

8

(28)

Aliran psikologi behavioristik, dalam menyelidiki tingkah laku manusia sangat mengandalkan pada apa yang diperbuat, bukan pada apa yang disadari. Sesuatu yang diperbuat (perbuatan) lebih nyata, sehingga dapat diukur dan disimpulkan. Sebaiknya perubahan yang bersifat abstrak, umpamanya perubahan dalam pengetahuan, kesadaran, tanpa diwujudkan dalam perbuatan, tidak mungkin diselidiki dan disimpulkan.

Atas dasar pemikiran seperti itu, maka pengertian belajar menurut aliran psikologi behavioristik ialah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi karena adanya hubungan antara stimulus dengan respon menurut prinsip-prinsip yang mekanistik.9 Penganut behavioristik memfokuskan perhatian mereka pada stimulus yang hadir mendahului perilaku yang dipelajari, dan konsekuensi yang diperoleh dari perilaku itu. Konsekuensi berfungsi sebagai “reinforcement”. Oleh karena itu perilaku

belajar tidak lebih dari usaha menemukan hubungan yang tepat antara stimulus dan respon yang sudah terjadi, diperlukan reinforcement. Jadi

reinforcement berfungsi sebagai alat memperkuat perilaku. Dengan demikian dalam perilaku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dan aksi stimulusnya, dan diperkuat dengan hadiah (reward) dan penguat (reinforcement).

2) Belajar menurut psikologi kognitif

9Ibid,

(29)

Aliran psikologi kognitif mengatakan bahwa tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, tetapi faktor yang ada dalam diri manusia juga mempunyai peran yang sangat penting. Faktor-faktor yang bersifat internal itu berupa kapasitas atau potensi yang bersifat untuk mengenal (kognisi) dunia luarnya, dan dengan pengenalan itu manusia baru memberikan respon terhadap stimulus, sesuai dengan tingkat daya kognisinya. Berdasarkan pandangan seperti itu, maka belajar menurut psikologi kognitif adalah memfungsikan unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikir, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar dirinya.

Penampilan seseorang sebagai hasil belajar tidak hanya tergantung pada jenis dan cara pemberian stimulasi (seperti pada psikologi behavioristik), tetapi mengorganisasikan potensi berpikirnya untuk dapat mengolah stimulus, sehingga dapat dipahaminya.10

Jadi belajar menurut aliran ini lebih menekankan pada proses internal dalam berpikir, yaitu proses pengorganisasian dalam berpikir inilah yang menentukan perubahan perilaku (hasil belajar) seseorang, bukan jenis dan jumlah materi pelajaran sebagai suatu stimulasi.

3) Belajar menurut psikologi humanistik

(30)

Aliran psikologi humanistik sangat menghargai kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya, persepsi dan kesadaran merupakan dua potensi yang sangat menentukan perilaku seseorang, disamping unsur-unsur lainnya. Oleh karena itu tingkah laku seseorang dalam menghadapi suatu stimulus mempengaruhi tingkat kesadarannya terhadap stimulus itu. Jadi tidak heran kalau dua orang yang dihadapkan pada stimulus yang sama, akan bereaksi dengan cara yang berbeda.11

Dalam belajar pandangan inilah yang berlaku. Setiap orang bebas menentukan apa dan bagaimana cara mempelajari sesuatu. Kalau begitu belajar menurut aliran psikologi humanistik ini adalah suatu kegiatan untuk memahami sesuatu, sesuai dengan persepsi dan kesadarannya terhadap sesuatu yang dipelajarinya.

