ABSTRAK
Penelitian berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Self-Esteem pada Siswa Kelas VI SDN Percontohan “X”, di Jakarta” ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana gambaran self-esteem pada kelompok populasi siswa kelas VI SDN Percontohan “X” di Jakarta. Populasi sasaran adalah seluruh siswa kelas VI SDN Percontohan “X” dan sasaran penelitian dipilih berdasarkan karakteristik populasi yang telah ditentukan.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun Lydia berdasarkan teori self-esteem dari Harter (1982, Michael dan Sheila R. Cole, 1993). Data yang diperoleh berskala ordinal dan diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Validitas alat ukur 0,2149 - 0,6953 dan reliabilitas 0,7647.
Berdasarkan pengolahan data secara statistik, maka diperoleh sebanyak 87,3% responden yang memiliki self-esteem tinggi dan sebanyak 12,7% responden yang memiliki self-esteem rendah. Adapun rincian persentase siswa yang memiliki self-esteem tinggi sebagai berikut, 68,66% pada area kognitif, 67,91% pada area sosial, 58,96% pada area fisik, dan 61,19% pada area general self-worth.
Kesimpulan yang diperoleh adalah berdasarkan skor median diperoleh data bahwa sebagian besar siswa kelas VI SDN Percontohan “X” memiliki self-esteem yang tinggi pada area kompetensi kognitif, area kompetensi sosial, area kompetensi fisik, dan area general self-worth.
Peneliti mengajukan saran bagi peneliti yang berminat dapat juga melakukan penelitian serupa dalam hubungannya dengan varibel-variabel lain, misalnya pola asuh orang tua dan bagi siswa agar lebih mengeksplorasi lagi kompetensi yang dimiliki sehingga dapat dikembangkan lebih optimal pada keempat area kompetensi. Selain itu, disarankan bagi guru BP atau wali kelas agar mengadakan konseling pribadi kepada siswa yang memiliki self-esteem rendah sehingga dapat menumbuhkembangkan self-esteem siswa tersebut pada area-area kompetensi self-esteem dan bagi orang tua disarankan untuk lebih memfasilitasi pengembangan kompetensi anak sehingga dapat meningkatkan self-esteem anak.
DAFTAR ISI
Hal
Lembar Judul
Lembar Persembahan
Abstrak
Kata Pengantar...i
Daftar Isi ...iv
Daftar Bagan...vii
Daftar Tabel...viii
Daftar Lampiran...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Identifikasi Masalah...10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...10
1.4 Kegunaan Penelitian...10
1.5 Kerangka Pemikiran...11
1.6 Asumsi...18
BAB II TINJAUAN TEORETIK 2.1 Self-Esteem...20
2.1.1 Pengertian Self-Esteem...20
2.1.2 Kategori Self-Esteem...22
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem...24
2.1.4 Area-Area dalam Self-Esteem...25
2.2 Masa Kanak-Kanak...25
2.2.1 Batasan Masa Kanak Akhir...25
2.2.2 Tugas-Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak...26
2.2.3 Perkembangan Self-Esteem pada Masa Kanak Akhir...26
2.3 Sekolah Dasar Negeri Percontohan “X”...28
2.3.1 Sejarah Sekolah Dasar Negeri Percontohan “X”...28
2.3.2 Visi dan Misi...30
2.3.3 Program Belajar Mengajar...30
2.3.3.1 Akademik...30
2.3.3.2 Non Akademik...31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian...33
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...33
3.3 Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi...34
3.3.1 Populasi Sasaran...34
3.3.2 Karakterisik Populasi...35
3.4 Alat Ukur...35
3.4.1 Bentuk Alat Ukur...35
3.4.2 Sistem Penilaian...36
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...38
3.5 Teknik Analisis...41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden...42
4.2 Hasil Penelitian...45
4.3 Pembahasan...46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...50
5.2 Saran...51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN
Bagan Kerangka Pemikiran...18
Bagan Desain Penelitian...33
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Gambar Self-Esteem...36
Tabel 3.2 Item Positif dan Item Negatif...36
Tabel 3.3 Perhitungan Norma Masing-Masing Area Kompetensi...38
Tabel 3.4 Median per Area...39
Tabel 3.5 Kriteria Validitas...40
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 6.1 Data Mentah Profil Responden dan Skor Self-Esteem Siswa pada
Masing-Masing Area Kompetensi
Tabel 6.2 Persentase Perasaan Responden pada Masing-Masing Area
Kompetensi
Tabel 6.3 Gambaran Profil Responden
Tabel 6.3.1 Tabulasi Silang Status Sosial Ekonomi dengan
Masing-Masing Area Kompetensi
Tabel 6.3.2 Tabulasi Silang Relasi dengan Orang Tua dengan
General Self-Worth
Tabel 6.3.3 Tabulasi Silang Self-Esteem dengan Kondisi Fisik Siswa
Tabel 6.3.4 Tabulasi Silang Self-Esteem Siswa dengan Stabilitas
Emosi Orang Tua
Tabel 6.4 Pembagian Kategori Skor Responden
Tabel 6.4.1 Persentase Kategori Skor per Area
Tabel 6.4.2 Persentase Jumlah Area yang Memiliki Kategori Tinggi
TABEL 6.1 DATA MENTAH PROFIL RESPONDEN
R JK Usia Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Anak Ke Relasi ortu Stb ortu Fisik SE
1 P 10 Karyawan Karyawan 2dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
2 P 12 Dokter Wiraswasta 3dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
3 P 11 Karyawan Karyawan 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
4 P 11 Karyawan Wiraswasta 2dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
5 P 11 Karyawan IRT 2dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
6 P 11 Wiraswasta Wiraswasta 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
7 L 12 Wiraswasta IRT 3dr3 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
8 L 12 Karyawan IRT 1dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
9 L 11 Karyawan IRT 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
10 P 10 Karyawan Psikolog 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
11 L 11 Karyawan IRT 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
12 L 12 Karyawan IRT 1dr3 Sgt dekat Jarang Sering sakit T
13 L 11 Karyawan Karyawan 2dr2 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
14 L 12 Karyawan IRT 3dr3 Cukup dekat Jarang Sering sakit R
15 L 11 Konsultan Hukum IRT 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
16 P 11 Wiraswasta Karyawan 2dr2 Dekat Sering Jarang sakit T
17 P 11 Guru besar IRT 2dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
18 L 11 Karyawan IRT 1dr3 Dekat Sering Jarang sakit T
19 L 12 Karyawan Wiraswasta 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
20 P 12 Karyawan IRT 2dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
21 L 11 Karyawan Karyawan 1dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
22 L 11 Karyawan Karyawan 2dr3 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
