• Tidak ada hasil yang ditemukan

Garis radiasi = letusan, letupan, ledakan, spontan, pemusatan

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK E Prof (Halaman 81-115)

Gambar 39. Garis Vertikal = Kemuliaan, stabil, tegar, kokoh

Gambar 40. Garis horizontal berirama = kemalasan, lesu

Gamba 41. Garis radiasi = letusan, letupan, ledakan, spontan, pemusatan

Gambar 42. Garis Diagonal = Labil, bergerak

Gambar 43. Garis zig zag = semangat, kegairahan

Gambar 45. Garis perspektif mengecil = tebal, pelebaran, perluasan

Gambar 46 Garis perspektif terbalik =menyerang, berat

Gambar 48. Garis lengkung memusat = mengembang, gembira

Gambar 49. Garis lengkung kubah = kekuatan, kekerasan, berat

Gambar 51. Garis Llngkung mengembang = fantastis, ceria, kegembiraan

Dari semua itu jelaslah bahwa garis tidak sekedar satu bentuk dari unsur utama sebuah gambar atau lukisan yang demikian sederhana, banyak segi lain yang terkandung di dalamnya dan semua itu tergantung dari bagaimana penerapan atau pengolahan dari materi itu sendiri. Di bawah ini ditampilkan contoh beberapa garis dengan bentuk dan sifat yang memberikan kesan dan makna;

f. Bidang dan tekstur

Bidang adalah suatu bentuk raut pipih, datar dan sejajar dengan dimensi panjang dan lebar serta menutupi permukaan. Bidang dapat diartikan sebagai bentuk yang menempati ruang dan bentuk bidang sebagai ruangnya sendiri disebut dwimatra (Sanyato, 2010:103). Macam-macam bentuk bidang meliputi bidang geometri dan non geometri.

Bila sebuah garis diteruskan melalu belokan atau paling sedikit dua buah siku sampai kembali lagi pada titik tolaknya, wilayah yang dibatasi di tengah garis tersebut menjadi suatu bidang (Djelantik, 1999: 23). Adapun menurut Susanto (2011: 55) bidang adalah sebuah area yang dibatasi oleh garis baik oleh garis formal maupun garis yang sifatnya ilusi, ekspresi atau sugestif.

secara nisbi hanya ada dua yaitu luas dan sempit. Arah bentuk bidang hanya ada tiga yaitu horizontal, vertikal dan diagonal. Komposisi bidang atau tata rupa bidang diatur oleh interval tangga bidang baik secara raut, ukuran, maupun arah garis (Sanyoto: 2010).

Dalam sebuah desain, suatu bidang dapat terbentuk dengan ulasan pensil atau kuas. Bisa saja merupakan bercak yang memiliki batas sebagai bagian dari tepinya. Besar kecilnya bidang tersebut sangat berarti dalam sebuah gambar atau desain. Ia memberikan kesan suatu bentuk tertentu yang dalam ragam hias merupakan bagian yang penting.

Tidak jauh berbeda dengan garis, bidang pun mempunyai peran yang cukup besar dalam suatu desain. Perbedaan sifat yang nyata antara garis dan bidang terletak pada kekuatannya. Suatu bidang akan Iebin mengarah pada sifat yang mendimensi, betapapun kecilnya dalam suatu desain akan memberikan kesan tersebut. Bidang rnembentuk massa tertentu dengan batas yang nyata bahkan cukup kuat. Sifat dimensinya itu bisa kita lihat dalam bentuk-bentuk yang membawa kesan dua atau tiga dimensi. Seperti dalam garis tadi, pada bidang pun akan kita jumpai beberapa kemungkinan bentuk antara lain: datar, Iengkung, bersudut tajam, melebar, bulat serta banyak lagi kemungkinan lain yang dapat kita peroleh. Pada gambar di bawah ini kita perhatikan beberapa contoh dari bentuk bidang yang masing-masing memiliki kesan tersendiri.

Gambar 53. Bidang lengkung

g. Tekstur

Tekstur adalah nilai atau ciri khas permukaan atau raut. Nilai atau ciri khas permukaan tersebut dapat kasar, halus, polos, bermotif atau bercorak, mengkilat, buram, licin, keras, lunak, dan sebagainya. Tekstur ada yang bersifat teraba, disebut tekstur raba. Ada yang bersifat visual disebut tekstur lihat. Tekstur raba adalah tekstur yang dapat dirasakan lewat indera peraba (ujung jari). Tekstur lihat adalah tekstur yang dirasakan lewat panca indera penglihatan.