4) Belajar menurut psikologi gestalt

Aliran psikologi Gestalt memandang tingkah laku manusia sebagai hasil persepsinya terhadap suatu stimulasi, dan melalui persepsi itu manusia mengorganisasikan dan mengatur stimulus, sehingga menjadi suatu pola yang bermakna baginya. Menurut aliran ini suatu totalitas yang integral lebih memiliki identitas dan makna dari pada sekedar kumpulan dari sejumlah bagian-bagian dari stimulus itu menjadi suatu pola (gestalt) maka orang akan memperoleh insting atau pemahaman tentang stimulus itu.12

Jadi pengertian belajar menurut aliran ini adalah kegiatan internal yang mengatur atau menorganisasikan stimulus yang terdiri dari beberapa bagian, sehingga seseorang mempersepsinya sebagai suatu pola atau struktur yang bermakna. Unsur internal dalam mempersepsi dan

11Ibid

, h. 38

12Ibid

(31)

mengorganisasikan stimulus tersebut antara lain adalah daya kognisi, seperti halnya pandangan psikologi kognitif.

Perlu dicatat bahwa dalam belajar, stimulus yang diterima oleh siswa berupa informasi, tidak boleh dilihat secara tidak jelas. Dengan informasi yang tidak jelas orang tidak akan berhasil mengambil suatu kesimpulan yang tepat. Orang harus mengorganisasikan berbagai stimulus menjadi suatu pola yang bermakna. Stimulasi yang sudah terpola akan lebih mudah dipersepsi, pengorganisasian stimulus, dan insting merupakan kunci belajar dalam psikologi gestalt.

2. Ciri-ciri Belajar

Sebagai suatu proses pengajaran, kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, sebagai berikut:

a) Sadar akan tujuan

b) Adanya interaksi atau prosedur

c) Adanya pengerjaan materi yang khusus d) Anak didik bersifat aktif

e) Peran guru sebagai pembimbing f) Adanya kedisiplinan

g) Adanya batas waktu dalam belajar h) Adanya evaluasi.13

3. Keaktifan Belajar

Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa “Individu merupakan manusia belajar yang selalu ingin tahu”.14

13

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 46 14

(32)

Keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani.15

Keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain:

a. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

b. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.

c. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali.

d. Keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.16

Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

e. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.17

Paul. B. Diedrich mengklasifikasikan aktifitas menjadi:

a. Visual activities, seperti: membaca, melihat gambar, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain.

15

Sriyono, dkk. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), h. 75

16

Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2006), h. 124-134.

17

(33)

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, diskusi.

c. Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti: menulis, keterangan, laporan.

e. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi. g. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat-ingat, memecahkan

soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.18

Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika sangat penting, karena dalam Matematika banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Keaktifan belajar dapat dilihat dari :

a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru b. Kerjasamanya dalam kelompok

c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli d. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal e. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok f. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat

g. Memberi gagasan yang cemerlang

h. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang i. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain j. Memanfaatkan potensi anggota kelompok

k. Saling membantu dan menyelesaikan masalah.19 4. Interaksi Belajar Mengajar

Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan

18

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 8-9. 19

(34)

penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar peserta didik/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku serta kesadaran diri sebagai pribadi.20

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan peserta didik sebagai subjek pokoknya.

Ciri-ciri interaksi belajar mengajar, yakni memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, ditandai dengan adanya aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya kegiatan penilaian.

Interaksi belajar mengajar yang baik, khususnya dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.21 Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik di mana setiap kegiatan belajar dapat

20

A.M. Sardiman, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 2-3.

21

(35)

menimbulkan suatu perubahan yang khas. Penilaian hasil belajar dilakukan sekali setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan (ketuntasan belajar). Tes hasil belajar yang dilakukan pada peserta didik dapat memberikan informasi sampai di mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), setiap mata pelajaran khususnya matematika memiliki standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) untuk setiap aspek penilaian. Aspek penilaian dalam mata pelajaran matematika terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi matematik, dan aspek pemecahan masalah.

6. Hakekat Matematika

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para ahli matematika. Oleh karena itu banyak ahli matematika berusaha memberikan pendapatnya tentang pengertian dari istilah matematika.

