• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PEMBERIAN ASURANSI KREDIT

A. Perjanjian Pemberian Asuransi Kredit

Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD, perjanjian pertanggungan harus dibuat secara tertulis didalam sebuah akta yang disebut polis. Polis ini sebagai alat bukti tertulis bahwa telah terjadi pertanggungan antara penanggung dengan tertanggung. Di dalam polis tersebut disebutkan bahwa semua ketentuan dan persyaratan tentang pertanggungan yang telah dibuat.

Secara material, perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan adalah satu, apabila sudah dicapai kata sepakat diantara para pihak. Penanggung maupun tertanggung keduanya sudah sepakat atas semua syarat yang sudah disepakati bersama. Jadi kata sepakat pada perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan merupakan dasar atau landasan bagi ada atau tidaknya perjanjian asuransi. Oleh karena itu, jangan sampai pula keterangan itu kemudian menimbulkan kesan bahwa polis itu tidak perlu lagi. Polis itu tetap mempunyai arti yang besar bagi pihak tertanggung. Sebab polis itu merupakan bukti yang sempurna tentang apa yang mereka perjanjikan di dalam perjanjian pertanggungan itu. Tanpa polis maka pembuktian akan menjadi sulit dan terbatas.

Dalam hubungan hukun pertanggungan, penanggung menerima peralihan risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, pertanggungan dapat diputuskan, atau

setidak-tidaknya pertanggungan itu tidak berjalan. Sebagai suatu perjanjian timbal balik, perjanjian pertanggungan bersifat konsensual, artinya sejak terjadinya kata sepakat, timbullah hak dan kewajiban diantara para pihak. Tetapi pertanggungan itu berjalan. Jika premi belum dibayar, pertanggungan tidak berjalan. Karena itu premi perlu dilunasi pada saat pertanggungan itu diadakan atau pada saat bahaya mulai berjalan.

Pada pertanggungan yang diadakan untuk jangka waktu tertentu atau untuk suatu perjalanan, premi dibayar lebih dahulu pada saat bahaya mulai berjalan. Tetapi pada pertanggungan yang diadakan untuk jangka waktu yang panjang, pembayaran premi dapat ditentukan secara periodik, misalnya tiap bulan dan pembayaran dilakukan pada permulaan tiap periodik.

Besarnya jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung ditentukan dengan suatu prosentase dari jumlah yang dipertanggungkan berdasarkan penilaian risiko yang dipikul oleh penanggung. Dalam praktiknya, penerapan besarnya jumlah premi itu diperjanjikan oleh pihak-pihak secara layak dan dicantumkan di dalam polis. Premi yang telah dibayar oleh tertanggung kepada penanggung itu dapat dituntut pengembaliannya oleh tertanggung, baik untuk seluruhnya maupun sebagian, apabila pertanggungan baik itu untuk seluruhnya atau sebagian gugur atau menjadi batal, sedangkan tertanggung telah bertindak dengan itikad baik (te goeder trouw, in good faith). Premi yang harus dibayar kembali oleh penanggung itu disebut “premi restorno” (Pasal 281 KUHD). Hanya saja pada premi restorno ini ditekankan kepada syarat bahwa penanggung tidak menghadapi bahaya. Kandungan polis atau isi polis itu antara lain adalah :

1. Deklarasi

Deklarasi merupakan pernyataan yang dibuat oleh tertanggung , sumber informasi mengenai resiko, dasar pengeluaran polis serta penentuan besarnya premi. Deklarasi antara lain memuat; identitas tertanggung/penanggung, nilai pertanggungan, ketentuan mengenai obyek pertanggungan serta masa pertanggungan. Informasi mengenai hal tersebut diperoleh baik secara lisan maupun secara tertulis dalam form aplikasi permohonan penutupan asuransi yang ditandatangani calon tertanggung.

