• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grafik perontokan rumpun padi

waktu

4.2 Pembahasan

Dari data atau table diatas dapat dilihat bahwa,pada penyabitan tiap 30 rumpun padi ,semakin lama waktu penyabitannya semakin menurun,yaitu lebih cepat.Sedangkan untuk perontokannya,waktunya sama dengan penyabitan yaitu,semakin lama waktu perontokan semakin menurun,yaitu semakin cepat.Hal itu mungkin disebabkan karena dalam satu rumpun padi memiliki jumlah batang padi yang tidak sama,sehingga tiap penyabitan akan mempengaruhi.

1) Alat dan Mesin Pemotong Padi

Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah di introduksikan reaper, stripper dan combine harvester. - Cara Pemanenan Padi dengan Reaper

Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar.

Bagian komponen mesin reaper adalah sebagai berikut:

Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur kecepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja, unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan, unit pisau pemotong terletak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam, pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya 120 cm, unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang, motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM dan penggunaan reaper di-anjurkan pada daerah yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan di lahan pertanian dengan kondisi baik.

2) Penumpukan dan Pengumpulan Padi

Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi dipanen. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan padi menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan pengangkutan dapat Pedoman Penanganan Pasca Panen Padi 21 menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %.

3) Perontokan

Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher. 3.1. Perontokan padi dengan cara digebot

Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional yang masih banyak digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari: (1) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas tanah, dapat dipindah-pindah. (2) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang dengan jarak renggang 1 – 2 cm. (3) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.

3.2. Perontokan padi dengan pedal thresher

Dengan menggunakan pedal tresher maka didapat beberapa keuntugan diantaranya dapat menghasilkan hasil lebih baik juga menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih tinggi , kehilangan bulir yang lebih rendah kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang.

Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher : Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun, putaran poros pemutar memutar silinder perontok. putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok, dan arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (menjauh dari operator).

3.3. Mesin Power Thresher

Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang telah terbukti sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia.

Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya.

4) Pengupas

Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Bagian komponen mesin penggiling terdiri dari :

a. Motor penggerak

b. Pengupas sekam biasanya dipakai tipe roll karet c. Pemisah gabah

4.1. ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine

ITGM atau Integrated Thressing Grading Machine adalah mesin pertanian yang dapat digunakan untuk merontokkan sekaligus mengupas padi menjadi beras dan memisahkan menirnya.

5) Pengeringan

Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Pada saat ini cara pengeringan padi telah berkembang dari cara penjemuran menjadi pengering buatan. 5.1. Penjemuran

Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Untuk mencegah bercampurnya kotoran, kehilangan butiran gabah, memudahkan pengumpulan gabah dan menghasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir lantai dari semen/beton. 5.2. Pengering Buatan

a. Flat Bed Dryer

Flat Bed Dryer merupakan mesin pengering yang terdiri dari: (1) Kotak pengering terbuat dari plat lembaran, berbentuk kotak persegi panjang dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Pada kira-kira bagian kotak terdapat sekat/lantai yang berlubang terbuat dari plat baja, terbagi menjadi 2 ruangan, atas dan bawah. (2) Blower/kipas dan kompor panas terletak di sebelah luar kotak pengering, dihubungkan dengan cerobong. (3) Kompor pemanas memakai bahan bakar minyak tanah.

b. Continuous Flow Dryer

Continuous Flow Dryer merupakan mesin pengering dengan bagian komponen mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti kompor, kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge. Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada kotak pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak pengering dan keluar lewat sisi yang lain.

- Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada bagian bawah “Screw Conveyor Dischange” yang terletak pada bagian bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.

6) Penyimpanan

Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/ beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, dan serangan serangga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras.

7) Standarisasi

a. Persyaratan Mutu Gabah Sesuai SNI

Standar mutu gabah meliputi persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif.

Persyaratan kualitatif • Bebas hama dan penyakit

• Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya

• Bebas dari bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan bahan kimia lainnya. Persyaratan kuantitatif mutu gabah sesuai SNI

b. Persyaratan Mutu Beras Sesuai dengan SNI Persyaratan mutu beras mencakup :

Persyaratan kualitatif • Bebas hama dan penyakit

• Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya • Bebas dari bekatul

• Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan. Persyaratan kuantitatif mutu beras giling sesuai SNI 01-6128-1999

BAB IV Peralatan Pasca Panen

Dokumen terkait