• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Geometri Transformasi

Pada subbab ini akan dibahas konsep-konsep yang berhubungan dengan geometri transformasi dalam bidang datar.

Definisi 2.13 (Moeharti, 1975)

Transformasi merupakan fungsi 𝑓 yang memetakan titik dari suatu himpunan ke himpunan lain. Pemetaan yang terjadi pada transformasi merupakan sebuah pemetaan korespondensi satu-satu antara dua himpunan.

Transformasi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah transformasi dua dimensi yaitu transformasi yang diterapkan pada bidang Kartesian dua dimensi, dengan sumbu x dan sumbu y. Dengan demikian, fungsi 𝑓 memetakan titik dari himpunan titik dalam bidang Kartesius ke dirinya sendiri. Berikut ini akan dibahas macam-macam transformasi dua dimensi.

Definisi 2.14

Diberikan dua titik 𝐴(π‘₯1, 𝑦1) dan 𝐡(π‘₯2, 𝑦2)dalam koordinat Kartesius. Jarak kedua titik tersebut, dilambangkan dengan 𝐴𝐡, adalah

𝐴𝐡 = √(π‘₯2βˆ’ π‘₯1)2+ (𝑦2βˆ’ 𝑦1)2.

Definisi 2.15 (Moeharti, 1975)

Isometri adalah transformasi yang tidak mengubah jarak. Jika 𝑃’ = 𝑓(𝑃) dan 𝑄′= 𝑓(𝑄), maka 𝑃𝑄 = 𝑃’𝑄’. Jarak titik P dan Q sebelum transformasi sama dengan jarak setelah transformasi, yaitu jarak antara bayangan-bayangan titik-titik P dan Q.

Gambar 2.7 Ilustrasi sebuah isometric f. (Gambar: Pribadi)

Definisi 2.16 (Sartono, 2007)

Diberikan sebuah vektor 𝑣⃗ = βŒ©π‘Ž, 𝑏βŒͺ. Translasi adalah sebuah isometri yang memetakan titik (π‘₯, 𝑦) ke (π‘₯ + π‘Ž, 𝑦 + 𝑏). Vektor 𝑣⃗ disebut vektor translasi yang menentukan arah dan jarak pergeseran. Di dalam operasi translasi, bangun bayangan yang terbentuk kongruen terhadap bangun aslinya.

Contoh 2. 12

Gambar di bawah ini memberikan ilustrasi gambar I ditranslasikan atau digeser menurut vektor v

Gambar 2.8 Ilustrasi Transformasi Translasi (Gambar diambil dari Crowe 2001:4)

Definisi 2.17 (Sartono, 2007)

Diberikan sebuah garis lurus 𝑙.Refleksi atau pencerminan adalah sebuah isometric yang memetakan setiap titik pada 𝑙 ke dirinya sendiri, dan setiap titik 𝐴 yang tidak terletak pada garis 𝑙 dipetakan ke titik 𝐴′ sedemikian sehingga jarak 𝐴 ke 𝑙 sama dengan jarak 𝐴’ ke garis 𝑙. Garis l tersebut disebut sebagai sumbu cermin atau sumbu simetri. Pada transformasi refleksi jarak antara bangun bayangan ke sumbu simetri sama dengan jarak bangun asli ke sumbu simetri.

Contoh 2. 13

Berikut adalah ilustrasi transformasi refleksi segitiga ABC terhadap sumbu l

Gambar 2.9 Ilustrasi Transformasi Refleksi (Gambar diambil dari Crowe 2001:4) Definisi 2.18 (Sartono, 2007)

Rotasi atau perputaran adalah sebuah isometri dengan proses memutar sebuah bangun geometri itu terhadap titik tertentu. Titik yang dimaksud adalah titik pusat rotasi. Selain itu, suatu rotasi juga ditentukan oleh arah rotasi dan besar sudut rotasinya.

Titik rotasi adalah suatu titik pusat yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan arah dan besar sudut rotasi. Titik rotasi ini dapat berada di luar maupun pada bangun geometri yang akan dirotasi. Arah rotasi adalah yang menentukan nilai rotasi positif atau negatif. Jika perputaran searah jarum jam maka rotasi bernilai negatif, sedangkan jika perputaran berlawanan arah jarum jam maka rotasi akan bernilai positif. Besar sudut rotasi menyatakan jauhnya rotasi dilakukan, dan biasanya besar sudut ditentukan dengan ukuran radian atau derajat.

