• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Review Terhadap Beberapa Program Pemberdayaan

2.3.4 Stakeholder

Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan, individu atau kelompok yang mempunyai kepentingan sama atas kehidupan dan suksesnya organisasi.

Pihak-pihak tersebut (stakeholder) antara lain : (1) Sektor produksi terdiri dari

1) Kelompok penangkapan (nelayan) 2) Kelompok budidaya (petani nelayan) (2) Sektor pengolahan

1) Kelompok pengolahan tradisional (home industri) 2) Kelompok pengolahan modern (pabrikan)

(3) Sektor pemasaran

1) Kelompok pemasar lokal.

2) Kelompok pemasar internasional (import) (4) Sektor pengguna

1) Konsumen lokal

2) Konsumen internasional

29 1) Kelompok pabrik es

2) Kelompok galangan kapal 3) Kelompok perbaikan perawatan

4) Kelompok suplai perbekalan operasional (6) Sektor lembaga penunjang

1) Kelompok keuangan

2) Kelompok penelitian 3) Kelompok perguruan tinggi

4) Kelompok NGO (LSM)

5) Instansi pemerintah (bea cukai, pelabuhan, bank, sahbandar, imigrasi)

Pengertian stakeholder

Istilah stakeholder sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh banyak pihak dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumber daya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga- lembaga publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana,

stakeholder sering dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu isu atau suatu rencana.

Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakekholder ini. Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti Williamsson (1999) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu, atau secara singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagimana dikemukakan Williamsson (1999), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder terhadap isu, dari segi posisi penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.

Pandangan-pandangan di atas menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder

tidak sekedar menjawab pertanyaan siapa stakeholder suatu isu tapi juga sifat hubungan stakeholder dengan isu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Aspek-aspek ini sangat penting dianalisis untuk mengenal stakeholder.

30

Kategori stakeholder

Berdasrkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu

isu stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok ODA (1995)

mengelompokkan stakeholder kedalam yaitu stakeholder primer, sekunder dan

stakeholder kunci sebagai gambaran pengelompokan tersebut pada berbagai

kebijakan, program, dan proyek pemerintah (publik) dapat kemukakan kelompok

stakeholder seperti berikut :

Stakeholder utama (primer)

Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan.

(1) Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak (kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini. Tokoh masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat

(2) Pihak manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan.

Stakeholder pendukung (sekunder)

Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.

(1) Lembaga (Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki

tanggung jawab langsung.

(2) Clayton (1985) lembaga pemerintah yang terkait dengan isu tetapi tidak memiliki kewenangan secara langsung dalam pengambilan keputusan.

(3) Lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki “concern” (termasuk organisasi massa yang terkait).

31 (4) Perguruan Tinggi : Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam

pengambilan keputusan pemerintah. Oleh Williamsson (1999). (5) Pengusaha (Badan usaha) yang terkait.

Stakeholder kunci

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legislatif, dan instansi. Misalnya, stakeholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten.

(1) Pemerintah Kabupaten

(2) DPR Kabupaten

(3) Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.

Stakeholder VS publik

Berdasarkan uraian di atas, pengertian stakeholder dalam pengambilan keputusan publik lebih luas daripada istilah publik itu sendiri. Banyak kasus istilah

stakeholder sering digunakan dalam arti yang sama. Misalnya, keputusan ini tidak boleh hanya didominasi oleh pemerintah, tetapi harus melibatkan seluruh stakeholder. Jika yang dimaksud adalah stakeholder non-pemerintah, maka seharusnya dinyatakan sebagai stakeholder publik.

Pada kasus lain, pengertian publik lebih luas dari stakeholder. Publik dapat berarti semua warga negara non pemerintah, sementara stakeholder hanya terkait dengan suatu isu/rencana tertentu. Istilah dalam literatur pelibatan publik bahwa yang diidentifikasi sebagai kelompok yang perlu dilibatkan dinyatakan sebagai publik relevan (relevant publik). Istilah publik relevan inilah dapat disamakan dengan

stakeholder publik. Clayton (1995) menyatakan bahwa publik relevan terhadap suatu isu adalah semua representasi group atau individu masyarakat baik yang terorganisir maupun tidak teroganisir masyarakat sebagai publik yang dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk penyelesaian, dengan kata lain sumber informasi yang tepat dalam pengumpulan data untuk pengambilan keputusan, atau publik yang dapat mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan keputusan. Jadi intinya adalah keterkaitan publik dengan isu-kebijakan, program, dan proyek yang dapat dilihat dari lokasi (manfaat dan resiko) dan ruang kepedulian.

