• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TELAAH PUSTAKA

G. Growth Opportunities

Menurut Riyanto (1994), semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan dana di waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well esta blished, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksternal lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend pa yout ratio yang tinggi.

Teori free ca sh flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi akan memiliki free ca sh flow yang rendah karena sebagian besar dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai Net Present Va lue (NPV) yang positif sehingga perusahaan yang kesempatan pertumbuhannya tinggi cenderung membayar dividen yang rendah. Adanya hubungan yang negatif antara kesempatan pertumbuhan dengan dividen tersebut sesuai dengan pendapat Myers dan Majluf (1984) dalam Al-Malkawi (2009) bahwa perusahaan yang memiliki kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan membayar dividen yang rendah daripada perusahaan yang kesempatan pertumbuhannya rendah.

commit to user

33 Smith dan Watts (1992) & Gaver dan Gaver (1993) dalam Mahadwartha (2002) menemukan bahwa perusahaan high growth

mempunyai dividend yang rendah. Perusahaan high growth mempunyai kesempatan investasi yang lebih tinggi daripada perusahaan low growth

sehingga memerlukan dana yang cukup besar untuk investasi. Mencari dana internal akan lebih mudah dibandingkan dengan mencari pendanaan eksternal (levera ge dan atau penerbitan ekuitas baru) sehingga penggunaan dana internal yang tinggi akan mengurangi porsi ea rnings yang dibagikan sebagai dividen.

Dalam penelitian ini, growth opportunities diproksikan dengan rasio

ma rket to book va lue of equity. Rasio ma rket to book va lue of equity adalah perbandingan antara nilai pasar (ma rket va lue) saham beredar dan nilai buku ekuitas (book va lue). Menurut Jogiyanto (2008:125), nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Sedangkan nilai buku adalah nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan. Dengan mengetahui nilai pasar dan nilai buku, pertumbuhan perusahaan dapat diketahui (Jogiyanto, 2008:117). Smith dan Watts (1992) juga Gaver dan Gaver (1993) dalam Jogiyanto (2008:117) menggunakan rasio nilai pasar dibagi dengan nilai buku untuk mengukur pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan mempunyai rasio lebih besar dari satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya.

commit to user

34 Rasio ini memberikan sinyal kepada investor tentang bagaimana kinerja perusahaan dalam memperoleh modal dan prospeknya di masa yang akan datang. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk tumbuh. Rasio ini dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham terhadap total ekuitas.

H. F inancial Leverage

Menurut Sartono (2001:120), fina ncia l levera ge menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Dalam penelitian ini,

financia l levera ge diproksikan dengan Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ra tio (DER)mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Sartono, 2001). Semakin besar Debt to Equity Ratio menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Jika perusahaan menggunakan hutang semakin banyak, maka semakin besar beban tetap yang berupa bunga dan angsuran pinjaman pokok yang harus dibayar. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, sehingga hanya sebagian kecil pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain

commit to user

35 perusahaan harus menetapkan dividend pa yout ratio yang rendah (Riyanto,1994).

I. F irm Size

Besar kecilnya perusahaan (firm size) merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan investor dalam melakukan investasi. Ukuran untuk menentukan firm size adalah dengan log natural dari total aset (Crutchley dan Hansen, 1989) dalam Nuringsih (2005). Total aset merupakan jumlah keseluruhan kekayaan perusahaan baik dalam bentuk kas, investasi, maupun aktiva tetap. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Tujuan pembayaran dividen yang tinggi ini untuk menjaga reputasi perusahaan di kalangan investor. Sebaliknya pada perusahaan yang memiliki aset rendah akan membagikan dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah (Nuringsih, 2005).

commit to user

36

J. Penelitian Terdahulu

Westri (2008) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen dan kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2007. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dan kebijakan hutang. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen dan growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, namun variabel firm size dan growth

tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Rosdini (2009) meneliti tentang pengaruh free ca sh flow terhadap

dividend pa yout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2000-2002. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa free ca sh flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuringsih (2005) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan utang, ROA dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1995-1996. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel kebijakan utang dan ROA

commit to user

37 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel firm size berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen namun tidak signifikan.

