POLA FRIEZE DAN POLA KRISTALOGRAFI PADA KESENIAN KAIN TAPIS LAMPUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Brigita Dian Sintauri NIM: 161414075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2020
ii
POLA FRIEZE DAN POLA KRISTALOGRAFI PADA KESENIAN KAIN TAPIS LAMPUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Brigita Dian Sintauri NIM: 161414075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2020
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan Syukur kepada Tuhan bahwa saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Saya berterimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus atas anugerah yang telah diberikan kepada saya.
2. Bapak, Ibu, Eyang dan Mas Jatu yang telah mendoakan dan mendukung saya.
3. Romo Eko Budi Santoso, S.J. S.Pd., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dari awal hingga akhir.
4. Theonando Dwi Prasetyo, terimakasih atas kesabarannya dan segala saran yang membangun.
5. Vani, Vina, Dita, Octa Matmur, Dev, dan Rani Tobu yang tidak henti – hentinya memberi saya semangat.
6. Anggota Transformation Dance Crew yang telah menjadi rekan dalam mengembangkan bakat saya.
7. Teman – teman kelas C angkatan 2016 Pendidikan Matematika, yang sudah menjadi teman terbaik selama empat tahun kuliah.
8. Teman – teman satu bimbingan yang telah memberikan saya semangat dan tempat bertukar pikiran sehingga membantu saya dalam mengerjakan skripsi ini.
9. Semua orang yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan kepada
saya.
vi MOTTO
Cerdas dangan hati dan otak
ix ABSTRAK
Brigita Dian Sintauri. 2020. Pola Frieze dan Pola Kristalografi pada Kesenian Kain Tapis Lampung. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Kain Tapis adalah kain tenun tradisional daerah Lampung. Kain tapis memiliki beragama motif yang bisa diselidiki secara matematis. Penelitian ini menganalisis pola Frieze dan pola Kristalografi yang terdapat dalam kain tapis Lampung.Tujuan Penelitian ini adalah (1) memahami tujuh pola Frieze dan tujuh belas pola kristalografi dua dimensi dan (2) menganalisis pola Frieze dan pola kristalografi yang terdapat pada kain tapis Lampung. Penelitian ini merupakan sebuah studi pustaka. Data diperoleh dari buku katalog yang diterbitkan oleh Museum Negeri Provinsi Lampung Ruwai Jurai.
Hasil Penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Pola Frieze adalah pola pada bidang berdimensi satu yang dibangkitkan (generate) oleh grup simetri. Pola Frieze memiliki tujuh jenis pola yang dibangkitkan oleh translasi, rotasi, refleksi dan pantul geser. Pola kristalografi adalah pola pada bidang datar (berdimensi dua) yang dibangkitkan oleh grup simetri. Pola kristalografi memiliki tujuh belas jenis pola yang dibangkitkan oleh translasi dua arah, rotasi, refleksi, dan pantul geser. (2) Penelitian ini menganalisis tujuh belas jenis kain tapis Lampung.
Berdasarkan hasil analisis terhadap motif yang terdapat pada ketujuh belas kain tapis tersebut, ditemukan empat pola frieze yang termuat di dalamnya. Pola p1 terdapat dalam Tapis Akheng Pesisir, Tapis Sungkai, Tapis Cucuk Andak, Tapis Raja Tunggal, Tapis Ratu Tulang Bawang, dan Tapis Raja Medal. Pola p1m1 terdapat dalam Tapis Kaca, Tapis Laut Linau, Tapis Ratu Tulang Bawang, Tapis Binatang, Tapis Bintang Perak, Tapis Kuning, dan Tapis Limar Sekebar. Pola p2mg terdapat pada Tapis Jung Sarat, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Sungkai, Tapis Laut Linau, Tapis Raja Tunggal, Tapis Ratu Tulang Bawang, Tapis Raja Medal, dan Tapis Binatang. Pola p2mm ditemukan dalam Tapis Kaca Bekandang, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Sasab Mata Kibau, Tapis Raja Medal, Tapis Binatang, Tapis Bintang Perak, Tapis Kuning, dan Tapis Limar Sekebar. Pola kristalografi hanya ditemukan pada dua jenis kain, yaitukain Tapis Bintang Perak yang memiliki pola kristalografi p4m dan kain Tapis Kaca yang memiliki pola kristalografi p4g.
Kata kunci : Pola Frieze, Pola Kristalografi, Kain Tapis Lampung
x
ABSTRACTBrigita Dian Sintauri. 2020. Frieze and Crystallographic Pattern on Tapis Lampung. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
Tapis Lampung is a traditional fabric made by hand originally from Lampung Province, South Sumatera. It contains several motives that can be investigated mathematically. The research analyzed Frieze and Crystallographic pattern found in the Tapis Lampung. The objectives of the study are (1) to understand the seven Frieze pattern and the seventeen crystallographic patterns and (2) to analyze the Frieze and crystallographic pattern found on the Tapis Lampung. This research is a literature study. The data were obtained from a catalog published by Lampung Ruwai Jurai Museum.