23 P 12 Psikiater Dosen 2dr3 Cukup dekat Jarang Sering sakit T
24 P 11 Pengusaha IRT 2dr2 Sgt dekat Jarang Sering sakit T
25 P 11 Karyawan IRT 3dr3 Sgt dekat Jarang Sering sakit T
26 L 11 Wiraswasta Wiraswasta 1dr1 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
28 P 12 Wiraswasta Wiraswasta 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
29 P 11 Karyawan Karyawan 2dr2 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
30 P 11 Karyawan IRT 1dr3 Sgt dekat Jarang Sering sakit T
31 P 11 Karyawan IRT 1dr2 Sgt dekat Jarang Sering sakit T
32 P 11 Karyawan IRT 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
33 P 11 Karyawan IRT 2dr2 Cukup dekat Sering Jarang sakit R
34 P 12 Karyawan Karyawan 1dr2 Cukup dekat Jarang Sering sakit T
35 p 12 Wiraswasta Wiraswasta 1dr4 Cukup dekat Sering Sering sakit R
36 L 10 Karyawan Karyawan 1dr3 Dekat Sering Sering sakit R
37 L 11 Wiraswasta IRT 2dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
38 P 11 Karyawan Guru TK 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
39 L 12 Dokter IRT 3dr3 Cukup dekat Sering Jarang sakit T
40 P 12 Karyawan IRT 3dr3 Dekat Sering Sering sakit R
41 L 11 Pengusaha Direktur 3dr3 Cukup dekat Jarang Sering sakit T
42 P 11 Karyawan IRT 3dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
43 P 12 Wiraswasta Karyawan 2dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
44 L 11 Direktur Manajer 2dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
45 P 10 Karyawan Karyawan 1dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
46 L 11 Direktur Karyawan 2dr2 Cukup dekat Jarang Sering sakit T
47 L 11 Karyawan Dokter 3dr4 Dekat Jarang Jarang sakit T
48 P 12 Wiraswasta IRT 4dr5 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
49 L 10 Karyawan IRT 3dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
50 L 11 Guru IRT 1dr1 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
51 P 12 Wiraswasta Karyawan 1dr1 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
52 L 10 Wiraswasta Dokter 2dr2 Dekat Jarang Tidak pernah T
53 L 11 Insinyur Arsitek 3dr4 Dekat Jarang Sering sakit R
54 L 12 Wiraswasta Pramugari 1dr1 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
55 P 11 Karyawan Karyawan 1dr2 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
56 P 11 Karyawan IRT 2dr3 Dekat Sering Jarang sakit R
57 P 11 Wiraswasta Wiraswasta 2dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
59 P 11 Dosen IRT 1dr1 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
60 L 11 Karyawan IRT 3dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
61 L 11 Karyawan Karyawan 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
62 L 11 Karyawan IRT 1dr2 Dekat Sering Sering sakit R
63 L 11 Karyawan Karyawan 2dr3 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
64 P 11 Direktur Manajer 1dr4 Dekat Sering Jarang sakit R
65 P 12 Dokter IRT 2dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
66 P 12 Purn.sipil Wiraswasta 5dr5 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
67 P 11 Direktur IRT 1dr1 Dekat Jarang Jarang sakit T
68 L 12 Karyawan IRT 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
69 P 11 Karyawan IRT 1dr2 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
70 P 11 Wiraswasta IRT 3dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
71 P 11 Karyawan Karyawan 2dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
72 L 11 Karyawan IRT 2dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
73 P 12 Karyawan IRT 3dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
74 P 12 Wiraswasta IRT 3dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
75 L 11 Dokter gigi Dokter gigi 1dr1 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
76 P 11 Wiraswasta IRT 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
77 P 12 Pelaut Karyawan 1dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
78 P 12 Arsitek IRT 3dr4 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
79 P 11 Arsitek Arsitek 1dr2 Sgt dekat Jarang Sering sakit T
80 P 11 Wiraswasta Karyawan 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
81 L 12 Arsitek IRT 2dr4 Sgt dekat Jarang Sering sakit R
82 P 10 Karyawan Karyawan 2dr3 Dekat Jarang Sering sakit T
83 P 11 Wiraswasta IRT 1dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
84 P 12 Karyawan Karyawan 1dr3 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
85 L 12 Direktur IRT 3dr3 Dekat Sering Sering sakit R
86 P 11 Wiraswasta IRT 3dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
87 P 12 Wiraswasta Wiraswasta 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
88 L 11 Karyawan Karyawan 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
90 P 11 Karyawan IRT 2dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
91 P 12 Karyawan IRT 1dr1 Dekat Jarang Jarang sakit T
92 P 11 Karyawan IRT 1dr1 Dekat Sering Sering sakit R
93 P 11 Karyawan Karyawan 2dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
94 P 12 Karyawan IRT 2dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
95 P 11 Wiraswasta Wiraswasta 2dr4 Cukup dekat Sering Jarang sakit R
96 P 11 Karyawan IRT 3dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
97 P 12 Karyawan IRT 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
98 L 12 Karyawan IRT 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
99 P 11 Wiraswasta Guru 3dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
100 P 11 Dosen Karyawan 2dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
101 P 11 Pilot IRT 3dr3 Sgt dekat sering Jarang sakit R
102 P 11 Karyawan IRT 1dr1 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
103 P 12 Karyawan IRT 1dr4 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
104 L 11 Karyawan Kepsek TK 1dr2 Sgt dekat Sering Jarang sakit T
105 P 10 Dosen Karyawan 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
106 P 10 Pensiunan IRT 1dr1 Tidak dekat Sering Jarang sakit T
107 P 11 Dokter Dokter 2dr3 Cukup dekat Jarang Sering sakit R
108 L 12 Wiraswasta Wiraswasta 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
109 L 12 Karyawan Karyawan 1dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
110 L 11 Wiraswasta IRT 4dr4 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
111 P 11 Karyawan Karyawan 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
112 L 11 Karyawan Kayawan 2dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
113 L 12 Karyawan Karyawan 1dr1 Cukup dekat Jarang Sering sakit T
114 L 12 Dokter Dokter 1dr3 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
115 P 12 Karyawan Karyawan 2dr3 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
