• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Teori Grup

Pada subbab ini akan dibahas konsep-konsep matematika yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Dasar matematis untuk Pola Frieze dan Pola Kristalografi adalah geometri transformasi dan teori grup.

Definisi 2.1 Operasi Biner (Fraleigh, 2003:20)

Diberikan himpunan tidak kosong ๐‘†. Operasi biner โˆ˜ dalam ๐‘† adalah sebuah fungsi yang memetakan ๐‘† ร— ๐‘† ke ๐‘†. Untuk setiap (๐‘Ž, ๐‘) โˆˆ ๐‘† ร— ๐‘† yang akan dinyatakan dengan โˆ˜ ((๐‘Ž, ๐‘)) dari ๐‘† dilambangkan dengan ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘.

Contoh 2. 1 (Fraleigh, 2003:21)

Operasi penjumlahan atau perkalian biasa dalam himpunan bilangan bulat atau bilangan real merupakan sebuah operasi biner.

๏‚ท Misalkan โ„ค adalah himpunan bilangan bulat. Operasi biner + (penjumlahan) merupakan fungsi yang memetakan (3, 5) โˆˆ โ„ค ร— โ„ค ke bilangan 8 โˆˆ โ„ค.

๏‚ท Misalkan โ„ adalah himpunan bilangan real. Operasi biner โ‹… (perkalian) merupakan fungsi yang memetakan (2

3, 4) โˆˆ โ„ ร— โ„ ke bilangan 8

3โˆˆ โ„.

Definisi 2.2 Grup (Sukirman, 2014: 71)

Diberikan G adalah himpunan yang tak kosong dan operasi อฆ pada G adalah suatu operasi biner. Himpunan G dan operasi biner อฆ atau dapat ditulis (G, อฆ ) adalah suatu grup jika memenuhi aksioma โ€“ aksioma berikut.

i. Operasi โˆ˜ pada ๐บ bersifat asosiatif

โˆ€๐‘Ž, ๐‘, ๐‘ โˆˆ ๐บ, (๐‘Ž โˆ˜ ๐‘) โˆ˜ ๐‘ = ๐‘Ž โˆ˜ (๐‘ โˆ˜ ๐‘) ii. ๐บ memuat elemen identitas, misal e

โˆƒ๐‘’ โˆˆ ๐บ, โˆ€๐‘Ž โˆˆ ๐บ berlaku ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘’ = ๐‘’ โˆ˜ ๐‘Ž = ๐‘Ž iii. Setiap unsur G mempunyai invers di dalam G pula

โˆ€๐‘Ž โˆˆ ๐บ, โˆƒ๐‘Žโˆ’1โˆˆ ๐บ sedemikian sehingga ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘Žโˆ’1 = ๐‘Žโˆ’1โˆ˜ ๐‘Ž = ๐‘’.

๐‘Žโˆ’1adalah invers dari ๐‘Ž

Jika (๐บ,โˆ˜) adalah suatu grup yang memenuhi sifat komutatif, yaitu maka berlaku ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘ = ๐‘ โˆ˜ ๐‘Ž, maka (G, อฆ ) disebut grup komutatif atau grup abelian.

Contoh 2. 2 (Sukirman,2014:74)

Himpunan bilangan bulat โ„ค dengan operasi โˆ˜ yang didefinisikan oleh ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘ = ๐‘Ž + ๐‘ โˆ’ 5, โˆ€๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ โ„ค adalah suatu grup abelian. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

i. Dengan memperhatikan definisi operasi โˆ˜ pada โ„ค, maka operasi โˆ˜ pada โ„ค merupakan operasi biner.

ii. Selanjutnya akan dibuktikan operasi โˆ˜ pada โ„ค bersifat asosiatif

Jadi operasi โˆ˜ pada โ„ค bersifat asosiatif

iii. Diberikan elemen identitas dalam โ„ค adalah ๐‘ฆ, maka untuk

Jadi elemen identitas dalam โ„ค terhadap operasi โˆ˜ adalah 5 iv. Diberikan โˆ€๐‘Ž โˆˆ โ„ค dan invers dari ๐‘Ž adalah ๐‘ก , maka v. Akan dibuktikan operasi โˆ˜ pada โ„ค bersifat komutatif.

