• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BELAJAR

GAYA BELAJAR Pengertian Gaya Belajar

Gaya Belajar

Uraian Materi

GAYA BELAJAR Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar adalah variasi cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Pada dasarnya, gaya belajar Anda adalah metode yang terbaik memungkinkan Anda dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik. Kebanyakan ahli setuju bahwa ada tiga macam dasar gaya belajar.

Setiap individu memungkinkan untuk memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi dari gaya belajar yang berbeda. Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi.

Ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar yaitu:  Modalisme adalah bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah.  Dominasi otak adalah cara dan bagaimana kita mengatur dan mengolah

informasi. 1

Dalam berbagai literatur tentang belajar dan pembelajaran, kita akan menjumpai sejumlah konsep tentang gaya belajar siswa, dan salah satunya adalah gaya belajar sebagaimana dikemukakan oleh David Kolb, salah seorang ahli pendidikan dari Amerika Serikat, yang mempopulerkan teori belajar “Experiential Learning”.

Kolp mengklasifikasikan Gaya Belajar seseorang ke dalam empat kecenderungan utama yaitu:

1. Concrete Experience (CE)

Siswa belajar melalui perasaan (feeling), dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Siswa melibatkan diri sepenuhnya melalui pengalaman baru, siswa cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.

2. Abstract Conceptualization (AC)

Siswa belajar melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Siswa menciptakan

1 DePorter, Bobbi. 2004. Quantum Learning – Membiasakan belajar nyaman dan

Gaya Belajar konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat, dengan mengandalkan pada perencanaan yang sistematis.

3. Reflective Observation (RO)

Siswa belajar melalui pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat, siswa mengobservasi dan merefleksi pengalamannya dari berbagai segi. 4. Active Experimentation (AE)

Siswa belajar melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Siswa akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Selanjutnya Kolb mengemukakan, bahwa setiap individu tidak didominasi oleh satu gaya belajar tertentu secara absolut, tetapi cenderung membentuk kombinasi dan konfigurasi gaya belajar tertentu, yang diklasifikasikannya ke dalam 4 (empat) tipe:

Tipe 1. Diverger

Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Reflective Observation (RO), atau dengan kata lain kombinasi dari perasaan (feeling)

Gaya Belajar dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Diverger memiliki keunggulan dalam kemampuan imajinasi dan melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda, kemudian menghubungkannya menjadi sesuatu yang bulat dan utuh. Pendekatannya pada setiap situasi adalah “mengamati” dan bukan “bertindak”. Siswa seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide dan gemar mengumpulkan berbagai informasi, menyukai isu tentang kesusastraan, budaya, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “Why?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai Motivator.

Tipe 2. Assimilator

Tipe kedua ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari pemikiran (thinking) dan pengamatan (watching). Siswa dengan tipe Assimilator memiliki keunggulan dalam memahami dan merespons berbagai sajian informasi serta mengorganisasikan merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas.

Biasanya siswa tipe ini cenderung lebih teoritis, lebih menyukai bekerja dengan ide serta konsep yang abstrak daripada bekerja dengan orang. Mata pelajaran yang yang diminatinya adalah bidang sains dan matematika. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang Expert.

Tipe 3. Converger

Tipe ini perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective Observation (RO) atau dengan kata lain kombinasi dari berfikir (thinking) dan berbuat (doing). Siswa mampu merespons terhadap berbagai peluang dan mampu bekerja secara aktif dalam setiap tugas yang terdefinisikan secara baik. Siswa gemar belajar bila menghadapi soal dengan jawaban yang pasti, dan segera berusaha mencari jawaban yang tepat. Dia mau belajar secara trial and error hanya dalam lingkungan yang dianggapnya relatif aman dari kegagalan.

Siswa dengan tipe Converger unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga

Gaya Belajar cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif). Dia cenderung tidak emosional dan lebih menyukai bekerja yang berhubungan dengan benda dari pada manusia, masalah sosial atau hubungan antar pribadi.