(36)

berdasarkan alasan logis. Namun kerja matematis terdiri dari observasi menebak dan merasa, mengetes hipotesis, mencari analogi dan akhirnya merumuskan teorema yang dimulai asumsi-asumsi dan unsur-unsur yang didefinisikan ini benar-benar aktivitas mental.22

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu kumpulan konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan bersistem deduktif dimana dasar komunikasinya dimulai dari unsur-unsur yang tak terdefinisikan. 7. Karakteristik Matematika

Matematika memiliki karakteristik yang berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain. Karakteristik matematika, yaitu:

a. Memilliki objek kajian abstrak, b. Bertumpu pada kesepakatan, c. Berpola pikir deduktif,

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti, e. Memperhatikan semesta pembicaraan, dan f. Konsisten dalam sistemnya.23

Dari keenam karakteristik matematika diantaranya adalah memiliki objek kajian yang abstrak. Dalam hal ini belajar matematika harus dipahami konsepnya, tidak cukup dihafal saja. Sebab, hafal konsep belum tentu dapat menyelesaikan masalah matematika.

8. Belajar Matematika

Belajar matematika adalah belajar tentang konsep – konsep dan struktur -struktur matematik yang terdapat dalam materi – materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antar konsep – konsep dan struktur itu.24

22

Herman Hudojo, op. cit. 23

R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2000),h. 13

24

(37)

Hasil belajar matematika mempunyai empat aspek yaitu fakta, konsep, prinsip, dan skill.

a. Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

b. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan.

c. Prinsip adalah pola hubungan fungsional antara konsep – konsep. d. Skill adalah keterampilan mental menjalankan prosedur guna

menyelesaikan suatu masalah.25

Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam pembelajaran maka harus ada konsep strategi dalam pembelajaran. Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yaitu:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan.26

Uraian diatas ada masalah pokok yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran agar berhasil sesuai yang diharapkan.

9. Prinsip-prinsip Belajar Matematika

Adapun prinsip-prinsip mengajar matematika adalah sebagai berikut:

25

Amin Suyitno, Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, (Jurusan Matematika FMIPA UNNES, 2004), h. 15-18

26

(38)

a. Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman pengetahuan siswa dan kebutuhan untuk belajar sehingga menarik serta mendukung mereka untuk belajar yang baik.

Para siswa belajar matematika melalui pengalaman yang difasilitasi guru. sehingga, siswa memahami matematika, agar mereka mampu menggunakannya untuk memecahkan masalah, dan mereka menjadi percaya diri, matematika dibentuk oleh semua pengajar yang berada di sekolah. Peningkatan pendidikan matematika untuk semua siswa memerlukan pembelajaran matematika yang efektif di semua kelas.

(39)

mencari peningkatan. Para guru harus mempunyai sumber daya dan peluang besar dan sering untuk meningkatkan serta menyegarkan pengetahuan mereka. b. Pembelajaran efektif memerlukan pengetahuan dan pemahaman matematika,

siswa sebagai pebelajar, dan strategi pendidikan.

Para guru memerlukan beberapa macam pengetahuan matematika yang berbeda, pengetahuan tentang keseluruhan materi; pengetahuan fleksibel tentang sasaran dan tujuan kurikulum serta tentang gagasan yang penting pada setiap tingkatan kelas; pengetahuan tentang tantangan para siswa dalam belajar membutuhkan bimbingan; pengetahuan tentang bagaimana gagasan dapat diwakili untuk mengajar siswa secara efektif; dan pengetahuan tentang bagaimana dapat pemahaman siswa. Pengetahuan banyak membantu para guru dalam pertimbangan ketika membuat kurikulum, merespon terhadap pertanyaan siswa, dan melihat hal yang penting pada konsep yang sedang dikemukakan serta merencanakan sesuatu yang sesuai. Pengetahuan pendidikan, banyak diperoleh melalui praktek mengajar, membantu guru memahami bagaimana siswa belajar matematika, menjadi mahir dengan teknik mengajar yang berbeda dan dapat mengelola/mengatur kelas. Guru perlu memahami gagasan pokok dalam matematika dan bisa menghadirkan matematika sebagai satu hubungan. Keputusan dan tindakan guru di dalam kelas dapat mempengaruhi para siswa ketika belajar matematika.

