BAB II KAJIAN TEORETIS
2.2. Kajian Tematik
2.2.2. Gumuk Pasir Parangtritis
Gumuk pasir yang terdapat dalam kawasan wisata Pantai Parangtritis merupakan salah satu potensi lansekap yang dapat meningkatkan daya tarik obyek. Gumuk pasir ini membentuk formasi spesifik yang menempati areal sampai ratusan hektar. Materi utama gumuk pasir pada umumnya berasal dari endapan daerah pedalaman (daratan), yang dibawa oleh 4 sungai yang bermuara di pantai Selatan yaitu Sungai Progo, Winongo, Opak dan Oyo. Material pasir inilah yang akan membentuk dataran alluvial pantai. Darmawijaya (1992) menyatakan bahwa tanah bukit (gumuk) pasir dapat berasal dari materi abu volkanik yang dibawa angin dan diendapkan di suatu tempat. Gaya ombak laut memilih pasir ringan, untuk kemudian dibawa ke arah daratan, sementara pasir yang lebih berat terendapkan di sepanjang garis pantai membentuk dataran alluvial pantai. Pasir yang kering selanjutnya diterbangkan angin ke arah daratan dan diendapkan di tempat yang bervegetasi sebagai penumpu sehingga terbentuklah deretan bukit pasir.
KKL D. I. Yogyakarta - Pendidikan Geografi 2014 37 Terdapat dua arah angin di Pantai Parangtritis, yaitu tegak lurus garis pantai dan sebagian akan membentur tebing Cliffs (Formasi Wonosari) di sebelah Timur, yang akan mengubah arah angin menuju Barat Laut. Dua arah angin inilah yang akan membawa partikel pasir kering ke arah daratan dan diendapkan dalam posisi yang berlainan antara satu ujung gumuk pasir dengan ujung yang lain. Deretan gumuk pasir yang lebih kurang sejajar garis pantai, masih mengalami usikan pantulan angin dari arah Timur, sehingga ujung barisan gumuk pasir bagian Timur akan kembali bergerak menuju arah Barat Laut, yang akhirnya akan membentuk formasi gumuk pasir bulan sabit (crescent sand dunes). Formasi secara keseluruhan gumuk pasir ini menciptakan pemadangan eksotik yang menyuguhkan konfigurasi perbedaan mikro relief antara lembah dan punggung gumuk yang nyaman untuk dinikmati serta menjadi nuansa pelengkap pada saat pengunjung menikmati terbenamnya matahari di ufuk Barat (sunset).
Marsh (1991) menyatakan bahwa pada kebanyakan daerah pantai, pembentukan gumuk pasir dimulai pada areal arus pasang terjauh (backshore) yang diikuti dengan pembentukan punggung bukit pasir rendah yang berderet sejajar garis pantai, dan pada pertumbuhan selanjutnya tiupan angin pada titik area tertentu akan membawa pasir ini menuju daratan. Gumuk pasir ini akan tumbuh dan bergerak menuju daratan, bukan saja bertambah panjang tetapi juga akan bertambah tebal sejalan dengan bertambahnya deposit pasir. Sebagaimana yang disampaikan Marsh (1991) bahwa deposit pasir dibentuk oleh gelombang dan angin yang akan menumpuk pasir menjadi bukit dan ditiup menuju daratan. Pada proses selanjutnya anginlah yang akan menjadi satu – satunya tenaga erosi yang akan mendegradasikan gumuk pasir yang telah terbentuk.
KKL D. I. Yogyakarta - Pendidikan Geografi 2014 38
Gambar 2.12. Gumuk Pasir di Kawasan Wisata Pantai Parangtritis
Menurut Karnawati, D., dkk. (2006) eksosistem Parangtritis memiliki 190 unit gumuk pasir, baik yang berbentuk bulan sabit, memanjang, parabolik atau kombinasinya. Keberadaan gumuk pasir ini mengalami ancaman degradasi baik yang berasal dari perilaku alam, maupun desakan perkembangan pemukiman di sekitarnya.
