• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru dan Pembentukan Akhlak Al-Karimah a. Peranan guru terhadap pendidikan dan pengajaran

Sebagaimana diketahui bahwa dalam proses belajar-mengajar setiap guru mempunyai peranan penting terhadap pendidikan dan pengajaran, terhadap peserta didik. Namun sudah barang tentu ada yang sifatnya berpengaruh secara positif dalam arti mendorong dan menggiatkan peserta didik untuk belajar, dan sebaliknya adapula yang negatif, seperti sikap suka marah-marah, pilih kasih, pengancam, dan sebagainya yang mungkin dilakukan oleh seorang guru secara sadar atau tidak sadar. Perilaku demikian tentunya dapat merusak dan mengorbankan pendidikan dan pengajaran secara keseluruhan. Kalau segala aspek-aspeknya seimbang, kalau tenaga-tenaga bekerja seimbang pula sesuai dengan kebutuhan.29

29

Ahmad D. Mariba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), cet ke 7. h. 75

b. Alternatif Aktivitas Pendidikan

Aktivitas pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk memajukan manusia dan kebudayaan. Proses pendidikan berubah dan unsur-unsur ketegangan, ketakutan, dikejar yang dapat membuat si terdidik merasa takut, minder, merasa tidak aman, dan tidak dapat mengeluarkan isi hatinya atau pendapatnya, hilang rasa senang, kurang keinginan belajar, dan kurangnya partisipasi peserta didik dan akhirnya tidak dapat menerima pelajaran dengan baik sebagaimana yang diharapkan.

Merupakan hal yang logis jika seseorang individu bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal. Karenanya pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan baik dalam kehidupan individual, keluarga, bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan.

Sudirman N dan kawan-kawan mengemukakan, mengingat sangat pentingnya pendidikan sebagai kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.

Karenanya untuk menunjang pencapaian tersebut, para guru harus memperhatikan alternatif-alternatif yang tidak menunjang atau yang menunjang pencapaian tujuan, diantaranya guru harus mengadakan adaptasi, agar peka terhadap perubahan-perubahan yang timbul agar dapat memikirkan, membentuk pola-pola tradisional yang keliru dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

Patut disadari bahwa peranan guru baik guru agama atau guru umum di kelas sangat berpengaruh, diharapkan sadar akan tanggung jawab sebagai guru, dapat

mendorong dan menemukan sikap tauladan (akhlak al-karimah) dalam membentuk siswa yang berakhlak karimah.

Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa, kepribadian itulah yang akan

menentukan ibadah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak.30

c. Sikap Guru Yang Positif

Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah, sepatutnya guru menyadari bahwa harus mengetahui tujuan umum pendidikan yang diprogramkan sekolah tempat ia mengajar. Sebab bagaimana dalam merumuskan dan menentukan tujuan-tujuan belajar mengajar yang dilakukan guru, harus dalam rangka pemenuhan target yang ditentukan oleh sekolah. Karenanya guru benar-benar dituntut mengetahui secara jelas terhadap tujuan yang diprogramkan oleh sekolah ditempat ia mengajar, agar dalam pemberian materi bidang studi dan tujuan mengajar tidak salah arah.

Winarno berpendapat bahwa tujuan merupakan satu diantara hal pokok yang harus diketahui dan di sadari betul-betul oleh seorang guru sebelum ia mulai mengajar. Guru tersebut harus dapat memberikan penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang akan dicapainya secara konkrit.31

30

Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), cet ke 1, h. 16

31

Oleh karena itu, apabila setiap perumusan tujuan khusus dan tujuan umum pengajaran diarahkan kepada target pencapaian tujuan-tujuan pendidikan yang diprogramkan oleh sekolah, maka dengan sendirinya, guru dapat berperan mempengaruhi dan membentuk siswa yang berakhlak al-karimah. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan di Indonesia, membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. 32

Sikap guru mempunyai pengaruh terhadap si terdidik, di samping ilmu pengetahuan, kecerdasan, keterampilan yang dimilikinya. Pengaruh tersebut ada yang terjadi di dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja dilakukan guru diruang kelas, dan adapula yang terjadi secara tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh seorang guru dengan disebarkan gaya, tingkah laku, dan segala macam bentuk kepribadian guru.

Oleh karena itu pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru yang sengaja di ruang kelas, harus ditunjang dengan sikap kepribadian, demikian pula diluar kelas. Karena yang menentukan berhasil tidaknya usaha pendidikan dan pengajaran di sekolah, bukan hanya peraturan dan peralatannya saja melainkan dengan sikap para pendidik yang melaksanakan usaha pendidikan dan pengajaran.