(40)

belajar dengan menghubungkan gagasan baru ke pengetahuan utama, guru harus memahami apa yang siswa telah ketahui. Guru secara efektif mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang mengungkapkan pengetahuan siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa mendisain pengalaman dan pelajaran yang bereaksi terhadap, dan berdasar pada pengetahuan.

Guru mempunyai strategi dan gaya berbeda untuk membantu para siswa belajar matematika pada gagasan tertentu, dan tak seorangpun “cara

benar” untuk mengajar. Bagaimanapun, para guru efektif mengenali bahwa

keputusan mereka membuat bentuk matematika dapat menciptakan pengaturan kaya untuk belajar. Pemilihan dan penggunaan curricular material, penggunaan teknik dan alat sesuai, mulai bekerja praktik melakukan peningkatan diri berlanjut yaitu tindakan guru baik setiap hari.

(41)

c. Pembelajaran efektif memerlukan suatu kelas yang menantang dan lingkungan yang mendukung pembelajaran.

Para guru membuat aneka pilihan setiap hari banyak orang masing-masing sekitar bagaimana lingkungan belajar akan tersusun dan matematika yang akan ditekankan. Keputusan ini menentukan, bagi para siswa. Pembelajaran efektif menyampaikan suatu kepercayaan pada masing-masing siswa dan diharapkan untuk memahami matematika, masing-masing akan didukungnya atau berusaha untuk memenuhi tujuan. Para guru menetapkan dan memelihara suatu lingkungan yang berguna bagi pembelajaran matematika melalui keputusan mereka yang membuat, percakapan mengarang musik, dan pengaturan fisik mereka ciptakan. Tindakan guru adalah mendorong para siswa untuk berpikir, mempertanyakan, memecahkan permasalahan, dan mendiskusikan gagasan, strategi, dan solusi. Guru bertanggungjawab untuk menciptakan suatu lingkungan intelektual matematika pemikiran serius. Lebih dari sekedar fisik yang menentukan dengan meja tulis, papan buletin, dan poster, lingkungan kelas komunikasi pesan sulit dipisahkan tentang apa yang dihargai belajar dan melakukan matematika.

(42)

matematika. Tugas mungkin dihubungkan kepada pengalaman dunia nyata para siswa, atau mereka boleh memunculkan konteks matematika. Dengan mengabaikan konteks, tugas yang bermanfaat harus membangkitkan minat, dengan suatu tingkatan tantangan yang mengundang spekulasi dan pekerjaan berat. Seperti tugas sering dapat didekati lebih dari satu cara, seperti dengan menggunakan suatu perhitungan yang menghitung pendekatan, menggambar menarik suatu diagram geometris dan menyebut satu per satu berbagai kemungkinan, atau menggunakan penyamaan secara aljabar, yang membuat tugas dapat diakses ke para siswa dengan pengetahuan utama bervariasi dan pengalaman.

(43)

Peluang untuk mencerminkan dan menyaring bahan pelajaran kelas praktik dan kelas luar, sendiri dan dengan yang lain rumit visi matematika sekolah menguraikan pada prinsipnya dan baku. Untuk meningkatkan instruksi matematika mereka, para guru harus mampu meneliti apa yang mereka dan siswa mereka sedang lakukan dan mempertimbangkan bagaimana tindakan itu sedang mempengaruhi pelajaran siswa. Penggunaan berbagai strategi, para guru perlu memonitor kecenderungan dan kapasitas siswa untuk meneliti situasi, bingkai dan memecahkan permasalahan, dan bisa dipertimbangkan konsep dan prosedur matematika. Mereka dapat menggunakan informasi ini untuk menilai kemajuan siswa mereka dan menilai seberapa baik tugas matematika, ceramah, dan lingkungan kelas sedang saling berinteraksi untuk membantu perkembangan pembelajaran siswa. Mereka kemudian menggunakan penilaian untuk menyesuaikan instruksi mereka.

Refleksi dan analisis adalah aktivitas individu, tetapi mereka dapat ditingkatkan dengan suatu rekan kerja terhormat dan berpengalaman, seorang guru baru, atau suatu masyarakat para guru. Bekerja sama dengan para rekan kerja secara teratur untuk mengamati, meneliti, dan mendiskusikan pembelajaran dan pemikiran siswa atau untuk melakukan ” lesson study”.

