• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Profil Obat

2. Golongan obat

Penggolongan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi ini terdapat 9 kelas terapi.

a. Obat hormonal

Obat antidiabetika adalah obat yang digunakan untuk mengatasi atau menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi karena glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam jaringan yang disebabkan karena kerusakan pankreas sehingga tidak dapat menghasilkan insulin atau karena adanya resistensi insulin.

Target kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus adalah <120 mg/dL. Obat antidiabetika yang banyak digunakan pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi adalah antidiabetika injeksi yaitu RI (regular insulin). Insulin merupakan suatu hormon sehingga tidak dapat diberikan secara enteral karena akan rusak oleh enzim pencernaan. Pemberian RI diberikan secara sub

cutan (s.c.) atau dapat juga diberikan dengan drip insulin dengan cara

dicampurkan pada cairan infus NaCl 0,9%.

Insulin merupakan terapi utama untuk pasien DM tipe 1 karena pasien DM tipe 1 tergantung dengan insulin, tetapi tidak menutup kemungkinan pasien DM tipe 2 mendapat terapi dengan insulin. Pada penelitian ini, banyak terdapat penggunaan insulin untuk pasien DM tipe 2, hal ini dikarenakan pemberian

insulin memberikan efek yang lebih cepat dibandingkan obat antidiabetika oral karena diberikan secara injeksi, selain itu pasien yang diamati adalah pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat inap di rumah sakit sehingga pasien berada dalam pantauan atau pengawasan tenaga kesehatan dalam penggunaan insulinnya. Pemberian insulin dapat menyebabkan turunnya kadar kalium dalam tubuh karena insulin menyebabkan masuknya kalium ke dalam sel, oleh karena itu perlu dipantau kadar kalium dalam tubuhnya.

Sulfonilurea menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menstimulasi pankreas untuk menghasilkan insulin, sehingga pemberian obat antidiabetika oral kelompok sulfonilurea dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia. Kelompok biguanid bekerja dengan meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin, umumnya pada penggunaan metformin yang berupa obat dari kelompok biguanid adalah rasa mual dan diare. Penggunaan metformin tidak menyebabkan terjadinya hipoglikemia karena metformin tidak menstimulasi pankreas untuk produksi insulin.

Tabel III. Penggunaan Obat Hormonal Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008

No Golongan Obat Kelompok Nama Generik Nama Dagang Prosentase 1. Insulin - - Humulin 1 3,1% Actrapid 3 9,4% Insulatard 7 21,9% RI 21 65,6% Mixtard 3 9,4% 2. Obat Antidiabetika Oral

Sulfonilurea Glikuidon Glurenorm 1 3,1% Glimepiride Amaryl 1 3,1% Biguanid Metformin 1 3,1% 3. Hormon tiroid dan penghambat tiroid Penghambat tiroid Propiltiourasil PTU 1 3,1%

33

b. Obat kardiovaskular

Obat-obat kardiovaskular digunakan dalam terapi hipertensi. Pada pasien diabetes melitus, kadar glukosa yang tinggi dalam darah menyebabkan darah menjadi lebih kental sehingga mengakibatkan jantung bekerja lebih keras agar bisa memompa darah ke seluruh tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah dapat mengakibatkan terjadinya penebalan dinding pembuluh darah yang nantinya berujung pada atherosklerosis sehingga tahan perifer menjadi naik dan menyebabkan tekanan darah menjadi naik juga.

Penggunaan obat kardiovaskular paling banyak adalah kelompok

Angiotensin Reseptor Blockers (ARBs) yaitu valsartan sebesar 68,8%, diikuti oleh

hidroklorotiazid sebesar 34,4% dan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) yaitu captopril sebesar 21,9%. Angiotensin I adalah hasil hidrolisis angiotensinogen (dihasilkan di hati) oleh hormon renin yang dihasilkan oleh ginjal. Angiotensin I ini nantinya oleh suatu enzim yaitu angiotensin converting

enzyme (ACE) yang dihasilkan di paru-paru akan diubah menjadi angiotensin II

yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah. Angiotensin

reseptor blockers menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat

angiotensin II agar tidak bertemu dengan reseptor (AT1) yang terletak pada kelenjar adrenal yang dapat mensekresi aldosteron. Aldosteron ini menyebabkan reabsorbsi sodium dan cairan dari ginjal sehingga terjadi peningkatan volume plasma dan mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.