Penelitian Istiqomah (2006) yang berjudul “Analisis Interdependensi Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Kebijakan Dividen dan Kepemilikan Institusional dalam Teori Keagenan”. Penelitian ini mengembangkan empat model penelitian dengan menggunakan teknik 2SLS (2 Sta ge Lea st Squa re). Hasil pengujian model yang pertama menunjukkan bahwa kebijakan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kepemilikan manajerial, sedangkan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kepemilikan manajerial. Hasil pengujian variabel kontrol didapatkan hasil bahwa risiko bisnis dan investment berpengaruh negatif terhadap kepemilikan manajerial. Hasil pengujian model yang kedua menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kebijakan dividen dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil pengujian variabel kontrol didapatkan hasil bahwa risiko bisnis berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang, ROA berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang dan fixed a sset tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil pengujian model yang ketiga menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, sedangkan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hasil pengujian variabel kontrol didapatkan hasil bahwa risiko bisnis dan investment berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan ROA berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen dan

commit to user

38

growth memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Model persamaan yang keempat menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kepemilikan institusional, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kepemilikan institusional. Hasil pengujian variabel kontrol didapatkan hasil bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap kepemilikan institusional sedangkan size dan beta tidak berpengaruh terhadap kepemilikan institusional.

Penelitian yang dilakukan oleh Chasanah (2008) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Pa yout Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2006 dengan menggunakan enam variabel independen, yaitu: Debt to Tota l Asset (DTA), ca sh ratio, ukuran perusahaan,

Return On Asset (ROA), kepemilikan institusional, dan growth. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt To Tota l Asset (DTA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio (DPR), Ca sh Ratio

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio (DPR), ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Dividen Pa yout Ratio (DPR), Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio (DPR), kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio (DPR), Growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Dividen Pa yout Ratio (DPR).

Hatta (2002) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan variabel FS (Fokus Perusahaan), firm

commit to user

39

size, insider ownership, jumlah pemegang saham biasa, free ca sh flow, dan

growth terhadap kebijakan dividen. Variabel FS dan firm size berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio. Sedangkan variabel free ca sh flow dan growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

dividend pa yout ratio, variabel jumlah pemegang saham biasa dan insider ownership berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dividend pa yout ratio.

Kouki dan Guizani (2009) meneliti tentang struktur kepemilikan dan kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan di Tunisia tahun 1995-2001. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel free ca sh flow, growth opportunities dan ownership concentration berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel fina ncia l levera ge, firm size,

institusiona l ownership dan state ownership berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Amidu dan Abor (2006) meneliti tentang pengaruh profita bility, risk, ca sh flow, ta x, institusiona l holding, growth dan market to book va lue

terhadap dividend pa yout ratio pada perusahaan di Ghana tahun 1998-2003. Hasil penelitian ini menemukan bahwa profita bility, cash flow, dan ta x

berpengaruh positif terhadap dividend pa yout ratio. Sedangkan risk, institusiona l holding, growth dan ma rket to book va lue berpengaruh negatif terhadap dividend pa yout ratio.

Han, Lee dan Suk (1999) meneliti pengaruh institusiona l ownership

commit to user

40

ownership sebagai variabel independen dan menggunakan variabel kontrol (insider ownership, sa les growth rate, ca pita l expenditure to a sset, debt to a sset, ROA, operating income to a sset, dan ta rget dividend yield). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa institusiona l ownership berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Saxena (1999) menguji pengaruh variabel growth, beta coefficient, number of common stockholders, insider, investment opportunity set terhadap

dividend pa yout ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

growth, insider dan beta berpengaruh negatif terhadap dividend pa yout ratio, sedangkan variabel investment opportunity set dan number of common stockholder berpengaruh positif terhadap dividend pa yout ratio.

Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992) yang berjudul “Simultaneous Determination of Insider Ownership, Debt, a nd Dividend Policy” mengembangkan tiga model penelitian. Model pertama menguji pengaruh variabel dividend pa yout ratio, insider ownership, business risk, profita bility, R& D dan fixed a sset terhadap debt ratio. Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa dividend pa yout ratio dan fixed a sset berpengaruh positif dan signifikan terhadap debt ratio. Sedangkan insider ownership, business risk, profita bility dan R&D berpengaruh negatif dan signifikan terhadap debt ratio. Model kedua menguji pengaruh debt ratio, insider ownership, business risk, growth, investment dan profita bility terhadap dividend pa yout ratio. Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa debt ratio, insider ownership, business risk, growth, dan investment berpengaruh negatif terhadap dividend pa yout

commit to user

41

ratio. Sedangkan profita bility berpengaruh positif terhadap dividend pa yout ratio. Model ketiga menguji pengaruh debt ratio, dividend pa yout, business risk, R &D, size dan divisions terhadap insider ownership. Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa debt ratio, dividend pa yout, R&D, size, divisions

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap insider ownership. Sedangkan

business risk berpengaruh positif dan signifikan terhadap insider ownership.

Penelitian yang dilakukan oleh Holder, Langrehr dan Hexter (1998) meneliti pengaruh variabel focus of firm (FS), firm size, insider ownership, number of common shareholder, free ca sh flow dan growth terhadap dividend pa yout ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel FS, insider ownership, dan growth berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend pa yout ratio. Sedangkan variabel firm size, number of common sha reholder

dan free ca sh flow berpengaruh signifikan positif terhadap dividend pa yout ratio.

Gugler dan Yurtoglu (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa

financia l levera ge berpengaruh negatif terhadap dividend pa yout ratio.

Mahadwarta (2002) meneliti interdependensi antara kebijakan levera ge

dengan kebijakan dividen dalam perspektif teori keagenan. Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 1997-1999 dengan menggunakan variabel-variabel independen, yaitu:

common stock diversification, ea rnings volatility, sta ndard deviation of common stock return, firm size, growth, ma na geria l ownership serta dua variabel dependen, yaitu levera ge dan dividen. Hasil penelitian ini

commit to user

42 menemukan bahwa pada persamaan levera ge, hanya variabel firm size, ma na jeria l ownership dan dividen yang berpengaruh signifikan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa firm size berpengaruh signifikan positif terhadap levera ge, mana jeria l ownership berpengaruh signifikan positif terhadap levera ge, dividen berpengaruh positif terhadap levera ge. Sedangkan pada persamaan dividen, hanya variabel levera ge yang berpengaruh signifikan terhadap dividen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa levera ge berpengaruh signifikan positif terhadap dividen.

Kurniati (2007) meneliti pengaruh profitabilitas, likuiditas, levera ge, free ca sh flow dan kesempatan investasi terhadap tingkat pengembalian investasi pada equity securities. Dalam penelitian ini tingkat pengembalian investasi diproksikan dengan dividend pa yout ratio. Hasil penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap dividend pa yout ratio, likuiditas berpengaruh positif dan signifkan

dividend pa yout ratio, levera ge berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap dividend pa yout ratio, free ca sh flow berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dividend pa yout ratio. Sedangkan variabel kesempatan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend pa yout ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Al-Malkawi (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang menjadi penentu keputusan dividen di Jordania, dengan menggunakan lima variabel independen, yaitu: variabel a gency cost, size, profita bility, financia l levera ge, growth dan investment opportunity. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa number common sha reholder sebagai

commit to user

43 proksi dari variabel a gency cost berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap dividen, insider ownership sebagai proksi kedua dari variabel a gency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen, firm size

berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen, profita bilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen, financia l levera ge

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen, growth dan investment opportunities berpengaruh positif terhadap dividen.

Mollah, Keasey dan Short (2000) meneliti tentang pengaruh agency cost terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan empat variabel independen, yaitu: insider ownership, dispersion of ownership, free ca sh flow,

dan colla teriza ble a sset. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa insider ownership berpengaruh negatif terhadap dividend pa yout ratio sedangkan

dispersion of ownership, colla teriza ble a sset dan free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend pa yout ratio.

Rozeff (1982) melakukan penelitian yang berjudul “ Growth, Beta a nd Agency Cost As Determinants of Dividend Pa yout Ratios”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pa st growth dan future growth, beta coefficient, insider ownership berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio.