The result of the study are as follows. (1) Frieze pattern is a pattern in a one-dimensional space generated by the symmetry group. It has seven types that are generated by one direction translation, rotation, reflection, and glide reflection. A crystallographic pattern are patterns found on a plane generated by the symmetry group. There are seventeen types of crystallographic pattern that are generated by two directions translations, rotation, reflection, and glide reflection. (2) The study analyzed seventeen Tapis Lampung. Based on the analysis, of the motifs contained in the seventeen traditional fiber, it was found that there were four types of frieze patterns found in them. The pattern p1is found in the Tapis AkhengPesisir, Tapis Sungkai, Tapis Cucuk Andak, Tapis Raja Tunggal, Tapis Ratu Tulang Bawang, and Tapis Raja Medal. The pattern p1m1is found in Tapis Kaca, Tapis Laut Linau, Tapis Ratu Tulang Bawang, Tapis Binatang, Tapis Bintang Perak, Tapis Kuning, and Tapis Limar Sekebar. The p2mg pattern is found in Tapis Jung Sarat, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Sungkai, Tapis Laut Linau, Tapis Raja Tunggal, Tapis Ratu Tulang Bawang, Tapis Raja Medal, and Tapis Binatang. The p2mm pattern is found in Tapis Kaca Bekandang, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Sasab Mata Kibau, Tapis Raja Medal, Tapis Binatang, Tapis Bintang Perak, Tapis Kuning, and Tapis Limar Sekebar.
Crystallographic patterns are found on two types of fabric, namely Tapis Bintang Perak which has a p4m crystallographic pattern and Tapis Kaca which has a crystallographic pattern p4g.
Keywords: FriezePattern, Crystallographic Pattern, Tapis Lampung
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR SIMBOL ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Metode Penelitian ... 6
G. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Etnomatematika ... 8
B. Kain Tapis Lampung... 10
C. Teori Grup ... 18
D. Geometri Transformasi ... 31
BAB III POLA FRIEZE DAN KRISTALOGRAFI ... 36
A. Pengertian Pola Frieze ... 36
B. Pengertian Pola Kristalografi ... 40
BAB IV PEMBAHASAN ... 54
A. Pola Frieze Kain Tapis Lampung ... 54
B. Pola Kristalografi Kain Tapis Lampung ... 79
xiv
C. Keterbatasan Penelitian ... 81
BAB V PENUTUP ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Beberapa Jenis Kain Tapis Lampung... 16
Tabel 3.1 Pola Frieze dan Grup yang Isomorfis dengan pola tersebut ... 38
Tabel 4.1 Ringkasan Pola Frieze dalam Kain Tapis Lampung ... 78
Tabel 4.2 Pola Kristalografi yang terdapat pada tapis Lampung ... 81
Tabel 5.1 Pola Frieze dalam Kain Tapis Lampung ... 83
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi alat penyusun benang sesang ... 13
Gambar 2.2 Ilustrasi alat tenun mettakh ... 14
Gambar 2.3 Ilustrasi Ibu-ibu dari Negeri Katon, Pesawaran, Lampung yang sedang melakukan aktivitas menenun kain tapis dengan menggunakan alat tenun tekang ... 15
Gambar 2.4 Representasi Geometris Permutasi 𝑆3 ... 26
Gambar 2.5. Ilustrasi isomorfisma grup 𝐺 ke grup 𝐺 ... 29
Gambar 2.6 Ilustrasi grup dihedral 𝐷4 ... 30
Gambar 2.7 Ilustrasi sebuah isometric f. ... 32
Gambar 2.8 Ilustrasi Transformasi Translasi ... 33
Gambar 2.9 Ilustrasi Transformasi Refleksi ... 34
Gambar 2.10 Ilustrasi Transformasi Refleksi ... 35
Gambar 2.11 Ilustrasi pantul geser ... 35
Gambar 3.1 Ilustrasi Pola p1 dalam Pola Frieze ... 36
Gambar 3.2 Ilustrasi Pola p11g dalam Pola Frieze ... 37
Gambar 3.3 Ilustrasi pola p1m1 dalam Pola Frieze ... 37
Gambar 3.4 Ilustrasi p2 dalam Pola Frieze ... 37