32

karena berbagai tulisan dan pernyataan yang bersifat umum mengenai stakeholder

sering mempersamakan kata stakeholder dengan publik tanpa melihat keterkaitannya dengan suatu isu. Suatu perencanaan misalnya sering mempersyaratkan adanya keterlibatan stakeholder. Untuk memenuhi syarat ini, pemerkarsa biasanya langsung mendaftar semua institusi sebagai suatu cara pelibatan stakeholder secara luas. Karena tersusunlah daftar panjang instansi-instnasi, LSM-LSM, organisasi masyarakat, para pengusaha, perguruan tinggi tanpa melihat keterkaitan antara institusi dengan isu. Padahal keterkaitan tersebutlah yang sangat penting diperhatikan.

Karakteristik Stakeholder

Selain pengelompokkan berdasarkan hubungan antara stakeholder dengan isu,

stakeholder-stakeholder publik atau apa yang diistilahkan dengan publik relevan

dapat dikolompokkan berdasarkan karakteristik pengorganisasiannya, yaitu :

(1) Stakeholder publik yang tidak terorganisir. Stakeholder individu yang tidak dapat diwakili oleh pihak lain. Masyarakat, tokoh masyarakat, pengamat, dan sebagainya.

(2) Stakeholder publik yang terorganisir, stakeholder yang terhimpun dalam suatu organisasi atau kelompok tertentu, dimana pimpinan atau anggota yang ditunjuk dapat mewakili organisasinya memberi pandangan dan sikap dalam proses pengambilan atau implementasi suatu keputusan.

(3) Stakeholder yang terorganisir secara semu. Stakeholder yang memiliki organisasi atau kelompok tertentu, tetapi tidak memiliki perwakilan dalam pengambilan keputusan. Pemimpin dan anggota diberi kebebasan bersikap dan berpandangan sehingga biasanya anggotanya tidak bisa bertindak atas nama organisasi. Misalnya, beberapa organisasi informal di masyarakat, LSM-LSM, dan sebagainya.

Dalam proses pengambilan keputusan, suatu isu dapat berhubungan dengan salah satu karakteristik stakeholder atau kombinasi stakeholder tersebut. Maksudnya, suatu keputusan yang akan diambil dapat berhubungan stakeholder publik yang tidak terorganisir atau dapat pula berhubungan dengan beberapa stakeholder terorganisir (multi-stakeholder terorganisir). Paling sederhana, berhadapan dengan hanya satu group stakeholder terorganisir, tetapi adakah? Karena itu, makin luas cakupan wilayah isu dan makin tinggi derajat pengaruh isu terhadap berbagai pihak baik dari segi manfaat maupun resiko makin kompleks stakeholder-nya. Namun demikian tidak berarti luasnya cakupan dan kompleksnya derajat pengaruh isu tersebut menggiring

33 kita justru menyederhanakan identifikasi stakeholder dengan serta merta melibatkan semua unsur yang ada dalam isu bersangkutan tanpa memilah-milah keterkaitannya.

Pengelompokan stakeholder dapat dilihat dari kecendrungan posisi dan pandangan, misalnya kelompok yang terdiri LSM, organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, dan masyarakat bawah, dan kelompok yang cenderung netral atau selama ini lebih berafiliasi dengan pemerintah, seperti Perguruan Tinggi, organisasi profesi dan konsultan. Secara umum, karakteristik stakeholder yang meliputi kepentingan/ kepedulian, kekuatan pengaruh terhadap keputusan, pengaruh terhadap anggota, cara kerja, social original, dan relasi antar stakeholder. Karakteristik ini sudah meliputi tiga komponen, yaitu kecenderungan sikap, perilaku, dan konteks mereka.

Representasi stakeholder publik

Mungkin karena kerumitan pelibatan publik sehingga banyak pihak selalu mempersoalkan sukarnya mengidentifikasi publik yang representatif. Banyak kasus proses pengambilan keputusan yang telah melibatkan unsur non pemerintah tetapi protes atau penolakan dari beberapa pihak masih terjadi. Beberapa pihak menganggap bahwa proses pelibatan publik yang dilakukan hanya formalitas sementara perencana kebijakan merasa telah melibatkan publik secara luas. Ada pula keluhan bahwa pelibatan publik yang lebih luas lagi akan memakan biaya yang sangat besar dan waktu yang sangat lama. Karena itu masalah representasi publik menjadi hal yang sangat penting.