Diberikan โˆ€๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ โ„ค , maka ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘ = ๐‘Ž + ๐‘ โˆ’ 5

= ๐‘ + ๐‘Ž โˆ’ 5

= ๐‘ โˆ˜ ๐‘Ž Jadi operasi โˆ˜ pada โ„ค bersifat komutatif.

Berdasarkan hasil (i) โ€“ (v), dapat disimpulkan bahwa (โ„ค,โˆ˜) adalah sebuah grup komutatif atau grup abelian.

Definisi 2.3 Order (Sukirman, 2014:71)

Banyaknya elemen dari suatu grup disebut order. Jika order suatu grup adalah berhingga maka grup tersebut dinamakan grup berhingga. Jika order suatu grup adalah tak hingga maka grup tersebut disebut grup tak hingga.

Contoh 2.3 (Sukirman, 2014:72)

Grup bilangan bulat terhadap penjumlahan (โ„ค, +) merupakan sebuah grup abelian yang memiliki order tak hingga

Teorema 2. 1 (Rawuh, 1992:110)

Diberikan (G,โˆ˜) sebuah grup, maka grup G harus memenuhi syarat berikut:

a. Unsur identitas dalam G adalah tunggal b. Setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐บ memiliki invers yang tunggal c. Untuk setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐บ, (๐‘Žโˆ’1)โˆ’1= ๐‘Ž

d. Untuk โˆ€๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐บ, (๐‘Ž๐‘)โˆ’1 = ๐‘โˆ’1๐‘Žโˆ’1

Bukti

a) Akan dibuktikan elemen identitas adalah tunggal

Misalkan elemen identitas dari (G,โˆ˜) adalah ๐‘’ dan ๐œ€, maka โˆ€๐‘Ž โˆˆ ๐บ berlaku ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘’ = ๐‘’ โˆ˜ ๐‘Ž = ๐‘Ž dan ๐‘Ž โˆ˜ ๐œ€ = ๐œ€ โˆ˜ ๐‘Ž = ๐‘Ž. Karena ๐‘’, ๐œ€ โˆˆ ๐บ, maka ๐œ€ โˆ˜ ๐‘’ = ๐‘’ โˆ˜ ๐œ€ = ๐œ€ dan ๐‘’ โˆ˜ ๐œ€ = ๐œ€ โˆ˜ ๐‘’ = ๐‘’. Sehingga ๐‘’ = ๐œ€

Jadi elemen identitas dari (G,โˆ˜) adalah tunggal b) Akan dibuktikan invers G adalah tunggal

Misal ๐‘Ž โˆˆ ๐บ dan invers dari ๐‘Žadalah ๐‘ข dan ๐‘ฃ, maka ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘ข = ๐‘ข โˆ˜ ๐‘Ž = ๐‘’ dan

Jadi invers dari ๐‘Ž โˆˆ ๐บ adalah tunggal

c) Akan dibuktikan untuk setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐บ, (๐‘Žโˆ’1)โˆ’1= ๐‘Ž

d) Akan dibuktikan โˆ€๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐บ, (๐‘Ž๐‘)โˆ’1= ๐‘โˆ’1๐‘Žโˆ’1

Perhatikan bahwa (๐‘Ž โˆ˜ ๐‘)โˆ’1โˆ˜ (๐‘Ž โˆ˜ ๐‘) = ๐‘’. Sementara itu (๐‘Ž โˆ˜ ๐‘) โˆ˜ (๐‘โˆ’1โˆ˜ ๐‘Žโˆ’1= ๐‘Ž โˆ˜ (๐‘ โˆ˜ ๐‘โˆ’1) โˆ˜ ๐‘Žโˆ’1= ๐‘Ž โˆ˜ ๐‘’ โˆ˜ ๐‘Žโˆ’1 = ๐‘’. Mengingat ketunggalan elemen invers. Maka terbukti (๐‘Ž โˆ˜ ๐‘)โˆ’1= ๐‘โˆ’1โˆ˜ ๐‘Žโˆ’1