Gambar 3.5. Ilustrasi pola p2mg dalam Pola Frieze ... 37
Gambar 3.6 Ilustrasi pola p11m dalam Pola Frieze. ... 38
Gambar 3.7 Ilustrasi pola p2mm dalam Pola Frieze. ... 38
Gambar 3.8 Diagram Alur Pola Frieze ... 40
Gambar 3.9 Lima kisi yang terdapat dalam pola kristalografi ... 41
Gambar 3.10 pola kristalografi tipe p1 ... 42
xvii
Gambar 3.11 pola kristalografi tipe p2 ... 43
Gambar 3.12 pola kristalografi tipe pm ... 43
Gambar 3.13 pola kristalografi tipe pm ... 44
Gambar 3.14 pola kristalografi tipe pgg ... 45
Gambar 3.15 pola kristalografi tipe cmm ... 45
Gambar 3.16 pola kristalografi tipe p3 ... 46
Gambar 3.17 pola kristalografi tipe p3m1 ... 46
Gambar 3.18 pola kristalografi tipe p31m ... 47
Gambar 3.19 pola kristalografi tipe pg ... 48
Gambar 3.20 pola kristalografi tipe cm... 48
Gambar 3.21 pola kristalografi tipe pmm ... 49
Gambar 3.22 pola kristalografi tipe p4 ... 50
Gambar 3.23 pola kristalografi tipe p4m ... 50
Gambar 3.24 pola kristalografi tipe p4g ... 51
Gambar 3.25 pola kristalografi tipe p6 ... 51
Gambar 3.26 pola kristalografi tipe p6m ... 52
Gambar 3.27 Diagram Alur Pola Kristalografi ... 53
Gambar 4.1 Pola dasar kain tapis ... 55
Gambar 4.2 Kain Tapis Jung Sarat ... 56
Gambar 4.3 Analisis Pola Frieze pada Tapis Jung Sarat ... 57
Gambar 4.4 Tapis Kaca Bekandang ... 57
Gambar 4.5 Analisis Pola Frieze pada Tapis Kaca Bekandang ... 58
Gambar 4.6 Tapis Kaca ... 59
Gambar 4.7 Analisis Pola Frieze pada Tapis Kaca ... 59
Gambar 4.8 Tapis Akheng Pesisir ... 60
xviii
Gambar 4.9 Pola Frieze pada Tapis Akheng Pesisir ... 60
Gambar 4.10 Tapis Pucuk Rebung... 61
Gambar 4.11 Analisis Pola Frieze pada Tapis Pucuk Rebung ... 62
Gambar 4.12 Tapis Sungkai ... 62
Gambar 4.13 Pola Frieze pada Tapis Sungkai ... 63
Gambar 4.14 Tapis Cucuk Andak ... 64
Gambar 4.15 Pola Frieze pada Tapis Cucuk Andak ... 64
Gambar 4.16 Tapis Laut Linau ... 65
Gambar 4.17 Pola Frieze pada Tapis Laut Linau ... 66
Gambar 4.18Tapis Sasab Mata Kibau ... 66
Gambar 4.19 Pola Frieze pada Tapis Sasab Mata Kibau ... 67
Gambar 4.20Tapis Raja Tunggal ... 67
Gambar 4.21 Pola Freize pada Tapis Raja Tunggal ... 68
Gambar 4.21Tapis Ratu Tulang Bawang ... 69
Gambar 4.22 Pola Frieze Tapis Ratu Tulang Bawang ... 70
Gambar 4.23Tapis Raja Medal ... 71
Gambar 4.24 Pola Frieze pada Tapis Raja Medal ... 72
Gambar 4.25Tapis Binatang... 72
Gambar 4.26 Pola Frieze pada Tapis Binatang ... 73
Gambar 4.27 Pola Frieze Tapis Binatang bagian atas... 73
Gambar 4.28 Bintang Perak ... 74
Gambar 4.29 Pola Frieze Bintang Perak ... 75
Gambar 4.30 Tapis Kuning ... 75
Gambar 4.31 Pola Frieze pada Tapis Kuning ... 76
Gambar 4.32 Kain Tapis Limar Sekelebar ... 77
xix
Gambar 4.33 Pola Frieze pada kain Tapis Limar Sekebar ... 78
Gambar 4.34 Pola Kristalografi pada Tapis Bintang Perak ... 79
Gambar 4.35Pola Kristalografi pada Tapis Kaca ... 80
xx
DAFTAR SIMBOL
1. + Penjumlahan
2. − Pengurangan, negatif
3. ∗ Asterik
4. = Sama dengan
5. ≠ Tidak sama dengan
6. ∘ Bundaran/Komposisi
7. ∙ Perkalian titik (dot) 8. ⨂ Hasil kali luar produk
9. ∈ Elemen dari
10. × Perkalian
11. 𝛼 Alfa
12. 𝛽 Beta
13. 𝛾 Gama
14. 𝛿 Delta
15. 𝜀 Epsilon
16. 𝜎 Sigma
17. 𝜙 Phi
18. ∞ Tak hingga
19. → Dari ... ke…
20. ≤ Subgrup
21. ∀ Untuk setiap
22. {} Tanda kurung kurawal
23. ( ) Tanda kurung
24. ℝ Bilangan real
25. ℤ Bilangan bulat
26. 𝔻 Dihedral
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki banyak ragam kebudayaan. Menurut KBBI, kebudayaan memiliki pengertian hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat (KBBI, 2020).