116 P 11 Karyawan IRT 2dr3 Dekat Sering Jarang sakit T
117 L 12 Wiraswasta IRT 2dr2 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
118 L 11 Pengusaha IRT 2dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
119 P 10 Dosen Karyawan 2dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
121 P 11 Karyawan Karyawan 2dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
122 P 10 Karyawan IRT 2dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
123 L 12 Karyawan Karyawan 1dr1 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
124 L 12 Karyawan IRT 2dr2 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
125 L 11 Karyawan Notaris 2dr2 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
126 L 11 Karyawan Karyawan 1dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
127 P 11 Dosen Karyawan 2dr2 Dekat Jarang Sering sakit T
128 P 11 Karyawan Wiraswasta 1dr1 Cukup dekat Jarang Jarang sakit T
129 P 11 Dokter IRT 3dr4 Sgt dekat Jarang Jarang sakit T
130 L 11 Wiraswasta IRT 2dr2 Dekat Jarang Jarang sakit T
131 L 11 Karyawan Karyawan 2dr4 Sgt dekat Jarang Sering sakit T
132 L 11 Karyawan Karyawan 1dr3 Dekat Sering Jarang sakit R
133 P 12 Karyawan IRT 1dr3 Dekat Jarang Jarang sakit T
SELF-ESTEEM SISWA PADA MASING-MASING AREA KOMPETENSI
R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 K SE S SE F SE GSW SE
104 4 4 3 2 2 4 4 2 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 27 T 25 T 25 R 20 R 105 3 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 2 3 1 4 3 26 T 25 T 26 T 25 T 106 1 1 4 1 1 4 1 3 2 4 1 4 1 4 3 3 4 3 1 1 2 4 4 3 3 1 3 1 1 4 2 24 T 12 R 24 R 15 R 107 3 4 2 1 2 4 4 2 4 4 3 2 2 3 3 1 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 2 1 1 2 2 23 R 23 R 21 R 21 R 108 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 26 T 28 T 36 T 25 T 109 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 2 1 4 4 1 4 4 1 2 18 R 26 T 35 T 22 T 110 4 4 4 2 3 3 4 2 4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 4 2 29 T 26 T 25 R 26 T 111 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 2 3 2 2 2 24 T 24 T 30 T 24 T 112 4 4 4 1 4 4 3 3 4 3 4 2 2 4 3 4 4 3 4 3 4 2 4 4 3 4 4 1 1 4 4 30 T 27 T 22 R 23 T 113 3 4 2 3 2 3 4 3 3 4 4 3 2 4 1 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 1 2 4 22 R 24 T 25 R 20 R 114 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 27 T 27 T 35 T 24 T 115 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 4 3 26 T 23 R 26 T 19 R 116 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 1 2 4 3 4 2 2 1 4 2 3 3 2 4 4 3 1 1 4 2 25 T 25 T 24 R 18 R 117 3 4 2 4 4 3 4 1 4 4 4 2 4 3 2 4 2 3 2 3 3 4 2 2 4 4 3 3 2 4 4 24 T 25 T 27 T 21 R 118 2 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 2 2 22 R 25 T 27 T 21 R 119 2 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 1 4 4 1 2 2 4 1 24 T 23 R 31 T 22 T 120 3 4 3 4 2 3 4 1 4 4 4 2 2 4 3 3 4 3 4 4 2 1 3 1 2 4 1 4 1 2 3 19 R 26 T 20 R 24 T 121 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 2 2 1 26 T 25 T 28 T 27 T 122 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 24 T 19 R 27 T 20 R 123 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 32 T 28 T 32 T 22 T 124 4 4 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 1 1 21 R 22 R 33 T 27 T 125 3 4 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 2 2 4 23 R 27 T 33 T 24 T 126 2 4 3 4 2 4 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 2 4 4 2 4 3 2 3 21 R 23 R 32 T 23 T 127 2 2 1 1 1 4 2 2 3 2 1 3 1 3 3 2 2 3 4 1 4 1 3 4 4 4 3 3 1 2 2 24 T 14 R 17 R 19 R 128 2 4 3 3 2 2 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 3 2 2 4 3 3 3 4 3 2 2 2 4 21 R 24 T 29 T 19 R 129 3 4 4 2 3 2 4 3 4 4 4 4 2 2 4 3 4 4 3 4 4 3 2 4 2 4 2 2 1 2 4 25 T 28 T 24 R 20 R 130 3 3 2 2 3 3 2 3 4 4 4 3 2 4 3 4 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 2 4 2 2 4 23 R 24 T 27 T 23 T 131 4 4 4 1 4 4 3 1 1 4 4 4 3 3 1 4 4 3 3 4 2 4 4 4 3 4 2 3 2 3 4 24 T 25 T 26 T 23 T 132 2 2 2 2 2 3 3 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 18 R 15 R 21 R 18 R 133 2 4 4 2 3 2 4 1 3 4 4 1 2 3 3 2 3 2 4 2 4 1 3 3 2 4 2 2 2 4 3 24 T 24 T 16 R 21 R 134 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 26 T 25 T 27 T 22 T
TABEL 6.2 Persentase Perasaan Responden pada Masing-Masing Area Kompetensi
Perasaan Kognitif Sosial Fisik GSW
% % % %
T R T R T R T R
SB 34,33 1,49 35,07 2,24 32,09 4,48 33,58 5,97
B 29,85 5,97 29,85 4,48 22.39 3,73 23,88 7,46
K 4,48 8,21 2,99 14,93 4,48 18,65 2,99 8,96
SK - 15,67 - 10,44 - 14,18 0,74 16,42
Total 68,66 31,34 67,91 32,09 58,96 41,04 61,19 38,81
Keterangan :
SB = Sangat Bangga
B = Bangga
K = Kecewa
SK = Sangat Kecewa
TABEL 6.3 Gambaran Profil Responden
Tabel 6.3.1 Tabulasi Silang Status Sosial Ekonomi dengan Masing-Masing
Area Kompetensi
Kognitif Sosial Fisik GSW Status
Sosial
Ekonomi % % % %
T R T R T R T R Menengah
Keatas
64,93 31,34 64,92 31,39 58,22 38,05 58,95 %
37,32 % Menengah
Kebawah
3,73 0 2,99 0,7 0,74 2,99 2,24 1,49%
Tabel 6.3.2 Tabulasi Silang Relasi dengan Orang Tua dengan Area General
Self-Worth
General Self-Worth
Relasi dengan Orang Tua
Tinggi Rendah
Sangat Dekat/Dekat 74 55,22% 34 25,4%
Cukup Dekat 8 5,97% 17 12,7%
Tidak Dekat - - 1 0,7%
Total 82 61,19% 52 38,8%
Tabel 6.3.3 Tabulasi Silang Self-Esteem dengan Kondisi Fisik Siswa
Self-Esteem
Kondisi Fisik
Tinggi Rendah
Sering Sakit 14 10,5% 10 7,5%
Jarang Sakit 102 76,1% 7 5,2%
Tidak Pernah Sakit 1 0,7% - -
Total 117 87,3% 17 12,7%
Tabel 6.3.4 Tabulasi Silang Self-Esteem Siswa dengan Stabilitas Emosi Orang Tua
Self- Esteem
Stabilitas Emosi
Orang Tua Tinggi Rendah
Cukup Stabil 111 82,8% 6 4,5%
Kurang Stabil 6 4,5% 11 8,2%
TABEL 6.4 Pembagian Kategori Skor Responden
TABEL 6.4.1 Persentase Kategori Skor per Area
Self-esteem Area Kognitif Area Sosial Area Fisik Area GSW
Tinggi (%) 68,66 67,91 58,96 61,19
Rendah (%) 31,34 32,09 41,04 38,81
TABEL 6.4.2 Persentase Jumlah Area yang Memiliki Kategori Tinggi
Tinggi Frekuensi Persentase
4 Area 36 26,9%
3 Area 44 32,8%
2 Area 32 23,9%
1 Area 5 3,7%
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak lahir manusia memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, dengan
menggunakan segenap akal budi dan nalurinya untuk terus belajar. Manusia
merupakan makhluk individual sekaligus makhluk sosial yang bersifat unik,
dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Melalui kekurangan dan
kelebihannya itulah manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, selain
mengandalkan orang lain. Salah satu kebutuhan alami manusia adalah ingin
‘diakui’ keberadaannya oleh lingkungan.