Teorema 2. 2 (Rawuh, 1992:111)

Diketahui sebuah grup (G, โˆ˜) . Jika ๐’‚ โˆˆ ๐‘ฎ , ๐’ƒ โˆˆ ๐‘ฎ, maka persamaan ๐’™๐’‚ = ๐’ƒ dan ๐’‚๐’š = ๐’ƒ memiliki jawaban tunggal dalam G

Bukti dibuktikan bahwa penyelesaiannya itu tunggal. Misalkan persamaan ๐‘ฅ๐‘Ž = ๐‘mempunyai penyelesaian ๐‘ข dan ๐‘ฃ, maka berlaku bahwa ๐‘ข๐‘Ž = ๐‘ dan ๐‘ฃ๐‘Ž = ๐‘

Jadi penyelesaian dari persamaan ๐‘ฅ๐‘Ž = ๐‘ adalah tunggal. Untuk persamaan ๐‘Ž๐‘ฆ = ๐‘ pembuktiannya adalah sebagai berikut.

G suatu grup dan ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐บ dengan ๐‘Ž๐‘ฆ = ๐‘, karena ๐‘Ž โˆˆ ๐บ dan G grup maka dibuktikan bahwa penyelesaiannya itu tunggal. Misalkan persamaan ๐‘Ž๐‘ฆ = ๐‘mempunyai penyelesaian ๐‘ข dan ๐‘ฃ, maka berlaku bahwa ๐‘Ž๐‘ข = ๐‘ dan ๐‘Ž๐‘ฃ = ๐‘

Jadi penyelesaian dari persamaan ๐‘Ž๐‘ฆ = ๐‘ adalah tunggal.

Akibat dari teorema ini adalah apabila ๐‘ฅ๐‘Ž = ๐‘ฆ๐‘Ž maka ๐‘ฅ = ๐‘ฆ dan apabila ๐‘Ž๐‘ = ๐‘Ž๐‘ž maka ๐‘ = ๐‘ž. Sifat ini disebut dengan Hukum Peniadaan (Kanselasi).

Sifat Kanselasi ini selain memiliki peran dalam menyelesaikan persamaan, berperan juga dalam menggantikan dua aksioma dalam grup yaitu adanya elemen identitas dan setiap elemen memiliki invers.

Definisi 2.4 Permutasi (Sukirman,2014:115 )

Misalkan S adalah suatu himpunan berhingga. Permutasi adalah pemetaan satu-satu dari S ke dirinya sendiri. Setiap permutasi adalah suatu pemetaan

Secara geometris, permutasi tersebut dapat diilustrasikan dengan menggunakan operasi pencerminan dan rotasi pada segitiga sama sisi. Bagian ๐œ€ adalah hasil operasi yang menghasilkan. Bagian ๐›ผ merupakan hasil dari operasi penceriman anggota S terhadap sumbu refleksi yang terbentuk dari sudut nomor 3 ke titik tengah antara sudut 1 dan 2. Bagian ๐›ฝ merupakan hasil dari operasi pencerminan anggota S terhadap sumbu refleksi yang terbentuk dari sudut nomor 2 ke titik tengah antara sudut 1 dan 3. Bagian ๐›พ merupakan hasil dari operasi pencerminan anggota S terhadap sumbu refleksi yang terbentuk dari sudut nomor 1 ke titik tengah antara sudut 2 dan 3. Bagian ๐›ฟ merupakan hasil dari operasi rotasi 180ยฐ searah jarum jam. Bagian ๐œŽ merupakan hasil dari operasi rotasi 180ยฐ berbalik arah jarum jam.