Indonesia memiliki 735 bahasa daerah, 1351 peralatan kesenian, 766 permainan tradisional, 1087 jenis makanan tradisional. Indonesia tidak hanya kaya akan bahasa, permainan, dan makanan tetapi juga kaya akan jenis kain tradisionalnya. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia memiliki 261 jenis kain tradisional (Kemdikbud, 2018).
Salah satu jenis kain tradisional adalah kain Tapis Lampung. Kain
tapis ini dibuat dengan benang katun dan benang emas. Benang katun adalah
benang yang dibuat dengan bahan kapas. Benang ini digunakan sebagai bahan
dasar dalam pembuatan kain tapis.Benang emas sendiri dahulu terbuat dari
emas murni, namun seiring berjalannya waktu benang emas juga dapat dibuat
dengan bahan sintesis yang memiliki warna emas. Benang emas dipakai untuk
membuat ragam hias pada kain tapis Lampung dengan sistem sulam
(Kemdikbud, 2010). Kain tapis Lampung biasanya dipergunakan untuk
upacara-upacara adat di Lampung. Upacara adat yang diselenggarakan antara
lain, upacara kematian, upacara pernikahan, dan upacara cakak pepadun atau
pemberian gelar. Namun, seiring perkembangan budaya, kain ini mulai
digunakan sebagai bahan pakaian sehari-hari. Kain tapis tertentu juga melambangkan status gelar seseorang.
Dengan semakin berkembangnya zaman yang ditandai oleh budaya digital dan internet, banyak masyarakat yang mulai melupakan atau tidak berminat untuk mengembangkan budaya asli Indonesia, termasuk di antaranya kain Tapis. Hal ini terjadi di berbagai kalangan, dari pelajar sampai orang dewasa. Dalam pendidikan formal di sekolah, sudah jarang dijumpai pembelajaran untuk menapis. Mengamati situasi ini, peneliti berpendapat bahwa perlu ada upaya mempertahankan dan melestarikan keberadaan kain Tapis. Sebagai salah satu upaya, pemerintah provinsi Lampung telah memiliki sebuah museum yang memiliki koleksi kain-kain tapis Lampung. Museum Lampung juga telah menerbitkan sebuah katalog kain Tapis, Koleksi Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai” (Wahyuningsih, dkk, 2015).
Cara lain yang perlu ditempuh untuk melestarikan kain tapis Lampung adalah memperkenalkannya melalui pendidikan formal di sekolah. Sekolah bisa memperkenalkan budaya kain tapis dalam pembelajaran seni rupa:
kerajinan tangan, menenun, atau melukis. Siswa juga bisa melakukan study
tour ke museum yang memiliki koleksi kain tapis Lampung atau mengunjungi
sentra pengrajin kain tapis. Cara lain yang bisa dilakukan dalam pembelajaran
di sekolah adalah mengaitkan budaya kain Tapis dengan matematika. Kain
tapis Lampung bisa dipergunakan sebagai sarana pembelajaran matematika
dikelas, dengan mengamati simetri-simetri yang terdapat dalam kain tapis
Lampung tersebut.
Kain tapis memiliki pola yang beragam yang dapat dilihat dari segi matematis. Hubungan antara pola pada kain tapis dan matematika ini merupakan penerapan etnomatematika. Istilah etnomatematika pertama kali diperkenalkan oleh D’Ambrosio untuk mendeskripsikan praktek matematis pada sebuah kelompok adat dan dianggap sebagai kajian dari pemikiran matematis yang terdapat pada sebuah budaya (Rosa &Orey, 2011). Penerapan etnomatematika di Indonesia sendiri dapat dilihat pada kesenian daerah, rumah adat, kebiasaan atau adat istiadat dan sebagainya.
Beberapa penelitian telah menganalisis ragam kebudayaan Indonesia dalam konteks etnomatematika. Salah satu contoh penelitian adalah yang dilakukan oleh Garnadi (2012), yaitu menganalisis pola kristalografi pada ragam batik tradisional. Berdasarkan hasil penelitian, Garnadi menemukan ada 10 pola kristalografi pada 272 ragam batik tradisional nusantara. Selain itu, ada pula hasil penelitian oleh Maure dan Ningsi (2018) yaitu penerapan etnomatematika pada tarian Caci masyarakat Manggarai NTT. Hasil dari penelitian adalah tarian Caci ternyata memiliki beberapa aspek matematis yaitu himpunan, geometris, fungsi serta aktifitas membilang.
