• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ASPEK HUKUM PENGIRIMAN TEBU DARI KEBUN KE

B. Hak dan Kewajiban para Pihak dalam Perjanjian Pengiriman

masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik. Artinya kedua belah pihak pengangkut maupun pengirim barang masing-masing mempunyai kewajiban sendiri. Dimana kewajiban pihak pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pihak pengirim ialah membayar

52

uang angkutan sebagai kontra prestasi dari penyelenggara pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.73

Menurut H.M.N Purwosutjipto, kewajiban-kewajiban dari pihak pengangkut adalah :

1) Menyediakan alat pengangkut yang akan digunakan untuk menyelenggarakan pengangkutan.

2) Menjaga keselamatan orang (penumpang) dan/atau barang yang diangkutnya. Dengan demikian maka sejak pengangkut menguasai orang (penumpang) dan/ atau barang yang akan diangkut, maka sejak saat itulah pihak pengangkut mulai bertanggung jawab.

3) Kewajiban yang disebutkan dalam Pasal 470 KUHD yang meliputi : a. Mengusahakan pemeliharaan, perlengkapan atau peranakbuahan alat

pengangkutnya;

b. Mengusahakan kesanggupan alat pengangkut itu untuk dipakai menyelenggarakan pengangkutan menurut persetujuan;

c. Memperlakukan dengan baik dan melakukan penjagaan atas muatan yang diangkut.

4) Menyerahkan muatan ditempat tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.74

Kewajiban pengangkut sebetulnya sudah terkandung dalam Pasal 1235 KUH Perdata, yang menetepakan bahwa dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, termasuk didalamnya suatu kewajiban untuk menyerahkan dan menjaga sesuatu (barang-barang) itu sebagai seorang bapak rumah yang baik sampai pada saat penyerahan.75

Selain itu, di dalam Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdapat beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan angkutan umum, yaitu :

73

Sinta Uli, Op. Cit., hlm. 62. 74

Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Pengangkutan,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25388/3/Chapter%20II.pdf, hlm. 22 di akses pada tanggal 13 April 2015.

75

1. Menyerahkan tiket penumpang (Pasal 167 ayat (1a) UU No. 22 Tahun 2009);

2. Menyerahkan tanda bukti pembayaran pengangkutan untuk angkutan tidak dalam trayek (Pasal 167 ayat (1b) UU No. 22 Tahun 2009);

3. Menyerahkan tanda pengenal bagasi kepada penumpang (Pasal 167 ayat (1c) UU No. 22 Tahun 2009);

4. Menyerahkan manifes kepada pengemudi penumpang (Pasal 167 ayat (1d) UU No. 22 Tahun 2009);

5. Perusahaan Angkutan Umum wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengirim barang (Pasal 186 UU No. 22 tahun 2009);

6. Perusahaan Angkutan Umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang telah dibayar oleh penumpang dan/atau pengirim barang jika terjadi pembatalan pemberangkatan (Pasal 187 UU No. 22 tahun 2009);

7. Perusahaan Angkutan Umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan pelayanan angkutan (Pasal 188 UU No. 22 tahun 2009);

8. Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya (Pasal 189 UU No. 22 tahun 2009);

Selain kewajiban yang dibebankan kepada pengangkut oleh undang-undang, terdapat juga hak-hak yang diberikan kepada pengangkut. Hak-hak yang dimiliki oleh pihak pengangkut antara lain :

54

1. Pihak pengangkut berhak menerima biaya pengangkutan.

2. Pemberitahuan dari pengirim mengenai sifat, macam dan harga barang yang akan diangkut.

3. Penyerahan surat-surat yang diperlukan dalam rangka mengangkut barang yang diserahkan oleh pengirim kepada pengangkut.76

Selain itu dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 terdapat beberapa hak-hak dari pihak pengangkut, yaitu :

1. Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang diangkut jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian angkutan (Pasal 195 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009).

2. Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan (Pasal 195 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2009).

3. Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang yang diangkut secara lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban (Pasal 195 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009).

4. Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau penerima sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati, perusahaan angkutan umum berhak memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu dalam penyimpanannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 196 UU No. 22 Tahun 2009).

76

Adapun yang menjadi kewajiban utama pihak penumpang dalam perjanjian pengangkutan adalah membayar biaya pengangkutan. Setelah membayar biaya pengangkutan kepada pihak pengangkut maka secara otomatis pihak penumpang berhak atas pelayanan pengangkutan dari pihak pengangkut.

Adapun yang menjadi kewajiban utama pihak pengirim dalam perjanjian pengangkutan adalah membayar biaya pengangkutan, selain itu pihak pengirim berkewajiban untuk memberitahukan tentang sifat, macam, dan harga barang yang akan diangkut, serta menyerahkan surat-surat yang diperlukan untuk pengangkutan barang tersebut.

Sedangkan hak-hak yang dimiliki oleh pihak pengirim barang antara lain menerima barang dengan selamat di tempat yang dituju, menerima barang pada saat yang sesuai dengan yang ditunjuk oleh perjanjian pengangkutan, dan berhak atas pelayanan pengangkutan barangnya.

Berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborong (SPPP) antara Kebun Sei Semayang dengan CV. Sari Persada terdapat beberapa hak dan kewajiban para pihak dalam pengiriman tebu.

Adapun yang menjadi kewajiban CV. Sari Persada sebagai pihak kedua atau pengangkut, ialah sebagai berikut:

1) Setiap hari kerja pihak kedua harus menyediakan armada angkutan tebu/truk ukuran besar ataupun kecil sesuai kebutuhan untuk mengangkut tebu yang tersedia di lapangan untuk dikirim ke pabrik sesuai target harian yang ditetapkan ± 228,50 ton/hari.

2) Kapasitas muatan ton tebu untuk angkutan tebu truk besar ± 12 (dua belas) ton san angkutan tebu truk kecil ± 8 (delapan) ton.

3) Setiap armada angkutan tebu milik pihak kedua harus dalam keadaan baik dan layak dioperasikan dan jika armada angkutan tebu/truk dari pihak kedua rusak maka harus segera diperbaiki/dicari penggantinya, jika tidak dapat penggantinya maka Pihak Kedua dikenakan sanksi denda oleh pihak pertama sebesar tarif angkut tebu yang ditetapkan.

56

4) Pihak kedua harus mendaftarkan seluruh armada angkutan tebu ke SBU Tebu serta harus menyerahkan fotocopy STNK yang masih berlaku kepada pihak pertama sesuai jumlah armada angkutan tebu/truk.

5) Pada hari minggu pihak kedua wajib mengangkut tebu ke pabrik selama masih tersedia di lapangan, jika tebu tidak terangkat dikenakan sanksi denda dengan memberlakukan tarif 75% (tujuh puluh lima persen) dari tarif angkutan tebu/ton/hari.

6) Tiap armada angkutan tebu/truk milik pihak kedua wajib mempunyai perlengkapan tali sling 3, sling 1, dan sling 4, jika tidak ada akan dikenakan sanksi denda.

7) Jika tebu yang diangkut tumpah atau berceceran di jalan kebun maupun di jalan luar wilayah kebun, harus diangkat dan dimasukkan ke dalam armada angkutan tebu, dan apabila timbul biaya untuk itu menjadi tanggung jawab pihak kedua.

8) Setiap armada angkutan tebu milik pihak kedua yang beroperasi setiap hari harus menempelkan nomor urut armada angkutan, logo PTPN II, dan ditempelkan di sudut kanan masing-masing armada angkut tebu.

9) Setiap armada angkut tebu milik pihak kedua harus menyediakan kotak obat, racun api, dan juga supir. Demikian juga dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) harus menggunakan BBM Non Subsidi sesuai dengan peraturan pemerintah.

10)Gaji/upah supir dan kernet setiap armada angkutan tebu pihak kedua yang beroperasi setiap hari selama musim giling tahun 2014 menjadi tanggung jawab Direksi perusahaan pihak kedua, termasuk juga mendaftarkannya ke PT. JAMSOSTEK di Tanjung Morawa.

11)Pihak kedua tidak dibenarkan menyerahkan/mengalihkan pekerjaan angkut tebu kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari pihak pertama.77

Sedangkan yang menjadi kewajiban dari Kebun Sei Semayang sebagai pihak pertama atau pengirim, ialah sebagai berikut :

1) Kebun Sei Semayang melakukan pembayaran kepada CV. Sari Persada sesuai tarif yang telah ditetapkan.

2) Menyediakan tebu yang telah cukup umur dan layak untuk digiling.

3) Tebu yang diangkut dari lapangan ke pabrik setiap hari oleh pengangkut CV. Sari Persada harus dilengkapi Surat Pengantar Barang (SPB) yang sudah ditandatangani oleh Asisten DP Kebun yang bersangkutan.

77

4) Kebun Sei Semayang setiap hari harus menempatkan petugas khusus untuk menentukan/mengatur armada angkutan tebu yang masuk.

5) Kebun Sei Semayang harus memberi pel warna kuning pada ikatan-ikatan tebu yang sudah layak diangkut ke pabrik dan pel warna merah untuk ikatan-ikatan tebu yang belum layak untuk diangkut ke pabrik.

6) Selama pekerjaan angkut tebu di lapangan belum selesai, pengawas dari Kebun Sei Semayang tidak dibenarkan meninggalkan lokasi pekerjaan. 7) Setiap angkutan tebu milik CV. Sari Persada yang mogok di lokasi

tebangan, pihak kebun Sei Semayang dalam hal ini Asisten DP, Kepala Dinas Tanaman, dan Manajer Kebun harus segera menyediakan alat tarik yang tersedia/dimiliki oleh bengkel pusat PTPN II.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kewajiban CV. Sari Persada merupakan hak dari Kebun Sei Semayang dan kewajiban Kebun Sei Semayang sebagai pihak pertama atau pengirim tersebut menjadi hak-hak bagi CV. Sari Persada.

Dokumen terkait