Contoh 2. 14

Berikut adalah ilustrasi rotasi 90Β° terhadap titik pusat rotasi P.

Gambar 2.10 Ilustrasi Transformasi Refleksi (Gambar diambil dari Crowe 2001:3)

Definisi 2.19 (Crowe, 2001:4)

Diberikan vektor 𝑣⃗ dan garis 𝑙 yang sejajar dengan 𝑣⃗. Transformasi pantul geser adalah sebuah isometri sedemikian sehingga setiap titik P dalam bidang ditranslasikan oleh vektor 𝑣,βƒ—βƒ—βƒ—βƒ—kemudian dicerminkan terhadap garis 𝑙 Garis 𝑙 disebut sumbu pantul.

Contoh 2. 15

Berikut merupakan ilustrasi transformasi pantul geser oleh vektor 𝑣⃗ dan sumbu pantul 𝑙.

Gambar 2.11Ilustrasi pantul geser(Gambar diambil dari Crowe 2001:5)

36 BAB III

POLA FRIEZE DAN KRISTALOGRAFI

A. Pengertian Pola Frieze

Pola Frieze adalah group diskret yang termasuk dalam grup simetri bidang yang merupakan subgrup dari translasi yang isomorfis pada Z (Gallian, 2010:461). Grup simetri yang terdapat pada pola frieze adalah translasi, pantul geser, refleksi dan rotasi 180Β°. Pola Frieze banyak ditemui dalam seni dekorasi, arsitektur dan pola pada perhiasan. Pola friezeterdiri atas tujuh pola yang diilustrasikan pada Gambar 3.1 sampai dengan Gambar 3.7 berikut.

Gambar diambil dari https://www.maa.org/sites/default/files/images/

upload_library/4/vol1/architecture/Math/seven.html

1. Pola pertama adalah p1. Pola ini dibangun dari hasil translasi saja. Contoh pola ini dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.1 Ilustrasi Pola p1 dalam Pola Frieze

2. Pola kedua adalah p11g. Pola ini dibangun dari hasil pantul geser. Contoh pola ini dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.2 Ilustrasi Pola p11g dalam Pola Frieze

3. Pola ketiga adalah p1m1. Pola ini dibangun dari hasil translasi dan refleksi vertikal. Contoh dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.3 Ilustrasi pola p1m1 dalam Pola Frieze

4. Pola keempat adalah p2. Pola ini dibangun dari hasil translasi dan rotasi 180Β°. Contoh pola p2 dapat dilihat gambar berikut.

Gambar 3.4 Ilustrasi p2 dalam Pola Frieze

5. Pola kelima adalah p2mg. Pola ini dibangun dari hasil pantul geser, refleksi vertikal, dan rotasi 180Β°. Contoh pola ini dapat dilihat dalam gambar berikut.

Gambar 3.5. Ilustrasi pola p2mg dalam Pola Frieze

6. Pola keenam adalah p11m. Pola ini dibangun dari hasil translasi dan refleksi horizontal. Contoh dapat dilihat sebagai berikut

Gambar 3.6 Ilustrasi pola p11m dalam Pola Frieze.

7. Pola ketujuh adalah p2mm. Pola ini dibangun dari hasil translasi, refleksi horizontal dan refleksi vertikal. Contoh dapat dilihat sebagai berikut

Gambar 3.7 Ilustrasi pola p2mm dalam Pola Frieze.

Secara matematis, setiap pola dalam pola Frieze berasosiasi dengan sebuah grup. Tabel berikut memaparkan grup-grup yang isomorfis dengan setiap pola dalam pola Frieze.

Tabel 3.1 Pola Frieze dan Grup yang Isomorfis dengan pola tersebut

Jenis Pola Frieze Generator Grup yang isomorfis

p1 x : translasi β„€

p2mm

x : translasi

y : refleksi horizontal z : refleksi vertikal

π·βˆžβŠ— β„€2

Pada tabel 3.1 terdapat grup yang isomorfis dengan masing-masing pola.