Sementara ACEI menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat terbentuknya angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat. Angiotensin

converting enzyme inhibitor mempunyai efek samping yaitu batuk kering karena

ACE memetabolisme bradikinin yang merupakan mediator batuk, sehingga saat jumlah ACE berkurang maka jumlah bradikinin akan meningkat. Mekanisme tiazid dalam menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium di tubulus distal. Calcium channel bloker bekerja dengan menghambat masuknya ion Ca2+ ke dalam sel. Kalsium berperan dalam kontraksi otot maka saat jumlah kalsium dalam sel sedikit maka terjadi vasodilatasi pada otot. Pemberian kalsium bersamaan dengan CCB akan menurunkan efek dari CCB karena makin banyak kalsium yang menyebabkan kontraksi otot.

Tabel IV. Penggunaan Obat Kardiovaskular Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008 No Golongan Obat Kelompok Nama Generik Nama Dagang Prosentase 1. Antihipertensi ACE Inhibitor Captopril 7 21,9% Lisinopril Noperten 4 12,5% Imidapril Tanapres 1 3,1% Angiotensin Reseptor Blockers Valsartan Valsartan 22 68,8% Diovan 1 3,1% Irbesartan 2 6,3% 2. Antiangina Calcium Channel Blocker (CCB)

Nipedipin Adalat oros 3 9,4% Nipedipin 1 3,1% Amlodipin Amlodipin 1 3,1% Amdixal 2 6,3% Diltiazem Herbeser 2 6,3% Diltiazem 1 3,1% β - bloker Bisoprolol Concor 1 3,1%

Propanolol 1 3,1%

3. Diuretik Diuretik kuat Furosemid Lasix 5 15,6% Thiazid Hidrokloro

tiazid

HCT 11 34,4%

4. Antiaritmia Digoksin Digoksin 1 3,1%

5. Obat hipolipidemik Statin Simvastatin 4 12,5% Kelompok Klofibrat Gemfibroxil 1 3,1% 6. Hemorheologikal - Pentoxifilin 2 6,3%

35

c. Antibiotik

Pengunaan antibiotik sebagai agen antibakteri pada pasien diabetes melitus sangat penting terutama untuk pasien yang mengalami ulkus diabetika karena luka yang ada akan menjadi lebih sukar sembuh. Hal ini terjadi karena pada lingkungan yang mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi merupakan tempat perkembangbiakan yang baik untuk bakteri, selain itu antibiotik yang diberikan juga merupakan terapi untuk penyakit penyerta atau komplikasi pada pasien diabetes melitus seperti infeksi saluran kencing (ISK) dan sepsis.

Penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah antibiotik golongan Sefalosporin yaitu ceftriaxon sebesar 40,6% dilanjutkan metronidazol sebesar 34,4%.

Tabel V. Penggunaan Antibiotik Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008 No Golongan Obat Kelompok Nama Generik Nama Dagang Prosentase 1. Antibiotik Sefalosporin dan β-lactam Cefixime 1 3,1% Cefotaxim 1 3,1% Cefpirome Cefnos 1 3,1% Ceftazidime 4 12,5% Ceftriaxon 13 40,6% Meropenem 2 6,3% Kuinolon Ciprofloxacin 9 28,1%

