• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN UMUM MENGENAI WARALABA

D. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Waralaba

e. bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba;

f. wilayah usaha;

g. jangka waktu perjanjian; h. tata cara pembayaran imbalan;

i. kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris; j. penyelesaian sengketa; dan

k. tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian. Pada Pasal 6 ayat (1) dan (2) PP No.42 Tahun klausula pemberian hak bagi Penerima Waralaba untuk menunjuk Penerima Waralaba lain dan harus memiliki dan melaksanakan sendiri paling sedikit 1 (satu) tempat usaha Waralaba.

Hal yang baru diatur diadalam PP No.42 Tahun 2007 ini adalah kewajiban yang diberikan kepada pemberi waralaba. Pemberi waralaba diwajibkan harus memberikan prospektus penawaran waralaba kepada colon penerima warlaba pada saat melakukan penawaran. Prospektus penawaran waralaba memuat paling sedikit mengenai :

a. data identitas Pemberi Waralaba; b. legalitas usaha Pemberi Waralaba; c. sejarah kegiatan usahanya;

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

e. laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir; f. jumlah tempat usaha;

g. daftar Penerima Waralaba; dan

h. hak dan kewajiban Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba. Pemberi Waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan kepada Penerima Waralaba secara berkesinambungan. Dalam hal ini sepertinya PP No 42 Tahun 2007 kurang menegaskan secara rinci yang menjadi kewaiban dari penerima waralaba. Sehingga Peraturan Pemerintah ini menjadi kontraversial didalam prakteknya.

Peraturan Pemerintah ini sangat mendorong para pihak yang melakukan perjanjian waralaba untuk lebih mengutamakan penggunaan barang dan/atau jasa hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar mutu barang dan/atau jasa yang ditetapkan secara tertulis oleh Pemberi Waralaba dan Pemberi Waralaba harus bekerjasama dengan pengusaha kecil dan menengah di daerah setempat sebagai Penerima Waralaba atau pemasok barang dan/atau jasa sepanjang memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba. Selain itu, pemberi waralaba wajib mendaftarkan prosfektus penawaran waralaba sebelum membuat perjanjian waralaba dengan penerima waralaba. Dalam hal tidak melakukan pendaftaran prospektus penawaran oleh pemberi waralaba, maka akan dikenai sanksi administratif berupa denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan untuk pelanggaran terhadap kewajiban pemberi waralaba dalam hal melakukan pembinaan kepada Penerima Waralaba dikenai sanksi administratif berupa pencabutan Surat Tanda pendaftaran Waralaba setelah

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

diterbitkannya surat peringatan tertulis ketiga. Hal ini juga berlaku bagi penerima waralaba yang tidak melakukan kewajiban untuk mendaftarkan perjanjian waralaba.

Dalam aturan terbaru ini memuat tentang peran pemerintah didalam pewaralabaan. Pemerintah puasat maupun daerah melakukan pembinaan waralaba. Pembianaan waralaba yang dimaksudkan adalah berupa:

a. pendidikan dan pelatihan Waralaba;

b. rekomendasi untuk memanfaatkan sarana perpasaran;

c. rekomendasi untuk mengikuti pameran Waralaba baik di dalam negeri dan luar negeri;

d. bantuan konsultasi melalui klinik bisnis;

e. penghargaan kepada Pemberi Waralaba lokal terbaik; dan/atau f. bantuan perkuatan permodalan.

Selain itu wujud dari peranan pemerintah ini dengan dilakukannya pengawasan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan dengan berkordinasi dengan instansi yang terkait.

3. Waralaba Menurut KepMen No.259/MPP/Kep/7/1997 dan KepMen yang baru No. 12/M-DAG/PER/3/2006

Berhubung Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/ M-

DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba yang terbit pada tanggal 26 Maret 2006 masih baru, maka belum didapat bahasan yang jelas mengenai isi peraturan ini.

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

Pasal 1 ayat (4) menyatakan : “Penerima Waralaba Utama (master franchise) adalah penerima waralaba yang melaksanakan hak membuat Perjanjian Waralaba Lanjutan yang diperoleh dari Pembari Waralaba dan berbentuk Perusahaan Nasional”.

