• Tidak ada hasil yang ditemukan

P.GERINDRA (RAHAYU SARASWATI DJOJOHADIKUSUMO): Terima kasih Pimpinan, saya akan usahakan,

Dalam dokumen : Menteri Negara PP & PA dan Kepala BNPB (Halaman 29-36)

KETUA RAPAT:

F- P.GERINDRA (RAHAYU SARASWATI DJOJOHADIKUSUMO): Terima kasih Pimpinan, saya akan usahakan,

Pimpinan yang saya hormati,

Rekan-rekan Komisi VIII dan tentunya Ibu Menteri beserta jajarannya, dan juga Kepala Badan Penanggulangan Bencana yang saya hormati beserta jajarannya. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salom, hom swasti hastu, name budaye Salam sejahtera bagi kita semua

Saya Rahayu Saraswati Joyohadi Kusumo dari Fraksi Partai Gerindra Dapil Jawa Tengah IV, Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri

Sebenarnya saya minta ijin pimpinan, bahwa saya harus membicarakan sedikit tentang program-program yang diberikan kepada kami pada hari ini, karena berhubungan dengan anggaran. Mungkin banyak dari rekan-rekan saya yang frustasi, saya pun juga hari ini betul-betul mencoba untuk menjaga emosi, karena memang kita semua disini itu kemarin mati-matian waktu Pilpres untuk mendapatkan kekuasaan supaya bisa membawa perubahan untuk masa depan bangsa. Seharusnya dengan pemerintahan yang baru, visi misi Presiden dan Wakil Presiden yang baru program-programnyapun ada perubahan. Kalau memang tidak ada perubahan aneh pertanyaan, sebagai aktivis untuk anti perdagangan orang mengenal betul permasalahan yang dihadapi oleh perempuan dan anak-anak di Indonesia. Memang saat ini kami hanya diberikan program-program yang ini seperti saya bacakan mewujudkan motivator, inspirator untuk pencegahan dan penanganan TPPU sebagai campion-campion di kementerian lembaga dan daerah serta lintas organisasi dan seterusnya. Caranya tidak diberitahukan bagaimana, bahkan KPInya itu seperti apa, pencapaiannya akan seperti apa? meningkatan perlindungan anak dari tindakan eksploitasi penelantaran dan perlakuan salah lainnya. Oke, apa bedanya? Ya kami mungkin berharap ada sedikit inisiatif yang berbeda misalnya sudah mengetahui Indonesia sekarang mungkin menjadi nomor 1 dari ASIA untuk ……. Karena Thailand sekarang sudah bukan lagi nomor 1 karena mereka sudah melakukan tahap-tahap, langkah-langkah yang mencegah masuknya seks openders dalam negara. Apakah sudah ada pembicaraan dengan imigrasi, dengan kementerian yang terkait berhubungan dengan lies of seks ovenders yang kita dapatkan dari negara lain. Mikro financing for womens kenapa harus LSM yang mengerjakan?