(44)

B. Peta Pikiran (Mind Map)

1. Pengertian Peta pikiran

Barbara Prashing mengemukakan bahwa peta pikiran (mind mapping) dipopulerkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an, aslinya diciptakan oleh Gelb.

Mind Mapping dapat diartikan sistem revolusioner dalam perencanaan dan pembuatan catatan yang telah mengubah hidup jutaan orang di seluruh dunia. Pembuatan Mind Mapping didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu menyalakan percikan-percikan kreatifitas dalam otak karena melibatkan kedua belahan otak kita.27

Mind Mapping juga dapat disebut dengan peta pemikiran. Mind Mapping

juga merupakan metode mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman.

Mind Mapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran atau Mind Mapping pada dasarnya menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan pada otak.28

Metode peta pikiran adalah metode baru untuk mencatat yang bekerjanya disesuaikan dengan bekerjanya dua belah otak (otak kiri dan otak kanan). Metode ini mengajarkan untuk mencatat tidak hanya menggunakan gambar atau warna. Tony Buzan mengemukakan “your brain is like a sleeping giant”, hal itu

disebabkan 99% kehebatan otak manusia belum dimanfaatkan secara optimal.

27

Tony Buzan, Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Pintar di Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 179-181

28

(45)

Tabel 1

Tabel penggunaan otak pada peta pikiran

No Otak Kiri Otak Kanan

1. Tulisan Warna

2. Urutan Penulisan Gambar

3. Hubungan Antar Kata Dimensi….29

Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran. Peta pikiran juga merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat tradisional. Selain itu peta pikiran adalah sistem penyimpanan, penarikan data dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa dalam otak manusia yang menakjubkan.

Peta pikiran bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Peta pikiran adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.

29

(46)

Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.

Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan peta pikiran. Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar.

2. Kegunaan Peta Pikiran

Metode peta pikiran dapat dimanfaatkan atau berguna untuk berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Kegunaan metode peta pikiran dalam bidang pendidikan antara lain:

a. Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah.

b. Memungkinkan kita merencanakan rute atau kerangka pemikiran suatu karangan.

(47)

d. Mendorong pemecahan masalah dengan kreatif.30 Selain itu metode peta pikiran dapat bermanfaat untuk:

a. Merangsang bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis.

b. Membebaskan diri dari seluruh jeratan aturan ketika mengawali belajar.

c. Membantu seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan. d. Membuat rencana atau kerangka cerita.

e. Mengembangkan sebuah ide.

f. Membuat perencanaan sasaran pribadi. g. Memulai usaha baru.

h. Meringkas isi sebuah buku. i. Fleksibel.

j. Dapat memusatkan perhatian. k. Meningkatkan pemahaman.

l. Menyenangkan dan mudah diingat.31 3. Langkah-langkah Membuat Peta Pikiran

Sarana dan prasarana untuk membuat peta pikiran adalah: a. Kertas kosong tak bergaris.

b. Pena dan pensil warna. c. Otak.

d. Imajinasi.32

Membuat peta pikiran membutuhkan imajinasi atau pemikiran, adapun cara pembuatan peta pikiran adalah:

a. Gambarkan tema utama di tengah-tengah kertas dan beri warna. b. Gunakan satu kata atau frase yang sederhana sebagai informasi, pada

umumnya kata dalam penulisan normal tersaji dalam kondisi saling melengkapi, hal ini utamanya ditujukan untuk memastikan bahwa maksud dari tulisan tersampaikan secara sempurna. Pada peta pikiran dibuat, gunakan satu kata kuat dan frase berarti yang dapat

30

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 6

31Ibid,

h. 54-130 32Ibid

(48)

memberikan arti yang sama secara lebih baik. Kata-kata yang berlebihan hanya mengotori peta pikiran.

c. Gunakan simbol dan gambar.

d. Gambarkan informasi pendukung lainnya di sekitar tema utama. e. Kata-kata pendukung dapat dicetak pada garis penghubung.