Mata pelajaran yang yang diminati adalah bidang IPA dan teknik. Mereka biasanya lebih banyak bertanya “How?”. Peran dan fungsi guru yang cocok untuk menghadapi siswa tipe ini adalah sebagai seorang Coach, yang dapat menyediakan praktik terbimbing dan dapat memberikan umpan balik yang tepat.

Tipe 4. Accomodator

Tipe ini perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Active Experimentation (AE) atau dengan kata lain kombinasi antara merasakan (feeling) dengan berbuat (doing). Siswa tipe ini senang mengaplikasikan materi pelajaran dalam berbagai situasi baru untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapinya. Kelebihan siswa tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru yang menantang.

Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/ informasi) dibanding analisa teknis. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis, sering menggunakan trial and error dalam memecahkan masalah, kurang sabar dan ingin segera bertindak. Bila ada teori yang tidak sesuai dengan fakta cenderung untuk mengabaikannya. Mata pelajaran yang disukainya yaitu berkaitan dengan lapangan usaha (bisnis) dan teknik.

Mereka biasanya lebih banyak bertanya “What if?”. Peran dan fungsi guru dalam berhadapan dengan siswa tipe ini adalah berusaha menghadapkan siswa pada “open-ended questions”, memaksimalkan kesempatan siswa untuk mempelajari dan menggali sesuatu sesuai pilihannya. Penggunaan Metode Problem-Based Learning tampaknya sangat cocok untuk siswa tipe yang keempat ini.2

Jenis-Jenis Gaya Belajar

Gaya Belajar Secara umum, gaya belajar dapat dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi (perceptual modality), cara memproses informasi (information processing), dan karakteristik dasar kepribadian (personality pattern). Pengelompokan berdasarkan perceptual modality didasarkan pada reaksi individu terhadap lingkungan fisik dan cara individu menyerap data secara lebih efisien.

Pengelompokan berdasarkan information processing didasarkan pada cara individu merasa, memikirkan, memecahkan masalah, dan mengingat informasi. Sedangkan pengelompokan berdasarkan personality pattern didasarkan pada perhatian, emosi, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu.

Ada tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh). Setiap individu menggunakan semua indera dalam menyerap informasi. Tetapi, secara umum, individu mempunyai kecenderungan lebih kuat pada salah satu gaya belajar. Sebagian individu mudah menangkap informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain menyukai informasi bentuk verbal dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan cara aktif dan interaktif. Berikut adalah jenis-jenis gaya belajar : Gaya Belajar Visual

Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar/visualisasi akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide atau informasi daripada disajikan dalam bentuk penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut.

Ciri-ciri gaya belajar visual:

1.

Bicara agak cepat

2.

Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi

3.

Tidak mudah terganggu oleh keributan

4.

Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

Gaya Belajar

6.

Pembaca cepat dan tekun

7.

Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

8.

Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

9.

Lebih suka musik dari pada seni

10.

Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual : 1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. 2. Gunakan warna untuk menandai hal-hal penting.

3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. 4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).

5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. Gaya Belajar Auditorial.

Sementara itu, individu yang cenderung memiliki gaya belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan mendengarkan. Mereka menikmati saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

1. Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri. 2. Penampilan rapi.

3. Mudah terganggu oleh keributan.

4. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat.

5. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

6. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.

7. Biasanya ia pembicara yang fasih.

8. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. 9. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.

10. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual.

11. Berbicara dalam irama yang terpola.

12. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.

Gaya Belajar 1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas

maupun di dalam keluarga.

2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. 3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.

4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.

5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.

Gaya Belajar Kinestetik

Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan belajar sangat baik apabila mereka dilibatkan secara fisik dalam poembelajaran. Mereka akan berhasil dalam belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : 1. Berbicara perlahan.

2. Penampilan rapi.

3. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan. 4. Belajar melalui memanipulasi dan praktek.

5. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

6. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca. 7. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.

8. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.

9. Menyukai permainan yang menyibukkan.

10. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu.

11. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik: 1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.

