• Tidak ada hasil yang ditemukan

GFI digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang varian dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarian populasi yang terestimasi. GFI mempunyai nilai antara 0 (poor fit) – 1 (perfect fit).

(5) Adjusted goodness of fit index (AGFI) AGFI analog dengan R2

(6) Indeks CMIN/DF

dalam regresi berganda, dengan tingkat penerimaan yang direkomendasikan sama atau lebih besar dari 0,9.

Indeks CMIN/DF merupakan pembagian X2

(7) TuckerLewis index (TLI)

dengan degree of freedom. Indeks ini menunjukkan tingkat fitnya model.

TLI merupakan alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model.

(8) Comparative fit index (CFI)

CFI merupakan index yang menunjukkan tingkat fitnya model yang dibangun. Berbeda dengan indeks lainnya, indeks ini tidak tergantung pada ukuran sampel.

Secara keseluruhan, tingkat penerimaan model yang dibangun berkaitan dengan indeks-indeks evaluasi tersebut disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 ini merupakan pedoman untuk mnguji validitas model yaitu setelah model tersebut valit baru melakukan langkah berikutnya yaitu menganalisis hubungan atau interaksi variabel-variabel yang berinteraksi positif dan signifikan. Variable-variabel yang interaksi siganifikan dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di model tersebut, sehingga model yang dibangun dapat dipakai untuk membantu dalam memberdayakan usaha kecil dan menengah.

71 Gambar 9 Kerangka operasional analisis SEM terhadap usaha perikanan di DIY

(Step dari Model)

Komputerisasai (AMOS 4.01, SPSS, MS Excell, dll)

Data hasil identifikasi dan data analisis kelayakan

usaha

Pengembangan model teoritis

Terjemahan teori ke dalam Path diagram

Perumusan measurement model

dan structural equation

Uji kesesuaian dan statistik (goodness-of-fit

index): X2-Chi-square, Significance Probability,

RMSEA, GFI, AGFI, CMIN/DF, TLI, CFI

Layak/diterima Tidak Revisi Model

Ya

Analisis direct effect,

inderect effect, total effect

Konstruk yang paling berpengaruh (akan menjadi pokok perhatian)

72

3.4.6 Interpretasi model

Interpretasi model merupakan kegiatan menjelaskan dan menganalisis pengaruh effect analysis dari interaksi antara komponen/konstruk yang dikembangkan dalam model dikaitkan dengan kondisi nyata yang ada. Effect analysis ini dilakukan setelah model yang dibangun telah diuji kesesuaiannya dan dievaluasi secara statistik dan telah dinyatakan layak atau diterima. Effect analysis dimaksudkan untuk melihat tingkat pengaruh (effect) antar konstruk baik pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung dalam hubungannya dengan kinerja usaha perikanan. Dari analisis ini dapat diketahui konstruk yang dalam hubungannya paling memberi pengaruh (konstruk strategis), sehingga dapat dijadikan pokok perhatian untuk penyusunan strategi final atau analisis selanjutnya. Kerangka operasional analisis menggunakan

73

4 HASIL PENELITIAN

Industri perikanan di Daerah Istimewa Yoyakarta yang baru berkembang ialah industri penangkapan ikan, industri pengolahan ikan dan industri pemasaran. Usaha penangkapan masih menggunakan perahu motor tempel berukuran 3-5 GT diawaki 1- 2 orang dan wilayah penangkapannya di pantai Laut India kosentrasinya di Kabupaten Gunung kidul, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon progo. Pendapatanya per KK rata-rata sebesar Rp.546.41,- per bulan masih paling rendah bila dibandingkan dengan kelompok pengolah ikan Rp.626.245,- per bulan dan pedagang ikan Rp. 762.668,- per bulan.