32

Soegarda Poerbakawatja, Pendidikan Dalam Alam Indonesia Merdeka,(Jakarta: Gunung Agung, 1970), h. 114

C. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Remaja menurut remaja adalah “mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin”. Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa:

“Remaja adalah anak yang ada pada masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa, dimana anak-anak mengalami perubahan-perubahan cepat disegala bidang, mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap dan cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang, masa ini mulai kira-kira 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun”.33

Y. Singgih Dirgagunarsa menguraikan pendapat Anna Freud tentang remaja adalah: “Adolesensia merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan dimana terjadi perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi dari pada ego, dalam

hubungan dengan orang tua, cita-cita yang dikejarnya”.34

Dua pendapat di atas sebetulnya dapat dipadukan dan dianggap saling melengkapi, pendapat pertama menyebutkan tentang umur, sedangkan pendapat kedua menyebutkan proses perkembangan dan perubahan. Hal ini sudah dijelaskan

pada pendapat pertama, yaitu mengalami perubahan-perubahan cepat di segala bidang. Perubahan pada masa remaja biasanya pertumbuhan jasmaninya. Di samping,

remaja merasakan pula adanya dorongan-dorongan seksual yang belum pernah mereka kenal sebelumnya.

a. Remaja Menurut Perkembangan Fisik

Remaja dalam ilmu kedokteran dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Pada akhir

33

Akhmad Azhar Abu Miqdad, Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam, (Yogyakarta: Mitra Pustaka: 1997), Cet ke-1, h. 33.

34 Ibid

perkembangan fisik ini akan tumbuh tanda-tanda kematangan, sebagaimana pendapat yang mengatakan “pada anak laki-laki akan muncul tanda-tanda kelamin seks baik

primer maupun sekunder.”35

b. Remaja Menurut Sosial-Psikologik

Apabila pengertian remaja ditinjau dari segi sosio-psikologik, maka usia sangat bergantung kepada keadaan di mana remaja itu tinggal. Seorang remaja yang tinggal di desa mengalami masa remaja yang relatif lebih pendek, bahkan tidak ada. Lain halnya dengan remaja yang tinggal di perkotaan mengalami masa remaja yang relatif panjang, karena dibutuhi pengetahuan untuk diserahi tanggung jawab sebagai

orang dewasa.

Sebagaimana yang dikatakan Zakiah Daradjat:

Dalam masyarakat desa yang sangat sederhana tidak dikenal masa remaja, yang mereka kenal hanyalah masa kanak-kanak, dewasa dan tua. Lain halnya dengan masyarakat maju, remaja belum dianggap sebagai anggota masyrakat yang perlu

didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap belum sanggup bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi sosial dan kepribadian.36

Remaja Menurut Agama Islam

35

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 6. 36

Dalam ajaran Islam tidak dikenal masa remaja, yang menjembatani masa kanak-kanak dan dewasa. Sebagaimana yang dikatakan Zakiah Daradjat “istilah remaja atau kata yang berarti remaja, tidak ada dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an

hanya ada kata Al- fityatu, fityatun yang artinya orang muda.

Kata al-fityatu, fityatun dapat dilihat dalam firman Allah surat Al-Kahfi ayat 10 dan 13:

ادﺪ ﻬﻜ ا ﻬ اذاء ﻰ ﺎ ﺮ

}

11

{

يأ هﺎ

اﺪ أ اﻮ ﺎ ﻰ أ ﺰ ا

}

12

{

ﺔ ﻬ إ ﺎ هﺄ ﻚ

ﺪه هﺎ دزو ﻬ ﺮ اﻮ اء

ى

Artinya: “(ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari temapat perhitungan kedalam gua lalu mereka berdoa; “ wahai tuhan kami berikanlah rahmat

kepada kami dari sisimu, dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami)”.

2. Ciri-Ciri Remaja

Perkembangan remaja ditandai dengan bebrapa ciri atau tanda, antara lain: a. Ciri Primer

Ciri primer adalah mulai berfungsinya organ-organ genital yang ada, baik di dalam maupun di luar badan, atau menunjuk pada organ badan yang langsung

berhubungan intim dan proses reproduksi.

Pada anak laki-laki yang mulai menginjak remaja ditandai dengan keluarnya air mani ketika ia mengalami mimpi basah. Pada anak wanita ditandai dengan

tejadinya menarche atau permulaan haid yang selanjutnya diikuti pula dengan kesiapan organ-organ reproduksi untuk terjadinya kehamilan.

b. Ciri Sekunder

Tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas wanita dan khas laki-laki.

