• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

B. Teori Hâl dalam Bahasa Arab

3. Syarat dan Ciri-Ciri Hâl dalam Bahasa Arab

B. 3.1. Syarat-Syarat Hâl dalam Bahasa Arab

Dalam buku Jami’ al-Durus disebutkan ada empat syarat yang harus dimiliki oleh hâl:44

1. Ia harus berupa isim sifat yang dapat berpindah-pindah (tidak tetap). Keadaan atau sifat yang melekat pada shâhib al-hâlnya bisa berubah. Terkadang pula terbentuk dari isim sifat yang tetap, yakni sifat atau keadaan yang melekat pada shâhib al-hâl tidak akan pernah berubah. Contoh:

نأ

ﷲا

ﺪ ﺮ

نﺎ ﻷا

و

“Allah hendak memberi keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat (dalam keadaan) lemah,” (Q. S. al-Nisâ [4]: 28)

Keadaan lemah yang disandang oleh manusia sampai kapanpun tidak akan pernah berubah.

2. Ia harus berupa isim nakiroh. Jika terdiri dari isim ma’rifat maka harus dita’wil menjadi isim nakiroh. Walaupun terdiri dari isim ma’rifat itu hanya lafaznya saja sedangkan maknanya tidak.

44

Contoh:

يا

ﺎهﺪ و

قﻮ ا

ﻰ ا

هذ

ةدﺮ

3. Sifat atau keadaan itu memang pantas terdapat pada shâhib al- hâl

(logis). Contoh:

ﺎ آﺎ

ﺪ أ

“Singa berlari sambil menangis”

Kalimat ini tidak logis, karena sifat atau keadaan (hâl) yang melekat pada

shâhib al- hâl tidak logis, apakah singa pernah menangis?

4. Hâl harus dari isim musytaq (dapat ditasrif). Musytaq sendiri memiliki arti kata jadian. Ia terbentuk dari kata lain. Jika ada hâl

terdiri dari isimjamid maka harus dita’wil ke dalam isim musytaq. 5. Jika hâl terdiri dari jumlah ismiyah atau jumlah fi’liyah yang

didahului oleh prefosisi qad dan tidak ada damir yang kembali kepada shâhib al- hâl maka wajib menggunakan wawu. Wawu ini biasa di sebut dengan wawu hâliyah.

Contoh:

وإ

ذ

ﻰ ﻮ

لﺎ

ا

نﻮ

ﺪ و

إ

ﷲا

لﻮ ر

إ

“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada Kaumnya, ‘Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa

sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu.’,” (Q. S. al-Saf [61]: 5)

ءﺎ ﺪ ﻷا

ﺪ و

كﻮ أ

بﺎ

أر

”Semua teman-teman hadir sedangkan saudaramu tidak hadir”

B. 3. 2.

Ciri-Ciri Hâl dalam Bahasa Arab

Hâl dalam Bahasa Arab memiliki beberapa ciri, di antaranya:

a. Harus berupa isim sifat (isim fa’il dan isim maf’ul) atau syibh al- jumlah

b. Menimbulkan pertanyaan “Bagaimana?” (

آ

) c. Dibaca nashab (fathah)

d. Menerangkan keadaan ketika terjadinya suatu pekerjaan. e. Terbentuk dari isim nakiroh dan isim musytaq

B. 4.

Padanan Hâl dalam Bahasa Arab

Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan jalannya suatu peristiwa yang sedang berlangsung.45 Definisi ini hampir mirip dengan definisi hâl yang di kemukakan oleh Dr. Abdullah Abbas Nadwi, yakni hâl

adalah sebuah istilah tata bahasa arab yang berarti keadaan pada waktu kata kerja utama terjadi.

Hasan Alwi, dkk mencatat, bahwa ada riga prefosisi yang menyatakan keterangan cara, yakni prefosisi dengan, secara, dan tanpa. Selain dengan prefosisi, keterangan cara juga dapat dibentuk dengan menambahkan imbuhan se- dan akhiran –nya pada kata ulang. Contoh:

ﺎ ﺆ

و

ؤاﺰ

ا

“Siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya Neraka Jahanam,” (Q. S. al-Nisâ [4]: 93)

إ

ا

لاﻮ أ

نﻮ آﺄ

ﺬ ا

ن

إ

ﻬ ﻮ

نﻮ آﺄ

ارﺎ

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara lalim sebenarnya mereka menelan api sepenuh perutnya,” (Q. S. al-Nisâ [4]: 10)