4.1 Model Pengembangan Industri Perikanan Dengan Interaksi Sederhana Komponen Terkait

Model pengembangan sederhana meliputi aspek teoritis, interaksi terkait LINT, LIND, LEXT, LUP, KP/D, KSTG, KUP dan TPP dengan lebih jelasnya sebagai berikut:

4.1.1 Aspek teoritis pengembangan model

Model pengembangan industri perikanan ini didesain sedemikian rupa dengan memadukan interaksi berbagai komponen terkait yang secara teoritis dibutuhkan dalam pengembangan industri perikanan. Hasil kajian teoritis menunjukkan bahwa beberapa komponen yang terkait dengan pengembangan industri perikanan adalah lingkungan internal (LINT), lingkungan industri (LIND), lingkungan eksternal (LEXT), kompetensi strategi SDM (KSTG), kinerja usaha perikanan (KUP), dan tujuan pembangunan perikanan (TPP). Lingkungan internal (LINT) dianggap penting dalam pengembangan industri perikanan karena kondisi internal merupakan pijakan aktivitas industri perikanan dan penentu utama apa yang akan diperbuat oleh industri perikanan tersebut. Hal yang terkait atau menjadi parameter lingkungan internal ini adalah teknologi, pesaing, manajemen, modal, sarana, dan sumberdaya manusia.

Lingkungan eksternal (LEXT) dianggap penting dalam pengembangan industri perikanan karena konsentrasi industri dan arah pengembangannya tidak bisa lepas dari kondisi yang ada di sekitarnya, baik yang secara langsung mempengaruhi maupun yang tidak langsung mempengaruhi kegiatan industri perikanan. Menurut Bygrave

74

(1997) dan Asri (2000), kondisi eksternal yang mempengaruhi kegiatan usaha/industri terdiri kondisi politik, ekonomi, dan sosial di lokasi indu stri.

Komponen ketiga yang terkait dengan pengembangan industri perikanan adalah lingkungan industri (LIND). Lingkungan industri (LIND) merupakan kondisi yang khusus disebabkan oleh berbagai aktivitas pada dunia industri yang dapat mempengaruhi industri perikanan yang dikembangkan. Menurut Porter (1980), komponen atau hal yang terkait atau menjadi parameter lingkungan industri adalah

entry barrier, pesaing, supply, dan sumberdaya. Kompetensi strategi SDM (KSTG) dianggap penting dalam pengembangan industri perikanan karena strategi merupakan langkah atau upaya yang akan dilakukan dalam kaitan dengan pengembangan industri perikanan. Menurut Dollinger dan Marc (1998) dan hasil studi pendahuluan, kompetensi strategi SDM biasanya dilakukan berkaiatan dengan produksi, pemasaran, dan keuangan.

Kinerja usaha perikanan (KUP) menjadi hal penting dalam pengembangan industri perikanan karena kinerja merupakan tolok ukur dari maju mundurnya industri perikanan yang dikembangkan. Parameter kinerja penting untuk menunjukkan

performance atau posisi bisnis dari industri perikanan yang dikembangkan. Menurut Senge (1990) dan hasil studi pendahuluan, berbagai hal yang terkait dengan kinerja organisasi adalah payback period, rugi/laba, return of investment (ROI), dan growth.

Kinerja organisasi ini sangat menentukan sejauh mana capaian-capaian yang di dapat oleh industri perikanan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan perikanan yang diharapkan. Tujuan pembangunan perikanan (TPP) merupakan maksud dan harapan akhir dari dikembangkannya industri perikanan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan mengacu kepada pedoman umum pembinaan kelompok usaha bersama perikanan (2006) dan peraturan menteri kelautan dan perikanan tentang usaha perikanan tangkap (2006), serta hasil studi pendahuluan, maka tujuan pembangunan perikanan yang diharapkan adalah terjadinya pertumbuhan (growth), kesinambungan (sustainable) dan daya saing dalam aktivitas industri perikanan. Hal ini dianggap perlu supaya industri perikanan yang dikembangkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan usaha perikanan tangkap, khususnya di DI Yogyakarta. Agar ada pertumbuhan sebaiknya melakukan optimalisasi pemanfaatan atau pengoperasian alat-alat (aset perikanan) dan efisiensi pembiayan operasional baik pemerintah maupun swasta, BUMN/D dan koperasi.