Beberapa cara untuk memperoleh efek tekstur ini, antara Iain dengan goresan-goresan halus, dabing atau ketokan, poles atau pusaran, cecek berupa titik-titik pada saat proses membuatnya.

Gambar 56. Tekstur dibuat dengan tekanan-tekanan

Gambar 58. Tekstur dibuat dengan ketokan atau dabing

Gambar 59. Tekstur dibuat dari lingkaran terus menerus tanpa putus dan tumpang tindih dalam pusaran

Gambar 61. Tekstur dibuat dari perpaduan garis horisontal, vertikal, diagonal

Gambar 62. Tekstur dibuat dengan cecek atau titik-titik

1. Fungsi ragam hias

Bertolak dari apa yang kita lihat pada sekian banyaknya ragam hias di Indonesia ini, maka dapat diketahui fungsi dari ragam hias yang terdapat pada benda atau karya atau suatu bidang atau pada suatu bangunan. Kita perhatikan misalnya pada ragam hias yang terdapat pada barang-barang gerabah, tenun, ukiran kayu, batik dan banyak lagi benda pakai tradisional kita. Pada setiap bagian suatu benda atau karya yang telah dihiasi dengan ragam hias, sudah barang tentu mempunyai fungsi. Adapun fungsi ragam hias diantaranya adalah fungsi simbolis, fungsi hanya sebagai penghias saja ( keindahan), dan fungsi sebagai konstruksi.

a. Fungsi ragam hias sebagai simbol

Ragam hias difungsikan sebagai simbol banyak terdapat pada benda-benda yang dianggap atau dipercaya mempunyai nilai-nilai ajaran atau

nilai-nilai budaya oleh suatu masyarakat tertentu. Ada kalanya ragam hias sebagai simbol menggambarkan sesuatu yang dijadikan visi dan misi suatu lembaga. Hal ini hampir semua lembaga yang ada didunia menggunakan.

Gambar 63. Lambang keraton Yogyakarta

Lambang yang selalu menghiasi bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta tersebut adalah Praja Cihna. Nama tersebut diambil dari bahasa sansekerta Praja yang berarti Abdi Negara dan Cihna yang berarti Sifat Sejati. Secara harafiah, Praja Cihna bisa diartikan sebagai Sifat Sejati Abdi Negara.

Makna secara mendalam lambang Keraton Yogyakarta

Di bawah ini sebuah kutipan tentang nilai simbolis dari lambing Keraton Yogyakarta. LAR utawa swiwine peksi garuda kang megar, minangka gegambaran agung lan wibawane praja sarta sang nata. Swiwi garuda megar, sanggite keagungan sarta kawibawane karaton –dalem sarta salira –dalem. Kanthi madhep, manteb, teteg, sawiji, greged, sengguh ora mingkuh anggone gasata pusering nagari-dalem, cihnane panentrem, pangayem, pangayom. Artinya: Sayap burung garuda yang mengepak lebar menggambarkan keagungan dan kewibawaan keraton (sebagai lembaga eksekutif) yang tegas, mantap, kuat, total, dinamis,

kesejahteraan negara-rakyat. Sebuah sifat wajib bagi seorang pemimpin, dan penentram, pelindung.

b. Fungsi ragam hias sebagai penghias (keindahan)

Fungsi ragam hias sebagai penghias saja atau hanya untuk menambah keindahan barang yaitu, ragam hias tersebut tidak mempunyai fungsi lain selain menghias.

Gambar 64. Penerapan ragam hias pada gerabah

Gambar 66. Penerapan ragam hias pada tenun

Gambar 67. Penerapan ragam hias pada batik

Gambar 69. Penerapan ragam hias pada ukir kayu

Gambar 70. Penerapan ragam hias pada batu

c. Fungsi ragam hias sebagai konstruksi

Yang dimaksud dengan ragam hias berfungsi sebagai konstruksi adalah, bahwa disamping sebagai keindahan, ragam hias tersebut juga mempunyai nilai konstruksi. Contoh yang banyak dijumpai adalah ornamen yang terdapat pada tiang atau pilar penyangga atap bangunan.

