• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.6. Guro-Guro Aron Sebagai Media Pembangunan

Guro-guro Aron berasal dari dua kata, yaitu Guro-guro dan Aron. Guro- guro berarti hiburan atau pesta, sedangkan Aron berarti muda-mudi. Jadi Guro- guro Aron adalah suatu pesta muda-mudi yang dilaksanakan berdasarkan adat dan kebudayaan Karo, dengan memakai musik Karo dan Perkolong-kolong. Adapun perlengkapan musik Karo yang dipakai untuk itu adalah : sarune, gendang (singindungi dan singanaki), gung serta penganak. Akan tetapi dewasa ini gendang Guro-guro Aron ini adakalanya di iringi dengan musik keyboard. Sementara perkolong-kolong terdiri dari seorang perempuan dan seorang laki-laki yang menyanyi mengiringi Aron (muda-mudi) menari (Bangun, 2006: 21)

Guro-guro Aron adalah pesta muda-mudi Karo sebagai sarana hiburan, internalisasi musik tradisional Karo, menjalin keintiman antar muda-mudi bahkan sampai ke perjodohan, melatih kepemimpinan di desa, dan lain sebagainya.

Dalam melaksanakan “Guro-guro Aron” ada seorang ”Pengulu Aron” dan

seorang “Kemberahen Aron”, misalnya bila “Pengulu Aron” dari “Merga” pendiri desa maka “Kemberahen Aron” dari “Beru anak beru kuta” atau sebaliknya. Menurut Ginting, kata kunci dalam acara Guro-guro Aron dalam memperlihatkan kebolehannya ialah masing-masing harus menjaga sopan santun dalam semua ritme tarian (meteh mehangke) seturut dengan norma-norma adat Karo. Hal-hal yang bersifat erotis atau sensual harus dihindari. Orang yang menari antara perempuan dengan laki-laki tidak diperkenalkan yang erturang- turang (sumbang/semarga). Saat pelaksanaan gendang Guro-guro Aron ini,

Universitas Sumatera Utara seluruh warga bersuka ria dengan bernyanyi dan menari (melandek). Tidak ketinggalan, muda-mudi yang sudah dihias dengan pakaian adat, ikut melandek sepanjang malam di bawah cahaya bulan purnama. Bagi masyarakat Karo, setiap gerakan landek, selalu berhubungan dengan perlambang tertentu. Masing-masing perlambang tersebut selalu menggambarkan sifat manusia maupun hubungan seseorang dengan orang lain di dalam kehidupan sosialnya (Ginting, 2000: 175).

Adapun fungsi Guro-guro Aron itu pada masyarakat Karo menurut (Ginting, 2000: 177) adalah sebagai berikut:

a. Latihan Kepemimpinan (Persiapan Suksesi) b. Belajar Adat Karo

c. Hiburan.

d. Metik (Tata Rias) e. Belajar Etika f. Arena Cari Jodoh g. Media Pembangunan

Fungsi yang terakhir dalam Guro-guro Aron dijadikan sebagai media dalam program pembangunan masyarakat desa. Dalam hal ini, pesan pembangunan dan pesan moral disisipkan melalui nyanyian dan sosialisasi yang disampaikan. Pesan tersebut dikemas sedemikian rupa oleh para pelakon agar masyarakat tertarik dan menjalankan fungsi tersebut. Misalnya mengajak masyarakat untuk selalu bergotong royong demi kemajuan dan pelestarian desa. Adapun lirik lagu gotong royong yang selalu dinyanyikan di awal acara tersebut adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

2.6.1. Lirik Lagu Gotong Royong

Gotong royong Bapa Nande kita ndube.... Majuken kuta tenda maka tembe.... Mari dage Bapa Nandeku....

Gotong royong kerja bersama.... maka mejile kutanta... Saluh gotong royong maka seh sura-sura....

