• Tidak ada hasil yang ditemukan

General Assesment

Dalam dokumen Buku Panduan CSL 2 2016 (Halaman 47-57)

PEMERIKSAAN FISIK THORAX DASAR

2. General Assesment

Inspeksi/perhatikanlah :

o Ekspresi wajah pasien tampak sesak/ tidak, nafas cuping hidung, tampak capek,

kelelahan, frekuensi nafas meningkat, sesak, sianosis dan edema, serta tripod position. Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa saat istirahat 14-20 kali permenit.

o Bentuk & ukuran toraks (simetris/ tidak, normochest, barrel chest dan pigeon chest/ pectus

carinatum, pectus excavatum)

o Pergerakan pernapasan (simetris, salah satu bagian tertinggal/ tidak)

o Adanya kontraksi otot-otot pernafasan tambahan yang ditandai dengan retraksi

interkostal,retraksi suprasterna,dan retraksi supraklavikular . 3. Dada Posterior

Meminta pasien duduk tegak diatas tempat tidur, rileks, tangan menyilang di depan dada menyentuh bahu kiri dan kanan serta pemeriksa memposisikan diri di belakang pasien.

Gambar. Posisi pemeriksaan thorak posterior

Inspeksi :

o perhatikanlah dinding dada posterior bentuk dan apakah ada kelainan, deformitas,

asimetris, tanda penting seperti adanya massa ataupun tanda peradangan, bekas luka,dll.

Palpasi :

o Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh penderita

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 48

o Nilai simetrisitas dan ekspansi dada dengan cara letakkan kedua tangan pada dada

posterior dengan kedua ibu jari bertemu di vertebrae thoracal VII, kemudian mintalah pasien inspirasi maksimal diikuti dengan ekspirasi maksimal. Perhatikan perbedaan jarak antar kedua ibu jari pemeriksa.

Gambar. Palpasi untuk menilai ekspansi dinding dada

o Menilai fremitus taktil, dengan menempelkan telapak tangan, bagian polar (tepi luar)

tangan atau jari-jari tangan pada dinding dada pasien secara lembut (untuk merasakan

getaran/taktil) kemudian pasien disuruh untuk mengucapkan kata-kata seperti ―tujuh

tujuh‖ atau ―Sembilan - Sembilan‖ dengan nada sedang. Bandingkan getaran yang timbul antara hemithorak kiri dan kanan secara simetris dengan cara menyilangkan tangan pemeriksa secara bergantian. Jika terdapat kontur tulang iga, usahakan untuk mengikuti alur celahnya (spatum inter-costae) agar mendapatkan getaran yang optimal.

Gambar. Palpasi menilai fremutis taktil (kiri). Lokasi pemeriksaan fremitus taktil (kanan)

Perkusi

o Perkusilah dinding dada posterior kiri dan kanan

o Cara perkusi baik dan benar serta suara perkusi yang dihasilkan sesuai (jangan

melakukan perkusi pada daerah scapula), yaitu dengan cara:

 Hiperektensikan jari tengah tangan kiri (disebut jari fleksimeter), tekan dengan

lembut pada sendi interphalang distal permukaan yang akan diperkusi. Hindari kontak permukaan dengan bagian lain dari tangan, karena hal ini akan mengurangi vibrasi, jari 2,4,dan 5 tidak menyentuh dada.

 Posisikan tangan kanan cukup dekat dengan permukaan dengan jari tengah

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 49 fleksimeter dengan menggunakan ujung jari tengah tangan kanan. ketukan dilakukan dengan cepat untuk menghindari pengurangan vibrasi. Cukup 2 kali ketukan

\ Gambar. Cara Perkusi Thoraks

Hasil perkusi sebagai berikut:

Auskultasi

o Idealnya, auskultasi dilakukan dalam ruangan sunyi. Terkadang suara yang dapat

mengganggu pemeriksaan ini berasal dari gesekan stetoskop dengan

kulit/rambut/pakaian, kontraksi otot. Perlu banyak latihan agar kemampuan auskultasi menjadi handal.

o Ambil dan Periksalah stetoskop, gunakan bagian diafragma

o Bagian telinga stetoskop diarahkan ke anterior atau sejajar dengan arah kanal auditoris

eksternal

o Lakukan auskultasi dengan meminta pasien inspirasi dan ekspirasi.

