• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Bagan 2 Garis Waktu dan Pengakuan Pendapatan

PENGECUALIAN: Pendapatan dapat diakui sebelum titik penjualan

apabila:

NORMAL: Pendapatan pada umumnya diakui pada titik waktu ini.

PENGECUALIAN:

Pengakuan pendapatan harus ditangguhkan apabila :

Kriteria 1 : Telah direalisasi

Pelanggan memberikan suatu janji pembayaran yang valid DAN

Kriteria 1 biasanya dipenuhi pada titik ini

Pelanggan tidak memberikan suatu jaminan pembayaran yang masih berlaku pada saat penerimaan produk/jasa ATAU Kriteria 2 : Selesai secara substansial

Terdapat kondisi yang secara kontraktual menjamin penjualan yang terjadi kemudian

Kriteria 2 biasanya dipenuhi pada titik ini.

Upaya yang signifikan tetap ada berdasarkan kontrak

Sumber : Stice dan Skousen (2004 : 568)

Menurut Harahap ( 2005:229 ), ada empat kejadian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat diakui pendapatan, yaitu :

1. Pendapatan diakui selama berlangsungnya produksi

Hal ini biasanya terjadi pada perusahaan- perusahaan konstruksi yang memiliki kontrak pembangunan yang sifatnya jangka panjang yang membutuhkan waktu penyelesaian yang lebih dari satu periode. Dalam pekerjaan ini harga kontrak telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati bersama.

2. Pendapatan diakui pada saat selesainya produksi

Dalam hal ini perusahaan akan mengakui pendapatannya apabila produksi yang dilakukan telah selesai seluruhnya. Hal ini dapat dilakukan apabila nilai pasar dari barang dapat ditentukan dengan pasti dan pemasarannya juga terjamin. Biasanya dijumpai pada perusahaan yang memproduksi logam mulia dan hasil pertanian. 3. Pendapatan diakui pada saat kas diterima

Pengakuan pendapatan hingga diterimanya uang tunai digunakan apabila dipenuhinya criteria sebagai berikut ini :

Sebelum titik Penjualan

Titik Penjualan Setelah titik Penjualan

a. Apabila tidak memungkinkan untuk mengukur nilai aktiva yang diterima secara tepat.

b. Apabila masih ada biaya-biaya yang material jumlahnya yang masih harus dikeluarkan, dan biaya tersebut tidak dapat ditaksir jumlahnya dengan tepat.

Pengakuan pendapatan seperti ini biasanya diterapkan oleh perusahaan yang melaksanakan penjualan cicilan atas barang dagangannya.

4. Pendapatan diakui pada saat penjualan

Dalam hal ini pendapatan diakui pada saat produk atau barang dagangan yang diserahkan ataupun jasa-jasa telah diberikan kepada pelanggan. Pengakuan pendapatan berdasarkan penjualan didasarkan pada hal berikut ini :

a. Harga jual telah ditentukan dengan pasti

b. Produk telah berada diluar perusahaan dan telah terjadi pertukaran suatu aktiva

c. Untuk sebagian besar perusahaan, penjualan merupakan peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonomi perusahaan.

d. Sebagian besar biaya produksi telah tejadi dan dengan mudah dapat ditetapkan

Menurut Stice dan Skousen (2004:603), secara umum ada empat dasar (basis) dalam pengakuan pendapatan berdasarkan perkembangannya di dunia usaha, yaitu :

a. Akrual Penuh (Full Accrual)

Metode ini mengakui pendapatan pada saat barang dijual atau jasa diberikan dan dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode pandapatan tersebut dihasilan (earned). Biaya-biaya yang terjadi dilaporkan sebagai beban dalam periode terjadinya pendapatan tersebut. Dengan demikian, pendapatan ini terkait dengan beban pada periode yang sama berdasarkan konsep penandingan (matching principle).

b. Penjualan Cicilan (installment Sales)