2. Pasal Pertanggungan

Pasal pertanggungan selanjutnya disebut klasula, merupakan bagian terpenting dari suatu polis, karena dari klausula tersebut dapat dilihat ketentuan tentang resiko yang ditanggung dalam perjanjian. Dengan demikian tanggung jawab penanggung dalam hal terjadinya penggantian terhadap resiko yang terjadi dapat diketahui oleh tertanggung.

3. Pengecualian

Setiap polis dalam perjanjian asuransi akan memuat bagian yang mengatur secara tegas ketentuan mengenai pengecualian. Tertanggung oleh karenanya harus tahu apa saja yang dikecualikan dalam penutupan perjanjian asuransi itu.

4. Kondisi

Kondisi yang dimaksud di dalam polis adalah tentang rincian tugas masing-masing pihak sehubungan dengan penutupan asuransi. Mengingat bahwa perjanjian asuransi merupakan kontrak bersyarat, maka ada keharusan dari tertanggung untuk memahami kondisi-kondisi tertentu dan tidak mengharapkan

penanggung akan memenuhi kewajibannya menurut kontrak jika ia tidak memenuhi kondisi yang diharuskan dalam perjanjian. Kondisi sebagaimana diuraikan tersebut diantaranya adalah menyangkut pembayaran premi atau pertanggungan-pertanggungan lainnya.

Perjanjian asuransi itu biasanya berbentuk perjanjian baku. Pemerintah Indonesia secara resmi melalui Undang-undang No. 8 Tahun 1999 menggunakan istilah perjanjian baku sebagaimana dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang Perlindungan Konsumen. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Arti dan perjanjian standar itu perjanjian yang hampir seluruh klausula-klausula dibakukan oleh pemakainya dan pihak lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. Adapun yang belum dibakukan adalah beberapa hal lainnya yang sifatnya sangat spesifik dari obyek yang diperjanjikan. Dengan demikian perjanjian standar adalah perjanjian yang ditetapkan secara sepihak oleh produsen/pelaku usaha/penjual yang mengandung ketentuan yang berlaku umum (massal) sehingga pihak konsumen hanya mempunyai 2 pilihan saja yaitu menyetujui

atau menolaknya.

Adapun implikasi penggunaan perjanjian baku pada hukum perjanjian yaitu :

1. Kebebasan mengadakan perjanjian. Kebebasan ini dapat dimaknai dengan mengabstraksikan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang. Kata semua dapat dimaknai sebagai kata yang menunjukkan bahwa semua orang dapat mewujudkan kehendaknya secara nyata untuk mengikatkan dirinya dalam suatu bentuk perjanjian. Oleh karena kebebasan diberikan kepada setiap orang sebagai para pihak dalam perjanjian yang dibuatnya maka asas ini sering juga disebut dengan asas party otonom. Namun kini dalam prakteknya makna kebebasan berkontrak dalam perjanjian baku itu sendiri sudah dibatasi karena tidak ada lagi kebebasan untuk menetapkan bentuk perjanjian, kebebasan untuk menetapkan isi perjanjian, kebebasan untuk menetapkan cara membuat perjanjian dan yang tinggal hanya kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian dan kebebasan untuk memilih dengan siapa akan membuat perjanjian.

2. Konsensualisme

Konsensualisme yang diabstraksi melalui Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata mengandung arti bahwa kata sepakat itu dimaknai sebagai saat yang sangat menentukan lahirnya perjanjian diantara para pihak. Dalam perjanjian baku asas ini harus mendapatkan penegasan mengenai apa yang sesungguhnya disepakati oleh para pihak. Bilamana dapat diterima mengenai asas freedom

of entrance di atas maka yang perlu disepakati oleh para pihak adalah : adanya kehendak untuk menutup suatu perjanjian baku; adanya para pihak yang menutup perjanjian itu sendiri. Dari lima kebebasan yang terdapat dalam

asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian hanya 2 kebebasan yang ternyata adalah dalam perjanjian baku yaitu kebebasan untuk membuat perjanjian ataupun tidak membuat perjanjian dan kebebasan untuk memilih dengan siapa akan ditutupnya perjanjian tersebut.