Proses degradasi gumuk pasir yang menyebabkan berkurangnya cembungan (punggung) maupun gerakan gumuk merupakan bagian dari proses erosi angin. Proses dapat bersifat degradatif, bila pengurangan cembungan gumuk lebih cepat dibanding penimbunan deposit pasir atau pembentukan gumuk. Menurut Brady (1990) walaupun pada umumnya erosi angin lebih sering terjadi di kawasan arida atau semi-arida, tetapi di daerah humida terutama pada kawasan yang mempunyai cuaca kering dan kelembaban rendah erosi angin juga masih bisa terjadi. Selanjutnya juga dinyatakan bahwa sebagaimana kasus pada erosi oleh air, kehilangan tanah karena gerakan angin terdiri atas dua proses utama yaitu proses
KKL D. I. Yogyakarta - Pendidikan Geografi 2014 39 pelepasan dan proses pengangkutan partikel tanah. Proses pelepasan partikel tanah dipengaruhi oleh sebaran vegetasi dan tingkat kekasaran permukaan tanah. Kerapatan vegetasi dan tingkat kekasaran permukaan tanah yang semakin tinggi dapat menurunkan laju gerakan angin di dekat permukaan tanah.
Hudson (1971) menyatakan bahwa terdapat tiga macam gerakan berbeda dalam proses erosi angin yang bergantung diameter partikel tanah, yaitu suspensi (suspension), merayap (creeping) dan meloncat (saltation). Suspensi yang merupakan gerakan partikel tanah berukuran sangat halus yang biasanya berukuran kurang dari 1 milimeter. Partikel tanah halus ini bergerak paralel dan dekat permukaan tanah (Brady, 1990). Partikel – partikel ini akan kembali diendapkan di atas permukaan tanah pada saat kecepatan angin mulai berkurang dan akhirnya berhenti menjadi deposit tanah. Gerakan merayap partikel tanah yang memiliki diameter tertentu merupakan gerakan menggelinding di sepanjang permukaan tanah karena dorongan angin dan partikel tanah lain. Sedangkan saltasi merupakan proses loncatan partikel tanah karena dihempas angin. Brady (1990) menyampaikan bahwa proses loncatan ini biasanya dialami oleh partikel tanah dengan diameter antara 2,5 sampai 3,75 milimeter. Bergantung dari kondisinya, proses loncatan partikel tanah ini dapat mencapai 50 sampai 70 persen dari seluruh proses gerakan partikel tanah
1. Aspek Spasial (keruangan) Gumuk Pasir Parangtritis
Seperti telah kita ketahui sebelumnya, bahwa gumuk pasir atau sand dune adalah bentukan yang terbentuk oleh akitivitas angin (eolin). Angin yang membawa pasir dan kemudian mengendapkannya akan membentuk berbagai macam tipe bentuk gumuk pasir. Pada umumnya, gumuk pasir terbentuk pada daerah gurun, namun uniknya di Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki bentukan gumuk pasir tersebut. Oleh karena itu, gumuk
KKL D. I. Yogyakarta - Pendidikan Geografi 2014 40 pasir yang terdapat di pantai selatan Jawa tersebut merupakan satu- satunya di Indonesia. Terbentuknya gumuk pasir di pantai selatan tersebut merupakan hasil proses yang dipengaruhi oleh angin, Gunung Merapi, Graben Bantul, Serta Sungai Opak dan Progo.
a) Pengaruh dari Gunung Merapi
Material yang ada pada gumuk pasir di pantai selatan Jawa berasal dari Gunungapi Merapi dan gunung-gunung api aktif lain yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi. Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai, misalnya pada Kali Krasak, Kali Gendol, dan Kali Suci. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai selatan.
Gambar 2.13. Alur Pembentukan Gumuk Pasir Parangtritis
b) Pengaruh Angin
Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan gumuk pasir, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta
KKL D. I. Yogyakarta - Pendidikan Geografi 2014 41 kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe gumuk pasir, baik free dunes maupun impended dunes.