Installment sales dapat diartikan sebagai penjualan cicilan. Metode ini diterapkan ketika adanya ketidakpastian penagihan atas kas. Untuk menentukan pendapatan yang diperoleh dari penjualan cicilan, perkiraan khusus harus digunakan untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk menentukan direalisasi atau

tidaknya laba kotor dalam setiap tahun operasi. Pada masing-masing tahun, beban operasi biasa dibebankan terhadap perkiraan beban dan ditutup pada perkiraan ikhtisar rugi laba sesuai dengan prosedur akuntansi biasa. Jadi kekhususan perhitungan laba bersih menurut metode penjualan cicilan seperti yang biasa diterapkan adalah penangguhan laba kotor sampai terealisasinya penagihan piutang dagang. Contoh yang paling umum pendekatan ini digunakan dalam kasus penjualan real estate dimana sama sekali tidak terdapat atau sedikit uang muka yang dibayarkan. Jangka waktu pembayaran bisa lebih dari 10-30 tahun. Sehingga tingkat kegagalan pembayaran yang tinggi pada tahun-tahun awal disebabkan pihak pembeli melakukan investasi kecil dalam kontrak dan juga disebabkan oleh harga pasar properti sering kali tidak stabil.

c. Pemulihan Biaya (Cost Recovery)

Di dalam metode cost recovery, tidak ada pendapatan atau laba yang diakui atas penjualan sampai biaya dari barang yang dijual telah dipulihkan atau tertutup melalui penerimaan kas. Semua penerimaan kas, baik bunga maupun bagian pokoknya, digunakana terlebih dahulu untuk menutup biaya barang yang dijual, kemudian, seluruh penerimaan berikutnya dilaporkan perusahaan sebagai pendapatan.

d. Dasar Kas (Cash Basis)

Pada cash basis, pendapatan diakui dan dilaporkan ke laporan laba rugi pada periode dimana kas diterima atau dibayar dan biaya dibukukan sebagai beban saat terjadinya.

Secara sistematis metode pengakuan pendapatan yang dijelaskan oleh Stice dan Skousen dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 1. Metode Pengakuan Pendapatan

Metode Waktu pengakuan

pendapatan / laba

Perlakuan biaya produk atau biaya langsung

Accrual Basis Pada titik penjualan Dibebankan terhadap

pendapatan pada waktu penjualan atau

pelaksanaan jasa

Installment Sales Pada saat pembayaran kas.

Biasanya sebagian dari pembayaran kas diakui

Ditangguhkan guna dikaitkan dengan sebagian dari setiap pembayaran

sebagai laba. kas. Biasanya dilakukan dengan menangguhkan laba yang diestimasi.

Cost Recovery Pada saat pembayaran kas.

Tetapi hanya setelah semua biaya dipulihkan (tertutup)

Ditangguhkan guna dikaitkan dengan total kas yang diterima.

Cash Basis Pada saat pembayaran kas Dibukukan sebagai beban

pada saat terjadinya.

Sumber : Stice dan Skousen (2004 :603)

2. Pengukuran Pendapatan

Kemampuan dari akuntansi memberi suatu informasi yang baik dapat dilihat dari kemampuannya untuk memberikan konsep pengakuan pendapatan dengan tepat, sehingga membantu para pemakai dalam mengambil keputusan. Saat menentukan pendapatan diakui dapat ditinjau bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dapat diukur dan diprediksi dengan andal.

Pengakuan dan pengukuran merupakan bagian inheren, artinya suatu item dari pendapatan terlebih dahulu ditetapkan pengakuannya, baru kemudian diukur atau ditentukan nilainya. Menurut FASB (Statement of Financial Accounting Concepts No.5) dinyatakan : “Pengukuran adalah pemberian nilai dengan atribut- atribut pengukuran akuntansi pada item tertentu dari suatu transaksi berdasarkan satuan ukur uang”.

