• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

F. Sumber dan Media Belajar

6. Gaya Bahasa

Menurut Gorys keraf, gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

Gaya Bahasa Penegasan

a. Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum.

109 Contoh:

Dalam bergaul hendaklah kau waspada; jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah berarti emas.

b. Antitesis adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan.

Contoh:

Tinggi rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu.

c. Antiklimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya.

Contoh:

Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu.

d. Klimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya.

Contoh:

Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibukota, hari proklamasi dirayakan dengan meriah.

e. Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata itu diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.

Contoh:

Si Pelit dan Si Gendut sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung.

f. Eufemisme adalah gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata kasar atau kurang sopan.

110 Contoh:

Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran.

g. Hiperbolisme adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya. Contoh:

Suaranya mengguntur membelah angkasa.

h. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud.

Contoh:

Nico pergi ke Bandung mengendarai Kijang.

i. Paralelisme adalah gaya bahasa pengulangan seperti yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedangkan di bagian akhir disebut epifora. Contoh:

Anafora Epifora

Sunyi itu duka Cintaku untukmu Sunyi itu kudus Sayangku untukmu Sunyi itu lupa Hidupku untukmu

j. Pleonasme adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kara sebelumnya.

Contoh:

Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Lutfi berkelahi di tempat itu.

k. Parafrase adalah gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misalnya pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur.

111

l. Repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa.

Contoh:

Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang. Sekali merdeka, tetap merdeka!

m. Retoris adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak bertanya. Oleh karena itu, kalimat tanya retoris tidak membutuhkan jawaban.

Contoh: Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan? n. Sinekdoke, gaya bahasa ini terbagi menjadi dua, yaitu:

(1) Pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan.

Contoh:

Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp 10.000,00

(2) Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.

Contoh:

Indonesia mengalahkan Spanyol 5-0 dalam final Piala Dunia o. Tautologi adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan

kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat. Contoh: Harapan dan cita-citanya terlalu muluk. Gaya Bahasa Perbandingan

a. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh.

112

Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudera kehidupan kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi badai dan gelombang.

b. Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri.

Contoh:

Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu?

c. Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya.

Contoh:

Semangat juangnya berjuang, tak gentar menghadapi musuh. d. Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan benda-benda

mati atau benda-benda hidup selain manusia dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia.

Contoh:

Burung perkutut bernyanyi-nyanyi di pagi hari.

e. Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dsb) sehingga pernyataan menjadi lebih jelas.

Contoh: Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam.

f. Simbolik adalah gaya bahasa kiasan, menggunakan lambang-lambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu.

Contoh: Janganlah kau menjadi bunglon! Gaya Bahasa Pertentangan

a. Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu.

113 Contoh:

Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah.

b. Kontradiksio in terminis adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian.

Contoh:

Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus terdengar.

c. Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat. Contoh:

Anak ayam mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.

Gaya Bahasa Sindiran

a. Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan pernyataan yang mengecilkan kenyataan sebenarnya.

Contoh:

Ia menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi.

b. Ironi adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud si pembicara.

Contoh: Eh, manis sekali teh ini! (maksudnya pahit).

c. Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah.

Contoh: Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet! d. Sinisme adalah semacam ironi, tetapi agak lebih kasar.

Contoh: Hai, harum benar baumu! Tolong agak menyisih sedikit!

114 Lampiran 3

SOAL PRETEST

Dokumen terkait