• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.4. Teori Persepsi

Manusia dalam berbagai gerak kehidupannya memerlukan interaksi dengan faktor luar individu atau lingkungan eksternal. Faktor eksternal ini dapat muncul dari lingkungan fisik, maupun lingkungan sosialnya. Untuk berinteraksi dengan lingkungan tentu setiap orang harus dapat menyerap unsur dari luar. Unsur atau gejala di luar dapat ditangkap melalui lima alat indera yang dimiliki oleh manusia. Proses penerimaan rangsangan ini disebut penginderaan dan diteruskan pada proses persepsi. Secara etimologi, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa latin perceptio; dari percipere yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Mulyana, 2004: 167).

Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku, dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian. Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas, mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan- harapan, niali-nilai, sikap ingatan dan lain-lain. Menurut wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses psikologi dan hasil dari penginderaan serta protes terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk, yaitu sikap yaitu

Universitas Sumatera Utara suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula "http://www.duniapsikologi.com/persepsi- pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/".

Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam kelas menjadikan masing-masing komponen (mahasiswa dan dosen) akan saling memberi tanggapan, penilaian dan persepsinya. Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas belajar di kelas.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

Gibson, (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen, memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri. Dari pendapat tersebut dapat

Universitas Sumatera Utara disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

Menurut Singer (1998) persepsi adalah suatu proses dimana kita mempertahankan hubungan dengan dunia di lingkungan kita karena kita biasanya mampu mendengar, melihat, mencium, menyentuh dan merasa. Kita dapat merasakan lingkungan kita, dan kita menyadari perkara yang terjadi di luar kita. Sebenarnya hal yang kita lakukan adalah menciptakan citra dari segi fisik dan objek sosial dari peristiwa yang kita temui dalam lingkungan. Suatu hal yang dapat dirumuskan oleh para pakar komunikasi di atas adalah bahwa persepsi sebagai inti komunikasi merupakan suatu proses. Persepsi sebagai dasar utama penerima, artinya ialah pesan yang diterima secara jelas atau tidak dalam tindakan komunikasi yang berjaya sangat bergantung pada persepsi seseorang. Persepsi menentukan seseorang memilih suatu dan mengabaikan yang lain. Hal ini bermakna bahwa persepsi dan rujukan yang sama mendorong orang lain untuk saling hidup bersama dalam satu kelompok dan membentuk kelompoknya (Lubis, 2012: 02).

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi dapat dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) merupakan inti dari persepsi yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Dalam hal ini, jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi secara efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, maka semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cendrung membentuk kelompok identitas (Mulyana, 2004: 167-168).

Menurut Rakhmat, persepsi adalah pengalaman tentang objek, pristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sedangkan menurut Cohen persepsi didefenisikan sebagai

Universitas Sumatera Utara interorientasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal. Jadi persepsi ialah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indera kita yang berupa sejenis aktivitas pengelolaan informasi yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya (Hanurawan, 2010: 34).

Berdasarkan definisi tersebut, ada sejumlah karakteristik persepsi. Pertama, suatu tindakan persepsi mensyaratkan kehadiran objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indera kita. Kedua, adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang dimaksut disini adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indera yang kita miliki. Ketiga, menyangkut sifat representatif dari penginderaan. Maksutnya, kita tidak dapat mengartikan makna suatu objek secara langsung karena kita sebenarnya hanya mengartikan makna informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut (Ahmadi, 2007: 81).

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca inderanya, yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan sehingga seseorang dapat memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya hal tersebut (Devito, 2011: 80).

2.4.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:

a. Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

Universitas Sumatera Utara

b. Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

c. Minat

Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

d. Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

e. Pengalaman dan ingatan

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

f. Suasana hati

Keadaan mempengaruhi seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah:

Universitas Sumatera Utara

a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

b. Warna dari obyek-obyek

Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

2.4.2. Persepsi Sebagai Inti Komunikasi

Persepsi dikatakan inti komunikasi karena persepsi sangat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan baik komunikasi interpersonal maupun komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Misal berfikir, menulis, merenung, menggambar dan sebagainya. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau kelompok, misal mengobrol lewat telepon, korespondensi dan lain-lain. Persepsi atau cara pandang kita terhadap sesuatu akan menentukan jenis dan kualitas komunikasi yang kita lakukan. Misal kita berhadapan dengan seseorang yang kita persepsikan baik,

Universitas Sumatera Utara maka komunikasi yang kita lakukan dengannya pun akan baik pula, begitu juga sebaliknya.