Studi Etnomatematika pada kain tapis Lampungini akan melihat pola-
pola perulangan yang terdapat pada tapis Lampung. Pola yang terbentuk dari
hasil tenun kain tapis memiliki kesinambungan dengan prinsip matematika
yaitu simetri grup pada bidang datar, atau disebut dengan pola kristalografi
dua dimensi. Pola-pola pada kain tapis dianalisis dengan menggunakan 17
pola kristalografi pada bidang dua dimensi. Ketujuh belas jenis pola tersebut
terbentuk dari hasil pencerminan, rotasi, perpindahan, dan pantul geser (Garnadi, 2012). Selain itu, peneliti juga menganalisis pola kain tapis Lampung menggunakan 7 pola frieze. Pola frieze ini terbentuk dari hasil translasi, refleksi, pantul geser serta rotasi 180° pada bidang satu dimensi.
Pola frieze dan pola kristalografi dua dimensi telah banyak dipakai untuk menganalisis pola-pola berulang yang dijumpai dalam hidup sehari-hari.
Analisis tersebut tidak hanya untuk mengenali pola-pola dalam kehidupan sehari-hari secara matematis, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk membantu membuat suatu pola tertentu dari pola yang sudah atau yang belum tersedia.
Misalnya, ketika akan membuat desain ubin rumah dengan motif tertentu atau ketika membuat suatu lukisan, analisis matematis bisa dipakai untuk membuat desain baru berdasar pola-pola yang sudah ada. Tentu saja, proses ini bisa dilakukan untuk mendesain suatu motif kain yang nantinya dapat dipergunakan untuk membuat pakaian, tas atau kerajinan tangan.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan membuat penelitian yang berjudul “Pola Frieze dan Pola Kristalografi pada Kesenian Kain Tapis Lampung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan pola Frieze dan pola kristalografi pada
bidang dua dimensi?
2. Bagaimana pola Frieze dan pola kristalografi dua dimensi untuk kain tapis Lampung?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah analisis pola frieze dan pola kristalografi pada kain tapis Lampung, berdasarkan 7 pola frieze dan 17 pola kristalografi menurut Crowe.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah
1. Untuk memahami tujuh pola Frieze dan tujuh belas pola kristalografi dua dimensi.
2. Untuk menganalisis pola Frieze dan pola kristalografi yang terdapat pada kain tapis Lampung.
E. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti sendiri
1. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca
terkait etnomatematika, terutama kerajinan kain tapis Lampung dan
hubungannya dengan pola frieze dan pola kristalografi. Kedepannya,
diharapkan penelitian ini dapat membantu pula untuk peneliti lain dalam
mengkaji lebih lanjut tentang etnomatematika.
2. Bagi Peneliti Sendiri
Peneliti mengetahui dan mendalami tentang pola frieze dan pola kristalografi pada motif kain tapis Lampung. Peneliti juga mengetahui tentang pentingnya mempelajari hubungan matematika dalam kebudayaan.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka. Untuk langkah pertama, peneliti melakukan studi pustaka berkaitan dengan pola frieze dan pola kristalografi pada bidang datar dua dimensi. Pada tahap kedua, selain melakukan studi pustaka untuk mengumpulkan data-data jenis dan corak kain Tapis Lampung. Pada langkah ketiga, peneliti melakukan analisis pola frieze dan pola kristalografi yang terdapat pada kain-kain Tapis Lampung yang datanya telah dikumpulkan.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab 2 kajian
pustaka berisi pembahasan tentang konsep yang mendasari topik skripsi,
antara lain etnomatematika, kain tapis Lampung, teori grup, dan geometri
transformasi. Bab 3 pola frieze dan pola kristalografi yaitu pembahasan lebih
dalam tentang pola frieze dan pola kristalografi yang dipakai untuk
menganalisis kain tapis Lampung. Bab 4 pembahasan yaitu membahas hasil
analisis pola kain tapis Lampung dengan pola frieze dan pola kristalografi.
Bab 5 adalah kesimpulan dan saran dari penelitian yang dibuat.
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Etnomatematika
a. Pengertian Etnomatematika
Etnomatematika pertama kali diperkenalkan oleh UbiratanD’Ambrosio pada tahun 1977, beliau merupakan seorang matematikawan yang berasal dari Brasil (Huda, 2018). Belum ada definisi etnomatematika dalam kamus, dengan demikian, kata tersebut belum terstandarisasi (Zhang & Zhang, 2010). Walau demikian, para ahli sepakat bahwa kata etnomatematika merupakan gabungan dua kata dasar, yaitu etno yang berarti budaya dan matematika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2020) budaya adalah pikiran, akal budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Selain itu, menurut Koentjaraningrat, budaya (kebudayaan) adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar;
beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (Suwarsono, 2015).
