BAB III METODE PENELITIAN
C. Fokus Penelitian
Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.57 Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian tentang Kompotensi Guru dan pengembangan kecerdasan Spiritual siswa di SMP Muhammadiyah 06 Makassar.
D. Deskripsi FokkusPenelitian KompotensiGuru
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.Pengertian dasar kompetensi (competency), yaitu kemampuan atau kecakapan seseorang.“Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang
56 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R & D), (Bandung: Alfabetta, 2007), h. 215
57 Sugiyono, Metode Penelitian ,( Cet. XXV; Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R & D), (Bandung: Alfabetta, 2017),h. 207
tertentu, dimana orang tersebut menguasai kecakapan kerja atau keahlian yang selaras dengan tuntutan dibidang kerjanya”.58
Sedangkan menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan kompetensi sebagai :
“Seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesinalan”.59
1. Perkembangan Spiritual Pada Peserta Didik
Selain mengalami perkembangan psikomotor dan kognitif, para peserta didik juga mengalami perkembangan Spiritual yang berkaitan dengan perasaan dan sikap serta keyakinan beragama (religiousity) mereka.
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar terhadap sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.
E. Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sumber primer dan sumber sekunder.
58 Hamzah B Uno, Nina Lamatengga, Tugas Guru dalam Pembelajaran, (Cet I;
Jakarta : Bumi Aksara : 2016), h..13
59Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen , dalam Jamil Suprihatiningrum, guru professional , (Cet III; Jogjakartaa; Ar-Ruzz Media, 2016), h.. 98
1. Sumber primer
Sumber primer adalah “data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data”.60Sumber primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperolah melalui wawancara yang penulis lakukan.Selain itu penulis juga melakukan observasi lapangan dan mengumpulkan data dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian dilapangan. Dalam hal ini yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan Kompotensi Gurutentang pendidikan Islam pada siswa SMP Muhammadiyah 6 Rappokalling Kota Makassar terhadappengembanagan kecerdasan Spritual.
2. Sumber sekunder
Suber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data.
Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain.61
Data ini digunkan untuk mendukung informasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara maupun observasi lansung ke lapangan.Penulis juga menggunakan data sekunder hasil dari studi pustaka.Dalam studi pustaka, penulis membaca literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian, yang literature-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
60Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R & D), (Bandung: Alfabetta, 2012), h. 225
61Ibid
F. Instrument Penelitian
Dalam hal ini penulis akan mempergunakan instrument penelitian.
Hal ini dimaksudkan agar penulis dapat mengumpulkan data-data yang diperlukan sebagai alat untuk menyatakan besaran atau persentase suatu hasil penelitian baik berupa data kualitatif yang berupa angka-angka.Oleh karena itu, instrument yang dimaksudkan adalah alat ukur yaitu alat untuk mengukur dan menyatakan besaran atau persentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kuantitaf, sehingga dengan menggunakan instrumen yang dipakai tersebut berguna bagi pengukurnya.
Adapun instrument penelitian yang penulis pergunakan dalam pengumpulan data dilapangan sesuai dengan objek pembahasan proposal ini adalah observasi, pedoman wawancara, angket dan dokumentasi.Keempat instrumen penelitian tersebut digunakan karena pertimbangan praktis bahwa kemungkinan hasilnya adalah lebih valid dan akurat.
Untuk mengetahui lebih jelas, penulis akan menguraikan secara sederhana keempat bentuk instrument tersebut, sebagai berikut:
1. Pedoman Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan atau suatu studi yang sengaja dan
sistematis tentang keadaan sosial atau keadaan psikis dengan jalan mengamati dan mencatat.
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa:
”Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.62
2. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah merupakan proses interaksi antara responden dengan pewawancara untuk mendapatkan informasi atau keterangan dengan cara langsung bertatap muka dan bercakap- cakap secara lisan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan data informasi yang diperlukan.
3. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi yaitu peninggalan tertulis dalam berbagai kegiatan atau kejadian yang dari segi waktu relatif belum terlalu lama. Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa “Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.63
62Ibid, h 145
63 Syamsuddin, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Cet. III; Yogyakarta:
Remaja Rosdakarya, 2016) h.158
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian selalu terjadi pengumpulan data.Terdapat berbagai jenis teknik yang digunakan dalam pengumpulan data disesuaikan dengan sifat penelitian yang dilakukan. Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Dalam sebuah penelitian, observasi manjadi bagian hal terpenting yang harus dilakukan oleh peneliti.Sebab dengan observasi keadaan subjek maupun objek penelitian dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh seorang peneliti. Observasi diartikan sebagai “pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut”64
Dengan komunikasi dan interaksi, peneliti mendapatkan kesempatan untuk mengetahui kebiasaan dan aktivitas di sana. Dan dengan melibatkan diri sebagai aktivitas subjek, sehingga tidak dianggap orang asing, melainkan sudah warga sendiri. Dengan metode observasi ini, peneliti ingin mengetahui proses interaksi pendidikan secara langsung.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam metode ini adalah pedoman observasi sebagai dasar dalam melakukan observasi di lokasi penelitian. Peneliti menerapkan metode ini untuk mengetahui secara langsung bagaimana efektifitas pendidikan agama islam dalam
64 Moh Nazir, Metode Penelitian (malang: Ghalia Indonesia, 2008) h.54
pengembangan kualitas akhlak siswa di lokasi penelitian, serta kondisi pembelajaran PAI yang ada di lokasi penelitian.
2. Interview
Interview (wawancara) merupakan cara“pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian”.65Wawancara ini dilakukan secara mendalam, karena bertujuan menemukan pengalaman-pengalaman informan dari topik tertentu atau situasi spesifik yang dikaji.
Peneliti menerapkan jenis pembicaraan informal, pertanyaan yang diajukan muncul secara spontanitas.Pembicaraan dimulai dari segi umum menuju yang khusus.Peneliti mengajukan pertanyaan yang bebas kepada subjek menuju fokus penelitian.Adapun hubungan antara peneliti dengan subjek yang diwawancarai adalah dalam suasana biasa dalam kehidupan sehari-hari saja, sehingga tidak terlihat kaku dan menakutkan.Setelah selesai wawancara, peneliti menyusun hasil wawancara sebagai hasil catatan dasar sekaligus abstraksi untuk keperluan analisis data.Peneliti menggunakan pedoman wawancara agar peneliti selalu ingat dan untuk mengarahkan kepada fokus penelitian.Teknik ini peneliti gunakan untuk mencari informasi langsung.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
65 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE UII Yogyakarta, 2001), h. 62.
monumental dari seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan dan kebijakan.
“Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain”.66
Arikunto mengatakan bahwa “Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya”.67 Sesuai dengan pandangan tersebut, peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk dijadikan alat pengumpul data dari sumber bahan tertulis yang terdiri dari dokumen resmi, misalnya data guru dan siswa, sejarah sekolah, dan dokumen yang tidak resmi, misalnya peneliti memotret kegiatan yang terjadi di sekolah tersebut ketika peneliti melakukan penelitian, atau bahkan dokumen di luar sekolah yang membicarakan mengenai kondisi di sekolah tempat penulis melakukan penelitian tersebut.
H. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan ke dalam ketegori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
66Ibid, hal 240
67Syamsuddin, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Cet. III; Yogyakarta:
Remaja Rosdakarya, 2016) h.158
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.68
Model analisis dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan Miles and Huberman.
Miles and Huberman mengungkapkan bahwa : “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Komponen dalam analisis data”.69
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak,untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan(Conclusion Drawing)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
68 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R & D), (Cet. IX; Bandung: Alfabetta, 2009), h.. 329
69 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Cet. IV; Bandung:
Alfabetta, 2008), h. 246-252
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Obyektif dan Lokasi Penelitian
Pada pembahasan ini penulis aakan menguraikan tentang hasil penelitian, namun sebelum terlalu jauh membahas mengenai hasil penelitian ini, terlebih dahulu peneliti memberikan gambaran tentang obyektif lokasi penelitian sebagai berikut:
1. Sejarah singkat lokasi penelitian
Sebagai langkah awal dalam pembahasan ini, akan dikemukakan sejarah singkat singkat SMP Muhammadiyah 06 Makassar yang dijadikan sebagai objek penelitian. SMP Muhammadiyah 06 Makassar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang terletak di Jl Muhammad Jufri No 34 di Kec.Tallo kel.Tammua Kota Makassar yang didirikan pada tahun 1977.
