BAB II TINJAUAN TEORETIS
B. Kompetensi Guru
2. Macam-Macam Kompetensi Guru
Dalam penjelasan peraturan pemerintah No 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi, yaitu :
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pembelajaran peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan pesertadidik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan kemudian dapat menjadi teladan bagi peserta didik.
c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Dari beberapa komponen kompetensi profesional guru menurut peneliti yang paling berpengaruh adalah penguasaan materi pembelajaran.36 3. Pengembangan dan Peningkatan Kompotensi Guru
Perspektif kebijaksanaan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompotensi guru sebagaimana tercantum dalam penjelasan peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu : Kompotensi pedagogis, kepribadian, social dan professional.
36 Muhaimin, Pemikiran Dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam,(Cet I;
Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 255
Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memilik dan menguasai keempat kompotensi tersebut.
Kompotensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah tersebut. Karena itu, guru harus selalu belajar dengan tekun di sela-sela menjalankan tugasnya.
Tujuan utama pendidikan adalah Mengembangkan moral peserta didik, oleh karena itu terkhusus guru harus mencontohkan sikap, perbuatan,ucapan yang baik dan benar kepada peserta didik, sehingga mereka meneladaninya. Perkataan yang benar pun masuk ke ranah Spiritual, artinya bila kita berkata dan bertindak benar, berarti kita telah berada dalam ketakwaan. karena perkataan yang benar itu adalah seruan bagi orang-orang yang beriman. Inipun tertuliskan pada Al-Qur’an Surah Al-Ahzab[33]: 70, Allah Berfirman :
ًادﯾِدَ ﺳً ﻻ ْ وَﻗاوُ ﻟوُ ﻗ َ وَﮭﱠ ﻠﻟااوُ ﻘﱠ ﺗااوُ ﻧَ ﻣﺂَ ﻧﯾِذﱠ ﻟاﺎَﮭﱡﯾ َ أﺎَﯾ
-٧٠
-Terjemahnya :
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.37
Berikut ini dijelaskan hal-hal yang terkait dengan Pengembangan dan Peningkatan Kompotensi Guru. Penjelasan singkat ini diharapkan dapat membantu guru untuk lebih memahami segala hal yang terkait
37 Kementrian Agama RI. Al-Qur’An dan Terjemahnya, (Semarang:PT. Toha Putra Semarang :2002), h. 427
27Ibid. h. 459
dengan kompotensi yang harus sesegera mungkin dicapainya agar ia benar-benar bisa disebut Guru Profesional.
a. Pengembangan Kompotensi Guru
Secara teoritis, pengembangan kemampuan guru dapat dilakukan melalui banyak hal, yaitu “melanjutkan pendidikan, kerja atau diskusi kelompok, belajar mandiri (membaca, memanfaatkan fasilitas pendidikan di sekolah, seperti perpustakaan dan laboraturium sains serta internet), pelatihan di sekolah maupun diluarsekolah dan diskusi dengan rekan sejawat, pimpinan, dan siswa, Dan inipun yang tergambarkan dalam Q.S Az-Zumar[39]: 9
“
َﯾﺎ َ ﻣﱠ ﻧ ِ ﺈَ ﻧوُﻣَ ﻠ ْ ﻌَﯾ َ ﻼَ ﻧﯾ ِذﱠ ﻟا َ وَ ﻧوُﻣَ ﻠ ْ ﻌَﯾَ ﻧﯾِذﱠ ﻟﺎﯾ ِ وَﺗ ْ ﺳَﯾ ْ ﻠَﮭْ ﻠُ ﻗ ...
ِبﺎَﺑْ ﻟ َ ْ ﻷااوُ ﻟ ْ وُ أُرﱠ ﻛ َ ذَ ﺗ ٩
-Terjemahnya :
…Katakanlah: ‘apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.38
kemampuan dihasilkan dari pengetahuan dan keterampilan.
Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan pengalaman, pelatihan dan minat. Keterampilan di pengaruhi oleh bakat dan kepribadian, sebagaimana juga oleh pendidikan, pengalaman, pelatihan dan minat.39
Dapat di simpulkan bahwa Seorang guru hendaknya selalu memelihara minatnya terhadap pengetahuan dan keterampilan, dan
39Caldwell, B.J. dan Spinks J.M,Leading the Self-Managing School. (Second Edition. London & Washinton: The Falmer Press, Dalam buku (Peningkatan Kompotensi Guru, 1993). h.18
jangan sampai kehilangan minat-minatnya itu, karena pekerjaan seorang guru atau pekerjaan mengajar dan mendidik itu adalah dinamis dan butuh kesiapan dan kemantapan aspek pengetahuan dan emosi, bahkan Spiritual.
b. Peningkatan Kompotensi Guru
Mutu pendidik akan menentukan Mutu peserta didik. Peserta didik yang mendapatkan bimbingan dari para pendidik yang kompoten dan bermutu akan sukses memahami pembelajaran, bahkan dapat meraih prestasi dalam sejumlah kompetisi, baik local, regional, maupun internasional. Demikian juga mutu sekolah tergantung kepada mutu pendidik. Singkatnya, investasi Peningkatan Kompetensi guru berimplikasi pada mutu guru, murid dan sekolah.
Chapman dan aspin dalam School as Centres of lifelong learning for All Menjelaskan bahwa: “Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dapat berlangsung seumur hidup manusia, Guru akan meningkatkan kompotensinya melalui mutu dan tahap-tahap proses perkembangan diri dan pengajarannya, serta melalui hubungannya dengan cara belajar siswa.”40
Beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan kompotensi guru adalah setiap aktivitas yang dilakukan secara terencana untuk menjaga dan meningkatkan pengetahuan, sikap, perbuatan, dan keterampilan guru yang terkait dengan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik, sehingga proses pembelajaran dan pendidikan berjalan efektif dan baik.
40 Chapman, J. dan Aspin, D. dalam Hatton, M.J. (Ed). (Canada: School of Media Studies/Humber Colllege, 1997), h 154-167.
C. Perkembangan Spiritual Pada Peserta Didik
Selain mengalami perkembangan psikomotor dan kognitif, para peserta didik juga mengalami perkembangan Spiritual yang berkaitan dengan perasaan dan sikap serta keyakinan beragama (religiousity) mereka.
Pandpandangan ajaran islam, manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, dalam arti tidak memiliki pengetahuan apapun.Hal ini dinyatakan dalam Al quran secara eksplisit dengan ungkapan: ًﺎﺋْﯾَ ﺷ َ نوُﻣَ ﻠ ْ ﻌَ ﺗ َ ﻻMeskipun demikian, Allah Swt memberi bekal-bekal berupa potensi untuk mengembangkan diri menjadi pemegang wewenang di muka bumi yang dalam Al quran disebut ِ ض ْ رﻷا ﻲِﻓ ٌ ﺔَ ﻔ ْﯾِﻠ َ ﺧ(khalifah di muka bumi) dalam rangka beribadah atau mengabdi kepada-Nya.
Bekal-bekal potensial itu, menurut firmannya berupa indera pendengaran atau telinga dan indera penglihatan atau mata serta daya nalar ِةَدِﺋْ ﻓَا(af-idah). Af-idah menurut ibnu katsit sebagaimana yang telah disinggung dimuka, adalah kalbu atau akal.
Sebuah hadits riwayat Bukhari & Muslim, Rasulullah Muhammad, Saw bersabda:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata : Rasulullah saw.
Bersabda, Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (Suci), maka tergantung kedua orang tuanya yang menjadikan dia Orang Yahudi, Nasrani atau Majusi(HR. Bukhari).41
Hadits tersebut menyatakan, bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan ِة َ ر ْ طِﻓ (Fitrah) atau memiliki sifat pembawaan yang ada sejak lahir.Fitrah atau sifat bawaan anak ini dipahami oleh para ahli antara lain sebagai: kesucian, dan kecenderungan beragama/memeluk Islam. Arti kecenderungan memeluk Islam ini tampaknya mengacu pada kemungkinan berkembangnya anak tersebut menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi, bergantung pada kedua orang tua. Alhasil, setiap anak pada dasarnya berpotensi menjadi seorang muslim, dan potensi ini akan menjadi kenyataan apabila kedua orangtua dan lingkungan mendidiknya secara Islami.