Manusia terlahir dalam suatu kelompok kecil yang memiliki ikatan
darah yang kuat, yang dikenal dengan sebutan keluarga. Keberadaan
manusia pun ‘diakui’ pertama kali di dalam keluarga, yang melahirkan dan
membesarkan dirinya dengan kasih sayang. Anak akan berada dalam
pengasuhan dan didikan orang tua sampai dianggap cukup mandiri secara
fisik maupun mental. Melalui lingkungan keluarga pula, anak memperoleh
keterampilan dasar sebagai bekal untuk mempersiapkan dan menjalani
kehidupan di masa mendatang.
Lingkungan anak selanjutnya setelah keluarga adalah sekolah sekaligus
menandakan semakin bertambah luasnya lingkup kehidupan sosial anak. Ini
berarti dunia sosial anak tidak terbatas pada figur ayah, ibu, adik, kakak dan
anggota keluarga lainnya, melainkan teman sebaya dan orang dewasa
2
lainnya. Dalam lingkungan sosial yang semakin luas itu, anak akan belajar
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan orang-orang di luar
keluarganya, berkesempatan mempelajari hal-hal baru, menambah wawasan
pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan baru yang lebih bervariasi.
Kebutuhan anak untuk ‘diakui’ pun semakin bertambah, terlebih lagi jika
sudah mulai memasuki usia sekolah.
Di sekolah, anak akan berusaha untuk mendapatkan pengakuan melalui
penyelesaian berbagai tugas dan keterampilan yang diberikan kepadanya.
Berhasil atau tidaknya anak dalam menyelesaikan tugas akan menumbuhkan
dan membentuk penilaian anak terhadap kemampuan dirinya. Melalui
pengalaman berulang-ulang, hasil dari penilaian itu akan mengkristal
menjadi pengenalan anak atas kemampuannya sendiri, dan dengan demikian
akan mengenal pula perbedaan dirinya dengan anak lainnya. Pemahaman
anak atas diri dan kemampuannya itu, termasuk mengenal kelebihan maupun
kekurangannya, akan menumbuhkan self-esteem, yaitu penilaian siswa
mengenai seberapa positif atau negatif dirinya dan bagaimana perasaan
siswa terhadap hasil penilaian tersebut (Coopersmith, 1967). Oleh
karenanya, self-esteem merupakan salah satu komponen penting yang
berkaitan dengan kesehatan mental anak (Jahoda, 1958, dalam Cole &
Cole, 1993).
Self-esteem terbentuk sebagai mata rantai proses yang terjadi dari hasil
interaksi anak dengan lingkungannya. Self-esteem pada anak merupakan
dasar dalam membentuk relasi sosial, proses belajar, kreativitas dan
3
tanggung jawab pribadi yang positif. Self-esteem juga berkaitan dengan
perasaan, yaitu perasaan puas terhadap sesuatu. Anak akan merasa puas
apabila saat berinteraksi dengan lingkungan, dirinya mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain, dan menjadi bagian keluarga
maupun sekolah (Clemes & Bean, 1978).
Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan dasar pertama yang
akan memberikan pengetahuan dan keterampilan, terdiri atas enam jenjang
pendidikan, yaitu kelas I sampai dengan kelas VI. Kelas VI SD berada
dalam masa pertengahan kanak-kanak yaitu usia 10-12 tahun yang
merupakan masa ketika anak mulai memasuki tahap krisis industry versus
inferiority (Erikson, 1963, dalam Cole & Cole, 1993). Pada masa ini, anak
akan memperoleh banyak pengetahuan dan keterampilan. Apabila anak
dapat menguasai berbagai kemampuan tersebut dengan baik dan dapat
menunjukkan bahwa dirinya mampu dan berharga untuk dicintai dan
dikagumi, maka anak akan memenuhi industry (Cole, Michael & Sheila R.,
1993). Sebaliknya, bila anak tidak dapat menguasai pengetahuan dan
keterampilan, serta tidak dapat menunjukkan bahwa diri mereka mampu,
tidak berharga untuk dicintai dan dikagumi, maka anak akan merasa
inferiority.
Pada anak, self-esteem akan tumbuh ketika ada rasa percaya diri dan
berhasil dalam menghadapi suatu tantangan. Self-esteem merupakan
penilaian anak mengenai seberapa positif atau negatif dirinya dan bagaimana
perasaan anak terhadap hasil penilaian tersebut (Coopersmith, 1967).
4
Konsep self-esteem dari Coopersmith (1967) itu kemudian
dioperasionalisasikan oleh Susan Harter (1982, dalam Cole & Cole, 1993)
menjadi self-evaluation anak dalam empat area kompetensi, yaitu
kompetensi kognitif (cognitive competence) tercermin melalui seberapa
besar kemampuan siswa untuk berhasil mengerjakan tugas, mampu
menghafal dan berhitung dengan cepat; kompetensi sosial (social
competence) tercermin melalui seberapa banyak teman yang dimiliki,
seberapa populer siswa dimata teman, seberapa disukai dirinya di
lingkungan teman; kompetensi fisik (physical competence) tercermin
melalui seberapa besar kemampuan dalam berolah raga, seberapa terampil
dalam melakukan permainan (games); dan general self-worth tercermin
melalui seberapa besar seorang siswa merasa dirinya berharga bagi pribadi
dan lingkungan.