Gambar. Lokasi auskultasi dada posterior.

o Pemeriksa membandingkan auskultasi kiri dan kanan dari atas ke bawah.

suara nada waktu densitas

pekak >tinggi > pendek padat

redup tinggi pendek <padat

sonor normal normal normal

hipersonor rendah panjang < udara timpani >rendah >panjang udara

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 50

Inspeksi

o Mintalah pasien tetap duduk di tempat tidur dan pemeriksa berada di depan pasien

o Amati ada tidaknya kelainan bentuk dada, gerakan pernafasan, pulsasi di area apeks

jantung serta ada tidaknya tanda tanda kontraksi otot bantu nafas.

Palpasi

o Posisikan penderita berbaring telentang 30 derajat dengan mengelevasi ujung tempat

tidur (Mintalah pasien berbaring supine dengan kedua tangan sedikit abduksi, pastikan baju menutupi daerah payudara kanan untuk pemeriksaan dinding dada kiri dan sebaliknya secara bergantian untuk pasien wanita).

o Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh penderita

o Lakukanlah penilaian ekspansi dinding dada anterior seperti sebelumnya

o Lakukan penilaian fremitus taktil pada dinding dada anterior seperti pada sebelumnya.

o Gunakan ujung permukaan bawah ujung jari anda untuk meraba apeks jantung (Teraba

sebagai pulsasi/ ictus cordis yang berukuran kira-kira setengah mata uang logam (2 cm) dan lokasinya terletak 2 jari medial dari garis midclavikula kiri).

Gambar. Cara Palpasi apeks Jantung

Perkusi

o Lakukan perkusi dinding dada depan kiri dan kanan

o Lakukan perkusi daerah jantung. Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas jantung,

pinggang jantung dan countur jantung.

o Batas Jantung Kanan.

 Mula-mula ditentukan lebih dahulu titik tengah garis midclavikula kanan, jari-jari tangan kanan diletakkan sejajar dengan iga.

 Kemudian dilakukan perkusi mulai dari titik tengah tadi, dari cranial ke arah caudal.

Suara normal yang didapat adalah bunyi sonor yang berasal dari paru.

 Perkusi diteruskan sampai timbul suara redup, biasanya pada sela iga VI kanan. Bunyi redup ini berasal dari batas antara paru dan puncak hati. Puncak hati ini ditutupi oleh diagfragma dan masih ada jaringan paru di atas jaringan puncak hati itu, sehingga terdapat gabungan antara masa padat dan sedikit udara dari paru.

 Setelah didapat titik batas sonor-redup, diukur dua jari kearah cranial.

 Pada titik yang baru ini diletakkan kembali telapak tangan dan jari-jarinya

diposisikan dengan arah jari tegak lurus terhadap iga.

 Kemudian dilakukan perkusi ke arah medial untuk mencari perubahan suara dari

sonor ke redup yang merupakan batas relatif kanan jantung dan normal adalah pada garis sternal kanan. Dari titik batas ini selanjutnya dilakukan perkusi sampai

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 51 pada garis midsternal.

o Batas Jantung Kiri

 Mula-mula ditentukan garis aksila anterior kiri. Kemudian jari tengah diletakan pada

titik teratas garis aksila anterior dengan arah jari sejajar dengan iga.

 Perkusi dari kranial ke kaudal untuk mencari perubahan bunyi dari sonor ke timpani

yang merupakan batas paru dan lambung, biasanya pada sela iga VIII kiri.

 Dari titik ini diukur dua jari ke arah kranial dengan posisi jari kiri tegak lurus terhadap iga, sampai timbul perubahan suara dari sonor ke redup, yang merupakan batas relatif jantung paru. Biasanya terletak pada 2 jari medial garis midclavicular kiri.

 Perkusi diteruskan ke medial, sampai terjadi perubahan suara dari redup ke pekak

yang merupakan batas absolut jantung kiri.

o Batas Jantung Atas

 Tentukan garis sternal kiri lebih dahulu. Dari titik teratas dilakukan perkusi dan arah

sejajar iga ke arah kaudal, sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup. Normal adalah sela iga II kiri.