Berdasarkan analisis singkat mengenai fitrah di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa bakat dan pembawaan berperan sangat penting dalam menentukan perkembangan anak khususnya pada perkembangan Spiritual pada peserta didik.
Perkembangan spiritual peserta didik dapat di tinjau dari beberapa aspek yaitu :
1. Kesadaran Beragama
Pada Usia 10 tahun ke atas, semakin bertambah kesadaran anak akan fungsi agama baginya, yaitu berfungsi moral dan sosial. Anak mulai dapat menerima bahwa nilai-nilai agama lebih tinggi dari nilai-nilai pribadi
41 Fu’ad bin Abdul Baqi, Bukhari Muslim, (Cet I; Jakarta : Fatham : 2015), h. 233
atau nilai-nilai keluarga. Dia mulai mengerti bahwa agama bukan kepercayaan pribadi atau keluarga, tetapi kepercayaan masyarakat.
Berdasarkan pengertian ini, maka sholat berjamaah, atau sholat-sholat sunnah lainnya dan ibadah Sosial (menolong fakir miskin, membagikan zakat) sangatlah menarik baginya.
Periode Usai Sekolah Dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut pendidikan agama di sekolah-sekolah harus menjadi perhatian semua pihak yang terkait, bukan hanya guru agama tetapi juga kepala sekolah dan guru-guru lainnya.
Apabila mereka telah memberikan suri teladan dalam mengamalkan agama kepada anak, maka pada diri anak akan berkembang sikap yang positif terhadap agama, dan pada gilirannya akan berkembang pada kesadaran beragamanya
Zakiah Darajat Mengemukakan bahwa: “pendidikan agama di sekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan pembentukan kepribadian dan Akhlak anak.
Apabila berhasil, maka pengembangan sikap keagamaan pada masa remaja akan mudah, karena anak telah mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai goncangan yang biasa terjadi pada masaremaja”.42
Kesadaran beragama anak ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sikap keagamaan anak masih bersifat reseptif namun sudah disertai dengan pengertian.
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman kepada
42 Syamsu Yusuf L.N & Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik(Cet IV;
Depok: PT.Rajagrafindo Persada 2013), h. 69.
indicator-indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya (contohnya: dalam menjelaskan tentang Allah Swt. Sebagai pencipta yang Maha Agung, dapat dimulai dengan mempertanyakan siapa yang membuat dirinya berikut bagian-bagian tubuhnya; siapa yang membuat air, tanah, udara, buah-buahan, dan alam semesta lainnya. Melalui Tanya jawab dengan mereka maka Insya Allah akan berkembang pada diri mereka keimanan atau keyakinan kepada Allah Swt.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.43
2. Kecerdasan Spiritual a. Pengertian Spritual
Dimensi spritual adalah dimensi yang paling penting dan agung bagi manusia, bagi seorang anak, perkembangan dimensi ini sangatlah penting. Dimensi ini akan menentukan, apakah kelak dia menjadi pribadi yang bahagia atau menderita.
Spritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai dan moralitas. Dia memberi arah dan arti bagi kehidupan. Spritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar dibanding kekuatan kita semua. Inilah kesadaran yang menghubungkan kita dengan Tuhan.44
Apabila manusia didorong naluri dan kebutuhan jasmaninya sesuai perintah Allah dan larangnnya, berarti ia telah melakukan kebaikan dan berjalan pada jalan taqwa. Namun bila manusia memenuhi dorongan dan naluri kebutuhan jasmaninya seraya berpaling dari perintah Allah Swt dan larangannya, berarti ia telah melakukan perbuatan buruk dan berjalan di atas jalan kemaksiatan.