Ada pula menurut Heron dan Barta (2009: 26-27) budaya dipandang
sebagai dialek suatu kelompok atau pribadi, lokasi geografis, atau
pandangan dunia daripada pandangan terbatas yang semata – mata
terfokus pada artefak kelompok atau etnis seseorang. Berdasarkan
pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya adalah suatu hasil gagasan yang dilakukan oleh suatu kelompok atau pribadi yang dilakukan dan dikembangkan dalam bentuk kebiasaan, serta menghasilkan sebuah karya. Sedangkan, matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (KBBI, 2020).
Pengertian etnomatematika sendiri adalah matematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya yang diidentifikasikan seperti masyarakat nasional, suku, kelompok buruh, anak–anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional (D’Ambrosio, 2006). Selain itu, etnomatematika juga dapat diartikan sebagai penelitian yang menghubungkan antara pendidikan matematika atau matematika dan hubungannya dengan bidang sosial dan latar belakang budaya, yaitu penelitian yang menunjukan bagaimana matematika dihasilkan, ditransferkan, disebarkan, dan dikhususkan dalam berbagai macam sistem budaya (Zhang & Zhang, 2010)
b. Pentingnya Mempelajari Etnomatematika
Pentingnya etnomatematika dipelajari adalah agar keterkaitan
antara budaya dan matematika dapat mudah dipahami, sehingga persepsi
siswa tentang matematika dapat lebih tepat dan matematika menjadi lebih
mudah dipahami karena penerapannya dekat dengan kehidupan sehari –
hari. Selain itu, agar siswa mendapatkan manfaat yang optimal dalam
mempelajari matematika (Suwarsono, 2015). Menurut D’Ambrosio (2001)
etnomatematika bertujuan untuk memberi kontribusi baik untuk memahami budaya dan pemahaman matematika, tetapi terutama untuk menghargai hubungan antara matematika dan budaya. Dengan demikian muncul kebutuhan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan matematika.
B. Kain Tapis Lampung
Bagian ini akan mendiskusikan pengertian, cara pembuatan, dan jenis- jeniskain tapis Lampung. Pembahasan tentang pengertian kain tapis dan fungsi dalam masyarakat merujuk pada buku “Mengenal Sulaman Tapis Lampung”
yang ditulis oleh J. Firmansyah, R.A. Zubaidah, dan Suprihatin (1996).
Pembahasan tentang cara pembuatan kain tapis Lampung merujuk pada buku
“Mengenal Ragam Sulaman Tapis lampung” yang ditulis oleh H. Banon Eko Susetyo (2012). Pembahasan perihal jenis-jenis kain tapis Lampung merujuk pada buku “Katalog Kain Tapis Koleksi Museum Negeri Provinsi Lampung Ruwa Jurai” yang ditulis oleh Eko Wahyuningsih, Rosniar, Dadyo Wibowo, dan Rasunah (2016).
a. Pengertian Kain Tapis
Kain tapis lampung adalah kain tradisional masyarakat Lampung
yang dibuat dari hasil tenun benang kapas dan motif yang dibuat dari
benang perak, emas atau benang sugi/suji. Kain dasar dibuat dari bahan
dasar benang kapas yang dipintal. Benang tenun yang berupa benang emas
dan perak dihasilkan dari proses pemintalan kepompong ulat sutera.
Sebagai produk budaya serta mengingat rumit dan lama pembuatannya, kain tapis tidak bisa dipakai secara sembarangan. Biasanya kain ini digunakan pada acara-acara istimewa dalam keluarga dan masyarakat, misalnya seperti pada acara perkawinan. Kain tapis biasanya dikenakan pada bagian pinggang kebawah sebagai sarung. Selain itu, kain tapis juga bisa digunakan sebagai dekorasi.
Ada beberapa motif dasar yang digunakan dalam pembuatan kain tapis Lampung. Namun, secara garis besar ada tiga kelompok motif yang digunakan yaitu kelompok motif geometris, kelompok motif naturalis dan kelompok motif ragam lain. Motif-motif tersebut tidak hanya untuk kepentingan keindahan semata, melainkan juga sebagai cerminan kehidupan manusia, alam, dan kepercayaan hidup dalam budaya Lampung.
Seperti telah dibahas di depan, kain tapis Lampung merupakan sebuah produk budaya. Oleh karena itu, kain tapis Lampung tidak hanya memiliki fungsi praktis melainkan lebih dari itu, kain tapis memiliki fungsi yang bersifat simbolis. Beberapa fungsi kain tapis Lampung adalah sebagai berikut.
