• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Bentuk

2. GT yang Menggunakan pewatas aja ‘jangan’ dan

GT selain menggunakan kata aja ‘jangan’ juga menggunakan kata mundhak ‘nanti’ sebagai kalimat yang akan menjelaskan suatu akibat yang akan terjadi dari suatu sebab. Kata ‘nanti’ di sini bukan menunjukkan kata ganti waktu, namun menunjukkan akibat dari suatu perbuatan. GT yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: (6) Aja nyingkirake apa-apa nganggo sikil, mundhak bayine lair sungsang ‘jangan menyingkirkan apapun memakai kaki, nanti bayinya lahir sungsang (kakinya keluar terlebih dahulu)’ (7) Aja mangan godhong kates, mundhak ari-arine remuk ‘jangan makan daun pepaya, nanti ari-arinya hancur’ (8) Aja turu yen bar nglairke, mundhak kelindheh ‘jangan tidur sehabis melahirkan, nanti trans (keadaan tidak sadar hingga dapat menjadi gila atau meninggal)’ (9) Aja mangan pedhes, mundhak bayine ana wiji lomboke, yen ora lodhoken ‘jangan makan yang pedas, nanti anaknya ada biji cabainya, atau matanya selalu mengeluarkan kotoran’.

Dalam analisis kalimat sebelumnya, pewatas aja ‘jangan’ tidak dapat diganti ataupun dihilangkan karena itu adalah esensi dari kalimat larangan. Maka pada subbab ini yang akan dianalisis adalah kata mundhak ‘nanti’ yang menandakan sebab akibat dari suatu kalimat. Data (6a) sampi (9a) akan dinalisis menggunakan teknik ganti.

commit to user

(6a) Aja nyingkirake apa -apa nganggo sikil, *mundhak bayine lair sungsang. mengko

‘Jangan menyingkirkan apapun memakai kaki, *nanti bayinya lahir sungsang’ nanti

(7a) Aja mangan godhong kates, *mundhak ari-arine remuk. mengko

‘Jangan makan daun pepaya, *nanti ari-arinya hancur’ nanti

(8a) Aja turu yen bar nglairke, *mundhak kelindheh. mengko

‘Jangan tidur sehabis melahirkan, *nanti trans’ nanti

(9a) Aja mangan pedhes, *mundhak bayine ana wiji lomboke, yen ora lodhoken. mengko

‘Jangan makan pedas *nanti anaknya ada biji cabainya, atau matanya nanti selalu mengeluarkan kotoran’

Dari hasil analisis diatas, data (6a) sampai (9a) kalimatnya tetap gramatikal dan berterima, namun kata mundhak ‘nanti’ tidak dapat diganti dengan kata mengko ‘nanti’ walaupun artinya sama. Maka jika kata mundhak ‘nanti’ diganti, kalimat tersebut tidak akan menunjukkan kalimat GT.

Selanjutnya data (6b) sampai (9b) akan dianalisis objek di belakang kata mundhak. (6b) Aja nyingkirake apa -apa nganggo sikil, mundhak *bayine lair sungsang.

‘Jangan menyingkirkan apapun memakai kaki, nanti *bayinya lahir sungsang’ anaknya

(7b) Aja mangan godhong kates, mundhak *ari-arine remuk. ususe

‘Jangan makan daun pepaya, nanti *tembuninya hancur’ ususnya

(8b) Aja turu yen bar nglairke, mundhak *kelindheh keturon

‘Jangan tidur sehabis melahirkan, nanti *trans ‘ ketiduran

(9b) Aja mangan pedhes, mundhak *bayine ana wiji lomboke, yen ora lodhoken. bocahe

‘Jangan makan yang pedas, nanti *bayinya ada biji cabainya, atau matanya anaknya selalu mengeluarkan kotoran’ Dari analisis data (6b) sampai (9b) diatas, menunjukkan bahwa data (6b), (7b), (9b) tersebut masih gramatikal dan berterima, namun tidak menunjukkan GT yang dimaksudkan. Sedangkan data (8b) tidak gramatikal, tidak berterima, serta tidak menunjukkan GT.

Selanjutnya kata mundhak ‘nanti’ pada data (6c) sampai (9c) akan dianalisis dengan menggunakan teknik lesap untuk mengetahui kadar keintian kata tersebut.

(6c) Aja nyingkirake apa-apa nganggo sikil, Ø bayine lair sungsang ‘jangan menyingkirkan apapun memakai kaki, Ø bayinya lahir sungsang (kakinya keluar terlebih dahulu)’.

commit to user

(7c) Aja mangan godhong kates, Ø ari-arine remuk ‘jangan makan daun pepaya, Ø ari- arinya hancur’.

(8c) Aja turu yen bar nglairke, Ø kelindheh ‘jangan tidur sehabis melahirkan, Ø trans (keadaan tidak sadar hingga dapat menjadi gila atau meninggal)’.