75 4.1.2 Interaksi terkait lingkungan internal (LINT)

Hasil analisis SEM terkait konstruk lingkungan internal (LINT) ditunjukkan pada Gambar 10, sedangkan nilai koefisien interaksi dan significance of probability

untuk setiap dimensi konstruk dan setiap konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan internal (LINT) ditunjukkan pada Tabel 5. dan Tabel 6. konstruk lingkungan internal (LINT) berpengaruh positif signifikan sebesar 0,132 dengan nilai p = 0,011 terhadap dimensi konstruk teknologi (X11), berpengaruh positif signifikan sebesar 0,11 dengan nilai p = 0,021 terhadap dimensi konstruk administrasi (X12), berpengaruh positif signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,040 terhadap dimensi konstruk manajemen (X13), dan berpengaruh positif signifikan sebesar 0,053 dengan nilai p = 0,022 terhadap dimensi konstruk sumber daya manusia (X16). Hal ini menunjukkan bahwa teknologi (X11), administrasi (X12), dan sumber daya manusia (X16) menjadi indikator penting dan serius menentukan maju mundurnya kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dimensi konstruk modal (X14) dan sarana (X15) merupakan dimensi konstruk yang tidak dipengaruhi secara signifikan karena mempunyai nilai p > 0,05 dan koefisien interaksi masing-masing 0,215 dan 0,075. Terkait dengan ini, maka modal (X14) dan sarana (X15) tidak menjadi indikator penting yang secara internal mengganggu pengembangan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Diantara lima dimensi konstruk yang dipengaruhi signifikan tersebut, manajemen (X13) merupakan dimensi konstruk yang dipengaruhi paling dominan (koefisien pengaruh =1,000 dengan nilai p = 0,040). Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen yang merupakan aspek internal yang paling sensitif dan dapat menganggu kondisi internal industri perikanan. Terkait dengan ini, maka manajemen pengelolaan industri/usaha perikanan tangkap harus segera dibenahi dalam upaya kegiatan pemberdayaan dan pengembangan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pembenahan manajemen harus dilakukan latihan dalam diklat, magang atau pendampingan yaitu penyuluhan. Para nelayan harus dikenalkan fungsi manajemen dan penerapannya. Fungsi manajemen yaitu cara menyusun perencanaan, pengorganesasian yaitu menyususn struktur organesasi sekalian uraian tugas, penempatan tenaga kerja yang sesuai kompetensinya, pelasanaan operasional dan kontrol yang berupa laporan administrasi (operasional), laporan keuangan yang semuanya dibuat secara periodik bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan.

76

Tabel 5 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan internal (LINT)

Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh p S/TS Keterangan Lingkungan Internal (LINT) Teknologi (X11) 0,132 0,011 S Administrasi (X12) 0,110 0,021 S Manajemen (X13) 1,000 0,040 S Modal (X14) 0,215 0,067 TS Sarana (X15) 0,075 0,104 TS SDM (X16) 0,052 0,022 S

Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

Dimensi konstruk lainnya yang juga dipengaruhi dengan jelas adalah teknologi (X11), administrasi (X12) dan SDM (X16). Teknologi dipengaruhi urutan kedua oleh Lingkungan Internal karena kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta masih banyak menggunakan alat tangkap yang sederhana dan tradisional. Untuk pengembangan ke depan, masalah teknologi ini perlu menjadi perhatian penting dalam optimalisasi pemberdayaan usaha/industri perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta. merupakan dimensi konstruk urutan ketiga yang dipengaruhi serius oleh konstruk lingkungan internal (LINT). Tertib administrasi mengharuskan internal industri/usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta perlu dibangun sistem administrasi sehingga usaha yang ada dapat diberdayakan secara maksimal dan pengembangan yang diinginkan dapat tercapai. Terkait dengan ini perlu diupayakan interaksi yang positif antara stakeholders yang terkait yang mengarah pada perlindungan usaha dari dampak negatif persaingan. Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) juga merupakan kunci keberhasilan dalam usaha, sehingga perlu dilakukan latihan teknis (teknologi) dan manajemen proporsional.