Pertanyaannya adalah “siapa mewakili siapa?” “Apakah wakil-wakil memiliki legitimasi yang kuat dari suatu group? Pertanyaan-pertanyaan ini agaknya sukar dijawab tanpa suatu pengalaman empirik yang memadai. Namun demikian, beberapa pedoman yang penting. (Boks 1). Perlu dicatat, bahwa istilah representasi bukan dalam arti mewakili populasi tetapi mewakili sikap dan pandangan publik. Karena itu pula representasi ini tidak boleh dibatasi oleh wilayah administrasi, publik yang proaktif. Mungkin, kriteria representasi yang paling tepat ditetapkan sendiri melalui perundingan diantara mereka. Mereka yang diajak atau dilibatkan dalam perundingan awal adalah mereka mereka yang diidentifikasi sebagai publik yang pro-aktif.

Identifikasi stakeholder : isu, spasial, dan para pihak

Untuk mengidentifikasi stakeholder, terdapat tiga unsur yang saling terkait yaitu, isu yang dapat berupa masalah, manfaat, kerugian, wilayah (border) isu dalam

34

hal ini lokasi/spasial, dan aktor personal dan atau institusi yang terkait dengan isu itu. Aktor inilah yang kemudian diidentifikasi sebagai stakeholder-stakeholder.

Uraian cara-cara mengidentifikasi stakeholder ini akan disajikan dengan menampilkan kasus rencana pembangunan parasarana sumber daya air.

Analisa dilakukan sedini mungkin

Analisis stakeholder hendaknya dilakukan sedini mungkin pada awal program untuk mengidentifikasikan berbagai kelompok yang tertarik, berkait dan berminat dengan isu tertentu seperti kesehatan reproduksi, lingkungan dll.

Identifikasi pandangan dan karakteristik dari setiap stake holder ini sangat penting, yang merupakan dasar untuk pelaksanaan tahap berikutnya dalam prakarsa advokasi. Identifikasi yang spesifik ini dapat menghasilkan suatu “profil stakeholder”. Semakin spesifik informasi pada setiap stakeholder, maka semakin mudah untuk memastikan ketetapan informasi, pesan, dan investasi yang akan dilakukan.

Katagori Stakeholder

Dalam advokasi sesuatu program dapat dibagi dalam empat katagori yaitu : (1) Penerima advokasi (beneficiaries) atau stakeholder primer

Adalah individu atau kelompok yang memperoleh manfaat secara langsung dari hasil suatu kegiatan advokasi. Jika dimobilisasi secara tepat maka penerima advokasi merupakan pendukung yang paling terpercaya dan meyakinkan. Namun sayang memobilisasi penerima advokasi ini susah dilaksanakan bahkan tidak mungkin

(2) Mitra dan sekutu atau stakeholder sekunder

Adalah individu, kelompok maupun organisasi yang mempunyai pandangan atau posisi yang sama dan siap bergabung didalam suatu koalisi untuk mendukung isu tertentu.

Membangun kemitraan adalah penting, untuk itu perlu dilakukan identifikasi dan kontribusinya dalam usaha advokasi. Mitra perlu keyakinan dan dorongan terus menerus. Untuk mempererat kemitraan perlu adanya tujuan yang jelas, Pembagian informasi dan pengalaman belajar, komunikasi yang terbuka dan jujur, serta adanya pertemuan rutin.

(1) Membuat keputusan atau stakeholder kunci

35 bertindak mempengaruhi perubahan atau kebijakan yang diharapkan.

Yang termasuk di dalam kelompok ini adalah para pembuat undang-undang, anggota parlemen, anggota kabinet, pemuka masyarakat, pemimpin agama, pemimpin tradisional dsb. Tidak dapat diragukan bahwa keputusan adalah merupakan target yang bermakna dalam suatu program advokasi.

Untuk itu kelompok ini mendapat perhatian yang lebih dalam upaya advokasi dibandingkan dengan kelompok lainnya.

(2) Musuh atau penentang

Adalah individu atau kelompok yang memiliki sikap yang bertentangan atau berbeda dalam suatu masalah tertentu dengan sikap dimana advokasi itu dilakukan. Musuh, jangan dilihat sebagai lawan yang harus ditentang, melainkan sebagai seseorang yang memiliki kayakinan dan sikap yang berbeda terhadap isu tertentu. Pentingnya identifikasi musuh ini guna menentukan posisi mereka tentang suatu masalah dan menentukan dasar untuk dialog.

Stakeholders adalah pihak-pihak yang berkepentingan, individu atau kelompok yang mempunyai kepentingan sama atas kehidupan dan suksesnya organisasi. Pihak- pihak tersebut antara lain;

(1) Pemilik atau pemegang saham

(2) Pekerja/karyawan/ABK

(3) Pemilik kapal

(4) Nelayan

(5) Pelaku pasar

(6) Eksportir dan importir Perikanan (7) Koperasi perikanan.

(8) Instansi pemerintah (Bea cukai, Pelabuhan perikanan, Sahbandar,

Imigrasi)

(9) Investor

Dokumen terkait