Kemudian ayat (5) dalam pasal yang sama menyatakan : “Penerima Waralaba Lanjutan adalah badan Usaha atau perorangan yang menerima hak untuk memanfaatkan atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi Waralaba melalui Penerima Waralaba Utama”

Pengertian diatas menegaskan bahwa dalam waralaba dapat dilakukan dengan pemberian hak lebih lanjut oleh faranchise utama. Cara ini dalam praktik disebut dengan Master Franchiuse yang mana perjanjiannya disebut dengan Master Franchise Agreement. Pengertian Master Faranchise Agreement ini tidak dirumuskan dalam peraturan ini tapi hanya diberikan pengertian dari Perjanjian Waralaba dan Perjanjian Waralaba Lanjutan. Artinya ada atau tidaknya hak untuk memberikan Waralaba Lanjutan dalam suatu perjanjian waralaba dapat ditemukan dalam perjanjian waralaba. Hal ini jelas dinyatakan dalam Pasal 3, yaitu

1. Perjanjian Waralaba antara Pemberi Waralaba dengan Penerima Waralaba dapat disertai atau tidak disertai dengan pemberian hak untuk membuat Perjanjian Waralaba Lanjutan.

2. Semua ketentuan mengenai Pemberi Waralaba sebagaimana yang diatur dalam Keputusan ini berlaku juga bagi Penerima Waralaba Utama yang

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

melaksanakan hak membuat Perjanjian Waralaba Lanjutan dengan Penerima Waralaba Lanjutan

Sebagai pelaksana PP No.16 Tahun 1997. KepMen ini juga mesyaratkan franchisor untuk meyampaikan keterangan tertulis dan benar kepada franchisee, hanya ada penambahan yang lebih mendetail tentang syarat identitas franchisor yaitu, keterangan mengenai kegiatan usahanya termasuk neraca dan daftar rugi laba selama (dua) tahun terakhir (Pasal 5 butir (a)).19

Pasal 5 dan 6 diatas mengatur mengenai persyaratan sebelum perjanjian dilaksanakan. Pasal 7 mengatur mengenai isi perjanjian waralaba. Persyaratan sekurang-kurangnya berisikan:

Dalam hal pembuatan Perjanjian Waralaba Lanjutan, Franchisee Utama wajib memberi tahu secara tertulis dengan dokumen otentik kepada Franchisee Lanjutan bahwa Franchisee Utama memiliki hak atau ijin membuat Perjanjian Waralaba Lanjutan dari Franchisor (Pasal 6).

20

19

Peraturan menteri Perdagangan Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba, Permen Perdagangan No. 12/M-DAG/PER/3/2006.

20

Widjaja, Op.Cit, hal.118.

(a). Nama, alamat, dan tempat kedudukan perusahaan masing-masing pihak. Khususnya yang berhubungan dengan identitas franchisor maka, jiak franchisor berasal dari luar negeri harus memiliki bukti legalitas dari instansi berwenang di negeri asalnya dan diketahui oleh Pejabat perwakilan RI setempat. Jika franchisor berasal dari dalam negeri wajib memiliki SIUP dan atau ijin usaha dari departemen teknis lainnya (Pasal 9)

(b) Nama dan jabatan masing-masing pihak yang berwenang menandatangani perjanjian.

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

Ketentuan ini untuk memenuhi salah satu unsur sahnya suatu perjanjian sebagaimana diautur dalam KUHPerdata.

(c) Nama dan jenis HKI, penemuan atau cirri khas usaha, misalnya sistim managemen, cara penjualan atau penataan cara distribusi yang merupakan kharateristik khusus yang menjadi objek waralaba;

(d) Hak dan kewajiban masing-masing pihak serta bantuan dan fasilitas yang diberikan kepada franchisee;

(e) Wilayah Pemasaran

Penunjukan wilayah pemasaran usaha waralaba mencakup seluruh atau sebagian wilayah Indonesia. Artinya, wilayah dapat bersifat territorial eksklusif unutk seluruh wilayah atau non-eksklusif yang terbatas pada wilayah tertentu saja. Mengenai teritori ini diatur dalam Pasal 19, yang intinya adalah mencegah persaingan usaha yang dapat mengakibatkan ketidaklayakan usaha waralaba di lokasi tersebut;