Definisi cantik menurut orang yang satu dengan yang lain pasti mempunyai jawaban yang berbeda-beda, mungkin ada yang menjawab cantik itu gendut, ramping atau bahkan kurus kering. Hal itu dikarenakan persepsi setiap orang atau kelompok dalam memandang suatu hal berbeda-beda yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman, psikologi dan kondisi faktual yang saat itu kita tangkap. Kecantikan menurut orang dayak adalah seseorang yang memakai banyak anting sampai daun telinganya menjuntai ke bawah. Menurut penduduk fiji, kecantikan dilihat dari kemampuan reproduksi yakni tubuh yang subur dan keturunan yang banyak. Berbeda dengan masyarakat modern kota, kecantikan diartikan sebagai seorang wanita yang bertubuh ramping, putih, dan berambut lurus. Sesuatu diintepretasikan berbeda-beda oleh setiap orang dan kelompok tergantung latar belakangnya masing-masing (Severin & Tankard, 2011: 80).

2.4.3. Peranan Persepsi Dalam Komunikasi

Komunikator biasanya mengharapkan audiensnya untuk memperhatikan pesan-pesan mereka, mempelajari isi pesan-pesan tersebut, dan membuat perubahan yang benar dalam perilaku atau keyakinan sehingga menghasilkan respon-respon tingkah laku yang diinginkan. Teori persepsi menyatakan bahwa proses penginterpretasian pesan sangat kompleks dan tujuan-tujuan komunikator ini barangkali sulit untuk dicapai. Persepsi didefenisikan sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensori. Data sensori sampai kepada kita melalui alat indra (Severin & Tankard, 2011: 83).

Persepsi selektif merupakan istilah yang diaplikasikan pada kecendrungan persepsi manusia yang dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, sikap, dan faktor- faktor psikologi lainnya. Persepsi selektif mempunyai peranan penting di dalam komunikasi seseorang. Persepsi selektif berarti bahwa orang yang berbeda dapat menanggapi pesan yang sama dengan cara yang berbeda. Tidak ada seorang komunikator yang dapat mengasumsikan bahwa sebuah pesan akan mempunyai ketepatan makna untuk semua penerima pesan, atau terkadang pesan tersebut

Universitas Sumatera Utara mempunyai makna yang sama pada semua penerima pesan (Severin & Tankard, 2011: 83).

Salah satu defenisi (Berelson & Steiner, 1964) menyatakan persepsi merupakan proses yang kompleks dimana orang memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan respons terhadap suatu rangsangan ke dalam situasi masyarakat dunia yang penuh arti. Bennett, Hoffman dan Prakash (1989) menyatakan persepsi merupakan aktifitas aktif yang melibatkan pembelajaran, pembaruan cara pandang, dan pengaruh timbal balik dalam pengamatan. Scott (1994) menyatakan persepsi merupakan sebuah pembelajaran tingkah laku yang melibatkan aktivitas kognitif. Di dalam bentuk-bentuk persepsi, sebuah rangsangan ditentukan sebagai salah satu kategori khusus berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Oleh sebab itu, dapat ditarik suatu pengertian bahwa inferensi-inferensi ini tidak selalu benar (Severin & Tankard, 2011: 84).