43Ibid h.71
44Mustamir Pedak dan Handoko Sudrajad, Saatnya Bersekolah. (Jogjakarta:
Buku Biru,2009), hal. 120
b. Pengertian Kecerdasan Spritual
Temuan ilmiah tentang kecerdasan spritual, spiritual Qoutient (SQ) ini pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, dari Harvard University dan Oxford University.Riset yang juga dilakukan oleh Michael Persinger pada tahun 1990-an, serta riset yang dikembangkan oleh V.S Ramachandran pada tahun 1997 menemukan adanya God Spot dalam otak manusia, yang secara built-in merupakan pusat spritual yang terletak di antara jaringan saraf dan otak.
Danah zohar dan Ian Marshall: “ mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelegensia. Puncak dari segala kecerdasan manusia.
Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai spritual”.45
Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri atas gabungan kata kecerdasan dan spiritual. Maka kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam setiap diri manusia sejak lahir yaang membuat manusia menjalanai hidup penuh makna, selalu mendengarlkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia. Jadi SQ dapat mrmbantu seseorang untuk membangun dirinya secara utuh. Sehingga semua yang diajalaninya tidak hanya berdasarkan proses rasio saja melainkan juga menggunakan hati nurani karena hati nurani adalah pusat kecerdasan spiritual.
Cerdas secara spiritual adalah orang yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai Ilahi senbagai manifestasi dari aktifitasntya dalam kehidupan sehari-hari dan berupaya mempertahankan keharmonisan dan keselarasan dalam
45Dr. Syahrul Akmal Latif, S.Ag, M.Si dan Alfin el Fikri, Super Spiritual Quotient(SSQ),(Jakarta : PTGramedia, 2017) h. 105
kehidupannya sebagai wujud dari pengalamannya terhadap tuntutan fitrahnya sebagai mahluk yang memiliki ketergantungan terhadap kekuatan yang berada diluar jangkauan dirinya, yaitu Sang Maha Pencipta.46
Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar terhadap sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.
c. Ciri-ciri kecerdasan Spiritual
Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah :
1) Memiliki prinsip dan pegangan hidup yang jelas dan kuat yang berpijak padakebenaran universal baik berupa kasih sayang, keadilan, kejujuran, toleransi, integritas, dan lain-lain. Semua itu menjadi bagian terpenting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan. Dengan prinsip hidup yang kuat, ia menjadi orang yang betul-betul merdeka dan tidak diperbudak oleh siapapun.
2) Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan dan memiliki kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. Berbagai penderitaan, halangan, rintangan dan tantangan yang hadir dalam kehidupan dihadapi dengan senyuman dan keteguhan hati karena itu semua bagian dari proses menuju kematangan kepribadian secara umum baik moral dan spiritual
3) Mampu memaknai pekerjaan dan aktivitasnya dalam kerangka dan bingkai yang lebih luasdan bermakna. Sebagai apapun profesinya, sebagai presiden, menteri dan seterusnya, ia akan memaknai semua aktivitas yang dijalani dengan makna yang luas dan dalam.
dengan motivasi yang luhur dan suci.
46Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media ), h. 52-53
4) Memiliki kesadaran diri (self-awaraness) yang tinggi. Apapun yang dilakukan, dilakukan dengan penuh kesadaran.47
Ciri-ciri kecerdasan spiritual secara umum menurut Zohar dan Marshall.
a) Kesadaran diri. Kesadaran bahwa saya, atau organisasi tempat saya bergabung, pertama-tama mempunyai pusat internal, memberi makna dan autentisitas pada proyek dan kegiatan saya.
b) Spontanitas istilah spontainety berasal dari akar bahsa Latin yang sama dengan istilah response dan responsibility. Menjadi sangat spontan berarti sangat responsive terhadap momen, dan rela serta sanggup bertanggung jawab terhadapnya.
c) Terbimbing oleh visi dan nilai. Terbimbing oleh visi dan nilai berarti bersikap idealistis, tidak egoistik dan berdedikasi.
d) Holistik. Holistik merupakan satu kemampuan untuk melihat satu permasalahan dari setiap sisi fdan melihat bahwa setiap persoalan punya setidaknya dua sisi, dan biasanya lebih.