2. Manfaat ragam hias

Setelah kita melihat sekian banyak ragam hias di Indonesia ini, apa manfat dari ragam hias yang terdapat pada benda atau karya atau suatu bidang atau pada suatu bangunan. Kita perhatikan misalnya pada ragam hias yang terdapat pada barang-barang gerabah, tenun, ukiran kayu, batik dan banyak lagi benda pakai tradisional kita. Pada setiap bagian suatu benda atau karya yang telah dihiasi dengan ragam hias, sudah barang tentu mempunyai manfaat.

Demikian luas ragam hias ini dalam kegiatan kesenirupaan tidak dapat kita sangsikan lagi. Selain berperan secara visual juga banyak mengungkapkan sifat ekspresif sebagai ungkapan senimannya. Ini merupakan cermin diri seniman yang tercurah pada karyanya. Di sini ragam hias berperan sebagai media pengungkapan perasaannya

.

Kenyataan demikian itu rupanya berlaku tanpa mengenal masa, hal ini ternyata dapat kita telusuri sejak dulu sampai sekarang, pada saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang, maka ragam hias tak dapat kita abaikan begitu saja. Ragam hias senantiasa muncul dan hadir di tengah kita, muncul di tengah-tengah lingkungan kebudayaan materi yang menyatu pada alam kehidupan manusia ini.

Jelaslah bahwa ragam hias sebagai unsur pokok dalam dunia kesenirupaan sangat banyak artinya, bergerak dari kawasan yang sederhana sampai pada bentuk yang rumit dalam penciptaan karya. Mulai dari karya primitif dari gambar-gambar manusia purba sampai karya mutakhir, peranan dari ragam hias tetap mempunyai kedudukan penting pada karya seni rupa. Dari kenyataan seperti itu jelaslah unsur pokok ini merupakan "hegemoni" dari kerajaan besar seni rupa. Begitu besar pengaruh dan perannya pada karya serta perjalanan hidup seniman yang mampu berekspresi lewat unsur ini.

Lampiran Uraian Materi Kegiatan Pembelajaran 2 - Corak, Teknik, Warna,

dan Bahan Dalam Menggambar Ragam Hias

1. Corak Ragam Hias

Berdasarkan waktu dan ciri-ciri atau karakter dari karya yang ditampilkan, karya seni ragam hias memiliki beberapa corak yaitu: a. Ragam hias Primitif

Karya ragam hias yang diciptakan pada zaman purba atau zaman primitif. Ciri-ciri umum dari seni ornamen primitif adalah sederhana, tegas, kaku, cenderung bermotif geometris, berupa goresan

spontan, biasanya mengandung makna simbolik tertentu.

Sedangkan komposisi yang diterapkan biasanya berderet, sepotong-sepotong, berulang, berselang-seling, dan sering juga dijumpai penyusunan secara terpadu. Karya seni primitif memberi gambaran kesederhanaan dan gambaran perilaku masyarakat pada zaman itu. Seni primitif bersifat universal karena ciri-ciri umumnya hampir sama di seluruh dunia.

b. Ragam hias klasik

Adalah hasil karya ragam hias yang telah mencapai puncak-puncak perkembangannya atau telah mencapai tataran estetis tertinggi, sehingga sulit dikembangkan lebih lanjut. Ia telah mempunyai bentuk dan pakem yang standard, struktur motif dan pola yang tetap, memiliki susunan, irama yang telah baku dan sulit untuk diubah dalam bentuk yang lain. Hal terpenting telah diterima eksistensinya tanpa mengalami perubahan lagi. Contohnya ornamen Majapahit, Pajajaran, Jepara, Bali, Surakarta, Madura, Mataram dan lain-lain. Seni klasik bersifat kedaerahan, karenanya masing-masing daerah memiliki ragam hias klasik dengan corak dan ciri-ciri tersendiri.