Gambar. Perkusi Jantung

Auskultasi

o Tetapkan stetoskop erat-erat ke dinding dada, gunakan diafragma

o Auskultasi dinding dada depan dengan meminta pasien inspirasi dan ekspirasi setiap

pemeriksaan pada 4 lokasi suara napas dasar.

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 52 mendengarkan bunyi Jantung I dan II (sisi bel untuk mendengarkan bunyi jantung frekuensi rendah, misalnya bunyi jantung III). Ada beberapa posisi untuk auskultasi jantung, yaitu:

1. Telentang

2. Dekubitus lateral kiri

3. Duduk tegak lurus

4. Duduk membungkuk ke depan

.

Gambar. Posisi auskultasi jantung

o Lokasi titik pemeriksaan auskultasi jantung adalah :

 Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup mitral

 Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan bunyi

jantung yang bersal dari katup trikuspidal.

 Sela iga II kiri untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup pulmonal.

 Sela iga II kanan untuk mendengarkan bunyi yang berasal dari katup aorta.

 Tentukan bunyi jantung, fase, irama dan frekuensinya. Bunyi jantung normal terdiri atas

bunyi jantung I dan bunyi jantung II. Untuk menentukan yang mana bunyi jantung I adalah dengan cara

1. Raba arteri radialis atau arteri karotis atau iktus kordis, dimana bunyi jantung I sinkron dengan denyut nadi arteri-arteri tersebut atau dengan denyut iktus kordis.

2. Fase antara bunyi jantung I dan bunyi jantung II disebut fase sistolik, sedangkan

fase antara bunyi jantung II dan bunyi jantung I disebut fase diatolik. Fase sistolik lebih pendek dari pada fase diastolic.

3. Irama Jantung, normalnya adalah reguler, dengan denyut jantung berkisar antara

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 53 Gambar. Daerah auskultasi jantung

G. DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton and Hall, 1996 , Fisiologi Kedokteran, edisi 9,,EGC,

2. Harrison, 2005, Principles of Internal Medicine, edisi 16,McGraw – Hill, Part 14,2067 – 2231

3. Setiohadi, B., I. Subekti. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen IPD

FK UI. Jakarta

4. Snell,Richard S, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi 6, EGC, Jakarta.

5. Swartz: Textbook of Physical Diagnosis. History and Examination. 5e –

www.studentconsult.com didownload dari

http://www.studentconsult.com/content/default.cfm?ISBN=141600307X&ID=S1

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 54

No Aspek Nilai Feedback

0 1 2 INTERPERSONAL

1 Membina sambung rasa

Senyum, Salam, Sapa memperkenalkan diri

2 Jelaskan tujuan pemeriksaan

3 Mempersilahkan pasien untuk melepaskan pakaian atasnya (baju).

Mintalah pasien untuk ditemani anggota keluarganya kalau khawatir / merasa tidak nyaman

4 Cuci tangan WHO

CONTENT

5 General assessment (laporkan hasil Inspeksi)

Pemeriksaan Dada Posterior

6 Meminta pasien duduk tegak diatas tempat tidur, rileks dan

memposisikan diri di belakang pasien

7 Inspeksi dinding dada posterior (laporkan hasil)

8 Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh penderita

9 Palpasi dinding dada posterior (daerah nyeri tekan atau adanya

kelainan)

10 Lakukan palpasi ekspansi dinding dada 11 Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi

12 Perkusi dinding dada belakang, dengan cara perkusi:

 Hiperektensikan jari tengah tangan kiri (disebut jari

fleksimeter) , tekan dengan lembut pada sendi interphalang distal permukaan yang akan diperkusi.

13  Hindari kontak permukaan dengan bagian lain dari tangan,

karena hal ini akan mengurangi vibrasi, jari 2,4,dan 5 tidak menyentuh dada.

14  Posisikan tangan kanan cukup dekat dengan permukaan

dengan jari tengah agak fleksi, lemaskan dan siap untuk mengetuk.