30 Sedangkan itu bisa dari kementerian yang terkait yang memang nomenklaturnya adalah pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak? Kerja sama dengan India misalnya, dimana mereka ada door fote colage disana, mendidik tanpa harus ada namanya kesamaan bahasa dimana perempuan-perempuan dari desa-desa tanpa pendidikan sama sekali mereka bisa belajar bagaimana caranya membuat soltenose? Lalu kerja sama dengan Peradi ini, ini mohon maaf ini hanya beberapa program-program yang saya rasa sebenarnya belum ada disini, atau mungkin ini sudah dijelaskan atau belum kepada Kementerian Keuangan dan Bappenas? Kalau memang itu kan bagian dari pemerintah yang baru, seharusnya oke kita disini prioritaskan adanya perubahan pencegahan sebelum adanya harus ada perlindungan, jangan sampai hanya kartu-kartu saja yang dicampionkan seolah-olah satu kartu dalam keluarga itu sudah menjadi jawaban untuk semuanya. Kementerian Sosial bahkan mau meningkatkan yang namanya 20 triliun, 20 triliun, Kementerian PP-PA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) dapatnya 80 miliar lebih sedikit daripada Badan Pengembangan wilayah selama 1 wilayah dapatnya lebih dari satu kementerian yang menghendel satu negara. Saya gemetar ini, ini sudah dijelaskan atau belum pada saat baeatromeeting itu terjadi? kalau itu dilakukan saya rasa mosok sih mereka tidak menyadari kebutuhan kita untuk adanya perubahan. Jadi kemarin itu sudah dijawab oleh Sekretaris Kementerian, sudah dijawab, bahwa masalahnya ada di Undang-undang Nomor 39 tahun 2008 yang mengekang dan membatasi karena kementerian PP-PPA walaupun bukan kementerian negara tetapi kementerian teknis yang hanya klaster III. Berarti supaya kita bisa membawa perubahan jangan menunggu sampai dead linenya kami berharap ada rencana atau pengajuan untuk revisi Undang-undang tersebut, yang bisa membawa perubahan untuk kementerian PP-PA. kami disini adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang baru jangan samakan kami dengan inkamben atau sebelumnya yang waktu itu belum berhasil membawa perubahan Undang-undang tersebut. itu yang saya harapkan mohon maaf kalau sedikit panjang bapak.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Baik, terima kasih Bu Sarah tapi yang betul ini bu Menteri jangan selalu berlindung pada Undang-undang itu terus. Jadi kan kemarin kita Cuma tugas koordinasi saja, ya kalau begitu bubarkan saja kementeriannya untuk apa wong koordinasi saja kok. Kasih saja itu kan sudah ada dikementerian pendidikan, sudah ada dikementerian agaman, sudah ada program ini dikementerian ini, ya sudah berarti sudah cukup, berarti ya tidak perlu ada kementeriannya. Itu, jadi kalau memang itu alasannya saya memang betul-betul bukan karena ibu Sarah ini dia dari hati bicaranya itu. Bukan ada kepentingan apa-apa, tidak tahu persis ibu Sarah itu dia konsen untuk itu jadi saya minta suara hatinya ibu Sarah itu diperhatikan betul itu bu. Jadi jangan sampai tidak ini, berikutnya Pak Ahmad Mustakim, nanti Pak Fauzan.

F-PPP (ACHMAD MUSTAQIM, SP, MM):

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Terima kasih pada Pimpinan sidang, dan kepada Ibu Menteri, Kepala BNPB dan seluruh rombongan, termasuk juga rekan-rekan Komisi VIII.

Saya Ahmad Mustakim dari Dapil Jawa Tengah VIII, Kabupaten Cilacap dan Banyumas dari Fraksi PPP.

Saya to the poin saja terkait dengan anggaran yang ada di BNPB ini ada beberapa yang mau saya soroti. Pertama saya mengapresiasi karena biasanya dari Kementerian lain rata-rata saya blokir itu dia hanya berharap pasti untuk menerima tambahan saja. Tetapi ternyata disini rada-rada nakalin,

31 nakal sedikit okelah, nyatanya tidak melanggar sehingga nilai netnya itu sama dengan pagu awalnya, itu saya apresised karena secara keuangan berarti rada-rada cerdik pak.

Yang kedua adalah terkait dengan cash reself tadi, karena ada kurang lebih 4 triliun, dimana alokasinya 2,5 dan 1,5 dan kalau berbicara record kita sama-sama paham karena waktu dengan Pak Dalmonte di Sinabung saja pengajuannya 1 triliun, sudah habis dong. Oleh karena itu memang ini perlu dan terima kasih buku yang dikirimkan karena indeks resiko itu juga sudah kami terima. sehingga saya yakin sekalipun mungkin seperti tadi bahasanya kurang kalau kita berbicara force mikture untuk seluruh kejadian secara bersamaan tentunya dengan ada bahan yang sama, maka kita bisa ikut misalnya mohon maaf seperti didaerah saya, karena sekarang ada potensi longsor untuk di Cilacap. Nah itu ternyata dari sisi pendanaan bisa kita ikut memperkirakan, itu terima kasih.

