• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gejala Finanitas

Dalam dokumen PENELITIAN lukis tk 2008 (Halaman 70-76)

C. TK ABA Bogoran

4. Gejala Finanitas

Gejala Finanitas, sebagai contoh adalah dapat dilihat pada lukisan Vivi, TK ABA Bogoran berikut.

Gambar 21. Lukisan Vivi, TK ABA Bogoran, gejala Finanitas

Gejala Finanitas tersebut dapat diperhatikan pada kepala wanita yang memakai cunduk mentul sejumlah lima buah, tampak lebih besar dari kepala laki-laki yang memakai blankon. Cunduk mentul merupakan bagian yang uatama, jika dibuat kecil maka cunduk mentul kurang jelas. Anak-anak memang belum mengenal proporsi, dan belum saatnya dikenalkan proporsi manusia. Jika

54 dikenalkan proporsi manusia belum saatnya. Gejala finanitas juga tampak pada kepala laki-laki, sebab kepala tersebut lebarnya sama dengan lebar badannya. Tema lukisan tersebut adalah peragaan busana daerah. Lukisan ini merupakan hasil pembinaan dengan strategi motivasi cerita (lihat lampiran Tabel 8), dipadu dengan demonstrasi di kertas gambar. Anak-anak melukis dengan mencontoh lukisan hasil demonstrasi guru. Walaupun mencontoh lukisan guru, sebagaimana ungkapan Winkel (1987), bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikhis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang mengasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Dalam hal ini terjadi aktivitas mental/psikhis Vivi, dan terjadi interaktif dengan lingkungannya. Lingkungan Vivi adalah seni lukis anak-anak TK ABA Bogoran. Dari hasil interaksi ini menghasilkan perubahan-perubahan, terutama perubahan keterampilan dalam melukis. Dengan mengamati contoh lukisan guru kemudian Vivi melukis disertai dengan perasaan/aktivitas mental, maka menghasilkan suatu lukisan yang mirip, serupa namun tidak sama.

Gejala finanitas pada lukisan Vivi ini, sebagaiman ungkapan Dimiyati (1999: 297), menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sumber belajar terkait dengan lukisan Vivi yang mengandung gejala finanitas ini , adalah perlu adanya contoh-contoh lukisan anak-anak yang cukup bervariasi, sehingga akan membuka wawasan baru baginya. Dengan demikian maka anak akan berkembang corak lukisannya.

5. Gejala Kiri ke kanan

Gejala Kiri ke kanan ini juga banyak didapatkan pada lukisan anak-anak. Perhatikan lukisan berikut ini.

Gambar 22. Lukisan Aziz, TK ABA Bogoran Gejala Kiri ke kanan

Gejala kiri ke kanan ini dapat diperhatikan pada lukisan Aziz tersebut, tampak dari sebelah kiri lukisan pohon, dua hewan berkaki empat (kuda) berwarna orange. Kuda di depan lebih kecil daripada kuda yang beradada di belakang. Kuda di belakang dinaiki oleh seorang dengan memegang tali kendali. Lukisan kuda tersebut dimulai dari kepala (kiri), ke kanan yaitu leher, badan, ekor dan kaki, tampak kedua kepala kuda makan daun. Di atas kedua hewan terdapat tiga awan berwarna biru. Sedangkan matahari berwarna kuning dan bersinar dilukis pada sudut kanan atas. Pernyataan ruang dapat diperhatikan adanya garis lurus pada sisi bawah. Latar belakang tampak masih polos putih , belum di olah.

56 Gejala lukisan Kiri ke kanan ini terpengaruh oleh ketentuan menulis huruf Latin yang dimulai dari kiri ke kanan. Guna memberikan variasi agar tidak memulai melukis dari sisi kiri ke kanan terus menerus, maka diperlukan strategi pembinaan :

a. Melukis mulai dari kanan, baik dengan objek hewan , tumbuhan, maupun benda artifisial.

b. Melukis mulai dari tengah kemudian mengarah ke kanan dan ke kiri hingga memenuhi bidang lukisan.

c. Melukis mulai dari tengah atas menuju bawah dan kemudian menyebar ka kanan dan ke kiri hingga memenuhi bidang lukisan. Minimal dengan tiga macam strategi pembinaan di atas, akan mengatasi lukisan anak-anak dengan gejala Kiri ke kanan. Contoh gejala Kiri ke kanan pada lukisan anak yang lain adalah pada lukisan Rendra berikut.

Contoh lain gejala lukisan anak-anak Kiri ke kanan , pada lukisan berikut.

Gambar 24. Lukisan Rendra, TK Bhineka I Klembon, gejala Kiri ke kanan Tanggal 17-1-2008 dan 12-4-2008

Dalam lukisan Rendra TK Bhineka I Klembon, pada Gambar 24 tersebut tertera tanggal pembuatannya yaitu tanggal 17-1-2008 dan 12-4-2008, hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tiga bulan anak tersebut tetap menunjukkan adanya gejala Kiri ke kanan. Dengan objek dokar, mobil jenis kijang dan jenis picup. Objek dokar, mobil-mobil tersebut dilukis mulai dari kiri ke kanan, yaitu dari kepala mobil kemudian badan dan bagian belakang. Strategi pembinaannya, setelah adanya penelitian ini, guru kelas memotivasi dengan cerita dan pengayaan bentuk sehingga menghasilkan lukisan sebagaimana pada Gambar 12 Lukisan Rofik , TK Bhineka I Klembon pada halaman 35 depan.

58 Jika pembinaan seni lukis anak-anak TK ABA Bogoran salah satunya adalah dengan bebas berekspresi, maka hasil lukisannya mesti sangat bervariasi tema dan objeknya. Dari hasil pengamatan yang mendalam tentang lukisan anak-anak TK tersebut menunjukkan adanya tema dan corak yang sangat mirip, karena dengan metode mencontoh lukisan. Jika pembinaan demikian dilakukan terus menerus maka sebenarnya akan menimbulkan suatu pertanyaan kapan anak-anak TK ABA Bogoran bebas berekspresi sebagaimana tertera pada halaman 45 di depan ?

Pada suatu saat dan secara periodik, mestinya diberikan tema pilihan minimal tiga. Misalnya tema pertama: “susana perayaan HUT Kemerdekaan RI ake - 63 di kampung masing-masing”. Tema kedua : “Karnaval seni dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke - 63 “. Tema ketiga: “ Bantul Ekspo 2008 di Gabusan”. Dengan diungkap melalui cerita guru, masing-masing tema dan anak-anak dimohon menanggapinya, niscaya anak-anak akan timbul fantasinya dan akan melukis yang berbeda-beda. Dengan demikian maka pemberian motivasi-stimulasi bebas berekspresi akan tercapai.

Guna peningkatan apresiasi seni kepada anak-anak, guru dan orang tua, maupun umum, maka disarankan : diperlukan pemajangan karya pada papan pajang yang bersifat aman, permanen, dan diganti secara periodik. Alangkah baiknya jika beberapa karya yang unik, lucu, naif, artistik, dan esetetis dapat dibingkai dan dipajang di ruang-ruang sebagai hiasan, dan sebagai koleksi abadi, sehingga jika dibutuhkan sewaktu-waktu untuk pameran, “siap”. Agar lukisan lebih awet dapat dilapis dengan fiksatif transparan, baru dibingkai.

Dalam dokumen PENELITIAN lukis tk 2008 (Halaman 70-76)