Dimana pola p1 dan p11g mirip dengan grup β„€, yaitu pola yang terbentuk merupakan hasil satu operasi yaitu masing-masing translasi dan pantul geser, sedangkan grup β„€ dapat di konstruksi dengan operasi penjumlahan. Pola p1m1, p2, dan p2mg mirip dengan grup π”»βˆž karena memiliki dua operasi yang membangun grupnya. Pola p11m mirip dengan hasil dari operasi grup ℀⨂℀2 dimana pola ditranslasikan maka akan mirip dengan grup β„€ kemudian karena adanya refleksi horizontal maka terdapat bayangan yang mirip dengan β„€2. Pola p2mm mirip dengan grup π”»βˆžβ¨‚β„€2 karena memiliki tiga generator dimana untuk π”»βˆž memiliki dua generator dan β„€2 memiliki satu generator.

Berikut ini algoritma yang dapat dipergunakan untuk pola frieze sebuah motif (Gallian,2010: 466).

Gambar 3.8 Diagram Alur Pola Frieze

B. Pengertian Pola Kristalografi

Telah dibahas dalam bagian sebelumnya transformasi satu dimensi yang disebut dengan pola Frieze. Dalam bagian ini akan dibahas transformasi-transformasi dua dimensi yang sebut dengan pola Kristalografi. Kristalografi matematis adalah suatu studi tentang pola (patterns) yang membuat pola-pola tersebut dapat menjadi model untuk struktur kristal (Senechal, 1990).Kristal memiliki struktur yang sangat simetris. Oleh karena itu struktur yang simetris sering disebut sebagai struktur yang memiliki pola kristalografi.

Berbeda dengan pola Frieze yang hanya berdimensi satu, pola kristalografi merupakan pola dalam bidang datar berdimensi dua. Oleh karena itu, pola kristalografi memiliki kisi (Schattschneider, 1978:441). Setiap pola perulangan memiliki pola dasar beberapa titik yang disebut dengan kisi.

Dengan kata lain, pola berulang dalam bidang datar merupakan himpunan semua bayangan titik-titik yang diakibatkan oleh transformasi (translasi, rotasi, refleksi, dan pantul geser) dan memiliki kisitertentu. Dalam pola kristalografi terdapat lima jenis tipe kisi, yaitu jajargenjang, persegi panjang, bujur sangkar, belah ketupat dan segitiga sama sisi. Pola perulangan yang dipetakan tidak hanya berlaku untuk translasi namun dapat pula dipetakan dengan rotasi, refleksi dan pantul geser. Berikut ini kelima tipe kisi yang sedang dibahas.

Gambar 3.9 Lima kisi yang terdapat dalam pola kristalografi

(Gambar diambil dari Gallian,2010: 475)

Pola Kristalografi dibangkitkan oleh transformasi dua arah, refleksi, rotasi, translasi dan pantul geser. Dalam pola kristalografi, rotasi yang digunakan hanyalah rotasi dengan sudut 180Β°, 120Β°, 90Β°dan 60Β° (Crowe,2001:8). Translasi yang diterapkan adalah translasi dua arah.

Berdasarkan 5 tipe kisi yang ada, terdapat 17 pola kristalografi yang terbentuk.

Ketujuh belas pola tersebut diilustrasikan dalam Gambar 3.10 sampai dengan Gambar 3.26 yang diambil dari Gallian (2010: 470-471)

1. Pola pertama adalah p1. Pola ini terbentuk dari hasil translasi dua arah.Kisi yang terdapat dalam p1 adalah jajargenjang, persegi panjang, belah ketupat, persegi, atau segitiga sama sisi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut. Kedua ruas garis berarah memperlihatkan kedua vektor translasi.

Gambar 3.10 pola kristalografi tipe p1

2. Pola kedua adalah p2. Pola ini terbentuk dari hasil rotasi 180Β° dan translasi dua arah. Kisi yang terdapat dalam pola p2 adalah jajargenjang, persegi panjang, belah ketupat, persegi, atau segitiga sama sisi. Contoh

dapat dilihat sebagai berikut. Lingkaran-lingkaran kecil memperlihatkan pusat-pusat rotasi.