Anak yang memiliki self-esteem tinggi akan menganggap masalah
sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Bila mengalami kegagalan tidak
akan merasa putus asa dan tidak berdaya, tetapi akan mencoba melihat apa
penyebab dari kegagalannya. Anak menganggap bahwa kegagalan
merupakan faktor di luar jangkauan dirinya dan berusaha untuk mencoba
lebih keras lagi sehingga dengan kemauan yang kuat anak dapat mengatasi
masalahnya dan mencapai keberhasilan. Keberhasilan yang diperoleh akan
memberikan kepuasan dan rasa bangga yang selanjutnya akan memperkuat
self-esteemnya. Misalkan, dalam bidang akademis, yaitu seperti yang
dialami oleh beberapa anak kelas VI SD, diantaranya adalah Ivan Kristanto,
5
siswa kelas VI SD Yos Sudarso, Tasikmalaya, Jawa Barat yang meraih
medali emas dalam bidang matematika dan trophy atas kehebatannya dalam
teori dan eksperimen pada perhelatan kelas internasional “Olimpiade Sains
tingkat sekolah dasar (SD) atau International Mathematics and Science
Olympiad (IMSO)”, pada tanggal 29 November – 3 Desember 2004 di
Jakarta (www.suarakarya-online.com). Selain Ivan, Levina Tri Ratana (11
tahun), juga berhasil menjadi utusan nasional pada olimpiade matematika
tingkat ASEAN atau Thailand Elementary Mathematics International
Cantest (TEMIC), pada tanggal 5 – 11 September 2003
(www.purwakarta.go.id).
Perasaan puas dan bangga bila mampu mengatasi tantangan yang
dihadapi dan ketika mengalami kegagalan, akan menggugah anak untuk
berusaha terus, mencoba dan mencoba hingga berhasil. Perilaku demikian
merupakan ciri dari anak yang memiliki self-esteem tinggi. Dengan
keinginan untuk terus belajar dan berusaha, maka anak akan mampu
mencapai keberhasilan, sesuai dengan minatnya, seperti yang dialami oleh
Ivan dan Levina.
Sebaliknya, pada anak yang memiliki self-esteem yang rendah akan
menganggap kegagalan sebagai kesalahan dan semata-mata disebabkan oleh
ketidakmampuannya sehingga selanjutnya akan menghindari hambatan.
Pada saat anak mengalami masalah dan tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah tersebut, anak akan berusaha ‘lari’ dari masalah karena merasa
minder atau rendah diri. Usaha anak untuk ‘lari’ dari masalah dapat melalui
6
berbagai cara yang dapat merugikan diri anak, misalnya dalam bidang
akademis yaitu membolos sekolah, berkelahi dengan teman sekolah, atau
dengan teman dari sekolah lain, dan tidak jarang pula ada anak yang
melakukan bunuh diri akibat merasa dirinya tidak berharga. Self-esteem
yang rendah juga dapat membatasi kemampuan anak untuk berprestasi
secara akademis, juga dalam menjalin relasi sosial. Seperti yang dialami
oleh Oman, seorang pelajar kelas VI Sekolah Dasar Karang Asih 04,
Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/6/2004), yang nekat meminum racun
tikus karena tidak mempunyai uang untuk membayar biaya ujian akhir
nasional (UAN) sebesar seratus ribu rupiah (www.dudung.net).
Self-esteem pada anak akan menentukan tingkat kemampuan dalam
mengolah sumber daya atau potensi yang telah dibawanya sejak lahir.
Dengan demikian self-esteem merupakan salah satu aspek penting dalam
kepribadian anak yang akan menentukan keberhasilan dan kebahagiaan anak
dalam kehidupan selanjutnya.
Harter (1982, dalam Cole & Cole, 1993) mengatakan bahwa ciri-ciri
siswa yang memiliki karakteristik self-esteem yang tinggi
sekurang-kurangnya tinggi pada salah satu atau lebih area kompetensi (kompetensi
kognitif, kompetensi sosial, kompetensi fisik dan general self-worth).
Sedangkan karakteristik self-esteem yang rendah adalah tidak tinggi pada
keempat area kompetensi.
Anak-anak usia 8-12 tahun berada pada usia sekolah, sehingga keempat
area kompetensi diatas akan memanifes dan terarah di lingkungan sekolah.
7
Penelitian ini mengambil lokasi di SDN Percontohan “X”, di Jakarta.
Apabila pemerintah merencanakan perubahan kurikulum, maka akan
diujicobakan terlebih dahulu pada SDN ini. SDN Percontohan “X” memiliki
cara memacu siswa untuk berprestasi dalam segala bidang, akademik
maupun non akademik, yaitu membuka kelas akselerasi, mengubah
komposisi siswa di kelas berdasarkan peringkat akademiknya, menyediakan
kegiatan ekstrakurikuler dan berbagai acara lainnya yang melibatkan
aktualisasi kreativitas siswa. Seluruh kegiatan pembelajaran akademik
maupun non akademik pada dasarnya dapat menumbuhkembangkan
self-esteem dalam derajat yang berbeda-beda pada keempat area kompetensi.
Berdasarkan survei awal kepada 50 orang siswa kelas VI SDN
Percontohan “X” didapatkan seluruh siswa menunjukkan kompeten pada
satu atau lebih area kompetensi. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut,
10% siswa tinggi pada seluruh area kompetensi yaitu dalam menjawab
pertanyaan, memahami dan mengingat materi pelajaran (mencerminkan
kompetensi kognitif), memiliki banyak teman, populer, disukai teman
(mencerminkan kompetensi sosial), mampu berolah raga dengan baik,
unggul dalam permainan (mencerminkan kompetensi fisik), serta sering
dipilih menjadi ketua kelompok oleh guru dan teman (mencerminkan
general self-worth).
Ada 8% siswa yang tinggi dalam tiga area kompetensi. 4% pada
kompetensi kognitif yaitu mampu memahami dan mengingat materi
pelajaran, mengerjakan tugas dengan baik, kompetensi fisik yaitu mampu
8
melakukan olah raga dan permainan dengan baik dan kompetensi sosial
yaitu memiliki banyak teman, populer, dan disukai teman. Selanjutnya 4%
pada kompetensi kognitif yaitu mampu mengingat dan memahami materi
pelajaran, mengerjakan tugas dengan baik, kompetensi sosial yaitu memiliki
banyak teman, populer, dan disukai teman, dan general self-worth yaitu
sering dipilih menjadi ketua kelompok oleh guru dan teman.