Hasil analisis SEM pada Tabel 6, menunjukkan konstruk lingkungan internal (LINT) berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk lingkup usaha perikanan tangkap (LUP) sebesar 0,094 dengan nilai p = 0,029. Hubungan lingkungan internal dengan lingkup usaha perikanan dapat menggambarkan bahwa lingkup usaha perikanan dibangun dari lingkungan internal dimana terdapat indikator-indikator: teknologi, administrasi, manajemen, permodalan, sarana dan prasarana serta ketangguhan sumberdaya manusia. Dalam penelitihan ini indikator manajemen yang merupakan indikator yang harus diperhatikan.

77 Tabel 6 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang

berinteraksi dengan konstruk lingkungan internal (LINT) Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P S/TS Keterangan Lingkungan internal (LINT) Lingkup usaha perikanan (LUP) 0,094 0,029 S

Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

Terkait hasil analisis tersebut, maka lingkup usaha perikanan (LUP) menjadi faktor yang berpotensi serius mempengaruhi aktivitas dan kondisi internal usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini terjadi kemungkinan karena lingkup usaha perikanan tangkap menentukan jenis dan skala usaha perikanan tangkap yang dapat dilakukan oleh nelayan dan lainnya sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi internal usaha perikanan tangkap yang ada.

.

Gambar 10 Model pengembangan industri perikanan dengan interaksi sederhana komponen terkait

KSTG

LUP

78

4.1.3 Interaksi terkait lingkungan industri (LIND)

Path diagram hasil analisis SEM terkait konstruk lingkungan industri (LIND) ditunjukan pada Gambar 10, sedangkan nilai koefisien interaksi dan significance of probability untuk setiap dimensi konstruk dan setiap konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan industri (LIND) ditunjukkan pada Tabel 7. dan Tabel 8.

Tabel 7 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan industri (LIND)

Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh p S/TS Keterangan Lingkungan industri (LIND) Entry barrier (X31) 1,000 0,045 S Pesaing (X32) 0,105 0,023 S Supply (X33) 0,050 0,043 S

Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, konstruk lingkungan industri (LIND) dalam pengembangan industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta mempengaruhi dimensi konstruk Entry barrier (X31), Pesaing (X32), dan Supply

(X33). Pengaruh konstruk Lingkungan Industri (LIND) terhadap ketiga dimensi konstruk menunjukkan Entry Barrier (X31) dipengaruhi secara positif signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,045, Pesaing (X32) dipengaruhi secara positif signifikan sebesar 0,105 dengan nilai p = 0,023, dan Supply (X33) dipengaruhi secara positif signifikan sebesar 0,05 dengan nilai p = 0,043. Hal ini menunjukkan bahwa Entry barrier (X31), Pesaing (X32), dan Supply (X33) merupakan indikator penting dan berpotensi serius menganggu kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Konstruk lingkungan industri (LIND) berpengaruh tidak signifikan terhadap konstruk lingkup usaha perikanan tangkap (LUP) sebesar 0,103 dengan nilai p = 0,067, karena probabilitasnya > 0,05. Hubungan lingkungan industri dengan lingkup usaha perikanan tidak signifikan ini karena terjadi salah persepsi dimana bakwa bantuan-bantuan dari Departemen perisdutrian tidak dirasakan nyata oleh para nelayan. Bantuan pemerintah ke sektor perikanan dilakukan langsung oleh kementrian kelautan dan perikanan. Maka persepsinya para nelayan seolah-olah peran perindustrian tidak ada, maka akan dilakukan simalasi lagi sampai terjadi interaksi bebas.