Gambar 2.14. Citra Daerah Gumuk Pasir Parangtritis Akibat Pengaruh Angin Muson Tenggara
Pada pantai selatan jawa, angin bertiup dari arah tenggara, hal ini menyebabkan sungai-sungai pada pantai selatan membelok ke arah kiri jika dilihat dari Samudra Hindia. Selain itu, karena arah tiupan angin tersebut, maka gumuk pasir yang terbentuk menghadap ke arah datangnya angin.
c) Pengaruh Sungai
Pembentukan gumuk pasir pada pantai selatan dipengaruhi oleh adanya beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Opak-Oyo pada bagian timur dan sungai Progo pada bagian barat. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai Opak, Oyo, dan Progo. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak
KKL D. I. Yogyakarta - Pendidikan Geografi 2014 42 laut sehingga material mengendap pada pantai selatan dan selanjutnya diterbangkan oleh angin. Pada pantai selatan Jawa, material tersebut tidak diendapkan pada bagian depan dari sungai yang pada akhirnya membentuk delta, hal ini disebabkan karena kuatnya arus dan gelombang laut pantai selatan serta arahnya yang berasal dari tenggara menyebabkan material terendapkan pada bagian barat sungai.
d) Pengaruh Graben Bantul
Zona selatan Jawa merupakan plato yang miring ke arah selatan menuju Samudra Hindia dan di sebelah utara banyak tebing patahan. Sebagian plato ini telah banyak terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Pada daerah Jawa Tengah dan DIY, sebagian daerah tersebut telah berubah menjadi dataran alluvial, Salah satunya adalah yang terjadi pada daerah bantul yang berupa graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Pada bagian timur graben, terdapat Perbukitan Batur Agung, sedangkan pada bagian barat terdapat Perbukitan Manoreh. Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahan yang ditemui misalnya pada Sungai Opak- Oyo. Salah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan.
KKL D. I. Yogyakarta - Pendidikan Geografi 2014 43 Gambar 2.15. Pantai Parangtritis
2. Aspek Sosial-Budaya Pantai Parangtritis dan Sekitarnya
Wilayah Pantai Parangtritis meliputi pantai Parangtritis dengan panorama alam yang ditonjolkan sebagai objek utama, Pantai parangkusumo dengan penonjolan objek budaya dan religius, serta Pantai Depok dengan pariwisata kuliner yang dominan. Hal ini kemudian membentuk spatial synergism dan spatial association yang sangat baik.
Spatial synergism adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat sehingga menimbulkan statu manfaat yang lebih jika dibandingkan apabila setiap ruang itu berdiri sendiri. Dalam hal ini beberapa objek wisata yang berbeda dan menjadi satu paket wisata dalam satu wilayah yang dekat menyebabkan pantai parangtritis menjadi objek wisata yang lengkap sehingga lebih menarik untuk dikunjungi.
Spatial association adalah bentuk hubungan spatial (keruangan) antara beberapa ruang atau tempat yang saling mendukung satu sama lain. Dalam hal ini keberadaan pantai depok menjadi pendukung pariwisata parangtritis dan sebaliknya.
KKL D. I. Yogyakarta - Pendidikan Geografi 2014 44 Pantai Parangkusumo ini dikenal sebagai wisata budaya yang terkait dengan adanya tempat yang diyakinmi sebagai tempat bertemunya Raja Mataram dengan Nyai Roro Kidul pada masa lampau. Selain itu ada pula tempat berupa makam dari Syeh Maulana Maghribi dan Syeh Belabelu yang juga menjadi tempat peziarahan. Penduduk utamanya bermata pencaharian di bidang jasa pariwisata baik perdagangan ataupun menyewakan penginapan. Permasalahan yang kemudian timbul di sini adalah maraknya praktek prostitusi.
Hidrologi kawasan ini tidak cukup baik. Meskipun relatif dangkal, tetapi karena materi pasir memiliki kemampuan meloloskan air tinggi sehingga tidak ada aliran permukaan yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air kecuali sungai Opak. Perkembangan pariwisata yang pesat dapat saja menyebabkan banyaknya airtanah yang diambil di daerah pesisir ini sehingga dapat menyebabkan intrusi air laut. Selain itu aktivitas ini juga menyebabkan semakin banyaknya limbah baik yang berupa sampah ataupun sisa hasil konsumsi manusia lainnya.