Siswa yang tinggi dalam dua area kompetensi sebanyak 32% siswa. 8%
orang pada kompetensi kognitif dan kompetensi fisik yaitu mampu
mengingat dan memahami materi pelajaran dengan cepat serta mampu
melakukan olah raga dan permainan dengan baik, 2% pada kompetensi
kognitif dan kompetensi sosial yaitu mampu mengingat dan memahami
materi pelajaran dengan cepat serta memiliki banyak teman, populer dan
disukai teman, 4% pada kompetensi kognitif dan general self-worth yaitu
mampu memahami dan mengingat pelajaran dengan cepat serta sering
dipilih menjadi ketua kelompok oleh guru dan teman, 10% pada kompetensi
sosial dan general self-worth yaitu memiliki banyak teman, populer dan
disukai teman serta sering dipilih menjadi ketua kelompok oleh guru dan
teman, kemudian 6% pada kompetensi sosial dan kompetensi fisik yaitu
memiliki banyak teman, populer, disukai teman dan mampu melakukan
olahraga dan permainan dengan baik, dan 2% pada kompetensi fisik dan
general self-worth yaitu mampu melakukan olah raga dan permainan dengan
baik serta sering dipilih menjadi ketua kelompok oleh guru dan teman.
9
Ada 30% yang tinggi dalam satu area kompetensi. 5% pada kompetensi
kognitif yaitu mampu mengingat dan memahami materi dengan cepat serta
menjawab pertanyaan, 10% pada kompetensi sosial yaitu memiliki banyak
teman, populer, dan disukai teman, 10% pada kompetensi fisik yaitu mampu
melakukan olah raga dan permainan dengan baik, dan 5% pada general
self-worth yaitu sering dipilih menjadi ketua kelompok oleh guru dan teman.
Selanjutnya terdapat pula 20% siswa yang rendah pada keempat area
kompetensi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas VI SDN Percontohan “X”
mampu menilai apakah mereka memiliki dan menonjol dalam satu atau lebih
area kompetensi atau tidak memiliki dan menonjol dalam keempat area
kompetensi, dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang
disediakan di SDN Percontohan “X”. Penilaian tersebut dapat
menumbuhkan perasaan pada diri anak mengenai kompetensi yang mereka
miliki, apakah mereka bangga atau tidak bangga, bahagia atau kecewa
terhadap diri mereka.
Self-esteem ini selanjutnya akan menjadi salah satu dasar pembentukan
karakteristik kepribadian yang akan terbawa sampai anak dewasa nanti.
Anak dapat menjadi seseorang yang mempercayai diri dan kemampuannya
dan oleh karenanya akan terus berjuang melewati tantangan hidupnya, atau
anak juga dapat menjadi seseorang yang mudah putus asa, merasa tidak
berdaya dan terbentuk pada masa kanak-kanak akan berkaitan dengan
kepuasan dan kebahagiaan dalam kehidupan anak di masa mendatang.
10
Sehubungan dengan itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui seperti
apakah self-esteem pada siswa kelas VI SDN Percontohan “X”, di Jakarta.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalah dalam penelitian adalah : seperti apakah self-esteem
pada siswa kelas VI SDN Percontohan “X”, di Jakarta.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Peneliti bermaksud untuk memperoleh gambaran mengenai self-esteem
pada siswa kelas VI SDN Percontohan “X”, di Jakarta.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh pemahaman yang
komprehensif tentang derajat self-esteem pada siswa kelas VI SDN
Percontohan “X”, di Jakarta.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
• Sebagai sumbangan yang diharapkan dapat memperkaya pemahaman
dan penelitian kajian bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi
11
Pendidikan, terutama mengenai self-esteem pada siswa kelas VI SDN
Percontohan “X”, di Jakarta.
• Sebagai informasi bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai self-esteem pada anak.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Sebagai informasi bagi siswa SDN Percontohan “X” mengenai derajat
self-esteem untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar
agar dapat lebih mengenali diri mereka dan dapat mengembangkan
potensi-potensi yang mereka miliki.
• Sebagai informasi bagi sekolah dan juga orang tua mengenai bagaimana
self-esteem siswa SDN Percontohan “X” sehingga memperhatikan
keberadaan self-estem dalam proses belajar mengajar.
1.5 Kerangka Pemikiran
Masa pertengahan kanak-kanak merupakan masa anak memasuki tahap
krisis industry versus inferiority (Erikson, 1963, dalam Cole & Cole, 1993).
Pada masa ini anak akan memperoleh banyak pengetahuan dan
keterampilan, dan apabila anak dapat menguasai dengan baik berbagai
kemampuan tersebut dan dapat menunjukkan bahwa dirinya mampu dan
berharga untuk dicintai dan dikagumi, maka anak akan memenuhi industry
(Cole, Michael & Sheila R., 1993). Hal ini sejalan dengan Mc Devitt
(dalam Mc Devitt & Ormrod, 2002) bahwa penguasaan kemampuan yang
12
berupa penyelesaian tugas tersebut dapat menumbuhkan penilaian positif
atau negatif anak terhadap diri dan kemampuan yang dimilikinya. Idealnya
anak dapat menyelesaikan tugas dengan baik, sehingga anak dapat
memperoleh pengakuan dan pujian dari lingkungan dan membentuk pola
perilaku kerja keras tanpa mengharapkan hasilnya terlebih dahulu.
Sebaliknya, bila anak tidak dapat menguasai pengetahuan dan
keterampilan, serta tidak dapat menunjukkan bahwa diri mereka mampu,
tidak berharga untuk dicintai dan dikagumi, maka anak akan merasa
inferiority (Cole, Michael & Sheila R., 1993). Begitupula halnya menurut
Mc Devitt (dalam Mc Devitt & Ormrod, 2002) bahwa jika anak gagal
dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan merasa tidak mampu
memenuhi tuntutan tugas tersebut, dan ketika ia ditertawakan serta
dicemooh oleh lingkungan, maka akan menumbuhkan perasaan rendah diri
atau minder terhadap kemampuan mereka.
Perasaan positif ataupun perasaan negatif yang dimiliki oleh anak
mengenai diri dan kemampuannya merupakan self-esteem anak yang
bersangkutan. Menurut Berk (2003), self-esteem adalah penilaian yang
dibuat mengenai arti dari diri, dan perasaan yang berkaitan dengan penilaian
tersebut. Self-esteem merujuk pada penilaian anak mengenai seberapa positif
atau negatif dirinya dan bagaimana perasaan siswa terhadap hasil penilaian
tersebut (Coopersmith, 1967).
Perkembangan self-esteem menurut Coopersmith dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: karakteristik orang tua, karakteristik individual, dan
13
latar belakang sosial. Karakteristik orang tua yang berpengaruh terhadap
perkembangan self-esteem anak, yaitu self-esteem dan stabilitas emosi ibu.