Yang ketiga terkait dengan usulan berapa waktu lalu pada saat kita RDPU yang lalu bahwa dimungkinkan untuk diarahkan menjadi sebuah kementerian, maka saya mungkin menjadi bagian yang ikut berpikir karena ternyata dilihat dari statistik terkait dengan bencana didalam periode kultur dari 80 kita hitung, itu di 25 tahun itu ternyata trendnya meningkat. Karena trendnya meningkat maka sesungguhnya penanganannya itu sudah tidak bisa lagi sekelas badan. Oleh karena itu butuh ada sebuah badan, butuh sebuah power tambahan. Oleh karena itu mungkin itu bagian yang saya mohon didalam alokasi anggaran itu karena lebih banyak kepada internal, itu bisa menjadi bagian minimal wacana untuk didiskusikan sehingga beberapa tahun kedepan itu bisa diwujudkan.

Kepada Pemberdayaan Perempuan, itu saya terus terang mendapat berkaitan sama anggaran KPAI khususnya, karena saya melihat kalau dilihat KPAI dan perlindungan anak yang dari internal itu, itu malah lebih besar perlindungan anak dan perlindungan perempuan. Sementara KPAI saya lihat suportingnya itu kalau dilihat dari lintas kegiatan untuk jangka 1 tahun hanya 12 saya pikir memang sangat minim. Dan yang lalu saya sempat menanyakan seberapa jam tingkat koordinasinya karena kelihatan sekali bahwa dibanding program internal ini justru sangat rendah sekali. Sementara dia juga punya lumayan gerakan yang saya beberapa kali dikirimi data oleh Sekjen KPAI terkait dengan kejadian-kejadian. Oleh karena itu saya mohon jawaban pertanyaan saya yang lalu, ternyata nanti bisa dilakukan semacam justmen, sehingga ada penanganan yang bisa lebih baik lagi, antara pihak Kementerian ibu dengan pihak KPAI yang dilapangan itu sering melakukan penanganan masalah. Itu saja terima kasih.

Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Ya berikutnya Pak Nanda, he sorry Pak Fauzan, nanti setelah itu Pak Nanda, Pak Fauzan dulu silakan.

F-PPP (H. ACHMAD FAUZAN HARUN, SH., M.Kom,I): Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih. Pak Ketua Komisi VIII, Para Pimpinan Komisi, Para rekan-rekan anggota

Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak beserta jajarannya, Bapak Kepala Badan Penanggulangan Bencana beserta jajarannya.

32 Nama saya H. Ahmad Fauzan Harun, dari Dapil DKI I Jakarta Timur, dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan.

Saya ingin menyampaikan beberapa hal terutama untuk Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini anggarannya sangat kecil, sehingga kawan-kawan dari Anggota Komisi VIII ini menginginkan anggarannya tambah pak Ketua. Karena dengan anggaran tambah dari APBNP maka anggota Komisi VIII ada harapan untuk bisa meyakinkan dimasyarakat. Terus terang para Anggota Komisi VIII ini terutama Pak Syamsul, Pak Syamsu Niang kemudian Pak Kus itu galau pak, galau mendengar kementerian pemberdayaan perempuan tidak dapat APBNP. Sehingga tidak bisa meyakinkan dimasyarakat kiprahnya, oleh karena itu ibu harus bisa menjual program di Bappenas dan di Kementerian Keuangan. Kemudian meyakinkan terutama dengan SDM-SDM yang ada, sehingga Bappenas dan Kementerian Keuangan itu bisa meluluhkan memberikan anggaran, bukan berarti tidak ada program, ternyata di Dapil-dapil lain banyak yang tidak kebagian anggaran yang mustinya ada dari kementerian Pemberdayaan Perempuan, tapi ternyata tidak ada. Ini mohon agak kenceng ibu meyakinkan orang-orang yang punya kewenangan itu, karena didalam bahasa agama didalam Al Qur an, Innallaha layughayiru maa bi qaumin hatta

yughayirru maabi a’fushihiim jadi kita memang merubah nasib itu harus betul-betul jangan menyerah

kepada keadaan kata Komisi tadi jangan berlindung kepada Undang-undang saja, tapi nanti tidak berkembang. Oleh karena itu kemarin kita berusaha dengan keras.