Menurut IAI (PSAK No. 23, 2004, halaman 03, paragraph 08) :

“Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon rabat dan volume rabat yang diperbolehkan perusahaan”

Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima, namun apabila arus masuk atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut.

Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang. Nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan suatu tingkat bunga tertentu. Nilai wajar disini dimaksudkan sebagai suatu jumlah dimana aktiva mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar, kemungkinan kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima.

Dalam FASB (Statement of Financial Accounting Concepts No. 5) ada lima atribut atau dasar dalam pengukuran yang biasa digunakan, yaitu :

a. Harga Perolehan

b. Harga Kini atau Nilai Ganti c. Nilai Pasar

d. Nilai Bersih yang Dapat Direalisasi e. Nilai Sekarang yang Didiskontokan

Ad. a. Harga Perolehan

Harga perolehan adalah harga tunai ekuivalen untuk barang atau jasa pada tanggal perolehan. Tanah, bangunan, peralatan, dan hampir semua jenis persediaan merupakan contoh-contoh pos yang umum diakui menggunakan atribut biaya historis.

Ad. b. Harga Kini atau Nilai Ganti

Harga kini atau nilai ganti merupakan harga tunai ekuivalen yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli atau mengganti jenis barang atau jasa yang sama.

Ad. c Nilai Pasar

Nilai pasar merupakan harga tunai ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual suatu aktiva dalam likuidasi yang dilaksanakan secara terarah. Babarapa investasi dalam bentuk sekuritas atau surat berharga dilaporkan dengan menggunakan nilai pasar.

Ad. d. Nilai Bersih yang Dapat Direalisasi

Nilai ini merupakan jumlah kas yang diperkirakan akan diterima atau dibayarkan dari hasil pertukaran aktiva atau kewajiban dalam kegiatan normal

perusahaan. Pada umumnya nilai ini sama dengan harga jual dikurangi biaya penjualan normal. Nilai bersih yang dapat direalisasi ini digunakan untuk mengakui piutang jangka pendek dan jenis-jenis kewajiban tertentu seperti hutang dagang.

Ad. e. Nilai Sekarang yang Didiskontokan

Nilai ini merupakan jumlah arus kas masuk bersih di masa mendatang yang didiskontokan pada nilai sekarang. Piutang jangka panjang dan kewajiban jangka panjang menggunakan atribut ini. Pengukuran pendapatan biasanya mengacu pada nilai sekarang dari kas atau yang setara dengan kas yang akhirnya akan diterima sebagai hasil proses dari suatu transaksi wajar dan biasanya harus diukur dengan nilai wajar yang diterima atau yang dapat diterima. Nilai ini menunjukkan ekuivalen kas ataupun nilai diskonto tunai dari uang yang diterima ataupun tagihan-tagihan dari uang yang akan diterima dalam pertukaran produk atau jasa yang ditransfer perusahaan kepada para pelanggannya.

Dalam pengukuran pendapatan, Belkaoui (2006:279) menjelaskan bahwa “pendapatan itu diukur dalam hal nilai dari produk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi wajar (arm-length)”. Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas uang yang diterima atau akan diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelanggannya.

Secara lanjut, dua interpretasi utama yang timbul dari konsep ini adalah : 1. Diskon kas dan pengurangan apa pun dalam harga tetap, seperti kerugian

dari piutang tak tertagih adalah penyesuaian yang diperlukan untuk menghitung ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas klaim uang yang sebenarnya dan sebagai konsekuensinya, harus dikurangin ketika menghitung pendapatan.

2. Untuk transaksi non-kas, nilai pertukaran ditetapkan setara dengan nilai pasar wajar dari pengorbanan yang diberikan atau diterima, mana yang lebih mudah dan lebih jelas untuk dihitung.

D. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Jasa Konstruksi

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk ini mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Suatu transaksi diakui sebagai pendapatan jika transaksi itu dapat memenuhi beberapa kriteria yang sudah lazim diterima, dengan demikian, sebuah kejadian ekonomi akan mudah digolongkan sebagai pendapatan dengan menganalisis ciri-ciri transaksi tersebut sesuai dengan kriteria yang berlaku.

Perusahaan yang usahanya bergerak dalam bidang jasa, maka pendapatan utamanya akan berasal dari hasil penjualan atau pendapatan atas jasa yang telah diberikan kepada pihak lain. Jasa yang diberikan ini bermacam-macam jenis dan bentuknya, tergantung dari usaha pokok yang dijalankan masing-masing

perusahaan bersangkutan. Pada perusahaan jasa konstruksi, pendapatan diperoleh dari hasil penyelesaian jasa konstruksi yang timbul akibat dari perjanjian pelaksanaan konstruksi antara perusahaan yang bersangkutan. Pada perusahaan jasa konstruksi, pendapatan diperoleh dari hasil penyelesaian jasa konstruksi yang timbul akibat dari perjanjian-perjanjian pelaksanaan konstruksi antara perusahaan dengan pihak lain.

Menurut IAI (PSAK No. 34, 2004, halaman 01, paragraph 02) : “Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu asset atau suatu kombinasi asset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi dan fungsi atau tujuan atau penggunaan pokok”.

Menurut pengertian di atas, kontrak konstruksi merupakan perjanjian yang dibuat antara perusahaan konstruksi dengan pemberi kerja untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang telah disepakati baik dalam harga kontrak maupun jenis pembangunan yang saling berkaitan dengan sejumlah asset yang berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan dan penggunaan pokok. Kontrak seperti ini misalnya konstruksi pembangkit tenaga air yang membutuhkan sistem terpadu yang kompleks dalam pembangunannya.

Dalam pelaksanaan kontrak konstruksi atas suatu kontrak, ada sumber yang dikorbankan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut. Sumber ini dapat berupa barang-barang modal, tanah, bahan baku, tenaga kerja, barang setengah jadi,

barang jadi, dan juga waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Selain itu, biaya-biaya yang dikeluarkan merupakan faktor yang sangat penting dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas pekerjaan yang dimaksud. Biaya konstruksi merupakan biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan serta menyelesaikan pekerjaan kontrak konstruksi. Menurut IAI (PSAK No. 34, 2004, halaman 05, paragraph 15), biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kontrak konstruksi antara lain :

a. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu,

b. Biaya yang dapat diterapkan pada pelaksanaan kontak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tersebut,

c. Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pemberi kerja sesuai isi kontrak.

 Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu

Biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak tertentu meliputi biaya-biaya yang dapat diterapkan kepada suatu kontrak untuk jangka waktu sejak kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak tersebut. Misalnya biaya pekerjaan lapangan, biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi, penyusutan sarana dan peralatan, maupun klaim dari pihak ketiga. Biaya-biaya tersebut dapat dikurangi dengan keuntungan yang bersifat insidental yaitu keuntungan yang tidak termasuk dalam pendapatan kontrak, misalnya keuntungan dari penjualan kelebihan bahan dan pelepasan sarana dan peralatan pada akhir kontrak.

 Biaya yang dapat diterapkan pada pelaksanaan kontak pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak tersebut, yang meliputi :

1. Asuransi

2. Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan kontrak tertentu

3. Biaya-biaya overhead konstruksi

 Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pemberi kerja sesuai isi kontrak.

1. Pengakuan pendapatan jasa konstruksi

Perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, sumber utama pendapatannya diperoleh dari penyelesaian kontrak konstruksi. Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK No. 34, 2004, halaman 03, paragraph 10), menyebutkan bahwa pendapatan kontrak terdiri dari :

a. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak

b. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran intensif : (i) Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan (ii) Dapat diukur secara andal

Penyimpangan yang disebut diatas adalah suatu instruksi yang diberikan oleh pemberi kerja mengenai perubahan dalam lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam suatu kontrak. Suatu penyimpangan dapat menimbulkan peningkatan atau penurunan dalam pendapatan kontrak. Contohnya, perubahan dalam spesifikasi atau rancangan asset atau perubahan lamanya kontrak.