Metronidazol Metronidazol Flagyl 1 3,1% Metronidazol 11 34,4%

Lincosamid Clindamycin 3 9,4%

Fosfomycin 1 3,1%

Penicillin Ampicilin 1 3,1%

Sulbactam Sulbactam Stabactam 1 3,1%

d. Obat analgesik

Analgesik merupakan obat yang berguna mengurangi rasa nyeri tanpa menyebabkan kehilangan kesadaran. Pada pasien diabetes melitus obat analgesik

berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien terutama pada pasien yang mengalami ulkus. Analgesik yang banyak digunakan pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi adalah aspirin yaitu sebesar 37,5%. Aspirin dapat digunakan sebagai obat untuk terapi nyeri dari skala ringan sampai sedang, inflamasi dan demam, selain itu aspirin juga berfungsi sebagai antiplatelet. Pada pasien DM tipe 2 komplikasi, aspirin berfungsi sebagai antiplatelet yang dapat meminimalisir terjadinya atheroskeloris sehingga dapat menurunkan resiko meningkatnya tekanan darah. Pemberian aspirin dalam dosis besar dapat menurunkan efek dari ACEI, β bloker, tiazid dan furosemid jika diberikan secara bersamaan.

Tabel VI. Penggunaan Obat Analgesik Pada Pasien DM Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008

No Golongan

Obat Kelompok Nama Generik

Nama Dagang Prosentase 1. Analgesik non-opioid Parasetamol 2 6,3% Sistenol 3 9,4% Tramadol 1 3,1% Aspirin Aspilet 12 37,5% e. Obat saraf

Penyakit diabetes melitus dapat menyebabkan 2 komplikasi yaitu komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi makrovaskular umum berkembang pada pasien DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia, dan kegemukan (obesitas). Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada pasien DM tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1C) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi semakin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada

pembuluh-37

pembuluh darah kecil. Hal ini mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskular seperti retinopati, nefropati, dan neuropati. Umum terjadi pada pasien DM tipe 1, tetapi tidak menutup kemungkinan komplikasi mikrovaskular terjadi pada pasien DM tipe 2.

Obat saraf yang sering digunakan adalah alpha lipoid acid (ALA) dengan nama dagang Mecola® yaitu sebesar 12,5%. Penggunaan Mecola®berguna untuk terapi neuropati DM. Mecola® berfungsi sebagai antioksidan untuk membantu mencegah dan memperbaiki kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas.

Tabel VII. Penggunaan Obat Saraf Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008

No Golongan Obat Kelompok Nama Generik Nama Dagang Prosentase 1. Antidepresan Antidepresan Trisiklik Amitriptilin 1 3,1% 2. Obat gangguan kesadaran - Citikolin 1 3,1%

3. Neuropati DM - Alpha Lipoid Acid (ALA)

Mecola 4 12,5% 4. Pemacu sistem

saraf pusat

Pemacu SSP Mecobalamin Methycobal 1 3,1%

5. Antiepilepsi - Fenitoin 1 3,1%

f. Obat saluran pernafasan

Obat saluran pernafasan yang diberikan pada pasien diabetes melitus ditujukan untuk menterapi penyakit penyerta. Antitusif ditujukan menekan batuk dan mengurangi frekuensi batuk. Bronkodilator ditujukan untuk memperluas lumen saluran udara paru-paru (bronkus) sehingga pasien dapat bernafas dengan lebih lega. Obat bronkodilator biasa diberikan pada pasien dengan keluhan atau diagnosis asma.

Tabel VIII. Penggunaan Obat Saluran Pernafasan Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008

No Golongan Obat Kelompok Nama Generik Nama Dagang Prosentase 1. Antitusif, ekspektoran dan mukolitik

Antitusif Codein Codein 1 3,1% Codipront 1 3,1% 2. Antiasma dan bronkodilator Bronkodilator Ambroxol 1 3,1% Fenoterol Hbr Berotec 1 3,1% 3. Kortikosteroid Glukokortikoid Budesonide Inflamid 1 3,1%

g. Obat saluran cerna

Obat saluran cerna yang paling banyak digunakan pada terapi diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi adalah ranitidin sebesar 18,8% diikuti dengan antidiare yaitu attapulgite (New Diatabs®) sebesar 9,4%. Antitukak diberikan untuk mengatasi rasa mual dan muntah serta rasa tidak nyaman di saluran pencernaan dan attapulgite untuk terapi penyerta pasien yaitu diare.