(f) Jangka waktu perjanjian dan tatacara perpanjangan perjanjian serta syarat- syarat perpanjangan perjanjian. Jangka waktu perjanjian waralaba ditentukan berlaku sekurang-kurangnya unutk 5 (lima) tahun (Pasal 8). Apabila perjanjian dibatalkan oleh franchisor maka sebelum menunjuk franchisee baru ia harus menyelesaikan terlebih dahulu segala permasalahan yang timbul dengan franchisee lama termasuk persoalan ganti rugi dalam bentuk Surat Pernyataan bersama (clean break). Selama permasalahan tidak terselesaikan, maka Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba (STPUW) untuk Franchisee baru tidak akan diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di Departemen Perdagangan dan Perindustrian (Pasal 14);

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

(g) Cara Penyelesaian Perselisihan

Pada umumnya, penyelesaian sengketa dicoba untuk dilaksanakan diluar pengadilan melalui alternatif penyelesaian sengketa seperti mediasi, arbitrase, atau negosiasi karena bila melalui pengadilan akan memakan waktu lama dan berdampak buruk bagi usaha waralaba tersebut;

(h) Ketentuan-ketentuan pokok yang disepakati yang dapat mengakibatkan pemutusan perjanjian atau berakhirnya perjanjian. Pada dasarnya setiap perjanjian memiliki jangka waktu berlakunya, dan berakhir dengan sendirinya dengan habisnya jangka waktu tersebut. Disini peranan Pasal 1266 KUHPerdata sangat besar dan perlu diperhatikan sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya;

(i) Ganti rugi dalam hal terjadi pemutusan perjanjian

Ketentuan ini umumnya dapat ditemukan dalam Pasal 1627 KUHPerdata yang menyatakan bahwa bila pihak terhadap siapa suatu perikatan tidak terpenuhi dapat menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga;

(j) Tata cara pembayaran imbalan

Mengenai pembayaran imbalan maka itu dapat dilakukan dalam bentuk Direct Monetary Compensation, yaitu lump sum payment dan royalty.

(k) Penggunaan barang atau bahan hasil produksi dalam negeri yang dihasilkan dan dipasok oleh pengusaha kecil. Inti dari ketentuan ini adalah meningkatkan produksi usaha kecil menengah dalam usaha waralaba hingga dapat menciptakan sinergi yang mengunutngkan bagi para pihak.

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

(l) Pembinaan, bimbingan dan pelatihan kepada franchisee.21

Hal ini tentunya merupakan pokok dari usaha waralaba, khususnya Business Format Franchise, karena esensi dari usaha waralaba adalah penyeragaman konsep dan oleh karenanya harus mendapat bimbingan dari franchisor.

D. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Waralaba

Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian waralaba merupakan prestasi maupun kontra prestasi bagi mereka, di mana kesuksesan dan keberhasilan pelaksanaan perjanjian tersebut dinilai dari sejauh mana para pihak melaksanakan hak dan kewajibannya. Secara umum, dapat dirumuskan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pemberi waralaba maupun penerima waralaba. 22

1. Memberikan segala macam informasi yang berhubungan dengan hak atas kekayaan intelektual, penemuan atau cirri khas usaha, misalnya sistem manajemen, cara penjualan, atau penataan, atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba, dalam rangka pelaksanaan waralaba yang diberikan tersebut;

Pemberi waralaba berkewajiban untuk :

2. Memberikan bantuan pada penerima waralaba, pembinaan, bimbingan, dan pelatihan kepada penerima waralaba.

Pemberi waralaba memiliki hak untuk :

1. Melakukan pengawasan jalannya pelaksanaan waralaba;

2. Memperoleh laporan-laporan secara berkala atas jalannya kegiatan usaha

21

Menjadi poin (j) dalam Perturan Menteri Perdagangan yang baru 22

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

penerima waralaba;

3. Melaksanakan inspeksi pada daerah kerja penerima waralaba guna

memastikan bahwa waralaba yang diberikan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya;

4. Sampai batas tertentu mewajibkan penerima waralaba dalam hal-hal tertentu, untuk membeli barang modal atau barang-barang tertentu lainnya dari pemberi waralaba;