Pembayaran intensif adalah jumlah tambahan yang dibayarkan kepada kontraktor apabila standar-standar pelaksanaan yang telah dispesifikasikan telah terpenuhi atau terlampaui. Misalnya, suatu kontrak mungkin mengizinkan suatu

pembayaran tambahan kepada kontraktor untuk suatu penyelesaian yang lebih awal dari suatu kontrak, oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari suatu periode ke periode berikutnya. Contohnya: a. Kontraktor dan pemberi kerja mungkin menyetujui penyimpangan atau klaim

yang meningkatkan atau menurunkan pendapatan kontrak pada periode setelah periode dimana kontrak pertama kali disetujui.

b. Nilai pendapatan yang disetujui dalam kontrak dengan nilai tetap dapat meningkat karena ketentuan-ketentuan kenaikan biaya.

c. Nilai pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul akibat keterlambatan kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut.

d. Bila dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit output, pendapatan kontrak meningkat apabila jumlah unit meningkat.

Untuk kontrak konstruksi, jangka waktu penyelesaian dari suatu kontrak mungkin meliputi dua atau lebih periode akuntansi, sedangkan laporan keuangan dibutuhkan untuk setiap periode akuntansi, bahkan dibutuhkan laporan keuangan dengan interval waktu yang lebih singkat, oleh karena itu, permasalahan utama dalam akuntansi kontrak konstruksi adalah menentukan saat yang tepat kapan pendapatan harus diakui. Apabila dilakukan kesalahan dalam pengakuan pendapatan maka akan mengakibatkan overstated atau understated dalam penyajian laporan keuangan.

Kesalahan tersebut berupa berpindahnya pendapatan suatu periode menjadi pendapatan pada periode lainnya. Proses pengakuan pendapatan tersebut harus berpedoman pada prinsip pengakuan pendapatan yang diatur pada standar

akuntansi keuangan. Pendapatan kontrak konstruksi dapat diakui bila kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, dan dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak.

Pada umumnya, jenis kontrak yang terjadi bila dipandang dari segi waktu pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu kontrak jangka panjang dan kontrak jangka pendek. Untuk kontrak jangka pendek, perusahaan tidak akan menemui kendala dalam mengakui jumlah pendapatan yang diperoleh karena umumnya penyelesaian pekerjaan tersebut akan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat atau dalam satu periode kegiatan. Lain halnya dengan kontrak yang penyelesaiannya memakan waktu lebih dari satu periode akuntansi maka akan timbul suatu masalah yaitu bagaimana pengakuan pendapatan yang dilakukan terhadap kontrak konstruksi tersebut.

Ada dua metode akuntansi yang jelas berbeda untuk kontrak-kontrak pembangunan jangka pendek dan jangka panjang yang dikenal oleh profesi akuntansi menurut Kieso dan Weygandt (2002 : 9), yaitu :

a. Metode Persentase Penyelesaian b. Metode Kontak Selesai

Ad.a. Metode Persentase Penyelesaian

Di dalam metode persentase penyelesaian, pendapatan dan laba kotor diakui pada setiap periode berdasarkan kemajuan proses konstruksi, yaitu persentase penyelesaian. Biaya konstruksi ditambah laba kotor yang dihasilkan sampai hari ini diakumulasi dalam sebuah akun persediaan (Konstruksi dalam proses), dan

termin diakumulasikan dalam akun kontra persediaan (Tagihan atas konstruksi dalam proses).

