24 Lukisan Ndaru tersebut belum tampak adanya pengayaan objek, hal ini dapat
B. TK Bhineka I Klembon
1. Gejala stereotype
Gejala stereotype dan strategi pembinaan di TK Bhineka I Klembon dapat diperhatikan pada Tabel 1 (lihat lampiran). Sebagai contohnya adalah lukisan berikut:
Gambar 7. Lukisan Rully Ananda, A, gejala stereotype TK Bhineka I Klembon
30 Menurut guru kelasnya, jika terdapat gejala stereotype seperti lukisan Rully di depan, strategi pembinaannya adalah dengan cerita dan ditunjukkan keadaan alam. Di dalam lukisan Rully ini tampak dua gunung dengan matahari terbit di tengahnya. Hal serupa sering diulang-ulang oleh Rully maupun teman yang lain, tema yang diberikan” bebas ”. Jika hal ini terjadi terus menerus maka akan terjadi stagnasi kreatifitas, maka perlu diadakan strategi pembinaan dengan cerita/ ditunjukkan kenyataan, agar anak menjadi kreatif. Berikut adalah contoh lukisan yang sudah dibina dan tidak stereotype lagi.
Gambar 8. Lukisan Rully, kreatif, tidak Stereotype
Lukisan tersebut sangat menarik, kreatif, komposisi sudah bebas-asimetris, terdapat rumah tingkat dua, pohon, matahari dan segitiga coklat di kanan bawah.
Media yang digunakan oleh Rully adalah pensil dan pastel. Pensil digunakan untuk skets bentuk global, sedangkan pastel digunakan untuk mewarna. Tingkat penguasaan teknik masih perlu ditingkatkan, latar belakang masih polos belum diwarna. Namun apabila ditinjau dari segi pembinaan, Rully telah mengalami perubahan yang sangat berarti, karena semula lukisannya menampilkan matahari terbit diantara dua gunung. Pada gambar 8, lukisan matahari telah berada disamping rumah, gunungpun sudah tidak dilukis lagi.
Berikut lukisan Muin, TK Bhineka I Klembon, yang telah berhasil mengembangkan gejala stereotype burung beupa angka tiga telungkup, masih ada tiga burung, menjadi burung yang lengkap berjumlah enam. Hal ini merupakan lukisan hasil pembinaan setelah diadakan penelitian ini. Perhatikan Gambar 9 berikut, burung lukisan Muin telah ada kepala, leher, sayap dan ekornya.
Gambar 9. Lukisan Muin, TK Bhineka I Klembon, pengembangan gejala Stereotype burung
32
Perhatikan warna-warni burung terbang, kuning, hijau, ungu, biu, dan hitam, sangat berani dan tidak ragu-ragu dalam mewarna. Objek yang lain adalah kapal dengan bendera merah putih, berlayar di samudra. Sedangkan di atas burung terbang terdapat awan biru, paling atas terdapat langit berwarna ungu. Media : pensil, pensil warna dan pastel. Pastel digunakan untuk mewarnai samudra sedangkan objek yang lain dengan pensil dan pensil warna. Apa yang telah dilakukan guru kelas TK Bhineka I Klembon dalam pembinaan seni lukis ini, sejalan tujuan pembelajaran pada umumnya.. Tujuan pembelajaran adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkugan, yang menhasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Setidaknya telah terjadi perubahan keterampilan melukis pada diri Muin, semula melukis burung berbentuk angka tiga telungkup, tanpa kepala dan ekor, kemudian telah berkembang menjadi burung terbang lengkap dengan kepala, leher, sayap , badan dan ekor.
Sedangkan tingkat penguasaan teknik memang masih perlu peningkatan, karena masih terdapat bidang yang luas dapat berfungsi sebagai langit, masih tampak putih belum diolah dengan berbagai warna. Menurut guru kelasnya, memang terdapat kendala teknis, sebatas media pensil, pensil warna dan pastel yang telah dikenalkan untuk melukis. Cat air sangat terbatas untuk folder print,
belum digunakan untuk mixed media. Sebenarnya apabila anak-anak telah melukis dengan pastel, tinggal mengenalkan penggabungannya dengan cat air, maka akan terjadi kesan perpaduan yang artistik, terdapat bintik-bintik cat air.
Gambar 10. Lukisan Yovi, TK Bhineka I Klembon, gejala Rabatemen
Lukisan Yovi pada Gambar 10 di atas, merupakan lukisan yang dibuat pada saat penelitian masih berjalan, saat peneliti datang kedua kalinya. Dalam lukisan tersebut tampak adanya gejala rabatemen (rebahan), yaitu pada objek empat pohon yang tumbuh pada lereng gunung sebelah kiri. Hal ini memang sesuai dengan tingkat kejiwaan anak, bahwa semua benda termasuk tumbuhan tersebut berdiri tegak pada dasarnya. Karena dasar gunung miring, maka pepohonan tersebut menjadi rebah, tidak vertikal sebagaiman tumbuhan pada umumnya. Strategi pembinaannya adalah dengan motivasi cerita dan ditunjukkan keadaan alam. Gejala yang lain adalah ” terikat sudut” , terlihat matahari dilukis
34 seperempat bagian di sudut kanan atas, begitu juga tampak adanya bentuk burung angka tiga telungkup. Namun, lukisan Yovi tersebut cukup kreatif bila dibanding dengan teman-temannya. Tampak penyusunan objek yang sangat berani, dengan jalan yang menuju rumah lewat di atas dua gunung biru, sangat fantastis, hal ini sangat jarang ditemui dalam dunia seni lukis anak-anak. Anak-anak TK ternyata sudah dapat melukiskan jalan yang berada di sebelah belakang gunung. Dengan demikian ia telah berusaha melukiskan ruang, secara tidak langsung telah mengenal perspektif.
Sebagaimana yang diungkapkan Affandi dan Dewobroto (2006) bahwa tujuan pembinaan seni lukis anak–anak adalah membina dan mengembangkan fantasi, sensitifitas, kreatifitas dan ekspresi agar menjadi harmonis lahir dan bathin. Demikian juga halnya bahwa pembinaan seni lukis anak-anak di TK Bhineka I Klembon, anak-anak diharapkan peka perasaannya terhadap lingkungan alam ciptaan Tuhan yang penuh dengan keindahan alam. Dengan diberikan motivasi cerita oleh guru kelas sebelum melukis, maka anak-anak akan terbina fantasinya sesuai dengan alur cerita guru. Dengan demikian anak-anak telah mendapat suatu bayangan hal-hal yang akan dilukis. Pemberian motivasi-stimulasi dengan cerita tersebut dipadukan dengan motivasi-stimulasi ditunjukkan kepada kenyataan di alam, mengasilkan suatu lukisan yang fantastis sebagaimana lukisan Yovi tersebut.
Lukisan Yovi tersebut menggunakan media pastel, memang belum optimal jika ditinjau dari tingkat penguasaan teknik. Guna peningkatan teknik, maka perlu diadakan pembinaan dengan pemaduan teknik basah aquarel cat air.
Jika pengadaan cat air merupakan salah satu kendala ekonomis, maka alternatif pemecahannya adalah menggunakan teres (pewarna makanan), relatif murah.