e) Kepedulian. Kepedulian merupakan sebuah kualitas dari empati yang mendalam, bukan hanya mengetahui perasaan orang lain tetapi juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
f) Merayakan keberagaman. Menghargai orang lain dan pendapat-pendapat yang bertentangan atas dasar perbedaan bukannya meremehkan perbedaan-perbedaan itu.
g) Independensi terhadap lingkungan. Dalam hal ini independensi terhadap lingkunagn berarti teguh, terfokus, tabah, berpikiran independent, kritis terhadap diri sendiri, berdedikasi dan berkomitmen.
h) Bertanya “Mengapa” keingintahuan yang aktif dan kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan “mengapa” yang fundamentalsangat penting bagi segala macam kegiatan ilmiah, yang merupakan semangat dan motivasi untuk meneliti secara terus menerus.
i) Membingkai ulang. Orang atau organisasi yang bisa membingkaiulang akan lebih visioner, sanggup merealisasikan masa depan yang belum ada. Mereka terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan.
j) Pemanfaatan positif atas kemalangan. Orang yang mengambil manfaat atas kemalangan , mereka setia pada proyek atau sebuah ide dan memperjuangkannya, tidak peduli betapa sulit dan menderitanya perjuangan ini.
k) Rendah hati. Orang yang rendah hati tidak mementingkan ego, mereka menyadari keberhasilan yang dicapai banyak bersandar pada prestasi orang lain dan pada anugerah dan keberuntungan yang telah dicurahkan
47 Hasan Abdul Wahid, SQ Nabi : Aplikasi Strategi dan Model Kecerdasan Spiritual Rosululloh di masa kini ,(Jogjakarta: IrcisoD), h. 76
l) Merayakan keberagaman. Menghargai orang lain dan pendapat-pendapat yang bertentangan atas dasar perbedaan bukannya meremehkan perbedaan-perbedaan itu.
m) independensi terhadap lingkungan. Dalam hal ini independensi terhadap lingkunagn berarti teguh, terfokus, tabah, berpikiran independent, kritis terhadap diri sendiri, berdedikasi dan berkomitmen
n) Rasa keterpanggilan. Rasa keterpanggilan adalah pasangan aktif dari memiliki rasa dan mewujudkan visi tersebut.48
Mencakup hal diatas tentang ciri-ciri manusia yang mimiliki kecerdasan spritual, maka berikut akan dijelaskan cakupan aspek spiritual adalah sebagai berikut:
1. Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin yaitu mos. Kata mos adalah bentuk kata tunggal dan jamaknnya adalah mores. Hal ini berarti kebiasaan, susila. Adat kebiasaan adalah tindakan manusia sesuia dengan ide-ide umum tentang yang baik dn tidak baik yang diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, moral adalah perilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan sosial atau lingkungan tertentu yang diterima oleh masyarakat.
Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia. Jadi bukan mengenai baik buruknya begitu saja. Sebagai contoh pak Yusuf adalah seorang dosen buruk, karena ia selalu hanya membacakan teks bukunya saja sehingga mahasiswa pasti nagntuk. Akan tetapi, ia sekaligus manusiaseorang manusia yang baik. Artinya pak Yusuf selalu membantu para mahasiswa, ia jujur dan dapat dipercaya, ia tidak mengatakan yang tidak benar dan selalu bersikap adil.
Penilaian pertama tentang Pak Yusuf sebagai dosen bukan moral, sedangkan penilaian yang kedua bersifat moral.49
48Zohar dan Marshall, spiritual Intiligent Kecerdasan Spiritual, Terj. Soesanto Boedidarmo (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001), h. 12-13
49Frans Magnis Suseno, Etika dasar masalah-masalah pokok filsafat moral, (Yogyakarta:Kanisius, 1985) h. 18.