15  Dengan gerakan cepat tapi santai, pada sendi pergelangan

tangan, ketuk jari fleksimeter dengan menggunakan ujung jari tengah tangan kanan. ketukan dilakukan dengan cepat untuk menghindari pengurangan fibrasi

16 Ambil dan periksa stetoskop, gunakan bagian diafragma, lakukan auskultasi.

17 Minta pasien inspirasi dan ekspirasi setiap titik pemeriksaan Pemeriksaan Dada Anterior

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 55 20 Mintalah pasien berbaring telentang elevasi 30 derajat

21 Berusaha menghangatkan tangan sebelum menyentuh penderita 22 Lakukan penilaian ekspansi dada seperti sebelumnya

23 Minta pasien inspirasi dan ekspirasi

24 Raba apeks jantung dengan menggunakan ujung permukaan bawah ujung jari, tentukan ukuran dan lokasinya.

25 Lakukan perkusi dinding dada depan 26 Lakukan perkusi daerah jantung

Tentukan batas jantung kanan

 Mula-mula ditentukan lebih dahulu titik tengah garis

midclavikula kanan, jari-jari tangan kanan diletakkan sejajar dengan iga.

27  Kemudian dilakukan perkusi mulai dari titik tengah tadi, dari

cranial ke arah caudal. (Suara normal yang didapat adalah bunyi sonor yang berasal dari paru).

28  Perkusi diteruskan sampai timbul suara redup, biasanya pada

sela iga VI kanan.

29  Setelah didapat titik batas sonor-redup, diukur dua jari kearah

cranial.

30  Pada titik yang baru ini diletakkan kembali telapak tangan dan

jari-jarinya diposisikan dengan arah jari tegak lurus terhadap iga.

31  Pada titik yang baru ini diletakkan kembali telapak tangan dan

jari-jarinya diposisikan dengan arah jari tegak lurus terhadap iga.

32  Kemudian dilakukan perkusi ke arah medial untuk mencari

perubahan suara dari sonor ke redup yang merupakan batas relatif kanan jantung dan normal adalah pada garis sternal kanan.

33  Dari titik batas ini selanjutnya dilakukan perkusi sampai

mendapat suara pekak, yang merupakan batas absolut jantung kanan, biasanya pada garis midsternal.

34 Tentukan batas jantung kiri

 Mula-mula ditentukan garis aksila anterior kiri. Kemudian jari tengah diletakan pada titik teratas garis aksila anterior dengan arah jari sejajar dengan iga.

35  Perkusi dari kranial ke kaudal untuk mencari perubahan bunyi

dari sonor ke timpani yang merupakan batas paru dan lambung, biasanya pada sela iga VIII kiri.

36  Dari titik ini diukur dua jari ke arah kranial dengan posisi jari kiri

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 56 Biasanya terletak pada 2 jari medial garis midclavicular kiri

37  Perkusi diteruskan ke medial, sampai terjadi perubahan suara

dari redup ke pekak yang merupakan batas absolut jantung kiri. 38 Tentukan batas jantung atas

 Tentukan garis sternal kiri lebih dahulu.

39  Dari titik teratas dilakukan perkusi dan arah sejajar iga ke arah

kaudal, sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup. Normal adalah sela iga II kiri.

40 Lakukan auskultasi dinding dada depan sesuai 4 lokasi suara napas dasar:

Suara napas trakeal 41 Suara napas bronkial

42 Suara napas bronkovesikuler 43 Suara napas vesikuler

44 Mintalah pasien inspirasi dan ekspirasi di setiap titik pemeriksaan 45 Dengarkanlah suara nafas di setiap titik pemeriksaan

46 Gunakan sisi bel untuk mendengarkan bunyi Jantung I dan II (Gunakan sisi diagfragma untuk mendengarkan bunyi jantung frekuensi rendah, misalnya bunyi jantung III).

Lokasi titik pemeriksaan auskultasi

47 Apeks untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup mitral

48 Sella iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan bunyi jantung yang bersal dari katup trikuspidal. 49 Sela iga II linea parasternal kiri untuk mendengarkan bunyi jantung

yang berasal dari katup pulmonal.

50 Sela iga II linea parasternal kanan untuk mendengarkan bunyi yang berasal dari katup aorta.

PROFESIONALISME

51 Melakukan dengan penuh percaya diri

52 Melakukan dengankesalahan minimal

53 Cuci tangan WHO TOTAL

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 57

PEMERIKSAAN FISIK

Dalam dokumen Buku Panduan CSL 2 2016 (Halaman 47-57)

Dokumen terkait