1. Fungsi Sosial
Secara sosial, kain tapis Lampung berfungsi untuk
menunjukkan status sosial pemakainya. Ada kain tapis tertentu yang
hanya boleh dipakai oleh pemangku adat atau pemimpin suku dan ada
pula kain tapis yang dipakai oleh kalangan masyarakat biasa. Jika
seseorang atau kelompok masyarakat tertentu melanggar aturan
pemakaian tapis maka akan dikenai sanksi adat. Namun, pada saat ini aturan pemakaian kain tapis sudah tidak seketat dulu.
2. Fungsi Ekonomis
Pada awalnya, kain tapis dibuat untuk kepentingan suatu kelompok adat sendiri. Dengan demikian, tidak terlalu memiliki nilai ekonomis. Kain tapis lebih berhubungan dengan status sosial kelompok tersebut. Pada saat ini, pembuatan kain tapis juga digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi atau diperjualbelikan. Kain tapis Lampung memiliki nilai jual yang cukup tinggi.
3. Fungsi Religi
Secara religi, kain tapis dibuat sebagai wujud kepercayaan yang melambangkan kebesaran pencipta alam semesta. Dengan demikian, fungsi religi kain tapis Lampung berhubungan dengan kepercayaan, perasaan sakral, dan wujud syukur akan keindahan alam atau anugerah yang diterima dari yang mahakuasa. Sebagai contoh, bentuk spiral yang terlukis dalam kain tapis Lampung memiliki makna pemujaan kepada matahari dan alam semesta.
4. Fungsi Estetika
Sebagai sebuah produk budaya, kain tapis Lampung merupakan
sebuah produk yang memiliki nilai keindahan (estetika). Kain tapis
Lampung dihiasi oleh lukisan-lukisan indah sebagai hasil dari proses
panjang dengan ketelitian tinggi dari proses pemilihan bahan dasar dan
benang, hingga proses penenunan. Kain tapis Lampung merupakan
buah karya keterampilan dan ketekunan yang dimiliki oleh penenunnya. Oleh karena itu, kain tapis merupakan sebuah barang pusaka atau koleksi yang memiliki nilai budaya dan estetikabagi masyarakat.
Gambar 2.1 Ilustrasi alat penyusun benang sesang (Gambar diambil dari Banon,2012: 9)
b. Cara Pembuatan
Proses pembuatan kain tapis memiliki beberapa tahapan. Tahap
pertama adalah pembuatan bahan dasar. Bahan dasar kain tapis dibagi
kembali yaitu tahap penyiapan benang, tahap penyusunan benang, serta
tahap penenunan. Tahap penyiapan benang tenun adalah proses pemintalan
benang kapas yang menjadi benang katun serta pemintalan kepompong
ulat sutra untuk menjadi benang sutra. Setelah dipintal benang akan
diwarnai dengan bahan yang berasal dari alam. Misalnya, penenun
menggunakan daun pacar untuk warna merah. Warna hitam didapat dari
rebusan kulit kayu salam atau rambutan, sedangkan warna cokelat didapat
dari rebusan kulit mahoni. Warna biru didapat dari daun talom atau buah deduku. Warna kuning dari daun kunyit atau kapur sirih. Kemudian benang akan direndam air daun sirih agar warna tidak luntur dan terakhir adalah perebusan benang ke larutan lilin sarang lebah agar benang tidak renggang dan mudah diatur.
Tahap kedua adalah penyusunan benang. Banyaknya dan warna yang digunakan dalam menyusun benang tergantung dengan kehendak penenun. Alat penyusun yang digunakan bernama sesang. Tahap terakhir adalah menenun, kain yang sudah disusun akan ditenun pada papan terikan yang merupakan bagian alat tenun atau disebut mettakh.
Gambar 2.2 Ilustrasi alat tenun mettakh(gambar diambil dari https://1.bp.blogspot.com/-
gyzNU5XdUJo/VlQCr7kELuI/AAAAAAAABBo/mFR8KPq3SAc/s1600/
2012-08-04-15-15-03.jpg)
Tahap kedua dari proses pembuatan tapis adalah membuat pola.
Pola yang akan digunakan atau disulam pada kain dasar dibuat terlebih dahulu pada kertas dengan cara menggambar motif/pola yang diinginkan.
Setelah itu, pola yang sudah dibuat digambarkan pada kain dasar tapis.
Namun, ada kalanya pola yang dibuat dapat dibuat langsung pada kain dasar.