Gambar 73. Motif hias klasik Madura

c. Ragam hias tradisional

Ragam hias tradisional adalah ragam hias yang berkembang ditengah-tengah masyarakat secara turun-temurun, tetap digemari dan dilestarikan sebagai sesuatu yang dapat memberi manfaat

masa. Ragam hias tradisonal bisa berasal dari seni klasik atau seni primitif, namun setelah mendapat pengolahan-pengolahan tertentu,

dilestarikan kemanfaatannya demi memenuhi kebutuhan,

khususnya dalam hal kebutuhan estetis. Oleh sebab itu corak ragam hias tradisional merupakan pembauran atau kombinasi dari seni klasik dan primitif. Hasil atau wujud dari pembauran tersebut tergantung dari sumber mana yang lebih kuat, yang akan memberi kesan/corak yang lebih dominan. Misalnya motif tradisonal Majapahit, Bali, Jogyakarta, Pekalongan dan beberapa daerah lainnya lebih dominan bersumber pada corak motif klasik. Sedangkan motif tradisional Irian Jaya, Toraja, motif suku Dayak dan motif Kalimantan, maka corak primitifnya lebih menonjol. Ragam hias tradisonal bersifat kolektif.

Gambar 74. Ragam hias tradisional ceplok ambar sekar diterapkan pada kain dengan teknik batik

Gambar 75. Ragam hias tadisional ceplok kenongo diterapkan pada kain dengan teknik batik

d. Ragam hias modern atau kontemporer

Ragam hias ini merupakan hasil kreasi atau ciptaan seniman yang baru dan lepas dari kaidah-kaidah tradisi, klasik atau primitif. Ragam hias ini bersifat individu. Proses dan terciptanya ragam hias modern terkadang bertolak atau mengambil inspirasi dari seni primitif atau tradisional atau merupakan hasil inovasi/kreativitas seniman secara pribadi, sehingga karya yang tercipta merupakan cerminan pribadi senimannya.

Gambar 77. Ragam hias modern diterapkan pada kayu dengan teknik ukir

Adanya berbagai corak dalam seni ragam hias bukan berarti antara corak yang satu dengan yang lainnya mempunyai nilai estetis atau nilai kegunaan lebih tinggi atau lebih rendah, karena masing-masing corak memiliki keunggulan karakter, ciri, dan nilai estetika tersendiri. Perbedaan corak tersebut hanya berdasarkan pada periode perkembangan, tampilan fisik, dan sifat penciptaannya. Sedangkan yang menyangkut kegunaan dan nilai estetis pada dasarnya adalah sama. Adanya anggapan bahwa suatu corak lebih baik dari corak lainnya semata-mata karena selera individu.

Gambar 78. Ragam hias hasil kreasi penciptanya, diterapkan pada kain dengan teknik batik

2. Teknik perwujudan ragam hias

Beberapa cara atau gaya yang dijadikan konsep dalam pembuatan karya ragam hias adalah sebagai berikut:

a. Teknik realis atau naturalis

Teknik pembuatan ragam hias dengan cara realis atau naturalis adalah pembuatan motif ragam hias yang berusaha mendekati atau mengikuti bentuk-bentuk secara alami tanpa melalui suatu gubahan. Bentuk-bentuk alami yang dimaksud, berupa bentuk binatang, tumbuhan, manusia dan benda-benda alam lainnya.

Gambar 79. Ragam hias realis yang diterapkan pada kayu dengan teknik ukir

Gambar 80. Ragam hias realis tumbuhan yang diterapkan pada kain dengan teknik batik

mengubah bentuk tertentu, dengan tidak meninggalkan identitas atau ciri khas dari bentuk yang digubah/distilirisasi. Bisa dengan menggayakan bentuk tertentu menjadi karya seni ornamen atau raga hias. Bentuk-bentuk yang dijadikan inspirasi adalah binatang, tumbuhan, manusia, dan benda alam lainnya.

Gambar 81. Ragam hias flora fauna yang distilasi diterapkan pada tenun

c. Teknik kombinasi atau kreasi

Pembuatan dengan cara ini yaitu motif hias yang dibuat dengan mengkombinasikan beberapa bentuk atau motif, yang merupakan hasil kreasi dari senimannya. Motif yang tercipta dengan cara ini biasanya mewakili karakter atau identitas individu penciptanya (idealisme)

Ada beberapa benda pakai yang menggunakan cara untuk

mewujudkannya. Hal tersebut mungkin disengaja untuk

mendapatkan ciri tersendiri. Cara demikian dapat berhasil apabila pencipta desain dengan cermat menerapkan pengulangan dari bidang tersebut secara tepat dan baik. Sebaliknya apa yang hendak dicapai itu akan merusak bentuk keseluruhan, seandainya pertimbangan yang dibuat tidak sempurna.