Hampir setengah dari lapisan luar (korteks) otak kita dikhususkan untuk kemampuan visual atau penglihatan. Ketika kita melihat sesuatu, proses yang rumit terjadi pada tingkat bawah sadar. Penelitian menyatakan bahwa penerimaan informasi visual kompleks merupakan sebuah proses yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terjadi pada saat awal pemunculan rangsangan yang menghasilkan sebuah kesan global. Pada saat ini, ciri visual yang menonjol dari stimulus tersebut akan diperhatikan. Tahap kedua meliputi pemfokusan perhatian terhadap berbagai ciri khusus. Ciri utama dalam persepsi visual adalah edge detection atau pengidentifikasian batas dengan menganalisis perbedaan yang berdekatan. Pengembangan metode ini dilihat sebagai sebuah langkah yang sangat

penting dalam mengenali bentuk dan akhirnya “melihat” (Severin & Tankard, 2011: 84-85).

2.4.4. Proses Terbentuknya Persepsi

Manusia hidup sekaligus berinteraksi dengan lingkungannya, dengan demikian manusia tanggap terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan. Salah satu bentuk dari tanggapan itu adalah berupa proses pemberian arti atau penafsiran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti tersebut dinamakan persepsi. Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu berinteraksi

Universitas Sumatera Utara dengan lingkungan, manusia atau individu lainnya dengan menggunakan alat indera. Indera tersebut akan dipergunakan untuk berhadapan atau berhubungan dengan suatu objek atau peristiwa. Proses interaksi itu terjadi karena ada stimulus yang tertangkap panca indera, yang kemudian akan menimbulkan respon pada individu tersebut. Dengan adannya stimulus tersebut, individu akan memberikan makna terhadap objek atau peristiwa. Proses pemberian makna ini dapat disebutkan dengan proses mempersepsi.

Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adannya pengamatan terhadap objek. Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi.

Proses pembentukan persepsi dijelaskan sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Dalam proses terbentuknya persepsi tersebut, terdapat tiga komponen utama yaitu:

1. Seleksi, yakni proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang

Universitas Sumatera Utara diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap informasi yang sampai (Sihyte, 2009: 51-52).

2.4.5. Sifat-sifat Persepsi

Persepsi terjadi didalam benak individu yang mempersepsi, bukan di dalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang yang tampak. Maka apa yang mudah bagi kita belum tentu mudah bagi orang lain, begitupun sebaliknya. Dalam konteks inilah kita perlu memahami persepsi dengan melihat lebih jauh sifat-sifat persepsi. Pertama, persepsi adalah pengalaman. Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek atau peristiwa, kita harus memiliki dasar untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan orang lain, objek atau peristiwa. Tanpa landasan pengalamaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk mempersepsikan suatu makna, sebab ini akan membawa kita pada suatu kebingungan. Kedua, persepsi adalah selektif. Ketika mempersepsikan sesuatu, kita cendrung hanya memperhatikan bagian- bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain. Dalam hal ini biasanya kita mempersepsikan apa yang kita inginkan atas dasar sikap, nilai dan keyakinan yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut.

Ketiga, persepsi adalah penyimpulan. Proses psikologis dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangkap oleh indera kita. Sifat ini saling mengisi dengan sifat kedua. Pada sifat kedua persepsi adalah selektif, karena keterbatasan kapasitas otak,

Universitas Sumatera Utara maka kita hanya dapat mempersepsi sebahagian karakteristik dari objek. Melalui penyimpulan ini kita berusaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai objek yang kita persepsikan atas dasar sebahagian karakteristik dari objek tersebut. Keempat, persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak akan objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberikan makna. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologi yang ada di dalam diri kita, maka bersifat subyektif.

Suatu hal yang tidak terpisahkan dari interpretasi subyektif adalah proses evaluasi. Rasanya hampir tidak mungkin kita mempersepsi suatu objek tanpa mempersepsikan pula baik atau buruknya objek tersebut. Hal ini dapat di telusuri pada pengalaman pribadi, dimana kita cendrung untuk mengingat hal-hal yang memiliki nilai tertentu bagi diri kita. Sebaliknya, hal-hal yang netral atau biasa saja cendrung dilupakan atau tidak dapat diingat dengan baik (kabur). Jadi, ketika pengalaman mendasari persepsi yang kita lakukan, maka tidak dapat dihindari terjadinya proses evaluasi (Sihyte, 2009: 52-54).

2.5. Partisipasi Masyarakat

Dokumen terkait