๐œ€ ๐›ผ ๐›ฝ

๐›พ ๐›ฟ ๐œŽ

Gambar 2.4 Representasi Geometris Permutasi ๐‘†3

Definisi 2.5 (Gallian, 2010:453)

Grup Simetri (F,*) dalam ruang โ„๐‘› adalah semua isometri dalam โ„๐‘› yang memetakan ke dirinya sendiri. Grup operasi * adalah komposisi fungsi

Contoh 2. 5 (Sukirman, 2014:118)

Dapat dilihat dari contoh 2.3 misalkan A merupakan himpunan berhingga {1,2,3}. Maka semua permutasi dari A merupakan grup simetri tingkat 3, dengan lambang ๐‘†3

Definisi 2.6 (Fraleigh, 2003: 50)

Diberikan dua buah group dengan operasi yang sama yaitu (๐บ,โˆ˜) dan (H,โˆ˜).

Jika H adalah himpunan bagian dari G, maka himpunan H disebut subgroup dari group G dan dinotasikan dengan ๐ป โ‰ค ๐บ.

Contoh 2. 6 (Fraleigh, 2003:52)

Diketahui (โ„ค, +) dan (โ„, +) merupakan suatu grup, dan โ„ค adalah himpunan bagian dari โ„ dapat disimpulkan bahwa โ„ค merupakan subgrup dari โ„ atau dapat ditulis โ„ค โ‰ค โ„.

Definisi 2.7 (Fraleigh, 2003: 68)

Diberikan sebuah group (๐บ,โˆ˜). Himpunan S yang merupakan himpunan bagian dari ๐บ merupakan himpunan generator untuk ๐บ jika setiap elemen ๐บ dapat dinyatakan dengan operasi berhingga (finite product) elemen-elemen S, ditulis ๐บ = โŒฉ๐‘†โŒช

Definisi 2.8 (Fraleigh, 2003: 59)

Grup G disebut grup siklik jika dan hanya jika ada elemen G sedemikian sehingga setiap e elemen ๐‘ฆ โˆˆ ๐บ, ๐‘ฆ = ๐‘Ž๐‘š dengan m bilangan bulat. Elemen ๐‘Ž โˆˆ ๐บ disebut dengan generator.

Contoh 2.8

Grup (โ„ค๐‘›, +) merupakan suatu grup siklik dengan generatornya adalah 1 dan -1. Setiap anggota โ„ค๐‘›dapat dinyatakan sebagai jumlahan 1 atau jumlahkan -1.

Definisi 2.9 (Sukirman, 2014:188)

Misalkan (๐บ,โˆ˜) dan (๐บโ€ฒ,โˆ—) dua grup, maka pemetaan ๐œ™ โˆถ ๐บ โŸถ ๐บโ€ฒ adalah suatu homomorpisme, apabila

๐œ™(๐‘Ž โˆ˜ ๐‘) = ๐œ™(๐‘Ž) โˆ— ๐œ™(๐‘), โˆ€๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐บ

Dari hasil definisi tersebut maka homomorpisme adalah pemetaan yang mengawetkan / melanggengkan operasi pada grup-grupnya.

Contoh 2.9 (Sukirman, 2014:189)

Jika (โ„ค, +) adalah grup dengan operasi penjumlahan. Pemetaan ๐‘“: โ„ค โ†’ โ„ค didefinisikan oleh ๐‘“(๐‘ฅ) = ๐‘š๐‘ฅ, โˆ€๐‘ฅ โˆˆ โ„ค dan ๐‘š merupakan bilangan bulat, maka ๐‘“ adalah homomorpisme. Sebab, jik ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ โ„ค, maka ๐‘“(๐‘Ž) = ๐‘š๐‘Ž, ๐‘“(๐‘) = ๐‘š๐‘, dan (๐‘Ž + ๐‘) โˆˆ โ„ค, sehingga

๐‘“(๐‘Ž + ๐‘) = ๐‘š(๐‘Ž + ๐‘) = ๐‘š๐‘Ž + ๐‘š๐‘ = ๐‘“(๐‘Ž) + ๐‘“(๐‘)

Definisi 2.10 (Gallian, 2010: 123)

Sebuah isomorfisma ๐œ™ dari grup (๐บ,โˆ˜) ke grup (๐บฬ…,โˆ—) adalah sebuah fungsi satu-satu dari ๐บ ke ๐บฬ… yang mempertahankan operasi grup. Hal itu berarti bahwa

๐œ™(๐‘Ž โˆ˜ ๐‘) = ๐œ™(๐‘Ž) โˆ— ๐œ™(๐‘) untuk setiap ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐บ.

Jika terdapat sebuah isomorfisma dari grup ๐บke grup ๐บฬ…, maka dikatakan bahwa ๐บke ๐บฬ… adalah isomorfik dan ditulis ๐บ โ‰ˆ ๐บฬ….

Gambar berikut memberikan ilustrasi tentang konsep isomorfisma.

Gambar 2.5. Ilustrasi isomorfisma grup ๐บ ke grup ๐บฬ….

(Gambar diambil dari Gallian, 2010: 123)

Definisi 2.11 (Sukirman, 2014: 210)

Hasilkali langsung luar (external direct product) jika ๐บ1, ๐บ2, โ€ฆ , ๐บ๐‘› merupakan n grup adalah ๐บ1โจ‚๐บ2โจ‚ โ€ฆ โจ‚๐บ๐‘› = {(๐‘Ž1, ๐‘Ž2, โ€ฆ , ๐‘Ž๐‘›)|๐‘Ž๐‘– โˆˆ ๐บ๐‘–, ๐‘– = 1,2, โ€ฆ , ๐‘›} dan operasi perkalian di dalam ๐บ1โจ‚๐บ2โจ‚ โ€ฆ โจ‚๐บ๐‘›didefinisikan oleh

(๐‘—1, ๐‘—2, โ€ฆ , ๐‘—๐‘›)(๐‘˜1, ๐‘˜`2, โ€ฆ , ๐‘˜๐‘›) = (๐‘—1๐‘˜1, ๐‘—2๐‘˜2, โ€ฆ , ๐‘—๐‘›๐‘˜๐‘›).

Perlu diperhatikan bahwa perkalian ๐‘—๐‘–๐‘˜๐‘– adalah hasil operasi dalam grup ๐บ๐‘–.

Contoh 2.10 (Sukirman, 2014:211)

๐บ = โ„ค2โจ‚โ„ค3 = {0,1}โจ‚{0,1,2} = {(0,0), (0,1), (0,2), (1,0), (1,1), (1,2), }.

Grup ๐บ merupakan grup Abelian yang berorder 6.

Definisi 2.12 (Malik, Mordeson, dan Sen, 1997: 166)

Grup Dihedral ๐ท๐‘› adalah grup yang berorder 2n yang memiliki dua generator dua elemen a dan b dan memenuhi kriteria

๐‘Ž๐‘› = ๐‘’, ๐‘2 = ๐‘’, dan ๐‘๐‘Ž๐‘ = ๐‘Žโˆ’1

Jika grup Dihedral tersebut adalah grup tak hingga, ditulis ๐ทโˆž, maka grup tersebut memiliki dua generator a dan b dan memenuhi kriteria

๐‘2 = ๐‘’, dan ๐‘๐‘Ž๐‘ = ๐‘Žโˆ’1 Contoh 2.11 (Malik, Mordeson, dan Sen, 1997:166)

Grup Dihedral ๐ท4 = โŒฉ๐‘Ž, ๐‘|๐‘Ž4 = ๐‘’, ๐‘2 = ๐‘’, ๐‘๐‘Ž๐‘ = ๐‘Ž3โŒช. Jika ditulis lengkap, maka anggota-anggota grup ๐ท4 adalah ๐‘’, ๐‘Ž, ๐‘Ž2, ๐‘Ž3, ๐‘, ๐‘Ž๐‘, ๐‘Ž2๐‘๐‘Ž3๐‘.

Ilustrasi geometri dari grup dihedral ๐ท4 adalah grup simetri yang terdapat dalam sebuah persegi. Diberikan sebuah persegi, maka simetri dalam persegi tersebut membentuk grup dengan generator ๐‘Ž yaitu rotasi 90โˆ˜ dan ๐‘ yaitu pencerminan mendatar (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Ilustrasi grup dihedral ๐ท4

Dokumen terkait