Dalam perjanjian baku mengenai kebebasan untuk menetapkan bentuk perjanjian, kebebasan untuk menetapkan isi perjanjian dan kebebasan untuk menetapkan cara membuat perjanjian, sesungguhnya para pihak tidak ada menyepakati secara bebas.

Dengan demikian dalam perjanjian baku ketiga hal tersebut disepakati secara terpaksa oleh salah satu dari para pihak terutama oleh para pihak yang posisi tawarnya lemah. Dalam hukum perjanjian pada umumnya demikian pula dalam ketentuan yang terdapat dalam KUHPerdata, kesepakatan dianggap tidak ada bila ternyata sepakat itu lahir karena khilaf (dwaling), adanya penipuan (bedrog) dan paksaan (dwang). Khilaf itu dapat terjadi terhadap hal-hal pokok yang diperjanjikan, sifat penting obyek perjanjian dan orang dengan siapa dibuat perjanjian. Penipuan bila salah satu pihak dengan sengaja memberi keterangan palsu disertai tipu muslihat agar pihak lawan memberikan persetujuannya. Paksaan terjadi bila salah satu pihak menyetujui perjanjian karena diancam atau ditakuti secara psikis atau rohaniah. Dalam perjanjian baku terdapat keterpaksaan sehingga secara yuridis materiil perjanjian tersebut tidak memenuhi unsur kesepakatan. Dengan demikian sepanjang perjanjian itu tidak dimintakan pembatalannya maka perjanjian baku yang mengandung unsur keterpaksaan

tersebut secara yuridis formal masih berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat diantara para pihak.

Dari uraian di atas dapat pula dilihat bahwa asas konsensualisme dianggap eksis dalam perjanjian baku selama tidak dimintakan pembatalannya oleh para pihak terhadap perjanjian baku tersebut.

Perjanjian asuransi terjadi seketika setelah tercapai kesepakatan antara tertanggung dan penanggung, hak dan kewajiban timbal balik timbul sejak saat itu bahkan sebelum polis ditandatangani, sesuai Pasal 257 ayat (1) KUHD. Asuransi tersebut harus secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis (Pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi (Pasal 258 (1) KUHD).

Tetapi jika terjadi setelah asuransi belum sempat dibuat polisnya, atau walaupun sudah dibuatkan polisnya tetapi belum ditanda tangani, atau walapun sudah ditandatangani tapi belum diserahkan kepada tertanggung. Dalam keadaan ini sulit membuktikan bahwa telah terjadi asuransi karena pembuktiannya harus secara tertulis berupa akta yang disebut Polis.

Untuk mengatasi kesulitan itu, Pasal 257 KUHD memberi ketegasan, walaupun belum dibuatkan polis, asuransi sudah terjadi sejak tercapai kesepakatan antara tertangung dan penanggung jadi perjanjian asuransi tetap bersifat konsensual walaupun kemudian harus dibuat secara tertulis dalam bentuk polis, hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung timbul sejak terjadi kesepakatan.

Bank sebagai pemberi kredit, memikul resiko atas setiap kredit yang direalisir. Bank akan menderita kerugian bila kredit yang telah diberikan kepada

nasabah tidak diperoleh kembali dari nasabah sesuai dengan rencana pengembalian kredit.

Kepentingan bank atas kredit yang diberikannya kepada nasabah perlu dilindungi dengan cara menutup asuransi kredit pada perusahaan asuransi, contohnya PT. Jasindo Cabang Medan. Dalam hal ini, antara PT. Jasindo Cabang Medan dengan bank dibuat Perjanjian Asuransi Kredit (PAK). Di dalam PAK diatur hubungan pertanggungan antara PT. Jasindo Cabang Medan sebagai penanggung dan bank pemberi kredit sebagai tertanggung. Dalam PAK ini pulalah ditentukan dan dicantumkan hak dan kewajiban para pihak, yaitu PT. Jasindo Cabang Medan selaku Penanggung dan bank pemberi kredit, dalam hal ini BTN sebagai Tertanggung.