Gambar 2.3 Ilustrasi Ibu-ibu dari Negeri Katon, Pesawaran, Lampung yang sedang melakukan aktivitas menenun kain tapis dengan
menggunakan alat tenun tekang. (Gambar diambil dari
https://www.antarafoto.com/asian-games-2018/v1511702401/perajin-kain- tapis-binaan-bi)
Tahap ketiga adalah menyulam pola pada kain tapis. Setelah pola digambarkan pada kain dasar, proses selanjutnya adalah menyulam pola dengan benang emas, benang sutra dan benang katun. Benang emas sendiri tidak diproduksi langsung oleh masyarakat Lampung melainkan dari hasil impor, khususnya India dan Singapura. Alat yang digunakan dalam menyulam disebut tekang. Proses ini dilakukan dengan cara mengikat benang pada benang penyawat.
c. Jenis-jenis Kain Tapis
Seperti telah dibahas di depan, pembahasan dalam bagian ini
merujuk pada buku “Katalog Kain Tapis Koleksi Museum Negeri Provinsi
Lampung Ruwa Jurai” yang ditulis oleh Eko Wahyuningsih, Rosniar,
Dadyo Wibowo, dan Rasunah (2015). Kain tapis Lampung memiliki jenis
yang sangat beragam. Berikut ini adalah sebagian jenis kain tapis Lampung yang berada pada Museum Lampung Ruwa Jurai, Bandar lampung.
Tabel 2.1 Beberapa Jenis Kain Tapis Lampung No Gambar Kain Tapis Keterangan
1
Dasar kain tapis
Bahan dasar : benang kapas
Asal : Desa Tulung Huyut, kecamatan Hulu Selatan, Lampung Utara
P : 57 cm L : 65 cm No inv : 195
2
Dasar Kain tapis
Bahan Dasar: benang kapas
Asal: Tanjungkarang, Bandar Lampung P: 123,5 cm
L: 63 cm No inv: 725
3
`
Tapis Jung Sarat
Bahan Dasar: Benang kapas dan benang emas
Asal: Telukbetung, Bandar Lampung P: 110 cm
L: 65 cm No inv: 210
Kain dipakai oleh pengantin wanita atau
kelompok istri kerabat paling tua saat
upacara pengambilan gelar, pengantin serta
muli cangget pada upacara adat.
4
Tapis Kaca
Bahan Dasar: Benang kapas, serat nanas, dan kaca
Asal: Tanjungkarang, Bandar Lampung P: 114 cm
L: 58 cm No inv: 2078
Dipakai wanita suku Lampung saat upacara adat
5
Tapis Akheng
Bahan Dasar: Benang kapas
Asal: Tanjungkarang, Bandar Lampung P: 107 cm
L: 66 cm No inv: 979
Dipakai oleh wanita yang suaminya sudah mendapatkan gelar sultan pada upacara cakak pepadun
6
Tapis Pucuk Rebung
Bahan Dasar: Benang kapas dan benang emas
Asal: Desa Gedong Batin,
BelambanganUmpu, Way Kanan P: 215 cm
L: 62 cm No inv: 1397.1
7
Tapis Balak
Bahan Dasar: Benang kapas dan benang emas
Asal: Kecamatan Tegineneng, Pesawaran P: 114 cm
L: 60 cm No inv: 3039
Kain ini dipakai wanita pada upacara
perkawinan adat Lampung Pubian
8
Tapis Tuho
Bahan Dasar: Benang Kapas, benang emas, moci dan kaca
Asal: Desa Simpang, kecamatan Kalianda, Lampung Selatan
P: 110 cm L: 73 cm No inv: 1941
Kain ini digunakan oleh wanita yang sudah menikah saat mengiringi pengantin pada upacara adat lampung
C. Teori Grup
Pada subbab ini akan dibahas konsep-konsep matematika yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Dasar matematis untuk Pola Frieze dan Pola Kristalografi adalah geometri transformasi dan teori grup.
Definisi 2.1 Operasi Biner (Fraleigh, 2003:20)
Diberikan himpunan tidak kosong 𝑆. Operasi biner ∘ dalam 𝑆 adalah sebuah fungsi yang memetakan 𝑆 × 𝑆 ke 𝑆. Untuk setiap (𝑎, 𝑏) ∈ 𝑆 × 𝑆 yang akan dinyatakan dengan ∘ ((𝑎, 𝑏)) dari 𝑆 dilambangkan dengan 𝑎 ∘ 𝑏.
Contoh 2. 1 (Fraleigh, 2003:21)
Operasi penjumlahan atau perkalian biasa dalam himpunan bilangan bulat atau bilangan real merupakan sebuah operasi biner.
Misalkan
ℤ adalah himpunan bilangan bulat. Operasi biner +
(penjumlahan) merupakan fungsi yang memetakan (3, 5) ∈ ℤ × ℤ ke
bilangan 8 ∈ ℤ.
Misalkan
ℝ adalah himpunan bilangan real. Operasi biner ⋅ (perkalian) merupakan fungsi yang memetakan (
23
, 4) ∈ ℝ × ℝ ke bilangan
83