Gambar 3.11 pola kristalografi tipe p2

3. Pola ketiga adalah pm. Pola ini terbentuk dari hasil refleksi dan translasi dua arah. Kisi yang terdapat dalam pm adalah persegi panjang atau persegi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut. Garis lurus memperlihatkan sumbu refleksi.

Gambar 3.12 pola kristalografi tipe pm

4. Pola keempat adalah pmg. Pola ini terbentuk dari hasil translasi dua arah, pantul geser dan refleksi. Kisi yang terdapat dalam pola pmg adalah persegi panjang atau persegi.Contoh dapat dilihat sebagai berikut. Garis

lurus menyatakan sumbu refleksi sedangkan garis putus-putus menyatakan sumbu pantul geser.

Gambar 3.13 pola kristalografi tipe pm

5. Pola kelima adalah pgg. Pola ini terbentuk dari hasil translasi dua arah dan pantul geser. Pola pgg memiliki kisi persegi panjang atau persegi.Contoh dapat dilihat sebagai berikut. Kedua garis putus-putus menyatakan sumbu pantul geser.

Gambar 3.14 pola kristalografi tipe pgg

6. Pola keenam adalah cmm. Pola ini terbentuk dari hasil refleksi dua arah dan translasi dua arah. Pola cmm memiliki kisi belah ketupat, persegi, atau segitiga sama sisi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut

Gambar 3.15 pola kristalografi tipe cmm

7. Pola ketujuh adalah p3. Pola ini terbentuk dari hasil rotasi 120Β° dan translasi dua arah. Pola p3 memiliki kisi segitiga sama sisi. Contoh dapat

dilihat sebagai berikut. Pusat rotasi 120Β° ditunjukkan dengan simbol lingkaran kecil.

Gambar 3.16 pola kristalografi tipe p3

8. Pola kedelapan adalah p3m1. Pola ini terbentuk dari hasil refleksi, rotasi 120Β° dan translasi dua arah. Kisi yang terbentuk adalah segitiga sama sisi.

Contoh dapat dilihat sebagai berikut. Salah satu pusat rotasi disimbolkan dengan lingkaran kecil.

Gambar 3.17 pola kristalografi tipe p3m1

9. Pola kesembilan adalah p31m. Pola ini terbentuk dari hasil refleksi, rotasi 120Β° dan translasi dua arah namun sumbu putar tidak terdapat pada sumbu refleksi. Kisi yang terbentuk adalah segitiga sama sisi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.18 pola kristalografi tipe p31m

10. Pola kesepuluh adalah pg. Pola ini terbentuk dari hasil pantul geser dan translasi dua arah. Kisi yang terbentuk adalah persegi panjang dan persegi.

Contoh dapat dilihat sebagai berikut. Garis putus-putus menyatakan sumbu pantul geser.

Gambar 3.19 pola kristalografi tipe pg

11. Pola kesebelas adalah cm. Pola ini terbentuk dari hasil refleksi dan translasi dua arah. Namun, ada pantul geser yang bukan pada sumbu refleksi. Kisi-kisi yang terdapat dalam pola ini adalah belah ketupat, persegi dan segitiga sama sisi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.20 pola kristalografi tipe cm

12. Pola kedua belas adalahpmm. Pola ini terbentuk dari hasil refleksi dua arah dan translasi dua arah. Pola pmm memiliki kisi persegi panjang atau persegi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.21 pola kristalografi tipe pmm

13. Pola ketiga belas adalah p4. Pola ini terbentuk dari hasil rotasi 90Β° dan translasi dua arah. Kisi yang dimiliki oleh p4 adalah persegi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.22 pola kristalografi tipe p4

14. Pola keempat belas adalah p4m. Pola ini terbentuk dari hasil refleksi, rotasi 90Β° dan translasi dua arah. Kisi yang terdapat dalam pola ini adalah persegi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.23 pola kristalografi tipe p4m

15. Pola kelimabelas adalah p4g. Pola ini terbentuk dari hasil pantul geser, rotasi 90Β° dan translasi dua arah. Kisi yang terdapat dalam pola ini adalah persegi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.24 pola kristalografi tipe p4g

16. Pola keenam belas adalahp6. Pola ini terbentuk dari hasil rotasi 60Β° dan translasi dua arah. Kisi yang terbentuk adalah segitiga sama sisi. Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.25 pola kristalografi tipe p6

17. Pola ketujuh belas adalah p6m. Pola ini terbentuk dari hasil refleksi, rotasi 60Β° dan translasi dua arah. Kisi yang terbentuk adalah segitiga sama sisi.