KETUA RAPAT:

Itu pesan saja pak ya, saya kira sudah bagus ya, pencerahan saja, kalau misalnya belum terkait dengan anggaran ini waktunya sudah mepet pak.

F-PPP (H. ACHMAD FAUZAN HARUN, SH., M.Kom,I):

Ya ya, ada anggarannya gini pak, ini dana on call ibu ini bisa dijelaskan yang terdiri dari, KETUA RAPAT:

Itu on call ke bapak bukan ke ibu,

F-PPP (H. ACHMAD FAUZAN HARUN, SH., M.Kom,I):

Oh maaf-maaf dikonfrentasi ya, ya yang 20 miliar ini, tolong diterangkan sebagaimana pertanyaan yang lain juga kepada siapa akan diberikan? Dan siapa-siapa saja pelakunya? Tolong dijelaskan kepada kita sehingga yang 20 provinsi itu apakah termasuk DKI Jakarta? baik untuk pemberdayaan perempuan sudah selesai tinggal BNPB.

Pak Syamsul Kepala Badan Penanggulangan Bencana, sebagaimana jawaban yang disampaikan secara tertulis, memang sudah cukup meyakinkan, dan Bapak sudah cukup aspiratif kepada kita semua, sudah dijelaskan kepada kawan-kawan bahwa nanti kalau kita mengadakan Kunker ada reses kelapangan bisa mengajak dari staf bapak atau pejabat bapak, sehingga kita di Dapil tidak kehilangan muka itu memang betul pak, banyak pendahulu-pendahulu kita yang dilapangan itu ketika menjelaskan tidak membawa apa-apa sehingga tidak kepilih lagi pak ini kekawatiran dari mereka. Oleh karena itu semua Anggota Komisi VIII ingin menggandeng bapak terutama pada Dapilnya masing-masing.

Sekian terima kasih.

Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq.

33 KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Fauzan sudah memberikan pencerahan, yang berikutnya Pak Nanda yang terakhir ini dari 10 yang kita sepakati tadi.

F-P. GERINDRA (H. ANDA, S.E., M.M.): Terima kasih Bapak Pimpinan.

Yang terhormat Pimpinan Komisi dan seluruh Anggota Komisi VIII, dan Yang terhormat Kepala BNPB, dan

Yang terhormat Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak beserta seluruh staf dan jajarannya.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Pertama saya sangat prihatin dengan alokasi anggaran yang diberikan oleh pemerintah terhadap Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini, harusnya Ibu bisa mengemukakan risen yang bisa diterima oleh mereka. 1 contoh bahan evaluasi dana dekon yang diberikan kepada kabupaten, atau kepada 28 provinsi itu Rp20 miliar ini kalau kita bagi rata-rata per 28 itu hanya kurang lebih Rp714 miliar per provinsi. Kalau dibagi per kabupaten sangat miris sekali, ambil contoh Banten, Banten alokasinya hanya dapat 550 juta saya bagi per 8 kabupaten dan kota dapatnya per kabupaten dan kota hanya Rp68 juta, kalau dibagi 12 miris tidak ada untuk kegiatan. Ini kan risensi yang jelas harusnya dibantu oleh pihak anggaran politik anggaran yang ada di DPR Cuma sekali lagi ini adalah mungkin kekurangan dari kami. Jadi risens alasan pada saat pembedahan pagu anggaran harusnya pada saat awal perubahan yang disodorkan oleh pemerintah misalnya Rp50 triliun dikepada seluruh komisi yang ada dibagi pada departemen yang ada harusnya disitu berjuang. Tapi ini adalah kekurangan dari kami, kalau pemerintah pada saat dikasih dia tidak bisa ngotot, pasti dia menerima saja, beda dipolitik anggaran, maka harusnya tadi sekali lagi kami tidak bisa memperjuangkan ini sangat prihatin. Harusnya risens buat ibu, kalau satu kabupaten dan kota satu tahun hanya 68 ribu buat bayar gajinya saja mungkin cukup kagak? Ini kan risens, risens yang bisa diterima oleh akal pikiran sehat, jadi sekali lagi selama ibu bisa menemukan risens alasan yang jelas mungkin bisa di terima, kalau begitu ya buat apa diadakan kementerian pemberdayaan perempuan kalau tidak bisa bekerja, obyek yang harus dilakukan bukan dipusat menyebar diseluruh kabupaten dan kota. Kalau satu kabupaten dan kota satu tahun Cuma dapat 68 apa yang bisa saya lakukan di Banten? Untuk mereka saja tidak cukup, nah ini harusnya risens yang bisa diterima oleh mereka, presentasikan itu semua. Sehingga yangmungkin sekali lagi kamipun karena membedah kemarin ya politik-politik anggaran yang dari kami risens disini pada saat pembagian alokasi seolah-olah kami hanya dicekokin, pemerintah punya perubahan 50 triliun dibagikan a, b dan c politik anggaran Cuma diam saja, sudah masing-masing komisi tidak bisa memperjuangkan lagi, itu yang harus dilakukan buat apa kita bahas dikomisi. Itu untuk perempuan, ya sekali lagi saya sangat prihatin bu, jadi tidak ada yang bisa dilakukan oleh kami di Dapil, dan ini sangat prihatin. Mudah-mudahan kedepan reasoning ini ya minimal ibu bisa maju terima kasih.