Seorang ibu yang memiliki emosi tidak stabil dan sangat tergantung pada
suasana hatinya tidak dapat memberikan perhatian yang konsisten dalam
berelasi dengan anak mereka. Nilai-nilai yang dianut dalam suatu keluarga
dan sejarah perkembangan orang tua juga akan mempengaruhi pembentukan
self-esteem pada anak. Anak yang dibesarkan dalam keluarga seniman maka
akan sangat bangga dan menghargai anaknya jika berhasil dalam bidang
seni, dibanding prestasi akademik yang diraih oleh anaknya. Selain itu,
interaksi antar orang tua yang harmonis dan ada penerimaan orang tua
terhadap diri anak, akan menimbulkan perasaan nyaman pada anak yang
dapat mempengaruhi perkembangan self-esteem nya.
Adapun yang termasuk karakteristik individu, adalah kondisi fisik,
inteligensi, keadaan emosi, kemampuan dan unjuk kerja, yang semuanya
berpengaruh terhadap pembentukan self-esteem pada diri anak. Anak yang
memiliki kondisi fisik yang tidak sehat akan menganggap diri mereka tidak
mampu dan tidak berharga. Begitu pula dengan anak yang memiliki
inteligensi di bawah rata-rata akan merasa sulit dalam menilai diri dan
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya serta perasaan-perasaannya.
Selain itu, anak yang memiliki gangguan emosi seperti kecemasan dan stres
dapat terhambat dalam menyalurkan kemampuan-kemampuan yang
dimilikinya, sehingga dapat menumbuhkan penilaian negatif terhadap diri
dan lingkungannya. Kemampuan dan unjuk kerja anak usia 8-12 tahun dapat
14
tersalurkan melalui berbagai kegiatan pembelajaran di sekolah. Sekolah
merupakan wadah yang menyediakan berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang dapat menggugah anak untuk mengekspresikan potensi
yang ada dalam dirinya sehingga dapat menumbuhkembangkan self-estem
pada diri anak. Nilai-nilai dan cita-cita anak berkaitan dengan perkembangan
self-esteem anak. Latar belakang sosial anak juga dapat berpengaruh dalam
perkembangan self-esteem anak, termasuk sosial-ekonomi, agama, pekerjaan
ayah dan ibu, dan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga, juga turut
berpengaruh dalam perkembangan self-esteem anak, yang dapat
menghambat atau mendorong timbulnya perasaan positif pada anak
mengenai dirinya. Anak dengan keluarga yang ekonomi serba kekurangan
akan terhambat dalam menyalurkan kemampuan yang dimilikinya.
Konsep self-esteem dari Coopersmith (1967) itu kemudian
dioperasionalisasikan oleh Susan Harter (1982, dalam Cole & Cole, 1993)
menjadi self-evaluation anak dalam empat area kompetensi, yaitu
kompetensi kognitif, kompetensi sosial, kompetensi fisik, dan general
self-worth. Pada kompetensi kognitif tercakup didalamnya kemampuan
menyelesaikan tugas sekolah yang harus dikerjakan dirumah dengan baik,
mampu menjawab pertanyaan, mudah dalam mengingat, dan mampu
mengingat apa yang telah dibaca. Kompetensi sosial mencakup hubungan
dengan anak lain, guru dan orang tua, yaitu memiliki banyak teman, populer,
mampu bekerja sama dengan anak lain, dan disukai oleh teman. Pada
kompetensi fisik tercakup kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan fisik
15
seperti berolah raga dan berbagai bentuk permainan (games). Sedangkan
general self-worth merujuk kepada yakin akan kemampuan diri, dapat
melakukan yang terbaik, yakin bahwa diri adalah seorang yang baik, merasa
berharga dan dibutuhkan.
Self-esteem yang terbentuk pada masing-masing area akan semakin
kompleks dengan bertambahnya usia anak. Self-esteem yang tinggi selama
masa kanak-kanak akan menghasilkan kepuasan (Crandall, 1973, dalam
Cole & Cole, 1993) dan kebahagiaan (Bachman, 1970, dalam Cole & Cole,
1993) pada kehidupan mendatang. Sedangkan self-esteem yang rendah dapat
menumbuhkan perasaan depresi, cemas, dan maladjustment dalam
lingkungan sekolah dan relasi sosial (Damon, 1983, dalam Cole & Cole,
1993).
Pada masa kanak-kanak akhir menuju masa remaja awal, self-esteem
merupakan hal penting untuk memotivasi anak dalam mencapai kesuksesan,
prestasi dan mental yang sehat. Anak dengan self-esteem yang tinggi
biasanya melakukan yang terbaik di sekolah (Bell & Ward, 1980, dalam
Dacey & Kenny, 1997). Self-esteem yang positif akan meningkat ketika
orang tua, guru, dan teman percaya dan mengharapkan anak berhasil dalam
bidang yang penting bagi anak (Campbell & Lavallee, 1993, dalam Dacey
& Kenny, 1997). Oleh karenanya, anak akan berusaha untuk melakukan
yang terbaik berdasarkan tuntutan dari lingkungannya, dalam hal ini
lingkungan sekolah.
16
SDN Percontohan “X” menyediakan kegiatan pembelajaran akademik
maupun non akademik. Siswa di sekolah ini berpeluang untuk berkompetisi
dengan mengandalkan kompetensi yang mereka miliki. Mereka berusaha
untuk mencapai prestasi dengan cara dan tujuan yang berlainan satu sama
lain, misalnya memiliki cara belajar yang berbeda-beda agar dapat lebih
unggul dibandingkan siswa lain, populer di antara teman-teman mereka, dan
berusaha menjadi yang terbaik dalam bidang olah raga maupun dalam
bidang keterampilan lainnya. Pada bidang akademik, potensi kognitif
mereka dapat diasah melalui berbagai kejuaraan yang diikuti sekolah seperti
olimpiade sains,dan perlombaan bidang studi dari Dinas pendidikan Dasar
Tingkat I, Gugus, Kecamatan, Kodya, Propinsi dan Nasional, serta
pertandingan fusal untuk mengasah potensi fisik siswa.