Contoh dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.26 pola kristalografi tipe p6m

Berikut adalah algoritma menurut Crowe (Gallian 2010:474) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu polakristallografi.

Gambar 3.27 Diagram Alur Pola Kristalografi

54 BAB IV PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kajian pustaka pada bab dua dan hasil kajian pola frieze dan kristalografi pada bab tiga, peneliti melakukan analisis kecocokan pola frieze dan pola kristalografi pada 17 pola kain tapis Lampung. Pola kain tapis ini didapatkan dari buku Katalog Kain Tapis Museum Negeri Provinsi Lampung (2015). Berikut adalah hasil analisis pola Frieze dan Pola Kristalografi pada kain tapis Lampung tersebut.

A. Pola Frieze Kain Tapis Lampung 1. Dasar Kain Tapis

Dasar kain tapis ini digunakan sebagai kain awalan untuk membentuk pola yang nanti akan dibuat diatasnya. Bahan dasar kain tapis ini berasal dari benang kapas, yang biasanya memiliki warna merah, putih, hijau dan kuning. Dasar kain tapis ini merupakan dasar kain tapis yang biasanya digunakan oleh masyarakat desa Tulung Buyut, Kecamatan Hulu Sungan, Kabupaten Lampung Utara.

Gambar 4.1 Pola dasar kain tapis

Karena dasar kain tapis ini belum memiliki pola di atasnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pola frieze maupun pola kristalografi yang memenuhi

2. Tapis Jung Sarat

Kain tapis ini biasanya digunakanpada acara pernikahan yang dipakai oleh pengantin wanita, dapat dipakai oleh istri kerabat yang paling tua pada upacara pengambilan gelar, dan penari wanita saat upacara adat.

Bahan dasar kain ini adalah benang kapas, sedangkan motif kain dibuat dari benang emas. Kain tapis Jung Sarat pada gambar 4.2 berasal dari Bandar Sakti, kecamatan Terbanggi Besar, kabupaten Lampung Tengah.

Gambar 4.2 Kain Tapis Jung Sarat

Berdasarkan motif yang ada pada kain tapis ini ditemukan pola frieze. Pola frieze yang memenuhi adalah p2mg, dimana pada Gambar 4.3 motif yang menyerupai segi tiga, dan segi empat masing-masing diputar sejauh 180Β°

dengan pusat rotasi ditandai titik berwarna merah. Kemudian motif tersebut juga memiliki sumbu refleksi vertikal, yang ditandai dengan garis berwarna merah.

3. Tapis KacaBekandang

Kain tapis Kaca Bekandang merupakan hasil kain tapis dari daerah Tanjungkarang, Bandar Lampung. Tapis Kaca Bekandang memiliki bahan dasar benang kapas, benang emas dan kaca. Kain ini biasanya dipakai oleh wanita saat upacara adat.

Gambar 4.4Tapis Kaca Bekandang

Gambar 4.3 Analisis Pola Frieze pada Tapis Jung Sarat

Berdasarkan pola pada kain tapis dapat dilihat bahwa pola frieze yang terbentuk adalah p2mm. Dimana pada Gambar 4.5, motif kotak berwarna putih dapat direfleksikan vertikal kemudian refleksi horizontal. Sumbu refleksi ditandai dengan garis berwarna merah

Gambar 4.5 Analisis Pola Frieze pada Tapis Kaca Bekandang

4. Tapis Kaca

Kain tapis ini berasal dari daerah Teluk Betung, Bandar Lampung.

Bahan benang yang digunakan adalah benang kapas, benang dari serat nanas dan kaca atau manik – manik berbentuk persegi. Kain ini dipakai oleh wanita pada saat upacara adat.