Sedangkan number of common shareholder berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend pa yout ratio.

commit to user

44

K. Kerangka Pemikiran

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran

Dari skema kerangka pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa model dalam penelitian ini adalah meneliti mengenai pengaruh institusiona l ownership, free ca sh flow, growth opportunities, fina ncia l levera ge dan firm size terhadap kebijakan dividen dengan menempatkan kebijakan dividen sebagai variabel dependen dan institusiona l ownership, free ca sh flow, growth opportunities, fina ncia l levera ge dan firm size sebagai variabel independen. Kebijakan Dividen Free Ca sh Flow Growth Opportunities Institusiona l Ownership

Fina ncia l Levera ge

commit to user

45

L. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara tentang rumusan masalah penelitian yang belum dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka penelitian tersebut, hipotesis-hipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini bersumber pada penelitian terdahulu.

Pengaruh Institusional Ownership Terhadap Kebijakan Dividen

Adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan para pemegang saham menyebabkan adanya konflik keagenan. Hal ini terjadi karena manajer berusaha untuk mengutamakan kepentingan pribadinya yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Konflik ini dapat dikurangi dengan adanya suatu sistem pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan- kepentingan yang berbeda antara manajer dan pemegang saham. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar dari investor institusional sehingga menghalangi perilaku opportunistik manajer. Adanya kepemilikan institusional dimaksudkan untuk mengawasi manajemen agar dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan dana berlebih yang tersedia di perusahaan tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi manajer. Selain itu,

monitoring agent memainkan peranan secara aktif dan konsisten di dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan.

Menurut Chasanah (2008), kepemilikan saham institusi akan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, sehingga manajemen akan menunjukkan kinerja yang baik yang akan dapat

commit to user

46 meningkatkan keuntungan perusahaan. Kenaikan keuntungan ini berdampak pada peningkatan dividen, sehingga kepemilikan institusional yang meningkat akan meningkatkan dividend pa yout ratio. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap dividend pa yout ratio. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Istiqomah (2006) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Istiqomah (2006) menyatakan bahwa investor institusional cenderung menyukai dividen yang tinggi daripada

ca pita l gain. Adanya arah hubungan yang positif antara institusiona l ownership dan kebijakan dividen tersebut sesuai dengan teori “bird in the ha nd” yang menyatakan bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal (ca pita l gain) karena komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen keuntungan modal (ca pita l gain). Penelitian lain yang dilakukan oleh Han, Lee dan Suk (1999) dan Short, Zhang dan Keasey (2002) dalam Kouki dan Guizani (2009) juga menemukan bahwa institusiona l ownership berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha1: Institusional Ownership berpengaruh positif terhadap kebijakan

commit to user

47

Pengaruh F ree Cash F low Terhadap Kebijakan Dividen

Menurut Sartono (2001:293), posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen. Dividen merupakan cash outflow, sehingga semakin besar posisi kas perusahaan maka semakin besar dividen yang dibagikan. Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi namun apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen. Misalnya, apabila perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai investasinya atau perusahaan tersebut sedang tumbuh sehingga sebagian besar dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, maka kemampuannya untuk membayar dividen kas pun sangat terbatas. Menurut Rosdini (2009), posisi kas yang benar-benar tersedia bagi pemegang saham akan tergambar pada free ca sh flow yang dimiliki oleh perusahaan.

Sesuai teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai free ca sh flow,

manajer perusahaan mendapat tekanan dari pemegang saham untuk membagikannya dalam bentuk dividen. Hal ini dilakukan untuk mencegah pihak manajemen menggunakan free ca sh flow untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan cenderung merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, pihak manajemen membagikan free ca sh flow agar dapat menekan biaya agensi atau a gency cost.

Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa free ca sh flow

commit to user

48

ca sh flow (aliran kas bebas) yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi jumlah dividen yang dibagikan kepada investor. Penelitian yang dilakukan oleh Mollah, Keasey dan Short (2000) juga Holder, Langrehr dan Hexter (1998), menemukan bahwa free ca sh flow berpengaruh positif terhadap dividend

Dokumen terkait