ﺪ ز

ءﺎ

“Zaid datang tanpa tertawa”

ﺎ ﺮ

ﺪ ﺎ

”Khalid berlari secepat-cepatnya”

45

Hasan Alwi, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: balai pustaka, 2003), edisi ke-3, h. 370

B. 4. 1.

Berpadanan dengan padahal

Sebagaimana dalam Al-Qur’an,

ﺎ ءﺎ

ﺎ و

ﷲﺎ

ﺎ و

ﺎ ا

مﻮ ا ﺎ ر

نأ

و

ا

“Dan mengapa kami beriman kepada Allah dan kepada kebenaran Al- Quran yang datang kepada kami padahal kami bermaksud benar supaya kami dimasukan oleh Allah ke dalam golongan orang-orang yang saleh”,

(Q. S. al-Maidah [5]: 84)

B. 4. 2.

Berpadanan dengan imbuhan ber- + kata ulang

Di antara makna imbuhan ber- ialah menerangkan dalam keadaan. Selain itu

ber-, memiliki fungsi untuk menguatkan dan memformalkan status verba tersebut.46 Contoh:

ﻷا ﺮ ا ﺪ

اﺮ زم

“Orang-orang Quraisy masuk Islam berbondong-bondong”

اوﺮ

وأ

ﺎ ﺎ

اوﺮ ﺎ

آر

اوﺬ

اﻮ أ

ﺬ ا

ﺎﻬ ﺄ

Hai orang-orang yang beriman bersiap siagalah kamu, majulah kemedan pertempuran berkelompok atau majulah ke medan pertempuran bersama- sama,” (an-Nisa [4]: 71).

B. 4. 3.

Berpadanan dengan kata penghubung sambil

Kata penghubung sambil dengan fungsi menggabungkan menyatakan ‘keadaan’ digunakan di depan unsur kalimat yang berfungsi keterangan. Kata penghubung sambil bisa diganti dengan kata seraya.47

46

Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), edisi ke-3, h. 137

Contoh: Dibacanya surat itu sambil tersenyum

ا

ﷲا

نوﺮآ

دﻮ و

ا

نوﺮﻜ و

ضرﻷا

و

تاﻮ ا

"Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi," (Q.S. al-Imran [3]: 191)

B. 4. 1.

Berpadanan dengan Keterangan keadaan

Keterangan keadaan menerangkan keadaan apa yang tersebut pada predikat, salah satu kata penghubung keterangan keadaan ialah prase dengan. Contoh:

ﺎﻬ

جﺮ

ﺎ ا

مﻮ ا

بر

لﺎ

Musa keluar dari kota itu dengan rasa takut yang menunggu-nunggu, dengan khawatir ia berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang- orang yang lalim, ” (Q. S. al-Qasas [28]: 21)

Keterangan alat sama dengan keterangan keadaan tetapi frase yang terdapat di belakang kata dengan tidak sama.

Bandingkan:

a. Dia melempar kekasihnya dengan bunga

b. Dia melempar kekasihnya dengan senyuman manis

kalimat (a), dibelakang kata dengan terdapat kata bunga. Bunga dipakai sebagai alat untuk melempar, karena frase dengan bunga dinamai

47

Abdul Chaer. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) h. 160

keterangan alat. Pada kalimat (b), di belakang kata dengan terdapat frase tersenyum manis, frase ini menerangkan keadaan waktu pekerjaan

melempar dilakukan. Karena itu frase tersebut dinamai keterangan keadaan. B. 4. 1. Berpadanan dengan Dalam keadaan

Contoh:

نأ

ﷲا

ﺪ ﺮ

نﺎ ﻷا

و

“Allah hendak memberi keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat (dalam keadaan) lemah.” (Q. S. al-Nisâ [4]: 28) B.

5. 1.

Berpadanan sedang Contoh:

ﷲو

د

ض

رﻷا

ﺎ و

تاﻮ ا

نوﺮ ﻜ

هو

ﺔﻜ

او

“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang ada di langit dan semua mahluk melata (juga) para malaikat sedang mereka tidak menyombongkan diri,” (Q.S. al- Nahl [ ]: 49)

B. 4. 1.

Berpadanan dengan ter- + kata dasar yang menyatakan keadaan Imbuhan ter- berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif yang menyatakan keadaan.48

Contoh: Tubuhnya kaku tergeletak

مﺎ

”Muhammad tidur dengan nyenyak” atau ”Muhammad tidur terlelap”

48

Dokumen terkait