Gambar 4.6 Tapis Kaca

Berdasarkan pola umum yang terbentuk, dapat dilihat ada satu pola frieze. Pertama adalah pola p1m1 dimana motif persegi pada gambar 4.7 memiliki sumbu refleksi. Selain itu terdapat pula translasi.

Gambar 4.7 Analisis Pola Frieze pada Tapis Kaca

5. Tapis Akheng Pesisir

Tapis ini merupakan kain tapis yang berasal dari Belambangan Pagar, kabupaten Lampung Utara. Bahan dasar kain ini adalah benang kapas, benang emas, benang sutra dan kaca. Kain tapis Akheng Pesisir dipakai oleh istri dari Penyimbang ( anak laki – laki tertua dari keturunan tertua) saat upacara pengambilan gelar kerabat dekat.

Gambar 4.8 Tapis Akheng Pesisir

Berdasarkan pola kain tapis Akheng Pesisir, terdapat pola frieze yang terbentuk yaitu p1. Dimana pada gambar 4.9 motif binatang dan bunga mengalami translasi.

Gambar 4.9 Pola Frieze pada Tapis Akheng Pesisir

6. Tapis Pucuk Rebung

Salah satu tapis Pucuk Rebung yang berada di katalog adalah tapis Pucuk Rebung yang berasal dari desa Gedong Batin, BelambanganUmpu, Way Kanan. Bahan dasar tapis ini berasal dari benang kapas dan motif

berasal dari benang emas. Tapis Pucuk Rebung dipakai oleh ibu – ibu atau para istri saat upacara adat.

Gambar 4.10Tapis Pucuk Rebung

Berdasarkan motif kain tapis Pucuk Rebung terdapat dua pola frieze. pertama adalah pola p2mg dimana pusat rotasi pada gambar 4.11 ditandai dengan titik merah, motif segitiga hitamdirotasikan sejauh 1800 yang kemudian terdapat pula sumbu refleksi vertikal yang ditandai dengan garis berwarna merah. Kedua pola p2mm dimana pada gambar 4.11 ditandai dengan adanya sumbu refleksi vertikal dan horizontal berwarna merah.

Gambar 4.11 Analisis Pola Frieze pada Tapis Pucuk Rebung

7. Tapis Sungkai

Tapis ini berasal dari Kabupaten Pringsewu. Benang yang digunakan dalam kain tapis ini adalah benang kapas, dan benang emas.

Kain tapis Sungkai biasa digunakan dalam acara adat dan dipakai oleh pengantin wanita.

Gambar 4.12Tapis Sungkai

Pada kain tapis Sungkai pola frieze yang terbentuk adalah pola p2mg. Dapat dilihat pada Gambar 4.13 motif yang menyerupai segitiga dirotasi sejauh 180Β° dengan pusat rotasi ditandai dengan titik merah.

Kemudian terdapat pula sumbu refleksi vertikal berwarna merah. Pola lain yang terbentuk adalah p1 yaitu motif A ditranslasikan menjadi motif A’.

Gambar 4.13 Pola Frieze pada Tapis Sungkai

8. Tapis Cucuk Andak

Kain tapis Cucuk Andak berasal dari Sukadana, Lampung Timur.

Bahan pembuat tapis ini adalah benang kapas, benang sutera dan benang emas. Tapis Cucuk Andak biasa digunakan dalam acara perkawinan atau pengambilan gelar dan dipakai oleh istri dari penyimbang, terutama daerah Abung, Sungkai, Way Kanan dan Pubian.

`

Gambar 4.14Tapis Cucuk Andak

Kain Tapis Cucuk Andak memiliki pola friezeyaitup1. Dimana sebenarnya motif A ditranslasikan menjadi A’ hanya saja gambar pada sumber memang terpotong. Kemudian motif B ditranslasikan menjadi motif B’, dan motif C akan ditranslasikan menjadi motif C’ dimana pada gambar 4.15 tidak termuat.