Asuransi kredit adalah suatu bentuk pertanggungan asuransi yang tersedia untuk kedua individu dan bisnis. Cakupan memberikan perlindungan dalam hal pemegang kebijakan diberikan tidak dapat membayar hutang karena setiap kejadian yang tercakup dalam hal kebijakan. Faktor umum yang dapat memohon ketentuan yang terkandung dalam polis asuransi kredit termasuk kehilangan pekerjaan, kematian pihak tertanggung, atau kecelakaan yang menonaktifkan pemegang polis.

Perlindungan terhadap kerugian yang disediakan oleh asuransi kredit bermanfaat bagi debitur baik dan pemberi pinjaman. Bagi debitur, ada ketenangan pikiran bahwa setiap hutang yang saat ini beredar akan diselesaikan. Pada saat yang sama, pemberi pinjaman terjamin untuk menerima pembayaran secara penuh bahkan jika debitur harus mati.

Dalam situasi bisnis, asuransi kredit dapat memberikan perlindungan terhadap masalah utama dengan piutang. Dalam hal bahwa klien masuk ke dalam kebangkrutan dan account yang belum dibayar item piutang memenuhi syarat-syarat asuransi kredit, pihak tertanggung dapat mencari penanggung pemulihan melalui pihak ketiga. Tingkat perlindungan dengan asuransi kredit terkait akan bervariasi. Seringkali, ada batas untuk jumlah pertanggungan yang dapat diperoleh dari asuransi kredit. Ini biasanya harus dilakukan dengan peraturan yang berlaku di negara yurisdiksi.

Penting untuk dicatat bahwa asuransi kredit umumnya hanya mencakup utang yang belum dibayar saat ini. Ini berarti bahwa setiap utang yang sudah menunggak pada saat pengajuan mungkin tidak memenuhi persyaratan untuk cakupan. Pada saat yang sama, setiap utang yang timbul setelah pengajuan jarang tercakup dalam ketentuan polis.

Banyak pemberi pinjaman menawarkan pilihan untuk mengambil asuransi kredit dan biaya bundling ke dalam pembayaran angsuran bulanan. Dalam beberapa yurisdiksi, pemberi pinjaman diwajibkan oleh hukum untuk menawarkan pertanggungan asuransi kredit pada saat pinjaman tersebut telah diperpanjang. Namun, peminjam tidak perlu diharuskan membeli asuransi yang ditawarkan oleh pemberi pinjaman.

B. Pihak-Pihak yang Terlibat di dalam Suatu Asuransi Kredit

Asuransi Kredit itu bersifat bi-party agreement antara pihak bank dengan pihak asuransi. Dalam hal ini debitur dalam perjanjian kredit bank tidak termasuk para pihak dalam perjanjian pertangungan atas kredit yang disalurkan bank

kepada debitur.51

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus mengamanatkan pelaksanaan pemindahan kekuasaan dan kepemilikan Kerajaan Belanda kepada pemerintah Indonesia. Termasuk di dalamnya melakukan nasionalisasi terhadap dua perusahaan tersebut dan mengubah nama keduanya menjadi PT Asuransi Bendasraya. Perusahaan ini bergerak di bidang asuransi umum dalam rupiah dan PT Umum Internasional Underwriters (UIU) yang bergerak pada bidang asuransi umum dalam valuta asing.

Sehingga para pihak yang terlibat di dalam suatu asuransi kredit adalah seperti pada perjanjian asuransi umumnya. Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 1992 menyatakan bahwa Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti. Dari situ dapat kita lihat bahwa para pihak dalam asuransi adalah Penanggung dan Tertanggung.