5. Mewajibkan penerima waralaba untuk menjaga kerahasiaan Hak atas

Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha, misalnya sistem manajemen, cara penjualan, atau penataan atau cara distribusi yang merupakan merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba; 6. Mewajibkan agar penerima waralaba tidak melakukan kegiatan yang sejenis,

serupa, ataupun yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan persaingan dengan kegiatan usaha yang mempergunakan hak atas kekayaan intelektual, penemuan atau ciri khas usaha;

7. Menerima pembayaran royalti dalam bentuk, jenis, dalam jumlah yang dianggap layak olehnya;

8. Meminta dilakukannya pendaftaran atas waralaba yang diberikan kepada penerima waralaba;

9. Atas pengakhiran waralaba, meminta kepada penerima waralaba untuk mengembalikan seluruh data, informasi maupun keterangan yang diperoleh penerima waralaba selama masa pelaksanaan waralaba;

10.Atas pengakhiran waralaba, melarang penerima waralaba untuk

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

diperoleh penerima waralaba selama masa pelaksanaan waralaba;

11.Atas pengakhiran waralaba, melarang penerima waralaba untuk melakukan kegiatan sejenis, serupa, ataupun secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan persaingan dengan mempergunakan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha;

12.Pemberian waralaba kecuali yang bersifat eksklusif tidak menghapuskan hak pemberi waralaba untuk tetap memanfaatkan, menggunakan atau melaksanakan sendiri Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha.

Penerima waralaba memiliki kewajiban untuk :

1. Melaksanakan seluruh instruksi yang diberikan oleh pemberi waralaba kepadanya guna melaksanakan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha, misalnya sistim manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang merupakan objek waralaba ;

2. Memberikan keleluasaan bagi pemberi waralaba untuk melakukan

pengawasan maupun inspeksi berkala maupun secara tiba-tiba guna memastikan bahwa penerima waralaba telah melaksanakan waralaba yang diberikan dengan baik;

3. Memberikan laporan-laporan baik secara berkala maupun atas permintaan khusus dari pemberi waralaba;

4. Sampai batas tertentu membeli barang modal tertentu, ataupun barang- barang tertentu lainnnya dalam rangka pelaksanaan waralaba dari pemberi

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

waralaba;

5. Menjaga kerahasiaan atas Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha;

6. Melaporkan segala pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha;

7. Tidak memanfaatkan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha, selain dengan tujuan untuk melaksankan waralaba yang diberikan;

8. Melakukan pendaftaran waralaba;

9. Tidak melakukan kegiatan sejenis, serupa, ataupun secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan persaingan dengan kegiatan usaha yang mempergunakan Hak atas Kekayaan Intelektual;

10.Melakukan pembayaran royalti dalam bentuk, jenis dan jumlah yang telah disepakati bersama;

11.Atas pengakhiran waralaba, mengembalikan seluruh data, informasi, maupun keterangan yang diperolehnya;

12.Atas pengakhiran waralaba, tidak memanfaatkan lebih lanjut seluruh data, informasi, maupun keterangan yang diperoleh oleh penerima waralaba selama masa pelaksanaan waralaba;

13.Atas pengakhiran waralaba, tidak lagi melakukan kegiatan sejenis, serupa, ataupun yang secara langsung maupun secara tidak langsung dapat menimbulkan persaingan dengan mempergunakan Hak atas Kekayaan Intelektual.

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

Penerima waralaba berhak untuk :

1. Memperoleh segala macam informasi yang berhubungan dengan Hak atas Kekayaan Intelektual atau ciri khas usaha, misalnya sistim manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang merupakan objek waralaba yang diperlukan olehnya untuk melaksanakan waralaba yang diberikan tersebut;

2. Memperoleh bantuan dari pemberi waralaba atas segala macam cara

pemanfaatan atau penggunaan Hak atas Kekayaan Intelektual, penemuan atau ciri khas usaha;

Hak dan kewajiban ini, baik oleh pemberi waralaba dan penerima waralaba harus dituangkan di dalam perjanjian waralaba guna mewujudkan adanya keseimbangan kedudukan di antara para pihak.

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local (Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional), 2007.

USU Repository © 2009

Dokumen terkait