Tabel IX. Penggunaan Obat Saluran Cerna Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008

No Golongan

Obat Kelompok Nama Generik Nama Dagang Prosentase 1. Antidiare - Loperamid HCl Imodium 1 3,1%

Attapulgite New Diatabs 3 9,4% 2. Antitukak Proton Pump Inhibitor Omeprazole 1 3,1% Esomeprazole Nexium 2 6,3% Antagonis Histamin H2 Ranitidin Ranitidin 6 18,8% Radin 1 3,1% - Aluminium Hidroksida Farmacrol 1 3,1% 3. Antiemetik - Metoclopramid Metoclopramid 2 6,3%

Sotatic 1 3,1% Sulcralfate Ulsafate 1 3,1% Inpepsa 1 3,1% 4. Antispasmo dik - Hyosine-N-butylbromide Buscopan 1 3,1%

39

h. Obat untuk penyakit otot skelet dan sendi

Sebagian besar obat yang diberikan pada kelas terapi ini adalah obat dari kelompok Non Steroid Anti Inflamatory Drug (NSAID), karena banyaknya pasien diabetes melitus yang mengalami ulkus sehingga obat ini diberikan untuk mengurangi inflamasi yang terjadi. Ada 1 obat yang ditujukan untuk pasien dengan kadar asam urat yang tinggi yaitu allopurinol. Kadar asam urat yang tinggi dapat menyebabkan reumatik, allopurinol ditujukan untuk menekan proses reumatik yang terjadi. Pemberian NSAID dapat menurunkan efek dari ACEI dan diuretik jika digunakan secara bersamaan.

Tabel X. Penggunaan Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008 No Golongan Obat Kelompok Nama Generik Nama Dagang ∑ Prosentase 1. Obat untuk penyakit reumatik dan gout

NSAID Ketoprofen Altofen 1 3,1%

Pronalges 1 3,1% Ketolorac Remopain 1 3,1% Obat yang menekan proses reumatik Allopurinol 1 3,1%

i. Gizi dan Darah

Pemberian nutrisi pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan kondisi tubuh pasien, karena dengan meningkatnya kondisi tubuh maka proses penyembuhan akan berjalan lebih cepat. Pemberian NaCl merupakan terapi yang banyak diberikan pada pasien diabetes melitus dan dilanjutkan dengan dextrose 10% yang ditujukan untuk meningkatkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus dengan hipoglikemia. Pemberian mineral berupa kalium juga banyak diberikan pada pasien diabetes

melitus dengan komplikasi hipertensi karena sebagian besar terapi hipertensi mempunyai efek samping yaitu hipokalemia. Hal ini dapat terjadi karena kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah, selain itu pemberian terapi insulin pada pasien diabetes melitus dapat menyebabkan turunnya kadar kalium dalam tubuh karena kalium akan masuk dalam sel. Pemberian kalium bersamaan dengan ACEI dapat meningkatkan resiko hiperkalemia sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar kalium dalam tubuh.

Tabel XI. Penggunaan Gizi dan Darah Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008

No Golongan

Obat Kelompok

Nama

Generik Nama Dagang Prosentase 1. Vitamin Vitamin B Vit. B

komplek

Neurobion 1 3,1% 2. Cairan

dan elektrolit

Intravena NaCl NaCl 0,9% 25 78,1% Glukosa Dextrosa 5% 2 6,3% Dextrosa 10% 9 28,1% Dextrosa 40% 2 6,3% Martos 4 9,4% Elektrolit Assering 1 3,1% Ringer Laktat 3 9,4% NS 2 6,3% Oral Kalium L-aspartat Aspar K 4 9,4% KCL powder 2 6,3% KSR 2 6,3% Kalium 1 3,1% Kalsium Karbonat CaCO3 3 9,4% Tablet garam 1 3,1% 3. Nutrisi darah Antihemopilik Tranexamic acid Plasminex 1 3,1%

41

Dokumen terkait