• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Riwayat Hidup Penerjemah

2. Hâl Jumlah Ismiyah (Klausa Nominal)

60

Hâl pada jumlah ismiyah maupun jumlah fi’liyah diharuskan menggunakan

rabit, baik itu rabitnya dengan huruf wawu hâliyah, damîr, ataupun menggunakan kedua-duanya. Penulis menemukan hâl jumlah ismiyah

(klausa nominal) dalam buku Bulûgh al-Marâm pada bab Tahârah sebanyak 9 buah.

ﻮ ر ﺎ

م ص ﷲا ل

ﺎﻬ ﺎ و ار ﻰ ﻮهو ﻰ

آ ﻰ

61

“Rasulullah Saw. khutbah di depan kami sewaktu di Mina, sedang Beliau (tetap) berada dalam tunggangannya. Dan air liur tunggangannya itu meleleh mengaliri pundakku.”

Yang kedudukannya menjadi hâl dalam kalimat di atas ialah ﻰ ﻮهو ار. Hâl ini ialah hâljumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada ( ﻮه) dan

khabar ( ارﻰ ). Hâl ini memiliki dua rabit, yakni huruf ﺔ ﺎ اواو dan

damîrﻮ ه. Damîr tersebut kembalinya kepada ﷲالﻮ ر. Penerjemah menerjemahkan kata ارﻰ ﻮ هو ‘sedang beliau berada dalam tunggangannya’. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.62

61

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 13

62

ﻮ ر ﺎ

م ص ﷲا ل

ﺎﻬ ﺎ و ار ﻰ ﻮهو ﻰ

آ ﻰ

63

“Rasulullah Saw. khutbah di depan kami sewaktu di Mina, sedang Beliau (tetap) berada dalam tunggangannya. Dan air liur tunggangannya itu meleleh mengaliri pundakku.”

Yang kedudukannya menjadi hâl dalam kalimat di atas ialah ﺎﻬ ﺎ و . Hâl ini ialah hâljumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada ( ﺎﻬ ﺎ ) dan

khabar ( ). Hâl ini memiliki dua rabit, yakni huruf ﺔ ﺎ اواو dan isim

damîr. Penerjemah menerjemahkan kata ﺎ ﻬ ﺎ و 'dan air liur

tunggangannya itu meleleh mengaliri pundakku’. Terjemahan ini kurang tepat, karena tidak menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia. Alangkah baiknya jka diterjemahkan ‘sedang air liur tunggangannya meleleh mengaliri pundakku’. Prefosisi ’sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa indonesia.64

آﺪ أ

ﺮآذ

ﻮ ﻮهو

ل

65

“Jangan hendaknya seseorang di antara kamu memegangi kemaluannya dengan tangan kanan, sedangkan ia dalam keadaan buang air besar.”

63

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 13

64

Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310

65

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 45

Hâl pada kalimat di atas ialah لﻮ ﻮهو. Hâl ini ialah hâl jumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada ( ﻮه) dan khabar ( لﻮ ). Hâl ini memiliki dua rabit, yakni huruf ﺔ ﺎ اواوdan damĭrﻮه. Damĭr tersebut kembalinya kepada ﷲالﻮ ر. Penerjemah menerjemahkan kata ل ﻮ ﻮهو 'sedangkan ia dalam keadaan buang air besar'. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.66 Terjemahan ini kurang efektif karena menggunakan kata yang sebenarnya tidak perlu, seperti hendaknya dan sedangkan. Penulis memiliki alternatif terjemahan lain 'janganlah seseorang di antara kamu memegangi kemaluannya dengan tangan kanan ketika sedang buang air besar'. Sehingga tidak terjadi pemborosan kata.

ﻮ ر نﺎ آ

ﻮ هو مﺎ م ص ﷲا ل

نأ ﺮ

ءﺎ

67

“Rasulullah Saw. biasa tidur dalam keadaan junub tanpa menyentuh air lagi.”

Hâl pada kalimat di atas ialah ﻮهو. Hâl ini ialah hâl jumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (ﻮه) dan khabar ( ). Hâl ini memiliki dua rabit, yakni huruf ﺔ ﺎ اواو dan damĭrﻮه. Damĭr tersebut kembalinya kepada ﷲالﻮ ر. Penerjemah menerjemahkan kata ﻮهو 'dalam keadaan

66

Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310

67

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 54

junub'. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia ialah ‘dalam keadaan’.68

و ة ا تﺮ ﺮ ﻰ ن ر جﺮ

ءﺎ ﺎ

اﺪ ﺎ

ﺎ ﺎ

69

“Telah keluar dua orang laki-laki dari perjalanan jauh, padahal salat telah hampir dimulai sedang keduanya tidak mempunyai air. Lalu mereka tayamum dengan debu yang suci lagi bersih dan salatlah mereka.”