Tanah dan halaman sekolah SMP Muhammadiyah 06 Makassar sepenuhnya tanah wakaf milik Persyerikatan Muhammadiyah.. Luas daerah seluruhnya 2598 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar tembok.Sejak berdirinya pada tahun 1977 sampai pada tahun ajaran 2017-2018, telah mengalami beberapa pergantian kepala sekolah, pada tahun ajaran 1977-1992 yang menjabat sebagai kepala sekolah SMP Muhammadiyah 06 Kota Makassar adalah Bapak Drs. Muh. Tahir Pattau, pada tahun ajaran 1993-2008 yang menjabat sebagai kepala sekolah
49
adalah Bapak Dr.H. Mahung Sangadji, M.Pd,MM. Pada tahun 2009-20012 yang menjabat sebagai kepala sekolah adalah Ibu Dra. St.
Haerani,MM.dan pada tahun ajaran 2013-2018 yang menjabat sebagai kepala sekolah adalah Bapak Ismail, S.Pd, MM
Tabel 1
Kepala Sekolah Yang Menjabat Di SMP Muhammadiyah 06 Makassar Pada tahun 1977-Sekarang
2. Visi-Misi dan tujuan SMP Muhammadiyah 06 Makassar Visi
“Unggul dalam Mutu, berpijak pada Iman dan Taqwa”
Misi
- Mewujudkan sekolah inovatif dalam pembelajaran
- Mengembangkan organisasi sekolah yang terus belajar (learning organization)
- Memenuhi fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir, dan berwawasan ke depan
- Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar dan adil
- Memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu dan tangguh
- Mengembangkan manajemen berbasis sekolah yang tangguh - Mewujudkan pembinaan kompetensi siswa secara kompetitif - Memberdayakan potensi kecerdasan yang dimiliki oleh peserta
didik
- Mewujudkan sekolah sehat
- Meningkatkan tanggung jawab, percaya diri, dan semangat untuk berkompetisi pada peserta didik
- Meningkatkan karakter pada peserta didik
- Memperkokoh nilai-nilai agama untuk seluruh warga sekolah - Mewujudkan nilai-nilai solidaritas bagi kehidupan warga
sekolah
- Meningkatkan tanggung jawab, kejujuran, percaya diri dan semangat untuk berkompetisi pada warga sekolah
- Meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan keagamaan bagi warga sekolah
- Meningkatkan kegiatan keagamaan bagi warga sekolah - Meningkatkan kedisiplinan warga sekolah
3. Keadaan Guru
Guru sebagai pelaku utama dalam pendidikan. Guru bukan saja dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara profesionsional namun juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan professional dibidangnya, sehingga orang tua memasukkan anaknya kesekolah, dengan menyerahkan kepada sekolah berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab kepada guru.
Posisi guru dalam suatu sekolah adalah sangat penting terhadap proses belajar dan interaksi lainnya. Karena setiap individu memiliki
kepribadian yang berbeda-beda dalam dirinya.Dengan keahlian guru dalam mendidik tentu dia tahu bagaimana perkembangan afektif, psikomotorik, dan kognitif anak didiknya dan mengetahui kendala-kendala belajar anak didiknya.
Mengenai keberadaan guru di SMP Muhammadiyah 06 Makassar, Peneliti memberikan gambaran sebagaimana tercantum dalam table berikut ini :
Tabel 2
Keadaan Guru SMP Muhammadiyah 06 Makassar No Nama Guru Mata Pelajaran PNS/GTY/
NIP. 196112021987032005 IPS Terpadu PNS S.2
3 Drs. Amiluddin PKn GTY S.1
Sumber data: SMP Muhammadiyah 06 Makassar 4. Keadaan Siswa
Siswa merupakan bagian dari komponen yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah karena siswa merupakan objek pendidikan dan tujuan untuk diberi pengajaran. Pendidikan tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai objek yang menerima pendidikan
Dengan demikian yang menjadi sasaran pokok dalam proses belajar mengajar adalah siswa sehingga tujuan dari pendidikan dan pengajaran adalah merubah pola tingkah laku anak didik kearah kematangan kepribadiannya. Untuk mengetahui keadaan siswa sekolah SMP Muhammadiyah 06 Makassar dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3
Jumlah Siswa SMP Muhammadiyah 06 Makassar
Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
2015-2016 48 33 81 34 43 77 40 36 76 122 113 235 2016 -
2017 28 46 74 51 31 82 27 43 70 106 120 226 an