Siswa juga dapat mengasah potensi yang mereka miliki melalui berbagai
kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan oleh sekolah. Kegiatan
ekstrakurikuler yang mampu mengasah potensi kognitif mereka seperti
komputer dan bahasa inggris; potensi sosial seperti paduan suara dan
pramuka, yang dapat menggugah siswa untuk menjadi populer atau disukai
dalam kelompok tersebut; potensi fisik seperti sepak bola, basket,
taekwondo, permainan alat musik, drumband dan marching band. Potensi
sosial dan fisik itu dapat diasah dengan mengikuti berbagai perlombaan,
seperti futsal, marching band, drumband, dan walk for fun. Dengan begitu,
penilaian terhadap diri mereka secara umum (general self-worth) mulai
terbentuk. Mereka mulai menilai apakah mereka mampu atau tidak mampu
17
dalam melakukan sesuatu, yang selanjutnya dapat menumbuhkembangkan
self-esteem pada diri anak.
Kompetensi-kompetensi yang mereka miliki, yaitu dalam bidang
akademis / kognitif, sosial, fisik, dan general self-worth merupakan dasar
terbentuknya self-esteem anak. Tinggi-rendahnya self-esteem pada anak
bergantung pada bagaimana anak mengatasi tuntutan dari lingkungan
dengan mengandalkan kompetensi-kompetensi yang mereka miliki.
Dari uraian di atas maka terbentuklah bagan kerangka pemikiran sebagai
berikut :
18
Self-esteem
rendah
Self-esteem pada siswa
kelas VI SDN Percontohan “X” di Jakarta
- karakteristik orang tua - karakteristik individu - latar belakang sosial
Self-esteem tinggi Kompetensi kognitif : - kemampuan dalam pelajaran - kemampuan mengingat,mem baca
Kompetensi sosial : - hubungan dengan
teman - hubungan dengan
guru
- hubungan dengan orang tua
General Self-Worth :
- penilaian dan perasaan anak berharga dan dibutuhkan Kompetensi fisik : - Permainan - Olah raga
1.6 Asumsi
Asumsi penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Self-esteem siswa SDN Percontohan “X” akan terbentuk melalui
interaksi dengan lingkungan.
2. Self-esteem yang tinggi akan tercermin melalui penghayatan siswa
SDN Percontohan “X” atas kompetensinya di area kognitif, sosial,
fisik dan penilaian diri secara umum.
19
3. Aktivitas di SDN Percontohan ”X” yang mencakup kemampuan
mengingat dan kemampuan menyelesaikan masalah, akan
menstimulasi kompetensi kognitif yang dimiliki oleh anak.
4. Aktivitas fisik, seperti permainan yang menuntut kemampuan fisik,
yang dilakukan anak dalam mengikuti kegiatan di SDN
Percontohan “X” akan membantu mengembangkan kompetensi
fisik anak.
5. Aktivitas kurikuler dan ekstrakurikuler SDN Percontohan “X”
yang menuntut kemampuan bekerjasama di dalam kelompok,
memberikan dan mendengarkan pendapat orang lain akan
mendorong kompetensi sosial siswa.
6. Self-esteem siswa merujuk kepada seberapa positif atau negatif
penilaian siswa dalam memandang dirinya dan bagaimana perasaan
siswa terhadap hasil penilaian tersebut yang mencakup kompetensi
kognitif, kompetensi sosial, kompetensi fisik, dan general
self-worth.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah menguraikan hasil penelitian, pada bab ini akan disimpulkan
beberapa hal penting, berikut saran-saran dalam kaitannya dengan self-esteem
siswa kelas VI SDN Percontohan “X”, di Jakarta.
5.1 Kesimpulan
1. Pada siswa kelas VI SDN Percontohan “X”, terdapat 87,3% siswa yang
memiliki self-esteem yang tinggi dan 12,7% siswa memiliki self-esteem
yang rendah.
2. Secara umum hasil penelitian terhadap siswa SDN Percontohan “X”,
menunjukkan persentase tinggi self-esteem siswa pada masing-masing area
kompetensi, yaitu 68,66% pada area kognitif, 67,91% pada area sosial,
58,96% pada area fisik, dan 61,19% pada area general self-worth.
3. Peluang pengembangan self-esteem pada siswa SDN Percontohan “X”
agaknya didukung pula oleh kondisi fisik siswa, relasi yang akrab dengan
orang tua, dan stabilitas emosi orang tua.
51
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, peneliti mengajukan beberapa saran berikut ini :
5.2.1 Saran Teoretis
1. Bagi peneliti yang berminat dapat juga melakukan penelitian serupa dalam
hubungannya dengan varibel-variabel lain, misalnya pola asuh orang tua.
2. Bagi siswa agar lebih mengeksplorasi lagi kompetensi yang dimiliki
sehingga dapat dikembangkan lebih optimal pada keempat area
kompetensi.
5.2.2 Saran Praktis
1. Bagi guru BP atau wali kelas agar mengadakan konseling pribadi kepada
siswa yang memiliki self-esteem rendah sehingga dapat
menumbuhkembangkan self-esteem siswa tersebut pada area-area
kompetensi self-esteem.
2. Bagi orang tua disarankan untuk lebih memfasilitasi pengembangan
kompetensi anak sehingga dapat meningkatkan self-esteem anak.
DAFTAR PUSTAKA
Berk, Laura. E. 2003. Child Development. Six Edition. USA : Pearson Education, Inc.
Clemes, Harris, Ph.D & Bean, Reynold, Ed.M. 2001. Membangkitkan Harga
Diri Anak. Cetakan pertama. Jakarta : Penerbit Mitra Utama.
Cole, Michael, and Cole, Sheila. R. 1993. The Development of Children. Second edition. New York : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Coopersmith, Stanley. 1967. The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco : W. H. Freeman & Co.
Dacey, John, and Kenny, Maureen. 1997. Adolescent Development. Second edition. Boston : Brown & Bench Mark Publishers, Inc.
Guilford, J. P. 1973. Fundamental Statistical In Psychology And Education. Third Edition. Tokyo : Mc. Graw Hill. Kogakusha, Co Ltd.
Hurlock, Elizabeth B. 1984. Child Development. Six Edition. Singapore : Mc Graw-Hill, Inc.
Mc Devitt, Teresa. M., and Ormrod, Jeanne Ellis. 2002. Child Development
and Education. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Shaffer, David R. 1999. Developmental Psychology Childhood & Adolescence. Fifth Edition. Boston : Brooks / Cole Publishing Company Adivision of International Thomson Publishing, Inc.
DAFTAR RUJUKAN
Kosasih, Anggraini. 2006. Skripsi. Studi Deskriptif Mengenai Self-Estem pada
Siswa SMA “X” Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Lydia. 2005. Skripsi. Studi Deskriptif Mengenai Self-Esteem pada Anak Usia
9-11 tahun yang Mengikuti Sanggar Pengembangan Kepribadian “X” di Kota Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Internet. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=98744
Internet. http://www.purwakarta.go.id/profil.php?tokohIDX=8
Internet. www.dudung.net