2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).

3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.

Gaya Belajar 5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.3

Cara Mengetahui Gaya Belajar Seseorang Langkah pertama

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui gaya belajar. Dengan menggunakan observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas. Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswa-siswa yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar. Klasifikasikan mereka sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.

Metode lain bisa digunakan, misalnya dengan memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram. Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-spasial akan lebih tertarik dan antusias. Setelah itu, cobalah dengan metode pembelajaran menggunakan praktek atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang mereka.

Langkah Kedua

Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa dilakukan dalam menyatukan model rumah ini, pertama adalah melakukan praktek langsung dengan mencoba menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-potongan yang ada; kedua adalah dengan melihat gambar desain rumah secara keseluruhan, baru mulai

Gaya Belajar menyatukan; dan ketiga adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah tersebut dari awal hingga akhir.

Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian rumah secara keseluruhan. Pembelajar auditory cenderung membaca petunjuk tertulis mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu mempedulikan gambar yang ada. Sedangkan pembelajar kinestetik akan langsung mempraktekkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan. Dari pengamatan terhadap cara kerja siswa dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih memahami gaya mengajar siswa secara lebih mendetail.

Langkah Ketiga

Cara yang lebih komprehensif yaitu dengan melakukan survey atau tes gaya belajar. Namun demikian, alat survey ataupun tes ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan tes tersebut harus membayar dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang dirasa cukup mahal. Namun demikian, karena menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau tes psikologi semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera mengetahui gaya belajar siswa. Nah, dari ketiga cara mengetahui gaya belajar siswa di atas tergantung kita untuk menggunakan cara yang mana. Cara pertama dan kedua membutuhkan usaha yang keras dari kita dalam memetakan dan mengklasifikasikan gaya mengajar siswa yang terdapat dalam satu kelas. Namun demikian, kedua cara ini tidak membutuhkan biaya yang mahal. Untuk lebih akurat, memang cara ketiga bisa diambil, namun konsekuensinya tentu saja perlu mengeluarkan biaya untuk survey ataupun tes gaya belajar.4

Manfaat Memahami Gaya Belajar

Manfaat Memahami Gaya Belajar Anda Penting untuk diingat bahwa Anda sebagai seorang individu adalah pembelajar yang unik. Tidak ada dua orang yang persis sama dan tidak ada dua orang yang bisa belajar

Gaya Belajar dengan cara yang persis sama. Ada banyak keuntungan untuk memahami gaya belajar yang Anda miliki agar dalam belajar, kita bisa memproses informasi dengan lebih efisien.

Beberapa manfaat tersebut meliputi: Keuntungan Akademik :

1. Memaksimalkan potensi belajar Anda. 2. Sukses pada semua tingkat pendidikan.

3. Memahami cara belajar terbaik dan bisa mendapatkan nilai lebih baik pada ujian dan tes.

4. Mengatasi keterbatasan di dalam kelas. 5. Mengurangi frustrasi dan tingkat stres. Keuntungan Pribadi :

1. Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri. 2. Mempelajari cara terbaik menggunakan otak Anda.

3. Mendapatkan wawasan kekuatan serta kelemahan diri Anda. 4. Mempelajari bagaimana menikmati belajar dengan lebih dalam. 5. Mengembangkan motivasi untuk belajar.

6. Mempelajari bagaimana memaksimalkan kemampuan serta keterampilan alami anda

Keuntungan Profesional.

