• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Hak Kepemilikan Sumber Daya

Fauzi (2006), menyatakan bahwa ketidakjelasan hak kepemilikan dalam pengelolaan sumber daya alam terutama yang bersifat open acses seringkali menimbulkan dampak negatif berupa ketidak seimbangan antara manfaat yang diperoleh dari sumber daya dengan biaya sosial yang harus ditanggung dan masalah eksternalitas. Fauzi (2006), lebih lanjut menerangkan bahwa sumber daya alam sering dikategorikan “free of gift” dimana hak kepemilikan sering menjadi problematik. Dengan demikian diperlukan adanya kejelasan konsep dari hak kepemilikan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam.

Fauzi (2006), mendefinisikan hak kepemilikan sebagai klaim yang sah terhadap sumber daya atau pun jasa yang dihasilkan dari sumber daya tersebut. Meskipun hak kepemilikan menyangkut klaim yang sah, hak tersebut tidak bersifat mutlak. Hak kepemilikan sering dibatasi oleh dua hal, yakni hak orang lain4 dan ketidaklengkapan (incompletenss)5. Dari definisi tersebut, Tietenberg (1992), mengidentifikasi ada tiga karakteristik dari hak kepemilikan yaitu:

1. Ekslusifitas yaitu seluruh manfaat dan biaya dari pemanfaatan sumber daya,

secara ekslusif jatuh ke tangan pemilik termasuk keuntungan yang diperoleh dari transfer hak kepemilikan tersebut;

2. Transferability: seluruh hak kepemilikan dapat dipindah-tangankan ke pihak

lain secara suka rela melalui jual beli, sewa, hibah dan lain-lain; dan

3. Enforceability: hak kepemilikan bisa ditegakan, dihormati dan dijamin dari

praktik perampasan/penjarahan pihak lain.

Bromley (1989), menjelaskan bahwa harus dibedakan antara sumber daya dan rezim kepemilikan terhadap sumber daya tersebut. Karena satu sumber daya

4

Fauzi (2006), mencontohkan bahwa seseorang bisa tidak berhak melakukan penambangan mineral dipekarangan rumahnya sendiri, namun pihak lain dapat melakukannya.

5

Fauzi (2006), menyatakan bahwa ketidaklengkapan hak kepemilikan disebabkan oleh mahalnya biaya enforment, misalnya hutan ditebang secara illegal, maka hak Negara atas hutan dibatasi oleh mahalnya biaya pengawasan hutan dan penegakan hukum atas tindakan illegal tersebut.

bisa saja mempunyai berbagai hak kepemilikan. Umumnya, ada empat tipe hak kepemilikan terhadap sumber daya, yaitu terdiri dari (Hanna, 1995):

1. Private property, dimana klaim kepemilikan berada pada individu atau

kelompok usaha (korporasi);

2. Common property atau communal property, dimana individu atau kelompok

memiliki klaim atas sumber daya yang dikelola bersama;

3. State property, dimana klaim kepemilikan berada di tangan pemerintah; dan

4. Open acces, dimana tidak memiliki klaim yang sah atas sumber daya.

Karakeristik dari masing-masing tipe hak kepemilikan tersebut berdasarkan unit pemegang hak kepemilikan dan hak pemiliki serta kewajiban pemilik disajikan pada Tabel. 5

Tabel 5.Tipe hak kepemilikan beserta hak-hak dan kewajibannya

Tipe Pemilik Pemilik/pemegang Akses

Hak Kewajiban

Kepemilikan Pribadi

Individu Akses, pemanfaatan, kontrol Mencegah pemanfaatan yang merugikan sosial Kepemilikan Bersama

Kolektif Akses, pemanfaatan, kontrol (pengecualian kepada non pemilik)

Merawat, mengatur tingkat pemanfaatan Kepemilikan Negara Negara/warga negara Akses, pemanfaatan, kontrol (menentukan aturan) Menjaga tujuan/manfaat sosial Akses Terbuka (tanpa kepemlikan)

Tidak ada Pemanfaatan Tidak ada Sumber : Hanna, 1995.