17 Fajar Akbar, S. Pd Bahasa Inggris GTY S.1
18 Rusnawati, S. Pd Matematika GTT S.1
19 Syawaluddin. SM, S. Pd Prakarya GTT S.1
20 Drs. Muh. Natsir PAI GTT S.1
2017 -
2018 26 40 66 50 31 81 27 43 70 104 114 217 Sumber data : SMP Muhammadiyah 06 Makassar
5. Keadaan sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat menunjang proses belajar mengajar, disamping kemampuan siswa menerima pelajaran dan cara guru menyajikan materi pelajaran yang disampaikan yang sesuai dengan keadaan dan situasi siswa, akan tetapi sangat berpengaruh juga dengan fasilitas atau sarana dan prasarana yang dapat menunjang keefektifan belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung
Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang ada di sekolah SMP Muhammadiyah 06 Makassar dapat dilihat pada tabel mengenai sarana dan prasarana yang ada pada sekolah tersebut :
Tabel 4
Sarana dan Prasarana sekolah SMP Muhammadiyah 06 Makassar Jenis Ruang Ukuran
(m2) B CB KB TB Jumlah
1 Lab. IPA 63 1 1 1
2 Lab. Komputer 63 1 1
3 Ruang Kelas 189 4 2 6
4 Ruang Perpustakaan 63 1 1
5 Ruang Kepala Sekolah 12 1 1
6 Ruang Guru 63 1 1
7 Ruang Tata Usaha 35 1 1
8 Kamar Kecil Siswa 4 2 2
9 Kamar Kecil Guru 4 2 2
10 Ruang Bimbingan dan
Konseling 12 1 1
Sumber data: Kantor TU SMP Muhammadiyah 06 Makassar.
Dari tabel keadaan sarana dan prasarana tersebut diatas maka, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah SMP Muhammadiyah 06 Makassar sudah layak untuk melalakukan proses belajar mengajar yang efektif.
B. Tingkat Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP Muhammadiyah 06 Makassar
Setelah data diolah dan disajikan baik dalam bentuk table maupun penjelasan dan uraian, maka selanjutnya adalah menganalisis data.Penganalisisan dilakukan agar dapat diperoleh hasil yang sesuai dari setiap data yang disajiakan dalam penelitian ini. Untuk lebih terarahnya proses analisis ini, peneliti mengemukakan jawaban dari rumusan masalah secara sistematis dan berurutan.
Keberhasilan suatu pembelajaran atau proses pendidikan sangat ditentukan oleh faktor guru. Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya, kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia bisa menjadi pendidik yang baik bagi anak didiknya ataukah justru menjadi perusak atau bahkan penghancur anak didiknya. Maka guru yang memiliki kepribadian baik akan banyak berpengaruh baik pula terhadap perkembangan siswa, terutama mental dan spiritualnya.
“Menurut pengalaman saya Salah satu sifat anak didik adalah mencontoh apa yang dilakukan oleh orang dewasa, termasuk mencontoh pribadi guru yang akan membentuk kepribadiannya.Dan inipula menurut saya salah satu cara untuk mengembangkan
kecerdasan Spiritual pada peserta didik di SMP Muhammadiyah 06 Makassar ini”70
Sebagaimana wawancara bapak Ismail S.Pd.MM sebagai kepala sekolah SMP Muhammadiyah 06 Makassar mengatakan demi tercapainya kecerdasan siswa.
Guru yang bertanggung jawab akan mengajar dengan persiapan yang baik sebelumdan sewaktu masuk kelas harus memberikan yaitu :
1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa 2. Meningkatkan kompetensi prasyarat
3. Memberikan petunujuk belajar (cara mempelajarinya) 4. Memberikan umpan balik
5. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan kepada siswa.71 Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa bentuk kompotensi yang harus dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam salah satunya adalah guru harus mampu memiliki ragam kepribadian yang baik karena memiliki kepribadian baik akan banyak berpengaruh baik pula terhadap perkembangan siswa, guru pun harus menjadi teladan bagi mereka, baik dalam pergaulan di sekolah maupun di masyarakat. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para siswa, sebab kompetensi ini jua memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta menyejahterakan masyarakat, serta memajukan Negara dan bangsa pada umumnya.
70Syahriani. S.Pd.I Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VII,VIII SMP Muhammadiyah 06 Makassar.
