BAB II KAJIAN TEORI
C. Guru
positif dari pada yang negatif.
d) Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat
dan keputusan setiap siswanya.
e) Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan
kepercayaan terhadap siswanya.
2) Hubungan Siswa dengan Siswa:
a) Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya
b) Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai
forum, seperti olah raga atau kesenian.
c) Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk
kepentingan pembelajaran.
d) Sekolah mengembangkan tutor sebaya.
e) Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang
beragam.
d. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:
1) Mengembangkan Harga Diri Siswa
a) Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan
yang dimiliki siswanya (scaffolding)
b) Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
siswa
c) Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa
d) Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi
e) Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami
kesulitan
f) Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan bertanggung
jawab
g) Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin dilakukan secara
2) Penghargaan dari pihak lain
a) Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana
setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling
mencemoohkan
b) Mengembangkan program “star of the week”
c) Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan
prestasi yang diperoleh siswa
d) Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap sisiwa
untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik
e) Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan
yang terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri
3) Pengetahuan dan Pemahaman
a) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi
bidang-bidang yang ingin diketahuinya
b) Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual
melalui pendekatan discovery-inquiry
c) Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang
beragam
d) Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir filosofis
dan berdiskusi
4) Estetik
b) Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk
di dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap
menarik
c) Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan
d) Memelihara sarana dan pra sarana yang ada di sekeliling sekolah
e) Ruangan yang bersih dan nyaman
f) Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah
e. Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri
1) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang
terbaiknya
2) Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajahi
kemampuan dan potensi yang dimilikinya
3) Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan
nyata
4) Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta
kognitif siswa
5) Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif
3. Aspek-Aspek Penghalang Terjadinya Hubungan Antarpribadi Guru dan Siswa yang Baik
Sebagian besar guru terlalu sensitif dalam menerima isyarat dan
petunjuk yang dikirimkan siswa melalu pesan-pesannya sewaktu mereka
mereka tidak tahu cara merespon dengan efektif. Apa yang dikatakan oleh guru
kepada siswalah yang sering menyebabkan mereka menjadi penolong yang
tidak efektif. Hal tersebut dikarenakan guru sering menggunakan bahasa
penolakan pada saat siswa menunjukkan keinginan untuk memperoleh solusi
atas permasalahan yang dihadapinya kepada sang guru.
Berikut adalah macam-macam respon guru yang khas dalam
mengkomunikasikan penolakan (Thomas Gordon, 1974 diunduh dari website
http://www.masbied.com/2009/11/01/pentingnya-landasan-filsafat-ilmu-pendidikan-bagi-pendidikan-suatu-tinjauan-filsafat-sains/):
a. Memerintah, mengkomando, mengatur. Misalnya: “Mengeluh terus,
selesaikan pekerjaanmu”
b. Memperingatkan, mengancam. Misalnya : “Sebaiknya kau cepat ambil
keputusan itu kalau kau ingin dapat nilai bagus dalam pelajaran ini”
c. Menanamkan moral, mengkhotbahi, memberi keharusan. Misalnya: “Kau
tahu tugasmu di sekolah adalah belajar. Kau harus fokus jangan memikirkan keinginan yang lain.”
d. Menasehati, menawarkan dan saran. Misalnya : “Yang sebaiknya kau
kerjakan adalah mengatur jadwal belajarmu. Setelah itu selesaikanlah pekerjaanmu”
e. Menggurui, menceramahi, memberikan argumen logis. Misalnya : “Lihatlah
f. Menghakimi, mengkritik, tidak menyetujui, menyalahkan. Misalnya : “Kau
ini sangat malas, bilang saja kalau memang kamu berpura-pura bodoh dan bertanya untuk berusaha menghabiskan jam pelajaran”
g. Membentak, menstereotipkan, tidak menyetujui, menyalahkan. Misalnya :
“Tingkahmu seperti anak SD, tidak seperti orang yang sudah akan naik kelas XII saja”
h. Mengintepretasikan, menganalisis, mendiagnosis. Misalnya : “Kau hanya
menghindar dari tugas ini”
i. Memuji, menyetujui, memberi evaluasi positif. Misalnya : “Kau itu masih
muda dan berbakat, tidak usah ragu untuk mempelajari sendiri. Jangan menyerah dulu”
j. Memberi kepastian, memberi simpati, menentramkan, memberi dukungan.
Misalnya : “Yang kau rasakan itu belum seberapa berat dibandingkan
pengalaman saya dulu waktu seusia kamu. Coba jalani saja, pasti kamu akan menyadari bahwa ternyata tidak seberat yang kau bayangkan”
k. Menanyai, mendesak, menginterogasi, mengecek jawaban. Misalnya : “Apa
kau pikir pelajaran ini terlalu berat?” “Berapa jam sudah kau habiskan untuk mengerjakan satu soal itu?”
l. Menarik diri, mengganggu, sinis, mengalihkan perhatian. Misalnya : “Lebih
baik kita membicarakan hal yang lebih penting saja” “Pertanyaanmu itu dibahas lain kali saja”
Bila guru membicarakan sesuatu kepada siswa, guru itu mengatakan
sesuatu tentang si siswa. Setiap pesan berfungsi sebagai sebongkah batu
tambahan untuk hubungan yang sedang dibangun oleh guru terhadap siswanya.
Pesan-pesan tersebut akan menjadi konsep diri anak itu kelak. Inilah sebabnya
mengapa berbicara itu dapat membangun atau merusak harga diri anak dan
relasi guru dan siswa. Oleh karena itu sangatlah penting apabila guru memiliki
pemahaman akan ketrampilan menggunakan tanggapan yang lebih membangun
sebagai sarana pelancar komunikasi, yaitu (Gordon, 1974: 85-86):
a. Mendengarkan pasif
b. Tanggapan penerimaan-pengakuan
c. Ajakan untuk melanjutkan
d. Mendengarkan aktif.
C. Guru
Guru, adalah pendidik profesional karena secara implisit telah merelakan
dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang
terpikul di pundak para orang tua. Profesionalisasi guru mencakup kualifikasi
formal dengan diberikannya lisensi mengajar dan perlu dijiwai dengan kualifikasi
nyata yang hanya mungkin diwujudkan dalam praktik (Surachmat dalam
Pada dasarnya dalam proses, guru mempunyai tugas mendidik dan
mengajar peserta didik agar dapat menjadi manusia yang dapat melaksanakan
kehidupan selaras dengan hakikat kodratnya sebagai manusia dalam pertemuan
dan pergaulan dengan sesama manusia dan dalam hubungannya dengan Tuhan.
Kedua tugas itu merupakan kesatuan yang terpadu sehingga pengembangan
manusia Indonesia seutuhnya dapat terlaksana dengan baik (Kartikawati dan
Lusikooy, 1993 dalam Saudagar dan Idrus, 2009).
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada para siswa
namun juga berkewajiban mendidik. Dalam relasi interpersonal antara guru dan
siswa tercipta situasi pendidikan yang memungkinkan subjek didik dapat belajar
menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu
menjadi orang yang mengerti diri siswa dengan segala problematikanya, guru
juga harus mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya. Kepribadian
guru yang baik mampu membimbing, mengembangkan kreativitas dan
membangkitkan motivasi belajar.
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan
masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di
masyarakat memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan
orang lain yang bukan guru. Kompetensi sosial adalah kemampuan individu
1. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat.
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan perserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dan mengindahkan norma
serta sistem yang berlaku.
5. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
(Samani, 2008; 6 dalam Saudagar dan Idrus, 2009; 65)