Yang kedua kepada Bapak atau Ketua BNPB, anggaran yang teralokasi di sini totalnya adalah 1,6 triliun. Pertanyaan saya, program penanggulangan bencana ini berarti ini adalah bukan pasca. Jadi

34 ini tidak bisa diprediksi a. provinsi, a. kabupaten, sekian-sekian, karena ini saya baca program penanggulangan bencana. Berarti mungkin saat accident saja ini bisa dialokasikan. Ini dana anggaran dari 1,6. Di dalam tambahan anggaran tadi kata Bapak dapat 26 miliar, 26 miliar ini dimasukan di posting dimana jumlahnya? Karena saya lihat di 1,68 triliun ini tidak termasuk ada tambahan 26 yang disebutkan tadi.

Yang kedua, Bapak di sini catatan di saya hanya mengusulkan Pak, tapi apa yang dibicarakan oleh Bapak tadi seolah-olah ini sudah menjadi DIPA nya Bapak. Apakah kata-kata ini yang salah, maksudnya kalau memang ini sudah menjadi DIPA, tidak usah menyebutkan mengusulkan ya penggalokasian dana cadangan atau on call ini 2,5 triliun. Untuk pasca ini Bapak mengusulkan 1 koma triliun. Sementara dari paparan Bapak tadi ini sudah menjadi DIPA Bapak, bukan demikian? Jadi seharusnya di sini bukan mengusulkan lagi, itu menjadi pagu anggaran dana cadangan untuk yang ada di BNPB ini.

Sekarang teknisnya Pak, Bapak bilang tadi bisa diambil oleh departemen lain pada saat dibutuhkan. Karena di sana tidak ada yang namanya mungkin dana on call itu. Sementara kami di kabupaten dan kota misalkan daerah kami daerah miskin, Bapak minta kemandirian wong APBD-nya saja buat gaji tidak cukup. Hanya mengandalkan DAU, hanya mengandalkan DAK, hanya minta belai kasihan dari pusat. Jadi bagaimana bisa mandiri. Anggaran itu sangat terbatas, pada saat ada bencana pasti ada kerusakan. Irigasi, jembatan gantung terutama. Maksud kami, janganlah diberikan kepada departemen lagi dana itu. Tetap kita pertahankan, lebih baik diberikan kepada BNPB daerah nanti mereka bekerja sama dengan dinas-dinas terkaitnya. Itu harus kita dukung. Sebab kalau diberikan kepada departemen, departemen sudah punya anggaran besar. Coba lihat PU berapa. Jadi kalau menyangkut dana ini untuk digunakan on call, lebih baik kita berikan kepada daerah, daerah bekerja sama dengan dinas yang terkaitnya. Bukan lagi diberikan kepada departemen-departemen yang ada di pusat.