79 Tabel 8 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang

berinteraksi dengan konstruk lingkungan industri (LIND)

Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P S/TS Keterangan Lingkungan industri (LIND) Lingkup usaha perikanan (LUP) 0,103 0,067 TS

Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

4.1.3 Interaksi terkait lingkungan eksternal (LEXT)

Hasil analisis SEM terkait konstruk lingkungan eksternal (LEXT) terlihat pada Gambar 10, sedangkan nilai koefisien interaksi dan significance of probability (p) untuk setiap dimensi konstruk dan setiap konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal (LEXT) terlihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Berdasarkan Tabel 9, konstruk lingkungan eksternal (LEXT) berpengaruh positif signifikan sebesar 0,07 dengan nilai p = 0,001 terhadap dimensi konstruk Politik (X21), berpengaruh positif signifikan sebesar 0,102 dengan nilai p = 0,031 terhadap dimensi konstruk Ekonomi (X22), dan berpengaruh positif signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,048 terhadap dimensi konstruk Sosial (X23). Hal ini menunjukkan bahwa Politik (X21), Ekonomi (X22), dan Sosial (X23) menjadi indikator penting dan berpotensi serius secara eksternal dapat menganggu kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Aspek sosial pada lingkungan eksternal merupakan aspek yang sangat penting karena aspek sosial dapat membuat lingkungan yang kondusif terhadap usaha perikanan. Misal usaha akan sulit berkembang apabila dilingkungan terjadi ketimpangan pendapatan masyarakat, pendidikan yang masih sangat rendak, jaminan kesehatan yang tidak ada dilinkungan tersebut.

Tabel 9 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal (LEXT)

Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien Pengaruh p S/TS Keterangan Lingkungan eksternal (LEXT) Politik (X21) 0,070 0,001 S Ekonomi (X22) 0,102 0,031 S Sosial (X23) 1,000 0,048 S

Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

80

Dari ketiga dimensi konstruk tersebut, dimensi konstruk Sosial (X23) merupakan dimensi konstruk yang dipengaruhi paling dominan (koefisien pengaruh =1,000 dengan nilai p = 0,048) oleh lingkungan eksternal (LEXT). Sedangkan aspek ekonomi merupakan dimensi konstruk urutan kedua yang dipengaruhi serius oleh lingkungan eksternal (LEXT) industri perikanan.

Tabel 10 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal (LEXT)

Konstruk Konstruk indikator Koefisien pengaruh P S/TS Keterangan Lingkungan eksternal (LEXT) Lingkup usaha perikanan (LUP) 0,098 0,048 S

Keterangan : p = nilai significance of probabilit; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

Tabel 10 memperlihatkan bahwa konstruk lingkungan eksternal (LEXT) berpengaruh postif dengan nilai koefisien sebesar 0,098 dengan nilai p = 0,048. Oleh karena probabilitasnya < 0,05, maka pengaruh positif tersebut bersifat signifikan. Terkait hasil analisis tersebut, maka lingkup usaha perikanan (LUP) menjadi faktor yang berpotensi serius mempengaruhi aktivitas dan kondisi masyarakat di sekitar usaha perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini bisa dipahami, karena skala dan lingkup usaha/industri perikanan mempengaruhi interest/kepedulian masyarakat terhadap bidang perikanan tangkap, misal ketertarikan untuk berusaha di bidang perikanan tangkap, mengatur pola konsumsi ikan keluarga, dan lainnya.

4.1.5 Interaksi terkait lingkup usaha perikanan (LUP)

Hasil analisis SEM terkait interaksi konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) disajikan pada Tabel 11. dan Gambar 10. Berdasarkan hasil analisis tersebut, besaran pengaruh konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) dijelaskan :

(1) Konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) berpengaruh positif terhadap konstruk kompetensi strategi SDM (KSTG) dengan nilai koefisien pengaruh 0,099 dan probabilitas 0,042. Oleh karena probabilitasnya < 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) terhadap konstruk kompetensi strategi SDM (KSTG) bersifat signifikan.