1. Perubahan fisik yang terjadi pada anak laki-laki: 2. Suara membesar dan dalam

3. Bidang bahu melebar

4. Bulu-bulu tumbuh di ketiak dan kadang-kadang juga di dada, dan daerah kelamin

Sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada wanita adalah: 1. Suara merdu, kulit bertambah bagus dan halus

2. Bidang bahu mengecil, bidang panggul melebar

3. Bulu-bulu tumbuh pada ketiak dan di sekitar alat kelamin 4. Buah dada mulai membesar

5. Alat kelamin membesar dan mulai berfungsi, menghasilkan telur c. Ciri Tertier

Ciri tertier adalah keadaan psikis yang berbeda antara pria dan wanita, yaitu yang disebut dengan sifat maskulin pada pria dan sifat feminim pada wanita. Ciri tertier ini misalnya adanya perubahan-perubahan psikis baik pada lelaki maupun pada

Perubahan pada laki-laki antara lain: mudah terangsang seksual yang menghendaki kepuasan seksual, yaitu senggama yang tentu tidak dapat dilaksanakan, karena perkawinan menghendaki persyaratan tertentu, ekonomi, kematangan diri. Sedangkan perubahan psikis yang terjadi pada wanita antara lain adalah:

1. Melihat darah keluar dia ketakutan

2. Sering mengalami sakit-sakit perut, sampai muntah-muntah dan sakit kepala 3. Tidak mengalami orgasme seperti pada remaja laki-laki

4. Dia pemalu tapi aktraktif buat laki-laki d. Rentangan Usia Masa Remaja

Beberapa pendapat tentang rentangan usia dalam masa remaja dikemukakan di bawah ini, menurut Hurlock bahwa rentangan usia remaja ialah antara 13-21 tahun; yang dibagi pula dalam masa remaja awal usia 13/14 tahun sampai 17 tahun, dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun.37

Drs. M. A. Priyatno, S.H. yang membahas masalah kenakalan remaja dari segi agama Islam menyebutkan rentangan usia 13-21 tahun sebagai masa remaja, sedangkan Dra. Singgih Gunarsa dan suami, walaupun menyatakan bahwa ada beberapa kesulitan menentukan batasan usia masa remaja di Indonesia, akhirnya

mereka pun menetapkan bahwa usia antara 12-22 tahun sebagai masa remaja.38

37

Drs. Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h.26.

38

Ny. Singgih D. Gunarsa dan Suami, Psikologi Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), h. 15-16

Dr. Winarno Surachman, setelah meninjau banyak literatur luar negeri, menulis usia 12-13 tahun adalah masa yang mencakup sebagian terbesar perkembangan adolescence, sedangkan Kwee Soen Liang SH membagi masa

“puberteit” sebagai berikut:

1. Pra Puberteit, laki-laki 13-14 tahun (fase negatif), sedangkan untuk wanita 12-13 tahun (sturmund drang)

2. Puberteit, laki-laki 14-18 tahun (merindu), sedangkan untuk wanita 13-18 tahun (puja)

3. Adolescence, Laki-laki 19-23 tahun, sedangkan untuk wanita 18-19 tahun

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, kiranya tidaklah tergesa-gesa jika disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahu bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja

awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun. Sedangkan periode sebelum remaja ini disebut sebagai “ambang pintu masa reamja” atau sering disebut sebagai “periode

pubertas”, pubertas jelas berbeda dengan masa remaja, meskipun bertumpang tidih dengan masa remaja awal.

3. Problema Remaja

Masa remaja adalah masa akhir dari pembinaan kepribadian, dan setelah masa itu dilewati remaja berpindah ke alam dewasa. Oleh sebab itu masa ini sangat penting

pendewasaan, suatu proses yang penuh dengan hal-hal baru baginya, suatu periode dimana manusia mengalami perubahan-perubahan seksualitasnya. Mereka sekarang

telah matang dari segi biologis dan dapat menjalankan fungsinya.39 Problema remaja cukup banyak macam/jenisnya. Namun, yang sangat menonjol pada akhir-akhir ini adalah: problema agama, moral, pergaulan bebas,

kenakalan remaja, narkoba, seksual dan lain sebagainya.

a. Problema agama

Menurut pandangan filsafat ketuhunan atau teologi, manusia disebut “homo divians” yaitu makhluk yang berketuhanan, berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap tuhan atau hal-hal ghaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal ghaib yang mempunyai daya tarik kepadanya.40