71Ismail.S.Pd.MM.wawancara kepala sekolah SMP Muhammadiyah 06 Makassar, tanggal 18 Juli 2018. Di kantor SMP Muhammadiyah
C. Kendala yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP Muhammadiyah 06 Makassar
Pada bagian ini peneliti akan memberikan analisis tentang data hasil lapangan yang sudah disampaikan pada subbab sebelumnya kemudian mensingkronkan dengan teori-teori yang ada. Untuk memudahkan analisis, maka akan disusun sesuai dengan pokok masalah.
Pengembangkan kecerdasan spiritual siswa SMP Muhammadiyah 06 Makassar pastinya tidak selalu berjalan mulus.Guru Pendidikan Agama Islam sering menemui kendala dalam membina kecerdasan spiritual siswa.Biasanya kendala-kendala itu muncul dari lingkungan sekolah SMP Muhammadiyah 06 Makassar.
Adapun kendala dalam mengembangkan kecerdasan siswa di sekolah ini bermacam-macam. menurut Syahriani, S.Pd.I, selama beliau mengajar di SMP Muhammadiyah 06 Makassar kurang lebih 7 tahun masih banyak hambatan yang ditemui dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa. Kendala tersebut antara lain :
1. Kurangnya pelatihan-pelatihan yang dapat membuat anak berfikir lebih mendalam tentang keagamaan sehingga mampu dengan sendirinya mengembangkan kecerdasan dirinya terkhusus pada kecerdasan spiritualnya
2. Kurangnya motivasi dari orang tua. Misalnya, tidak semua orang tua siswa SMP Muhammadiyah 06 Makassar ini memberikan motivasi tentang keagamaan terhadap anak-anaknya. Ada orang tua yang bersikap cuek dengan sekolah dan kondisi anak. Sikap cuek orang tua inilah yang akhirnya mempersulit guru dalam memberikan pembinaan kecerdasan spiritual kepada siswa.
Meskipun guru berusaha untuk mengarahkan siswa melaksanakan sholat tepat waktu dan membaca Al quran, tetapi ketika sampai rumah orang tua tidak memberikan dukungan/motivasi tentang keagamaan maka semua itu tidak akan berhasil
3. Kurang mampu mengatur waktu. Banyak siswa yang masih asyik dengan dunianya sendiri, mereka masih senang menghabiskan
waktunya untuk bermain daripada mendekatkan diri kepada Allah, sehingga waktu mereka terbuang dengan percuma.72 Menurutnya Drs. Muh Natsir yang menghambat dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa kelas IX A adalah kurangnya kesadaran siswa untuk berubah.Meskipun saya dan guru Pendidikan Aagama Islam lainnyasudah memberikan gambaran dan motivasi tapi kenyataannya siswa masih sulit untuk berubah. Di SMP Muhammadiyah 06 Makassar setiap sholat dhuhur siswa wajib untuk berjamaah di Musholla, akan tetapi masih sedikit siswa yang mau melaksakan sholat dhuhur berjamaah tanpa paksaan. Kurangnya kesadaran siswa inilah yang akhirnya membuat guru PAI harus memaksa siswa agar melaksanakan sholat dhuhur berjamaah, dengan cara inilah diharapkan siswa menjadi sadar akan kewajibannya.73
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMP Muhammadiyah 06 Makassar maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Kecerdasan Spiritual seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, karena itu merupakan hubungan manusia dengan sang pencipta.
Hubungan yang membutuhkan kesadaran dan keyakinan dari dalam hati bukan karena paksaan atau sekedar ikut-ikutan saja
D. Usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP Muhammadiyah 06 Makassar
Meskipun dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa SMP Muhammadiyah 06 Maakassar sering menemukan kendala dan hambatan, akan tetapi pasti ada solusi untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak
72Syahriani. S.Pd.i Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VII,VIII SMP
Muhammadiyah 06 Makassar.19 Juli 2018.Ruang Guru SMP Muhammadiyah 06 Mks.
73Drs. Muh. Natsir.Guru Pendidikan Agama Islam Kelas IX SMP Muhammadiyah 06 Makassar.16 Juli 2018.Ruang Guru SMP Muhammadiyah 6 Makassar.
Menurut Syahriani. S.Pd.I usaha untuk mengembangkan kecerdasan spiritual siswa SMP Muhammadiyah 06 Makassar yaitu dengan
Menurut Syahriani. S.Pd.I usaha untuk mengembangkan kecerdasan spiritual siswa SMP Muhammadiyah 06 Makassar yaitu dengan