81 (2) Konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) berpengaruh positif terhadap konstruk kinerja usaha perikanan (KUP) dengan nilai koefisien pengaruh 0,099 dan probabilitas 0,101. Oleh karena probabilitasnya > 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) terhadap konstruk kinerja usaha perikanan (KUP) pengaruh tidak signifikan.

(3) Konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) berpengaruh positif terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan (TPP) dengan nilai koefisien pengaruh 0,097 dan probabilitas 0,027. Oleh karena probabilitasnya < 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan (TPP) bersifat signifikan.

(4) Konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) berpengaruh positif terhadap konstruk Kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah dengan nilai koefisien pengaruh 0,11 dan probabilitas 0,310. Oleh karena probabilitasnya < 0,05, maka pengaruh positif konstruk lingkup usaha perikanan (LUP) terhadap konstruk tujuan pembangunan perikanan (TPP) bersifat tidak signifikan.

Terkait dengan hasil analisis tersebut, maka kompetensi strategi SDM (KSTG) dan tujuan pembangunan perikanan (TPP) menjadi indikator/faktor yang berpotensi serius mempengaruhi jenis dan skala kegiatan yang menjadi lingkup industri perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan kinerja usaha perikanan (KUP) tidak dianggap serius/tidak menjadi indikator penting yang diperhitungkan dalam penetapan Lingkup Industri Perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kompetensi strategi sumberdaya manusia ini meliputi penguasaan produksi, penguasaan pemasaran, penguasaan manajemen keuangan, penguasaan pengelolaan sumberdaya manusia dan penguasaan penelitian dan pengembangan di lingkup usaha perikanan. Kompetensi strategi sumberdaya manusia apabila SDM nya memiliki kopentensi penanganan produksi, pemasaran, keuangan, manajemen SDM dan penelitihan dan pengembangan, kesemuanya tentu akan meningkatkan kinerja usaha perikanan dan kierja usaha perikanan akan naik tinggi sudah pasti tujuan pembangunan akan dapat dicapai. Tujuan pembangunan yang harus dicapai dalam waktu dekat ini adalah keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, sosial, kelembagaan, politik dan lingkungan. Pembangunan yang akan dicapai harus ada keadilan yaitu perlindungan atau suatu aturan pembagian equiti (aset) harus dimiliki rakyat secara adil yang proporsional.

82

Tabel 11 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkup usaha perikanan (LUP)

Konstruk Konstruk Indikator Koefisien Pengaruh P S/TS Keterangan Lingkup usaha perikanan (LUP) Kompetensi strategi SDM (KSTG) 0,099 0,042 S Kinerja usaha perikanan (KUP) 0,099 0,101 TS Tujuan pembangunan perikanan (TPP) 0,096 0,027 S Kebijakan pemerintah pusat/ daerah (KP/D) 0,110 0,031 S

Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

Dari dua konstruk yang berinteraksi signifikan dengan konstruk lingkup usaha perikanan (LUP), pengaruh terhadap kompetensi strategi SDM (KSTG) sedikit lebih dominan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis dan skala kegiatan yang menjadi lingkup usaha perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta selama ini dikembangkan dengan lebih mempertimbangkan kompetensi strategi SDM yang diterapkan daripada tujuan pembangunan perikanan yang ditetapkan Pemerintah. Terkait dengan ini, maka pengembangan usaha perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta harus mengakomodir kondisi tersebut.

4.1.6 Interaksi terkait kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D)

Hasil analisis SEM terkait konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D)terlihat pada Gambar 10, sedangkan nilai koefisien interaksi dan significance of probability (p) untuk setiap dimensi konstruk dan setiap konstruk yang berinteraksi dengan konstruk lingkungan eksternal (LEXT) disajikan pada Tabel 12. dan Tabel 13.