Garis-garis penghubung harus digambarkan secara jelas guna mempermudah hubungan antar informasi.

f. Kata-kata pendukung dinyatakan dalam ‘satuan’ misal satu kata per garis penghubung.

g. Gunakan warna untuk mempermudah proses pengingatan.

h. Bebaskan pikiran. Karena pemikiran seperti “di mana satu informasi harus diletakkan?” akan menghambat pembuatan peta pikiran.

i. Gunakan hubungan saling. Informasi di salah satu bagian dari peta pikiran mungkin saja berhubungan dengan bagian yang lain.33

Dalam membuat peta pikiran juga diperlukan keberanian dan kreativitas yang tinggi. Variasi dengan huruf kapital, warna, garis bawah atau simbol-simbol yang menggambarkan poin atau gagasan utama. Menghidupkan peta pikiran yang telah dibuat akan lebih mengesankan.

Tony Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar peta pikiran yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah ringkasan dari Law of MM:

a. Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic

diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3 warna.

(49)

d. Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, tabel dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar lebih menarik lagi.

e. Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs.

f. Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topik terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2 – 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.34

Aplikasi peta pikiran dalam pembelajaran dalam tahap aplikasi, terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran berbasis peta pikiran, yaitu:

a. Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal Semester,

Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat master peta pikiran yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu Semester yang biasanya sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan.

b. Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada

overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah

(50)

mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.

d. Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari-ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.35

4. Indikator Peta Pikiran

Adapun indikator peta pikiran sebagai berikut: a. merencanakan,

b. berkomunikasi, c. menjadi lebih kreatif, d. menyelesaikan masalah, e. memusatkan perhatian,

f. menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, g. mengingat dengan lebih baik,

h. belajar lebih cepat dan efisien, dan i. melatih “gambar keseluruhan”.36

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Peta Pikiran

Kelebihan metode peta pikiran adalah sebagai berikut: a. Dapat mengemukakan pendapat secara bebas. b. Dapat bekerjasama dengan teman lainnya. c. Catatan lebih padat dan jelas.

d. Lebih mudah mencari catatan jika diperlukan. e. Catatan lebih terfokus pada inti materi.

f. Mudah melihat gambaran keseluruhan.

g. Membantu Otak untuk : mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat hubungan

h. Memudahkan penambahan informasi baru

35Ibid 36Ibid

(51)

i. Pengkajian ulang bisa lebih cepat j. Setiap peta bersifat unik.37

Adapun kelemahan metode peta pikiran adalah sebagai berikut: a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat.

b. Tidak sepenuhnya murid yang belajar

c. Peta pikiran siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa peta pikiran siswa.38

37

http://mahmmudin.wordpress.com/2009/12/01/pembelajaran-berbasis-peta-pikiran-mind-mapping/

(52)

42

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk persentase dan skor.

Penelitian deskriptif tidak menguji hipotesa atau menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.39

Penelitian deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interprestasi data. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan keefektifan metode peta pikiran yang meliputi: aktivitas siswa, kemampuan guru mengelola pembelajaran, respon siswa, dan ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan metode peta pikiran.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan one shot-case study, yaitu penelitian yang dilakukan dengan melaksanakan suatu perlakuan atau treatment tertentu kepada subyek yang diikuti dengan pengukuran terhadap akibat dari perlakuan tersebut.

Pola one shot-case study adalah sebagai berikut:

PERLAKUAN HASIL BELAJAR

39

(53)

Keterangan:

X = Perlakuan yaitu penerapan metode peta pikiran. O = Hasil setelah penerapan pembelajaran.40

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang atau kejadian atau hal minat yang diinvestigasi.41

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 2 Majene tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 173 orang. Persebaran siswa secara terperinci dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Populasi siswa-siswi Kelas X SMAN 2 Majene Kabupaten Majene

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara probability sampling dengan teknik simple random sampling yakni sampel diambil dari

40

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.83.

41

(54)

populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.42 Dengan cara ini diperoleh kelas X.2 yang terdiri dari 28 orang yang terpilih sebagai kelas sampel.