Hâl pada kalimat di atas ialah ءﺎ ﺎ ﻬ و. Hâl ini ialah hâljumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada ( ءﺎ ) dan khabar ( ﺎ ﻬ ). Sedangkan merupakan isim yang beramal seperti amal نﺎآ, yakni merafa'kan isim dan menasabkan khabar. Lafaz ﺎ ﻬ berkedudukan sebagai khabar laisa mukadam dan lafaz ءﺎ ialah isim laisa mu'akhar. Hâl ini mempunyai dua

rabit, yakni huruf ﺔ ﺎ اواو dan damîr Penerjemah ﺎ ه menerjemahkan kalimat ءﺎ ﺎ ﻬ و 'sedang keduanya tidak memiliki air'. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena prfosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.70

68

Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310

69

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 61

70

و

ﺔ ﺎ

ﷲا ر

ﺎ ﺎﻬ

نﺎآ

ﻮ ر

م ص ﷲا ل

رﺰ ﺄ ﺮ

ﺎ أو ﺮ ﺎ

71

Dari Aisya ra. Ia berkata, "Rasulullah Saw. pernah menyuruhku memakai sarung saja, lalu beliau menempelkan badannya ke badanku, padahal aku sedang haid.”

Hâl pada kalimat di atas ialah ﺎ أو ﺎ . Hâl ini ialah hâl jumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (ﺎ أ) dan khabar ( ﺎ ). Hâl ini mempunyai dua rabit, yakni huruf ﺔ ﺎ اواو dan damîr ﺎ أ . Penerjemah menerjemahkan kalimat ﺎ أو ﺎ 'padahal aku sedang haid'. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena prefosisi ‘padahal’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, sebagaimana yang ada di dalam Al-qur’an surat al-Maidah [5]: 84.72

ا و

ﷲا ر س

ﻮ ر

ﻰ م ص ﷲا ل

ﺄ يﺬ ا

إ

أﺮ

ﺎ هو

73

“Dari Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah Saw. mengenai orang yang menyetubui isterinya yang sedang haid.”

Hâl pada kalimat di atas ialah ﺎ هو. Hâl ini ialah hâl jumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (damîr ه) dan khabar ( ﺎ ). Hâl ini

71

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 68

72

Departemen Agama, Terjemah Alquran (Jakarta: Depag, tth), h.

73

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 68

memiliki dua rabit, yakni huruf ﺔ ﺎ اواو dan damĭr ه. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.74

و

ذﺎ

لﺎ

ص ا لﺄ أ ﷲا ر س

ﺎ م

إ

أﺮ

ﺎ هو

75

Dari Mu'adz putera Jabal ra., "Bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang apa saja yang di perbolehkan bagi suami terhadap isteri yang sedang dalam haid?"

Hâl pada kalimat di atas ialah ﺎ هو. Hâl ini ialah hâl jumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (damĭr ه) dan khabar ( ﺎ ). Hâl ini memiliki dua rabit, yakni huruf ﺔ ﺎ اواو dan damĭr ه. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia. Pada terjemahan tersebut, ada satu kata yang membuat hasil terjemahan menjadi tidak nyaman dibaca, yakni kata ‘dalam’. Hasil terjemahan lebih nyaman dibaca jika kata itu dihilangkan, menjadi 'sedang haid'. Sehingga terjemahannya menjadi “bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang apa saja yang di perbolehkan bagi suami terhadap isteri yang sedang haid?”

74

Abdullah Abbas Nadwi, Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an, h. 310

75

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulûgh al-Marâm. Penerjemah Drs. Mohamad Machfuddin Aladip, h. 69

ﻮﻬ ﺔ هو ﺔ ﻬ ا ﺎ م ص ﻰ ا لﺎ

76

Bersabda Rasulullah Saw., "Sepotong barang yang di putus dari binatang, sedang binatang itu dalam keadaan hidup maka hukumnya bangkai."

Hâl pada kalimat di atas ialah ﺔ هو. Hâl ini ialah hâl jumlah ismiyah, yakni terdiri dari mubtada (damĭr ه) dan khabar ( ﺔ ). Hâl ini memiliki dua rabit, yakni huruf ﺔ ﺎ اواو dan damĭr ه. Terjemahan ini sudah menggunakan padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia, karena prefosisi ‘sedang’ merupakan salah satu padanan hâl yang tepat dalam bahasa Indonesia.77 Tetapi alangkah baiknya jika diterjemahkan, Rasulullah Saw. bersabda, "Satu anggota tubuh yang di putus dari binatang, sedang binatang itu masih hidup maka hukumnya bangkai."

Dokumen terkait