Adi gotong royong Bapa Nande ola pertewas... Adi pertewas labo banci mbelang bekas... Mari dage Bapa Nandeku...

Gotong royong kita kerina... Maka mejile dalanta... Ma...ka... lampas... Dahinta timbas...O... lanai...rayong... Ge... lah lampas... Dahinta timbas...O... lanai...rayong...

Gotong royong.... gotong royong...

Gotong royong Bapa Nande gotong royong.... Ola ban dahinta serung....

Nupung wari gotong royong...

Mari semua Bapak Ibu kita gotong royong, memajukan pembangunan desa kita. Melalui ini cita-cita kita dalam pembangunan akan berhasil. Jangan malas kalau sedang bergotong royong, kalau kita semua malas, kerjaan kita tidak akan mendapat bekas. Ayo semua teman-teman kita saling bergotong royong dan bekerja sama. Membangun desa kita ini, agar kerjaan kita cepat selesai. Jangan kerjakan yang lain sewaktu bergotong royong. Oleh sebab itu, kita harus rajin dan semangat agar dalam membangun desa ini tidak menggantung.

2.6.2. Pengelompokan Tugas Dalam Guro-guro Aron

Adapun Guro-guro Aron ini dalam pelaksanaanya memiliki tugas yang dibagi menjadi beberapa kategori seperti:

1. Pengulu Aron/ Kemberahen Aron

Biasanya gendang Guro-guro Aron dipimpin oleh Pengulu Aron atau seorang Kemberahen Aron. Pengulu Aron biasanya dipilih dari pemuda setempat (si mantek kuta/ pendiri kampung), sementara Kemberahen Aron dipilih dari pemudi Kuta (kampung) anak Kalimbubu Kuta.

Universitas Sumatera Utara 2. Si Mantek Guro-Guro Aron

Yang disebut si mantek adalah pemuda atau pemudi dari satu dua yang ikut sebagai peserta/pelaksana Guro-guro Aron tersebut.

3. Pengelompokan Aron

Aron dikelompokkan menurut beru-nya masing-masing, misalnya Aron Beru Ginting, Aron beru Karo, Aron beru Perangin-angin, Aron Beru Sembiring dan Aron Beru Tarigan. Si pemuda menyesuaikan tempat duduknya dengan kelompok pemudi itu, misalnya bere-bere Karo di aron Beru Karo, bere-bere Sembiring di Aron Beru Sembiring, bere-bere Ginting di Aron Beru Ginting dan bere-bere Tarigan di Aron Beru Tarigan, ini untuk menjaga aturan adat, agar pasangan yang tidak boleh menikah tidak duduk dan menari bersama, oleh sebab itu Aron dipimpin Bapa/Nande Aron.

4. Kundulen Guro-Guro Aron

Adalah tempat duduk Guro-guro Aron yang ditempatkan pada salah satu rumah adat (jambur) dimana Guro-guro aron dilaksanakan. Untuk itu Pengulu Aron, Perkolong-kolong diadu berpantun sambil bernyanyi dan menari. Atau adakalanya diadakan pencak silat (ndikkar), dan setelah orang berkumpul Guro- guro Aron pun dimulai menurut urutan Adat Karo seperti:

a. Gendang Adat

b. Landek Permerga-merga c. Landek Aron

d. Landek Pekuta-Kutaken 5. Tepuk dan Ndehile

Untuk mengakhiri Guro-guro Aron biasanya juga diakhiri dengan acara menari menurut adat, malahan dalam acara penutupan ini si erjabaten (pemusik) pun diberi kesempatan untuk menari (Sinulingga, 2008: 79). Adapun beberapa jenis lagu yang biasanya dinyanyikan dalam acara tradisional Guro-guro Aron yang berisi tentang informasi pembangunan seperti, Gotong royong, ACC (Anceng Cian Cikurak), Ola kisat, Ciger Warina, Mbuah Page, Mejuah-juah, Pemasun-masun dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen terkait