(9c) Aja mangan pedhes, Ø bayine ana wiji lomboke, yen ora lodhoken ‘jangan makan yang pedas, Ø anaknya ada biji cabainya, atau matanya selalu mengeluarkan kotoran’.

Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa kata mundhak ‘nanti’ jika dilesapkan menjadi tidak berterima, tidak gramatikal serta tidak menunjukkan GT. Oleh karena itu dapat disimpulkan kata mundhak ‘nanti’ adalah kata yang wajib ada dalam kalimat larangan yang menunjukkan sebab-akibat.

Selanjutnya verba atau nomina yang berada di belakang kata mundhak ‘nanti’ yang akan dianalisis dengan teknik lesap. Hasilnya adalah sebagai berikut:

(6d) Aja nyingkirake apa-apa nganggo sikil, mundhak Ø lair sungsang ‘jangan menyingkirkan apapun memakai kaki, nanti Ø lahir sungsang (kakinya keluar terlebih dahulu)’.

(7d) Aja mangan godhong kates, mundhak Ø remuk ‘jangan makan daun pepaya, nanti Ø hancur’.

(8d) Aja turu yen bar nglairke, mundhak Ø ‘jangan tidur sehabis melahirkan, nanti Ø’ (9d) Aja mangan pedhes, mundhak Ø ana wiji lomboke, yen ora lodhoken ‘jangan makan yang pedas, nanti Ø ada biji cabainya, atau matanya selalu mengeluarkan kotoran’.

Dari data (6d) sampai (9d) setelah dinalisis ternyata hasilnya menunjukkan bahwa data (7d) dan (9d) berterima namun tidak gramatikal serta tidak menunjukkan GT. Pada data (6d) menunjukkan hasil yang berterima, namun tidak gramatikal tetapi tetap

menunjukkan GT. Sedangkan pada data (8d) verba setelah kata mundhak ‘nanti’ tidak dapat dihilangkan atau dilesapkan. Karena jika dilesapkan, maka kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal dan tidak berima.

3. GT yang Menggunakan pewatas aja ‘jangan’ dan ora ilok ‘tidak pantas’ dalam satu kalimat.

GT dalam penyampaiannya ada juga yang menggunaka kata aja ‘jangan’ pada awal kalimat dan frasa ora ilok ‘tidak pantas’ pada akhir kalimat dalam satu kalimat. Tetapi kata dan frasa ini tidak dapat dipertukarkan letaknya karena kalimatnya akan menjadi tidak berterima dan tidak gramatikal.

Data (10a) sampai (12a) akan dianalisis penanda negasinya, yaitu kata aja ‘jangan’ untuk mengetahui kadar keintian kata tersebut.

(10a) Aja *mincuk godhong bekas, ora ilok. ‘Jangan *memincuk daun bekas, mbungkus membungkus tidak pantas’

(11a) Aja *mbunteti leng tikus, ora ilok. ‘Jangan *menutup lubang tikus, ngurugi menutup tidak pantas’ (12a) Aja *adus wengi-wengi, ora ilok. ‘Jangan *mandi malam-malam,

ngumbahi mencuci tidak pantas’ Dari analisis diatas dapat dilihat bahwa data (10a) – (12a) setelah dianalisis hasilnya tetap gramatikal dan berterima namun tidak menunjukkan kalimat GT.

Lalu data (10b) – (12b) akan dianalisis objek atau adverbia di belakang verba. Hasilnya adalah sebagai berikut:

commit to user

(10b) Aja mincuk *godhong bekas , ora ilok. ‘Jangan memincuk *daun bekas , tidak kertas bekas kertas bekas pantas’

(11b) Aja mbunteti *leng tikus ora ilok. ‘Jangan *lubang tikus , tidak pantas.’ angin-angin lubang angin

(12b) Aja adhus *wengi-wengi , ora ilok. ‘Jangan *malam-malam , tidak pantas’ esuk-esuk pagi-pagi

Analisis da (10b) – (12b) diatas menunjukkan jika objek atau adverbianya diganti, maka kalimat tersebut masih gramatikal dan berterima, namun tidak menunjukkan GT.

Selanjutnya data (10b) – (12b) diatas akan dilesapkan penanda negasinya untuk mengetahui kadar keintiannya.

(10b) Ø mincuk godhong bekas, ora ilok. ‘Ø memincuk daun bekas, tidak pantas’. (11b) Ø mbunteti leng tikus, ora ilok. ‘Ø menutup lubang tikus, tidak pantas’. (12b) Ø adhus wengi-wengi, ora ilok. ‘Ø mandi malam-malam, tidak pantas’.

Analisis diatas menunjukkan bahwa pewatas aja ‘jangan’ jika dihilangkan maka kalimatnya masih tetap gramatikal, tetapi tidak berterima. Namun begitu masih tetap menunjukkan kalimat GT. Dengan kata lain tanpa pewatas aja ‘jangan’ pun masih tetap dapat diucapkan dan mitra tutur mengerti bahwa itu termasuk dalam salah satu GT.

Dokumen terkait