Dari penjelasan tentang tipe hak kepemilikan diatas, Fauzi (2006) mencoba menggambarkan keterkaitan antara hak kepemilikan dan akses sebagaimana disajikan dalam Gambar 2. Dengan mengambil contoh dua tipe akses yang berbeda, yakni akses terbuka (open access) dan akses terbatas (limited access), Fauzi (2006) menyatakan kemungkinan ada empat kombinasi antara hak pemilikan dan akses, yaitu :

24

1. Hak kepemilikan berada pada komunal atau negara dengan akses yang terbatas. Kombinasi ini memungkinkan pengelolaan sumber daya yang lestari;

2. Sumber daya dimiliki secara individu dengan akses yang terbatas. Kondisi ini, maka karateristik hak kepemilikan terdefinisikan dengan jelas dan pemanfaatan yang berlebihan bisa dihindari;

3. Kombinasi antara hak kepemilikan komunal dan akses terbuka. Kombinasi inilah yang dalam perspektif Hardin (1968) akan melahirkan “the tragedy of

the common”6; dan

4. Sumber daya dimiliki secara individu namun akses dibiarkan terbuka (garis terputus pada Gambar. 2)7. Kombinasi menyebabkan sumber daya tidak akan bertahan lama karena rentan terhadap intrusi dan pemanfaatan yang tidak sah sehingga sumber daya akan cepat terkuras habis.

Gambar 2. Hubungan antara hak kepemilikan dan akses (Sumber : Fauzi, 2006) Saad (2003), memberikan contoh pengalihan status hak atas sumber daya alam, dan mengenai mekanisme pengelolaan sumber daya alam yang diserahkan oleh negara tersebut kepada kelompok masyarakat tertentu, seperti yang terjadi di Benggala Barat (India) dalam bentuk growing associations. Dengan cara melalui sistem pengalihan ini, sekelompok petani tak bertanah atau marginal diberikan petak-petak tanah untuk perkebunan. Meskipun tanah berada dibawah kekuasaan petani, tidak berarti hak milik atas tanah juga beralih kepadanya. Rezim hak

6

Fauzi (2006), menyatakan bahwa tragedi terjadi karena apa yang dihasilkan dari sumber daya dalam jangka panjang tidak lagi sebanding dengan apa yang dimanfaatkan oleh pengguna.

7

Fauzi (2006), menyatakan bahwa kombinasi ini jarang terjadi.

Hak kepemilikan Komunal Negara Individu (privat) Terbuka (Open access) Terbatas (limited))acces Akses

penguasaan atas sumber daya alam (lahan) tetap ditangan negara. Sedangkan petani hanya mempunyai hak garap atau hak milik atas hasil dari tanah tersebut.

Selanjutnya mengenai rezim milik pribadi, secara umum sudah diakui bahwa hak milik swasta merupakan rezim yang paling jelas di atas rezim-rezim lainnya. Tietenberg (1992), berpandangan bahwa hak milik swasta memiliki karateristik yang sangat memadai untuk mengelola sumber daya alam yang optimal secara ekonomis dan ekologis.

Namun, menurut Bromley (1988) terdapat dua fenomena yang harus dijawab oleh penganut pandangan tersebut. Pertama, banyak kasus perampasan sumber daya alam (lahan) terjadi di berbagai belahan dunia, bukan sebagai akibat kelangkaan persediaan tanah secara fisik, tetapi karena terjadinya konsentrasi pemilikan lahan di tangan individu-individu dari keluarga yang kuat. Misalnya, yang terjadi di sebagian besar negara-negara bagian ketiga seperti Amerika Latin.

Kedua, hak kepemilikan pribadi seringkali mengarah pada apa yang disebut

highest and best use of land, dimana sebagian besar tanah subur menjadi padang

pengembalaan, sementara tanaman pangan berada di tanah kering. Lahan subur telah diswastakan, sedangkan lahan yang tidak subur dibiarkan menjadi public

domain. Dalam pandangan Bromley (1990), yang termasuk kategori public

domain adalah state property, common property dan open access.

Dokumen terkait