2. Akhlak
Akhlak secara Etimologi berasal dari kata Khlaqa yang berarti mencipta, membuat atau menjadikan. Akhlak adalah ikhwal yang melekat dalam jiwa, timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan dan diteliti oleh manusia. Apabila hal ikhwal atau tingkah laku itu menimbulkan perbuatan-perbuatan yang baik lagi terpuji oleh akal, maka tingkah laku itu dinamakan,akhlak yang baik. Sebaliknya bila perbuatan-perbuatan yang buruk maka tingkah laku dinamakan akhlak yang buruk. Oleh karena itu, akhlak disebut tingkah laku atau ikhwal yang melekat kepada seseorang karena telah dilakukan berulang-ulang, sebab seseorang yang jarang memberikan uangnya kemudian ia memberi karena ada kebutuhan yang tiba-tiba maka orang itu dikatakan berakhlak dermawan karena perbuatannya tidak melekat dalam jiwanya. Selain itu diisyaratkan timbulnya perbuatan itu dengan mudah tanpa dipikir lagi.
“Orang yang memaksakan dirinya diam dengan rasa berat di waktu marah, maka tidak dikatakan bahwa orang itu berakhlak dermawan lapang hati dan sabar”.50
d. Membina Kecerdasan Spiritual
Sekolah adalah lingkungan kedua dalam pembinaan kecerdasan spiritual setelah lingkungan keluarga, ini menjadi tugas dan tanggung jawab setiap guru, khususnya guru pendidikan agama Islam untuk membina kecerdasan spiritual siswanya agar tujuan pendidikan Islam
50 Muhammad Al-Hufy, ahmad. Akhlak nabi Muhammad saw.: kelurahan dan kemuliaannya.(Jakarta:bulan bintang, 1987), h.15
tercapai. Pembinaan kecerdasan spiritual lebih penting daripada hanya menghafal dalil dan hukum-hukum Islam tetapi tidak menghayati dan mengamalkannya.
Pembinaan adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap sesuatu agar sesuatu itu menjadi lebih baik. Adapun syarat pembinaan itu sendiri adalah bertahap dan berkesinambungan. Bertahap merupakan pembinaan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, serta berkesinambungan adalah terus menerus, yaitu bahwa pembinaan itu harus dilakukan tanpa henti baik oleh guru, orangtua maupun masyarakat.51
Membina kecerdasan spiritual siswa, guru perlu mengetahui beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan siswa agar pengembangan keserdasannya meningkat dan mampu merealisasikan akhlakul karima yang baik dan benar.
Menurut Waruru upaya dalam pembinaan siswa adala Menanamkan pengetahuan tentang akhlak yang baik dan Memelihara tentang pengetahuan akhlak kepada siswa, sebelum Meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan tentang akhlak, Guru harus mampu Menekankan dan memotivasi siswa agar mengamalkan akhlak yang baik serta Memberikan tauladan kepada siswa dengan baik.52
Penulis berkesimpulan bahwa cara-cara di atas dapat ditempuh melalui kegiatan:
1) Memberikan pengajaran dan kegiatan yang bisa menumbuhkan pembentukan pembiasaan berakhlak mulia dan beradat kebiasaan yang baik. Misalnya:
51 W.J.S Poerdaminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1991), h. 141
52Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan Pedoman Bagi Orangtua Dan Guru Dalam Mendidik Anak Cerdas, (Jakarta, Pustaka Populer Obor, 2003), h. 51
a) Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara, berbusana dan bergaul dengan baik di sekolah maupun di luar sekolah.
b) Membiasakan siswa dalam hal tolong menolong, sayang kepada yang lemah dan menghargai orang lain.
c) Membiasakan siswa bersikap ridha, optimis, percaya diri, menguasai emosi, dan sabar.
2) Membuat program kegiatan keagamaan, yang mana dengan kegiatan tersebut bertujuan untuk memantapkan rasa keagamaan siswa, membiasakan diri berpegang teguh pada akhlak mulia dan menghindari akhlak yang buruk, selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan bermu’amalah yang baik. Ini dapat dilakukan dengan aanyaprogram sholat dhuha bejama’ah, membaca asma’ul husna sebelumpelajaran dimulai, sholat dhuhur berjama’ah, diadakannya peringatanperingatan hari besar Islam, adanya kegiatan Ramadhan, adanya peraturan-peraturan tentang kedisiplinan dan tata tertib sekolah.
Dalam ajaran agama islam bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk tuhan dibekali
Dalam ajaran agama islam bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk tuhan dibekali