Agama adalah obat penawar yang sejuk yang akan memadamkan nyala yang bergejolak di dalam hati remaja yang sedang tumbuh. Seandainya agama tidak pernah dikenalnya, maka akan sukarlah memadamkan nyala tersebut. Selanjutnya akan masuklah remaja ke dalam usia dewasa dengan seluruh kegoncangan yang belum terpadamkan itu. Memang kegoncangan jiwa itu tak selamanya terlihat dengan jelas, bahkan mungkin terlihat tenang dan aman saja. Mungkin dalam hidupnya sehari-hari seseorang yang tidak mengenal atau acuh tak acuh terhadap agamanya kelihatan baik

39

Akhmad Azhar Abu Miqdad, Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam,Op.Cit, h. 38

40

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. Ke-1, h. 75-77

dan tidak tampak kegelisahannya, namun jika diselidiki lebih dalam akan ditemukannya betapa sukarnya untuk menentramkan batinnya.41

b. Problema Moral

Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-hal merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Di sisi lain tiadanya moral dan religi sering kali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja.

Perkembangan moral pada remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada remaja juga mencakupi:

1. Self directive, taat akan agama atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi 2. Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik

3. Submissive, merasakan adanya kepatuhan terhadap ajaran moral dan agama 4. Unadjusted, belum menyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral 5. Devient, menolak dasar dan hukum keagamaan dan moral masyarakat.42 c. Problema Narkoba

Narkoba dan minuman yang mengandung alkohol mempunyai dampak terhadap sistem syaraf manusia yang menimbulkan berbagai perasaan. Sebagian dari

41

Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), Cet. Ke-16, h. 86-87

42

Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet. Ke-4,h. 40-41

narkoba itu meningkatkan gairah, semangat dan keberanian, sebagian lagi menimbulkan perasaan mengantuk, yang lain bisa menyebabkan rasa tenang dan nikmat bisa menimbulkan segala kesulitan. Oleh karenanya efek-efek itulah beberapa remaja menyalahgunakan narkoba dan alkohol.

Tetapi sebagaimana semua orang pun tahu, narkoba dan alkohol itu dalam dosisi yang berlebihan akan menimbulkan ketergantungan (kecanduan) pada pemakainya. Maka sering ia memakai narkoba atau minum-minum beralkohol, maka makin besar ketergantungannya sehingga pada suatu saat tidak bisa melepaskan diri lagi.

d. Problema Seksual

Pada masa remaja pertumbuhan dan perubahan bahan sangat cepat sekali denagn adanya pertumbuhan jasmani yang mereka alami, maka mereka sangat memperhatikan soal-soal seks. Sebab pertumbuhan jasmani juga mencakup pada pertumbuhan organ-organ seks, sehingga membawa akibat kepada tingkah laku dan perbuatannya.

Perubahan-perubahan jasmani dan tanda-tanda seks yang disertai pengalaman-pengalaman baru, telah menyebabkan bertambahnya keinginana remaja untuk masalah-masalah baru itu. Biasanya informasi mengenai seks ini dari temannya atau lingkungannya. Melihat perkembangan remaja yang meliputi aspek fisik dan psikis, yakni kematangan seks yang disertai timbulnya dorongan seks yang masih baru dan belum diketahuinya, dan belum bertanggung jawab karena masih mengikuti kesenangan sesaat, belum berfikir jauh, maka sering timbul masalah seksualitas.

Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan, bahwa masalah seksualitas dikalangan remja di kota besar timbul karena:

1. Kurang adanya pendidikan seks pada remja, sehingga praktis mereka buta terhadap masalak seks.

2. Banyaknya rangsangan-rangsangan pornografi, baik yang berupa film, bahkan bacaan maupun yang berupa obrolan sesama teman sebaya.

3. Tersedianya kesempatan untuk melakukan perbuatan seks, misalnya pada waktu orang tua tidak di rumah, di dalam mobil atau pada kesempatan piknik atau berkemah.

Masalah-masalah tersebut sangat rawan dan berbahaya sekali, karena ada diantara remaja belum mampu mengendalikan diri, sebab remaja yang tidak diberi penerangan dan pengertian tentang perubahan pada dirinya, ia bisa mencari penyaluran yang negatif.

Setelah mengetahui problema-problema remaja yang berkaitan dengan masalah seks di atas, maka para remaja perlu diberi penerangan dan bimbingan agar meraka dapat mengatasi problem yang dihadapinya.43

43

BAB III

Dokumen terkait