Tingkat kemajuan penyelesaian suatu pekerjaan ditentukan dengan membandingkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam suatu periode akuntansi dengan taksiran biaya yang diakui untuk penyelesaian pekerjaan tersebut. Pendapatan dan biaya yang telah diakui dalam suatu periode tertentu akan dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya yang telah diakui pada periode sebelumnya.

Secara umum konsep dari metode persentase penyelesaian dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Perusahaan akan mengakui pendapatan dan biaya sesuai dengan kemajuan perusahaan dalam menyelesaikan kontraknya dan tidak menangguhkan pengakuan unsur-unsur ini sampai kontrak diselesaikan.

b. Pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian. Jumlah pendapatan yang diakui didasarkan pada ukuran tertentu dari kemajuan penyelesaian. Pengakuan ini memerlukan taksiran mengenai biaya-biaya yang masih akan dikeluarkan.

c. Timbulnya perubahan-perubahan taksiran atas biaya-biaya di kemudian hari merupakan hal yang biasa dan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dibuat pada tahun dimana taksiran itu direvisi.

d. Pendapatan dan biaya yang diakui pada tahun tertentu dipengaruhi oleh pendapatan dan biaya yang sudah diakui.

e. Biaya yang sebenarnya dikeluarkan dan laba yang diakui selama periode pembangunan dibebankan pada persediaan.

f. Jika perusahaan memproyeksikan kerugian atas kontrak sebelum penyelesaian, jumlah seluruh kerugian harus segera diakui.

Ada syarat atau kondisi dimana metode persentase penyelesaian digunakan untuk menghitung pendapatan suatu kontrak menurut Kieso dan Weygand, (2002:9), yaitu :

1. Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan pemberlakuannya mengenai barang atau jasa yang akan diberikan dan diterima oleh pihak yang terlibat dalam kontrak, imbalan yang akan dipertukarkan, serta cara dan syarat penyelesaian.

2. Pembeli/pemberi kerja dapat diharapkan untuk memenuhi semua kewajiban dalam kontrak

3. Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual tersebut.

Berkaitan dengan pengukuran tingkat penyelesaian pekerjaan ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan suatu kontrak menurut Stice dan Skousen, (2004:587). Metode tersebut dapat dibagi dalam dua kategori yaitu :

1. Ukuran Masukan (Input Measures), meliputi : a. Metode biaya ke biaya (cost to cost method)

b. Metode upaya yang dikeluarkan (efforts-expended method) 2. Ukuran hasil (Output Measures)

Ad. 1. Ukuran Masukan (Input Measures)

Ukuran masukan merupakan usaha yang digunakan untuk suatu kontrak. Ukuran ini didasarkan pada hubungan yang ditetapkan atau yang diasumsikan antara satu unit input dengan produktivitasnya. Ukuran masukan ini meliputi : a. Metode biaya ke biaya (cost to cost method)

Di dalam metode ini, tingkat penyelesaian ditentukan dengan membandingkan antara biaya yang telah dikeluarkan dengan estimasi terakhir dari suatu total biaya yang diperkirakan untuk menyelesaikan suatu kontrak. Persentase dari biaya yang terjadi terhadap total biaya yang diperkirakan dikalikan dengan harga kontrak untuk menentukan pendapatan yang akan diakui sampai periode tersebut dan juga laba bersih yang diperkirakan dari kontrak guna memperoleh laba sampai periode tersebut.

b. Metode upaya yang dikeluarkan (efforts-expended method)

Metode upaya yang dikeluarkan didasarkan pada beberapa ukuran atas pekerjaan yang telah dilakukan. Ukuran tersebut meliputi jam kerja buruh, upah buruh, jumlah mesin dan lainnya. Tingkat penyelesaian diukur dengan cara yang sama dengan yang digunakan dalam pendekatan biaya ke biaya, yaitu diukur dengan cara membandingkan usaha yang dikeluarkan dengan taksiran biaya yang masih diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebagai contoh jika ukuran dari pekerjaan yang dilaksanakan adalah jam kerja maka

Dokumen terkait