Pada ragam hias benda tiga dimensi dapat kita temukan bentuk-bentuk bidang yang mempunyai sifat lekuk atau menonjol. Kedua keadaan ini dapat kita katakan sebagai sifat yang positif, yakni yang diIihat menonjol atau menjorok dari permukaan bendanya,serta negatif bagi beberapa bentuk yang Iekuk atau lebih rendah dari permukaan yang datar dari bendanya. Keduanya mempunyai kekuatan tersendiri yang tentu saja tergantung pada penerapannya terhadap benda yang dihias itu. Sifat demikian akan sangat terasa bila kita perhatikan bagaimana bidang tersebut diterapkan dalam kaitannya dengan bentuk ragam hias pada jenis ukiran kayu, tulang ataupun logam.

Penggunaan bidang dalam ragam hias seperti itu sangat banyak, bisa diterapkan dengan bentuk yang sederhana bahkan ada juga yang demikian rumit dan padat. Keadaan yang terakhir ini kita jumpai misalnya pada bentuk-bentuk yang saling bertumpuk, ini terdapat pada jenis ukiran maupun pada ragam hias datar seperti untuk kain.

Gambar 84. Ragam hias yang diterapkan pada kain dengan teknik batik

Mengenai ukuran yang dipergunakan pada ragam hias sudah tentu turut menentukan bentuk penampilan secara keseluruhan. Hal itu disebabkan karena bidang yang merupakan unsur penting bagi setiap ragam hias senantiasa memberikan kesan tertentu. Demikian pentingnya peranan bidang ini dapat kita rasakan pada setiap desain, terlebih Iagi dalam setiap hiasan.

Bagi para pengrajin tradisional yang telah banyak pengalaman dalam mengerjakan ragam hias, maka tidaklah sulit untuk membedakan mana garis dan mana bidang. Keterampilan mereka dalam hal ini tidaklah sesulit apa yang kita duga. Hal itu disebabkan karena di antara mereka secara rutin selalu mengerjakan hal-hal yang boleh dikatakan serupa. Hal itu terjadi seperti apa yang kita sebut sebagai ciri-ciri tertentu dari setiap karya tradisional. Oleh karena itu, kita dapat menjumpai keanekaragaman bentuk menurut daerah penghasil, walaupun bendanya bisa saja memiliki kesamaan.

Dengan berbagai jenis seperti itu kita patut bangga, karena hal itu merupakan kekayaan dari budaya kita. Yang Iebih menarik Iagi adalah terdapatnya suatu masyarakat yang mempunyai potensi kreasi yang demikian besar. Suatu potensi yang melahirkan kekayaan kebudayaan materi yang demikian banyak corak serta ragamnya.

d. Tekstur

Berbicara tentang garis dan bidang sebagai bagian pokok dari suatu ragam hias, perlu juga kiranya kita bicarakan sedikit tentang unsur Iain yang tidak kalah pentingnya dalam memberikan kesan tertentu yaitu apa yang kita kenal dengan tekstur. Tekstur adalah suatu unsur yang memberikan sifat-sifat tertentu dalam menampilkan kesan. Sifat atau kesan tadi dapat menyatakan halus,

berbintik-permukaan antara kaca dengan amplas, atau berbintik-permukaan batu dengan permukaan kayu atau lémbutnya sutera dengan Iembutnya bulu. Kesemuanya itu adalah kesan rabaan yang kita jumpai. Dalam suatu gambar atau satu desain hal tersebut dinamakan tekstur.

Pemakaian tekstur didalam suatu ragam hias akan banyak memberikan kesan memperkaya bentuk. Ini tentu saja tergantung dari penerapannya. Cukup banyak kiranya benda pakai yang memanfaatkan unsur ini, seperti apa yang dapat kita jumpai pada beberapa benda tradisional yang terdapat di Indonesia. Hal ini mudah kita temukan bila kita perhatikan bagaimana tekstur ini diterapkan demikan baik pada benda-benda jenis keramik, barang ukiran serta jenis barang Iainnya.