1. Unggul dalam kompetisi/persaingan.

2. Mengelola tim dengan cara yang lebih efektif.

3. Mempelajari bagaimana cara memberikan presentasi dengan lebih efektif. 4. Meningkatkan keterampilan dalam menjual.

5. Meningkatkan produktivitas Anda.

Perlu diingat bahwa tidak ada cara yang benar atau salah dalam belajar. Setiap orang adalah unik dan setiap gaya belajar memberikan keuntungan sertakekurangan masing-masing. Memahami gaya belajar Anda sendiri dapat membantu Anda untuk belajar serta bekerja secara lebih efisien dan efektif. Sekarang, Agar Anda bisa memahami gaya belajar sendiri yang unik, kita akan membahas setiap gaya belajar lebih detail dan mempelajari langkah-langkah apa yang dapat Anda ambil untuk memilih strategi belajar Anda sesuai dengan gaya belajar yang Anda miliki.5

Gaya Belajar

Teknik Mengajar Siswa dengan Gaya Belajarnya

Yang dimaksud dengan teknik mengajar adalah cara-cara yang dipilih konselor untuk menyampaikan materi. Mengajar dengan gaya belajar siswa yang berbeda. Setelah mengetahui gaya belajar siswa, saatnya konselor menyesuaikan dengan gaya belajar mereka.

Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:

1. Biarkan mereka duduk di bangku depan, sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis.

2. Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu.

3. Putarkan film. Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihapalkan.

4. Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar. 5. Tulis ulang apa yang ada di papan tulis.

6. Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan.

Untuk pembelajar auditory, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:

1. Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll).

2. Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras. 3. Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka.

4. Membuat diskusi kelas. 5. Menggunakan rekaman.

6. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata.

7. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran.

8. Belajar berkelompok.

Sedangkan untuk pembelajar kinestetik, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:

1.

Perbanyak praktek lapangan (field trip).

Gaya Belajar

3.

Membuat model atau contoh-contoh.

4.

Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid-murid yang lain.

5.

Perbanyak praktek di laboratorium.

6.

Boleh menghapal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir misalnya.

7.

Perbanyak simulasi dan role playing.

8.

Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.

Dalam prakteknya, satu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok pembelajar semacam ini. Karena itulah, tidak bisa seorang guru hanya mempraktekkan satu metode belajar mengajar untuk diterapkan di seluruh kelas. Bayangkan jika guru mengajar hanya dengan metode ceramah mulai dari awal hingga akhir. Jika dalam satu kelas kecenderungannya lebih banyak pembelajar visual atau kinestetis, maka yang terjadi adalah suasana yang tidak menyenangkan.

Orang-orang visual dan kinestetis akan mulai merasa bosan dengan apa yang diomongkan, hingga yang terjadi mereka akan mulai mencari perhatian dengan berbagai hal yang mengganggu. Ada yang tidak mendengarkan, tidur di kelas, ataupun berlarian ke sana kemari karena tidak tahan untuk terus menerus mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru di dalam kelas. Nah, dalam situasi semacam ini, guru-guru kreatif dan mempunyai inovasi yang tinggi akan segera mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbangkan keragaman gaya belajar siswa. Tidak lagi kemudian menggunakan metode ceramah, tetapi menggunakan metode yang lain yang memungkinkan, misalnya diskusi kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak membosankan.

Namun demikian, yang masih sering terjadi adalah, karena guru merasa tidak diperhatikan, mereka kemudian menggunakan kekuasaan mereka sebagai guru dengan melakukan bentakan yang keras, biasanya disertai ancaman kalau tidak mendengarkan maka mereka akan mendapatkan hukuman. Pola belajar mengajar semacam ini tidak saja membuat proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang mengerikan dan membuat trauma bagi anak didik, tetapi juga mengaduk-aduk dan menyita emosi guru secara terus menerus. Akibatnya, bisa ditebak, tekanan kerja yang semakin berat

Gaya Belajar membuat proses belajar mengajar bagi guru menjadi beban yang tidak lagi menyenangkan.

Situasi semacam ini melahirkan “kalah-kalah”, di mana guru kalah karena walaupun sudah bekerja keras tetapi tidak bisa menikmati pekerjaannya, sementara bagi siswa juga kalah karena proses belajar mengajar tidak lagi menjadi proses yang menyenangkan, tetapi membuat trauma dan kesedihan untuk belajar. Karena itulah, kreativitas dan kemampuan guru untuk memahami gaya belajar siswa sangat penting agar suasana di dalam kelas bisa dibangun dengan lebih kondusif dan