Gambar 4.15 Pola Frieze pada Tapis Cucuk Andak

9. Tapis Laut Linau

Kain Tapis Laut Linau berasal dari Pesawaran. Bahan yang dipakai untuk membuat kain ini adalah benang kapas dan benang emas. Kain tapis ini digunakan oleh kerabat jauh istri pada upacara adat, pengiring pengantin, dan penari Cangget.

Gambar 4.16Tapis Laut Linau

Pada kain tapis Laut Linau terdapat dua pola frieze yang terbentuk.

Pola yang terbentuk adalah p2mg dan p1m1. Pola p2mg pada tapis ini dapat dilihat pada Gambar 4.17 dengan pusat rotasinya adalah titik berwarna merah, motif yang berbentuk segitiga dirotasikan sejauh 180Β°

dan memiliki sumbu refleksi vertikal berwarna merah. Kemudian pola p1m1 yaitu proses refleksi ditandai dengan sumbu refleksi vertikal garis

merah, motif persegi di refleksikan terhadap sumbu refleksi dan ditranslasikan. Untuk motif bunga juga berlaku hal yang sama.

Gambar 4.17 Pola Frieze pada Tapis Laut Linau

10. Tapis Sasab Mata Kibau

Kain tapis ini berasal dari desa Pagar Dewa, Tulang Bawang Barat.

Tapis ini berbahan benang kapas dan motifnya ditenun dengan benang emas. Tapis Sasab Mata Kibau biasanya digunakan oleh wanita saat upacara adat Lampung.

Gambar 4.18Tapis Sasab Mata Kibau

Pola frieze yang terbentuk dari motif tapis Sasab Mata Kibau adalah p2mm. PadaGambar 4.19dapat dilihat motif kain ini memiliki sumbu refleksi vertikal dan horizontal.

Gambar 4.19 Pola Frieze pada Tapis Sasab Mata Kibau

11. Tapis Raja Tunggal

Tapis Raja Tunggal berasal dari desa Mulang Maya, kecamatan Kota Bumi Selatan, Lampung Utara. Bahan benang yang digunakan adalah benang kapas dan benang emas. Kain ini dipakai oleh kerabat paling tua pada upacara adat seperti perkawinan, dan pengambilan gelar.

Gambar 4.20Tapis Raja Tunggal

Pola frieze yang terdapat pada tapis Raja Tunggal adalah p2mg dan p1. Dapat dilihat pada Gambar 4.21, pola p2mg pada tapis ini ditandai dengan titik rotasi sejauh 180Β° berwarna merah, dimana motif yang menyerupai segitiga dirotasikan sejauh titik rotasi. Selain itu juga direfleksikan terhadap sumbu refleksi vertikal berwarna merah. Kemudian pola p1 pada tapis Raja Tunggal adalah motif kapal yang ditandai dengan A ditranslasikan menjadi A’, dan motif manusia yang ditandai dengan B ditranslasikan menjadi B’.

Gambar 4.21 Pola Freize pada Tapis Raja Tunggal

12. Tapis Ratu Tulang Bawang

Tapis Ratu Tulang Bawang berasal dari Tanjungkarang, Bandar Lampung. Benang yang digunakan adalah benang kapas sebagai dasar dan benang emas sebagai motif kain. Kainini dikenakan pada saat upacara adat lampungPepadun yang dipakai oleh penyimbang.

Gambar 4.21Tapis Ratu Tulang Bawang

Pola frieze yang sesuai dengan kain tapis ini adalah p1, p2mg dan p1m1. Pola pertama adalah p1, dapat dilihat pada gambar 4.22 motif A dan B masing – masing ditranslasikan menjadi A’ dan B’. Pola kedua adalah p2mg, yang pada Gambar 4.22 bagian b dan c motif direfleksikan vertikal terhadap sumbu refleksi berwarna merah, kemudian di rotasi sejauh 180Β°

Pola frieze yang sesuai dengan kain tapis ini adalah p1, p2mg dan p1m1. Pola pertama adalah p1, dapat dilihat pada gambar 4.22 motif A dan B masing – masing ditranslasikan menjadi A’ dan B’. Pola kedua adalah p2mg, yang pada Gambar 4.22 bagian b dan c motif direfleksikan vertikal terhadap sumbu refleksi berwarna merah, kemudian di rotasi sejauh 180Β°

Dokumen terkait