Gambar 86. Ragam hias geometris yang diterapkan pada kain dengan teknik batik

Gambar 87. Ragam hias yang diterapkan pada gerabah dengan teknik butsir

e. Teknik untuk mendapat efek tekstur

Beberapa cara untuk memperoleh efek tekstur ini, antara Iain dengan goresan-goresan halus, dabing atau ketokan, poles atau pusaran, cecek yaitu berupa titik-titik pada proses.

Gambar 88. Tekstur dibuat dengan tekanan-tekanan

Gambar 89. Tekstur dibuat dengan goresan-goresan garis halus, pendek, putus-putus serta saling silang

Gambar 91. Tekstur dibuat dari lingkaran terus menerus tanpa putus dan tumpang tindih dalam pusaran

Gambar 92. Tekstur dibuat dengan cap

Gambar 93. Tekstur dibuat dari perpaduan garis horisontal, vertikal, diagonal

Gambar 94. Tekstur dibuat dengan cecek atau titik-titik

Dari beberapa contoh tekstur, terlihat bahwa sifat dari tekstur tersebut diatas dapat memperkaya sifat fisik suatu karya. Selain cara ini tentu saja masih banyak cara lain dapat kita lakukan. Bagi desainer kemungkinan tersebut banyak sekali dapat diperoleh melalui penguasaan teknik pengerjaan serta penguasaan alat-alat yang dipergunakan sehingga memberikan berbagai varian di dalam bentuk dari ragam hias. Semua itu dapat dicapai melalui pengolahan unsur-unsur tersebut secara tepat dan sempurna.

Dengan demikan jelaslah bahwa ketiga unsur yakni, garis, bidang serta tekstur, masing-masing memberikan peran yang sangat besar dalam setiap bentuk yang diungkapkan oleh tangan para seniman pembuatnya. Melalui ketepatan menggunakan unsur tersebut serta penciptaan yang sempurna disertai keterampilan pengerjaan, akan menghasilkan karya yang sangat menarik.

2. Warna ragam hias

Penyelesaian Gambar ragam hias bertujuan untuk membuat karya tersebut menjadi lebih indah. Gambar yang difinishing akan nampak lebih jelas dan menarik. Beberapa teknik yang bisa digunakan untuk melakukan finishing dalam pembuatan ragam hias adalah sebagai berikut:

a. Teknik hitam-putih

Yaitu penyelesaian suatu karya ragam hias yang hanya memanfaatkan tinta atau pensil hitam. Penyelesaian dengan cara ini dimaksudkan untuk menimbulkan kesan gelap-terang, penyinaran, kesan jarak, dan kesan volume. Teknik penyelesaian (finishing) dilakukan dengan sistem arsiran (searah, bebas, dusel) pointilis yaitu penyelesaian dengan menggunakan titik-titik.

Gambar 95. Pembuatan ragam hias dengan penyelesaian hitam putih

b. Teknik warna

Jenis teknik atau cara ini menggunakan warna sebagai unsur pokok. Teknik ini dilakukan dengan beberapa sistem. Plakat yaitu menerapkan warna secara plakat (poster) sesuai dengan warna motif yang diinginkan. Gradasi (warna tersusun bertingkat) yaitu dengan menerapkan warna secara tersusun baik dari warna gelap kewarna terang atau sebaliknya. Gelap-terang yaitu menerapkan warna dari warna gelap ke warna terang dengan menebarkan warna (bukan tersusun).

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan teknik dengan warna dipengaruhi pengetahuan seseorang tentang teori warna yang menyangkut; jenis warna, teknik pencampuran warna, efek yang ditimbulkan, nilai warna, sifat warna, makna warna dan

Gambar 96. Ragam hias tumbuhan pada kayu dengan teknik ukir, finishing warna

Seperti telah diketengahkan dalam pendahuluan, kita akan mencoba melihat beberapa jenis ragam hias, yang dalam hal ini, telah dicoba pengelompokkannya menurut jenis tertentu. Sebelum itu kita mencoba melihat sedikit tentang bagaimana peranan

Dalam dokumen Seni Budaya Seni Rupa SMP KK E Prof (Halaman 81-115)

Dokumen terkait