Alasan peneliti mengambil cara ini karena peneliti memperoleh informasi bahwa pembagian kelas tidak berdasarkan tingkat kepandaian siswa. Sehingga kelas-kelasnya bersifat heterogen.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki prosedur penelitian tertentu. Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan sebagai berikut:

a. Menentukan sekolah untuk penelitian.

b. Meminta izin kepada kepala sekolah SMAN 2 Majene.

c. Melakukan kesepakatan dengan guru bidang studi matematika tentang materi yang akan diteliti dan lamanya waktu penelitian.

d. Menyusun dan menyiapkan perangkat pembelajaran, yaitu: 1) Rencana pelaksanaan pembelajaran.

2) Buku petunjuk guru. 3) Lembar kerja siswa.

42

(55)

4) Kunci lembar kerja siswa.

e. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian, yaitu: 1) Lembar pengamatan aktivitas siswa.

2) Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. 3) Lembar angket respon siswa.

4) Lembar validasi RPP. 5) Lembar validasi LKS.

6) Lembar penilaian kinerja siswa dan petunjuk penilaian. 7) Lembar soal tes akhir.

8) Lembar kunci soal tes akhir. 2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan dalam tahap pelaksanaan meliputi: a. Jadwal Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. b. Proses Pembelajaran

(56)

3. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilaksanakan pada akhir pertemuan. Tes hasil belajar ini dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan metode peta pikiran diterapkan.

4. Respon Siswa

Pada akhir pembelajaran, siswa diberi lembar angket respon siswa untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode peta pikiran.

5. Tahap Analisis Hasil Penelitian

Setelah penelitian dilakukan, selanjutnya kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah menganalisis semua data yang diperoleh dan kemudian menulis laporan.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan validasi terhadap instrumen penelitian kepada beberapa validator dimana instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

a. Lembar observasi aktivitas siswa

(57)

Adapun yang akan diamati adalah sebagai berikut: 1) Kategori aktivitas aktif siswa:

a) Menyelesaikan soal

b) Membuat atau melengkapi catatan

c) Menyampaikan pendapat atau memberikan penjelasan secara lisan d) Berdiskusi atau bertanya kepada teman atau guru

e) Mengajukan pertanyaan atau meminta penjelasan guru dan teman f) Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman g) Kegiatan lain dalam tugas, contohnya: menunjukkan gerakan

seperti sedang berfikir yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar atau tugas yang dihadapi, dan sebagainya.

2) Kategori aktivitas pasif siswa:

a) Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman b) Kegiatan lain diluar tugas, contohnya: tidak memperhatikan

penjelasan guru, melakukan aktivitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. (mengantuk, mengobrol, melamun, dan lain sebagainya).

Gambar

Gambar Dimensi….29
Tabel 2 Populasi siswa-siswi Kelas X SMAN 2 Majene
Tabel 3  Kriteria Penilaian
Tabel 4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Awk adalah sebuah pemrograman seperti pada shell atau C yang memiliki karakteristik yaitu sebagai tool yang cocok untuk.. jobs juga sebagai pelengkap (complicated) untuk

fisiologis sistem gastrointestinal : konstipasi pada pasien stroke yang immobilisasi. di

terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan, dengan karir yang baik dan motivasi yang tinggi dari karyawan maka kepuasan kerja yang diinginkan pada Dinas

Gambar 3- Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga Cengkeh dari Daerah di Maluku. Gambar 4-Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga

Transformasi desain bangunan tradisional Souraja pada bangunan kantor pemerintah di Palu meliputi transformasi : bentuk bangunan (bentuk panggung), bentuk geometri

Penelitian ini bertujuan menganalisis status kerentanan Aedes aegypti terhadap insektisida yang sering digunakan program untuk pengendalian vektor DBD yaitu kelompok

Bahan organik yang berasal dari Trichokompos TKKS terformulasi dapat meningkatkan pori- pori tanah, memperbaiki tata udara dan air tanah, sehingga menyebabkan kebutuhan