Penanggung dalam hal ini adalah PT. Jasindo Cabang Medan. Proses berdirinya PT. Jasindo bermula pada tahun 1845 ketika dilaksanakannya nasionalisasi atas NV Assurantie Maatschappij de Nederlander. Ini merupakan sebuah perusahaan asuransi umum milik kolonial Belanda, dan Bloom Vander, perusahaan asuransi umum Inggris yang berkedudukan di Jakarta.

51 Asuransi Kredit,

Kedua perusahaan hasil tindak lanjut nasionalisasi ini bertujuan untuk memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat dan memperkokoh keamanan serta perekonomian negara. Adapun kebijakan nasionalisasi tersebut dilaksanakan berdasarkan payung hukum Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam perjalanan bersejarahnya, melalui Keputusan Menteri Keuangan No.764/MK/IV/12/1972 tertanggal 9 Desember 1972, pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan merger antara PT Asuransi Bendasraya dan PT Umum Internasional Underwriters (UIU) menjadi PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha asuransi umum dan kredit.

Tertanggung dalam hal ini adalah Bank BTN. Bank BTN semula bernama Postspaarbank, yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1897. Pada masa penjajahan Jepang Postspaarbank dibekukan oleh Pemerintah Pendudukan Jepang dan digantikan oleh Tyokin Kyoku. Setelah Indonesia merdeka, Tyokin Kyoku diambilalih oleh Pemerintah Indonesia dan namanya dirubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Setelah melalui berbagai tahapan maka akhirnya nama Kantor Tabungan Pos dirubah menjadi Bank Tabungan Negara (Bank BTN) sejak tahun 1950 hingga sekarang.

Bank BTN tidak hanya dikenal sebagai bank pemerintah yang menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Bank BTN juga didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil dan sampai sekarang tetap konsisten, yaitu

dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar.

C.Hak Para Pihak dalam Pemberian Asuransi kredit

Seperti dicantumkan di atas, salah satu isi polis adalah deklarasi yang memuat tentang ketentuan asuransi kredit. Ketentuan itu berisi hak dan kewajiban para pihak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak adalah:52

1. (yg) benar; 2. milik; kepunyaan; 3. kewenangan;

4. kekuasaan untuk berbuat sesuatu (krn telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb);

5. kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu; 6. derajat atau martabat;

Menurut pengertian di atas, hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum. Suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Hak dalam perjanjian merupakan prestasi yang dapat dituntut oleh

52 Lukman Ali, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 2008), hal. 502.

para pihak dari pihak lainnya dalam perjanjian tersebut. Adapun hak para pihak dalam pemberian asuransi kredit yakni :53

1. Hak Tertanggung

a. Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung (Pasal 259 KUHD); b. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung (Pasal 260 KUHD); c. Meminta ganti kerugian kepada penanggung, karena pihak yang disebut

terakhir ini lalai menandatangani dan menyerahkan polis sehingga menimbulkan kerugian kepada tertanggung (Pasal 261 KUHD).

d. Melalui pengadilan, tertanggung dapat membebaskan penanggung dari segala kewajibannya pada waktu yang akan datang; Untuk selanjutnya, tertanggung dapat mengasuransikan kepentingannya kepada penanggung yang lain untuk waktu dan bahaya yang sama dengan asuransi yang pertama. (Pasal 272 KUHD).

e. Mengadakan solvabiliteit verzekering, karena tertanggung ragu-ragu akan kemampuan penanggungnya (Pasal 280 KUHD); Dalam hal ini, harus tegas bahwa tertanggung hanya akan mendapat ganti kerugian dari salah satu penangung saja.

f. Menuntut pengembalian premi baik seluruhnya maupun sebagian, apabila perjanjian asuransi batal atau gugur; Hak tertanggung mengenai hal ini dilakukan apabila tertanggung beritikad baik, sedangkan penanggung bersangkutan belum menanggung risiko (premi restorno, Pasal 281 KUHD).

53 Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, (Bandung: PT. Alumni, 2003), hal. 20.

g. Menuntut ganti kerugian kepada penanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan dalam polis terjadi.