KETUA RAPAT:

Ya Pak sudah dapat pointnya Pak. F-P. GERINDRA (H. ANDA, S.E., M.M.):

Saya harapkan inilah sekali lagi yang bisa kita gunakan untuk ya sebagai aspirasi kita untuk membangun di daerah.

Barangkali sekian, terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak H. Anda.

Jadi tadi kita sepakati 10 orang pertama sudah selesai. Ini Pak Sodik mau bicara sekitar 1 menit ya Pak?

Silakan Pak.

Sebelum Kepala Badan dan Ibu Menteri menjawab.

WAKIL KETUA (DR. Ir. H. SODIK MUDJAHID, M.Sc./ F-P. GERINDRA): Terima kasih Pimpinan.

35 Bapak Kepala BNPB dan Sekretaris,

Dari pengamatan kami mitra-mira yang datang ke Komisi VIII ini saya kira mungkin teman-teman setuju, BNPB ini paling kreatif di dalam proses pelaporan. Kreatif, visional, inovatif. Satu sisi Pak, kita melihat kemarin sepakat kita ingin meningkatkan sosialisasi mitigasi, pencegahan bencana. Itulah Pak Al Mukaram saya kira jangan kepalang tanggung ilmin yuntafau-nya Pak saya suka Bapak bikin film-film komik animasi untuk reses sosialiasi kesadaran terhadap bencana. Itu bagian yang bersejarah mungkin Pak dalam proses BNPB dan juga akan sangat bermanfaat. Kemarin kita pernah mendengar ada anak bunuh diri hanya karena nonton film kan Pak, karena komik. Begitu efektifnya dalam merubah mental, maka kesadaran bencana pun saya usulkan semacam itu, termasuk kepada Ibu Kementerian Bu, saya kira juga menyangkut anak, perempuan, dan stafnya juga banyak wanita saya kira jangan kalah kreatif dengan BNPB yang biasa di lapangan dalam proses intralisasi karena saya lihat program-program di sini itu akan banyak sekali hal-hal yang menyangkut proses sosialisasi, intralisasi, dari subyek kita bencana atau perempuan dan anak.

Terima kasih Pak. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Terima kasih.

Saudara-saudara peserta rapat yang saya hormati, Ibu Menteri dan Kepala Badan,

Kita tadi sepakati tadi jam 1, ini jam 1 lewat 8 menit. Sementara Ibu Menteri dan Kepala Badan belum menjawab. Kira-kira apakah kita kasih alokasi waktu sedikit waktu untuk menjawab ini atau diskors dulu atau bagaimana.

F-PDIP (Drs. SAMSU NIANG M.Pd.):

Skors dulu Pak Ketua. Skorsing dulu, kita shalat. KETUA RAPAT:

Yang lain? Inikan nanti jawaban ya, habis itu kesimpulan lagi. Dilanjut ya. F-PDIP (Drs. SAMSU NIANG M.Pd.):

Skorsing dulu Pak Ketua. KETUA RAPAT:

Diskors atau dilanjut? Tidak 20 menit lagi. Nanti setelah ini jam 2 kita ada dengan Kementerian Sosial. Ini Pak Khatibul Umam bagaimana? Mau bicara kan?

36 F-PD (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.Hum.):

Ya kalau dikasih waktu. KETUA RAPAT:

Kaji dulu Pak soal waktu. Apakah kita skors atau lanjut. F-PD (KHATIBUL UMAM WIRANU, M.Hum.):

Fleksibel saja kalau saya sih. Kalau yang mau shalat dan makan silakan. Sambil pada saat yang sama rapat berlangsung bisa juga. Terserah Pimpinan saja, Pimpinan bagaimana, ketok palu saja kok.

KETUA RAPAT:

Kalau begitu begini, inikan soal waktu dulu. Nanti kita lanjut saja dulu, ya kasih waktu 20 menit lagi.

F-PDIP (AGUS SUSANTO):

Dalam dokumen : Menteri Negara PP & PA dan Kepala BNPB (Halaman 29-36)

Dokumen terkait