Berdasarkan Tabel 12, konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D) berpengaruh positif tidak signifikan sebesar 0,179 dengan nilai p = 0,401 terhadap dimensi konstruk Bunga (X41), berpengaruh positif signifikan sebesar 0,097 dengan nilai p = 0,013 terhadap dimensi konstruk teknologi (X42), berpengaruh positif signifikan sebesar 0.226 dengan nilai p = 0,048 terhadap dimensi konstruk prasarana (X43), dan berpengaruh positif signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,040 terhadap dimensi konstruk SDM (X44).

83 Tabel 12 Koefisien pengaruh dan significance of probability dimensi konstruk yang

berinteraksi dengan konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D) Konstruk Dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh P S/TS Keterangan Kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D) Bunga (X41) 0,179 0,401 TS Teknologi (X42) 0,097 0,013 S Prasarana (X43) 0.226 0,048 S SDM (X44) 1,000 0,040 S

Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa teknologi (X42), prasarana (X43), dan SDM (X44) menjadi indikator kebijakan pemerintah penting dan berpotensi serius dapat menganggu kegiatan perikanan tangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta jika tidak diperhatikan dengan baik.

Dari ketiga dimensi konstruk tersebut, dimensi konstruk SDM (X44) merupakan dimensi konstruk yang dipengaruhi paling dominan (koefisien pengaruh =1,000 dengan nilai p = 0,040) oleh kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D). Sedangkan aspek prasarana merupakan dimensi konstruk urutan kedua yang dipengaruhi serius oleh kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D).

Tabel 13 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk yang berinteraksi dengan konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D) Konstruk Konstruk Indikator Koefisien pengaruh p S/TS Keterangan Kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D) Kompetensi strategi SDM (KSTG) 0,097 0,048 TS Kinerja usaha perikanan (KUP) 0,858 0,033 S Tujuan pembangunan perikanan (TPP) 0,500 0,024 S

Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

84

Pada Tabel 13 terlihat bahwa konstruk kebijakan pemerintah pusat dan daerah (KP/D) berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja usaha perikanan (KUP) dan tujuan pembangunan perikanan (TPP) masing-masing dengan nilai koefisien sebesar 0,098 (p = 0,033) dan 0,500 (p = 0,024). Tujuan pembangunan perikanan (TPP) mempunyai dipengaruhi dengan koefisien positif paling tinggi menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah berperan nyata dalam menentukan tujuan pembangunan perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karenanya, hal ini harus benar-benar diperhatikan.

4.1.7 Interaksi terkait kompetensi strategi SDM (KSTG)

Kompetensi strategi SDM (KSTG) merupakan hal penting dalam penentuan berbagai langkah atau upaya yang perlu dilakukan dalam pengembangan industri perikanan. Strategi yang diambil dalam suatu usaha biasanya berkaitan dengan kondisi produksi, pemasaran, dan keuangan yang dapat dilakukan. Hasil analisis SEM terkait dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM (KSTG) ini terlihat pada Tabel 14. dan Gambar 10. Berdasarkan hasil analisis tersebut, konstruk kompetensi strategi SDM (KSTG) berpengaruh tidak signifikan sebesar 1,000 dengan nilai p = 0,245 terhadap dimensi konstruk produksi (Y11), berpengaruh positif signifikan sebesar 0,087 dengan nilai p = 0,044 terhadap dimensi konstruk pemasaran (Y12), dan berpengaruh positif signifikan sebesar 0,088 dengan nilai p = 0,000 terhadap dimensi konstruk keuangan (Y13).

Tabel 14 Koefisien pengaruh dan significance of probability konstruk/dimensi konstruk yang berinteraksi dengan konstruk kompetensi strategi SDM (KSTG) Konstruk Konstruk/ dimensi konstruk indikator Koefisien pengaruh P S/TS Keterangan Kompetensi strategi SDM (KSTG) Produksi (Y11) 1,000 0,245 TS Pemasaran (Y12) 0,087 0,044 S Keuangan (Y13) 0,088 0,000 S

Keterangan : p = nilai significance of probability; S = pengaruh signifikan; TS = pengaruh tidak signifikan.

Dokumen terkait