Dengan demikian, sebagai Tertanggung dalam Perjanjian Asuransi Kredit dengan PT. Jasindo Cabang Medan sebagai Penanggung, pihak BTN Cabang Medan berhak untuk:

a. Menuntut agar polis ditandatangani oleh pihak PT. Jasindo Cabang Medan; b. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh pihak PT. Jasindo Cabang

Medan;

c. Meminta ganti kerugian kepada PT. Jasindo Cabang Medan, apabila PT. Jasindo Cabang Medan lalai menandatangani dan menyerahkan polis sehingga menimbulkan kerugian kepada tertanggung;

d. Melalui pengadilan, BTN dapat membebaskan PT. Jasindo Cabang Medan dari segala kewajibannya pada waktu yang akan datang; Untuk selanjutnya, BTN dapat mengasuransikan kepentingannya kepada penanggung yang lain untuk waktu dan bahaya yang sama dengan asuransi yang pertama;

e. Mengadakan solvabiliteit verzekering, karena BTN ragu-ragu akan kemampuan PT. Jasindo Cabang Medan;

f. Menuntut pengembalian premi baik seluruhnya maupun sebagian, apabila perjanjian asuransi batal atau gugur; Hak tertanggung mengenai hal ini dilakukan apabila tertanggung beritikad baik, sedangkan PT. Jasindo Caang Mdan belum menanggung risiko (premi restorno, Pasal 281 KUHD).

g. Menuntut ganti kerugian kepada PT. Jasindo Cabang Medan apabila kedit yang diasuransikan macet.

2. Hak Penanggung

a. Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian; b. Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang

berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya;

c. Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri (Pasal 276 KUHD);

d. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertangung (Pasal 282 KUHD);

e. Melakukan asuransi kembali (reinsurance, hervezekering) kepada penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya (Pasal 271 KUHD).

Dengan demikian, sebagai Penanggung dalam Perjanjian Asuransi Kredit dengan BTN sebagai Tertanggung, pihak PT. Jasindo Cabang Medan berhak untuk:

a. Menuntut pembayaran premi kepada BTN sesuai dengan perjanjian;

b. Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada BTN yang berkaitan dengan perjanjian kredit yang diasuransikan kepadanya;

c. Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan BTN sendiri;

d. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari BTN;

e. Melakukan asuransi kembali (reinsurance, hervezekering) kepada penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya.

Hak-hak para pihak di atas merupakan prestasi yang telah disepakati dan harus dipenuhi sehingga apabila tidak dipenuhi, dapat terjadi wanprestasi, dan pihak yang tidak memenuhi hak pihak lainnya dapat dituntut di muka hukum.

D. Kewajiban Para Pihak dalam Pemberian Asuransi Kredit

Seperti disebutkan di atas, deklarasi pada polis asuransi juga memuat kewajiban para pihak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kewajiban adalah:

1. sesuatu yg wajib dilaksanakan; keharusan; 2. yg harus dilaksanakan;54

Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan oleh satu pihak kepada pihak lainya dalam suatu perjanjian. Kewajiban para pihak dalam pemberian asuransi kredit yakni :55

54 Lukman Ali, dkk., op.cit, hal. 1613.

55 Man Suparman Sastrawidjaja, op.cit, hal. 21.

1. Kewajiban Tertanggung

a. Membayar premi kepada penanggung (Pasal 246 KUHD);

b. Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai obyek yang diasuransikan (Pasal 251 KUHD);

c. Mengusahakan atau mencegah agar peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian terhadap obyek yang disauransikan tidak terjadi atau dapat dihindari; Apabila dapat dibuktikan oleh penanggung, bahwa tertanggung tidak berusaha untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut, dapat menjadi salah satu alasan bagi penanggung untuk menolak memberikan ganti kerugian, bahkan sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada tertanggung (Pasal 283 KUHD).

d. Memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang menimpa obyek yang diasuransikan, berikut usaha-usaha pencegahannya.

Dokumen terkait